Anda di halaman 1dari 14

MODUL PRAKTIKUM : Compaction

TANGGAL PRAKTIKUM : 10 April 2017


LOKASI PRAKTIKUM : Lab. Mekanika Tanah
PENYUSUN MODUL : Anwar Hamudi (1211500021)
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : Dwi B M
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Maksud dan Tujuan


Maksud dari Compaction adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah
dikeluarkan dengan cara mekanis/pemadatan.

Tujuan dari praktikum Compaction ini adalah untuk menentukan kadar air optimum
dimana suatu tanah dengan suatu pemadatan tertentu memiliki berat jenis yang terbesar (dry).
Sedangkan tujuan umum dari Compaction adalah:

1. Mempertinggi kekuatan tanah.


Dengan melalui proses pemadatan, maka tanah akan memiliki nilai kerapatan yang
bertambah karena butiran tanah menjadi lebih rapat akibat proses pemadatan sehingga
menambah kekuatan tanah dan kekuatan tanah geser.

2. Memperkecil Compressibility
Compressibility/pemampatan adalah perubahan atau pengurangan volume tanah yang
disebabkan oleh rongga-rongga tanah dan keluarnya udara dan air dari pori-pori tanah akibat dari
pemadatan tanah sehingga mengurangi penurunan (settlement).

3. Memperkecil pemeability
Pemeability/rembesan adalah daya tembus air terhadap tanah dimana air dapat mengalir
dengan cepat sehingga pengaliran air pori keluar akibat dari kenaikan tekanan air pori dan
disertai dengan berkurangnya volume tanah yang mengakibatkan penurunan (settlement).

Dengan pemadatan maka daya tenbus air terhadap tanah semakin kecil karena meningkatnya
nilai kerapatan tanah.
4. Memperkecil Shringkage
Shringkage adalah besarnya penyusutan tanah dengan kadar air dimana air hanya mengisi
rongga-rongga antara partikel tanah yang tersusun rapat. Pengurangan kadar air tidak akan
mengurangi volume tanah.

I. 2. Teori dan Rumus


Teori
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri
dari agaregat (butiran) mineral-mineral padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama
lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk dan disertai dengan zat dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel.

Tanah secara umum terdiri dari tiga bahan, yaitu butiran tanahnya sendiri, air dan udara
yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir tersebut, ruang ini disebut pori (voids) dan apabila
tanah sudah benar-benar kering, maka tidak ada air sama sekali dalam porinya. Keadaan ini
semakin jarang ditemukan pada tanah dilapangan. Sebaliknya sering ditemukan dalam keadaan
dimana pori tanah tidak mengandung udara sama sekali, jadi pori tersebut mengandung air.
Dalam hal ini tanah dikatakan jenuh ( fully saturated ). Tanah ini hampir selalu terdapat dibawah
muka air.

Dengan mengetahui sifat-sifat tersebut diatas, maka dengan mudah kita dapat mengatasi
segala kemungkinan yang akan terjadi. Misalnya dalam pembuatan timbunan tanah untuk jalan
raya dan struktur teknik lainnya. Tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan untuk
meningkatakan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung tanah
terhadap pondasi diatasnya.

Pemadatan dapat dilakukan dengan cara mekanis. Cara mekanis yang digunakan untuk
memadatkan tanah bermacam-macam. Di lapangan biasanya dipakai dengan cara menggilas
sedangkan di laboraturium dipakai cara memukul (menjatuhkan beban) cara percobaan
Compaction ini ada dua macam:

1. Standart Compaction Test (SCT)


2. Modified Compaction Test (MCT)
1. Standart Compaction Test (SCT)
Dalam percobaan ini tanah dipadatkan didalam suatu cetakan (mold) yang isinya 1/30 feet²
( 0,9434 cm ³ ), dengan memakai alat pemukul seberat 5,5 lbs ( 2,495 kg ) yang
dijatuhkan 12 inchi ( 0,3048 m ). Cetakan diisi dengan tiga lapisan dan setiap lapisan dipadatkan
dengan 25 pukulan dari alat pemukul tersebut.

Setelah diisi permukaan tanah dibuat rata dengan memakai pisau dan plat baja lurus.
Cetakan serta isinya kemudian ditimbang sehingga berat isi tanah diketahui. Tanah segera
dikeluarkan lagi dari cetakan dan diambil sebagai untuk menentukan kadar airnya.

Percobaan ini diulang beberapa kali (enam sampai delapan) dengan kadar air yang
berbeda sehingga dapat dibuat grafik berat isi terhadap kadar air.

2. Modified Compaction Test (MCT)


Cara melakukan percobaan ini tidak banyak berbeda dengan cara melakukan percobaan
standart. Cetakan yang dipakai sama dan banyaknya pukulan pada setiap lapisan juga sama.
Tetapi disini berat alat pemukul lebih besar, yaitu 10 lbs( 4,536kg ) dan tinggi jatuhnya 18 inchi (
0,4572 m ).

Pada percobaan ini tanah dipadatkan dalam lima lapisan, bukan tiga lapisan seperti pada
percobaan standart.

Dalam percobaan ini digunakan Modified Compaction Test (MCT) dengan mold
berdiameter 6 inchi ( 0,1524 m ).
Bilamana suatu tanah dengan kadar air rendah, maka tanah tersebut akan sukar
dipadatkan. Bilamana tanah kadar air ditambah, maka itu akan berlaku sebagai pelumas sehingga
tanah itu akan mudah dipadatkan dan ruangan kosong antara butiran akan menjadi lebih kecil.
Pada kadar air yang lebih tinggi lagi, kepadatan akan turun lagi karena pori-pori tanah menjadi
penuh terisi air yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara pemadatan.
Zero Air Voids Line (ZAV) atau garis derajat kejenuhan 100% adalah hubungan teoritis
atara berat isi kering dan kadar air bilaman derajat kejenuhan adalah 100%, yaitu bila pori tanah
sama sekali tidak mengandung udara.

Gs  w
ZAV = 1  ( Kas  Gs )

Dimana :

Gs : Spesific Gravity

Kas : Kadar air sebenarnya ( % )

w : Berat isi air ( 1,0 gr/cm³ )


Zero Air Voids Line ini berguna sebagai petunjuk pada waktu digambarkan grafik hasil
percobaan pemadatan. Garis pemadatan tidak boleh memotong Zero Air Voids Line ini karena
apabila berpotongan maka tanah yang akan dipadatkan sudah menjadi jenuh dan akan sulit untuk
dipadatkan berarti praktikum yang telah dilakukan salah. Pada harga kadar air yang tinggi
semestinya menjadi sejajar dengan garis tersebut.

Rumus-rumus yang digunakan

 Menentukan berat air mula-mula :

W1 Air = W bsh – W ker

 Menentukan kadar air mula-mula :

W1 Air
S1 =  100%
W ker

Dimana : S1 = kadar air mula-mula

W1 = Berat air mula-mula

W kering = Berat tanah kering

 Menentukan berat tanah kering :

W bsh = Wtanah kering + W1 air

1
W ker =  Wbas
1  S1

 Menentukan berat air yang diminta :

W2 Air = S2 x W ker

Dimana : S2 = kadar air yang diminta , W2 Air = Berat air yang diminta

# Menentukan berat air yang diperlukan :

W air = W2 Air - W1 Air

Dimana : W2 Air = berat air yang diminta


I. 3. Alat-alat dan bahan yang dipergunakan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:

1. Mold, sebagai tempat pemadatan tanah, diameter 6 inchi.


2. Hammer dengan berat 10 lbs, sebagai alat pemadat.
3. Timbangan dengan keetelitian 0,01 gram, untuk menimbang contoh tanah dalam
menentukan kadar air.
4. Extruder, untuk mengeluarkan tanah dalam mold.
5. Jangka sorong, untuk mengukur diameter dan tinggi mold dalam menentukan volume
mold.
6. Plat baja dengan sebelah sisi tajam, untuk meratakan tanah yang telah di padatkan.
7. Gelas ukur, untuk mengukur kebutuhan air.
8. Talam-talam, untuk tempat mencampur tanah dengan air.
9. Can, untuk menimbang sampel tanah.

I. 4. Contoh tanah yang digunakan


6 (enam) sampel tanah permukaan masing-masing 5000 gram lolos saringan no. 4 ASTM
dengan ketentuan kadar air 27,5%; 30%; 32,5%; 35%; 37,5%; dan 40%.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

II. 1. Persiapan Percobaan


1. Siapkan 6 sampel @ 5000 gram lolos saringan No. 4 ASTM dan dicari kadar airnya
masing-masing sampel tanah sebagai kadar air awal.
2. Tambahakan air sesuai dengan perhitungan penambahan air pada masing-masing sampel
tanah sesuai dengan kadar air rencana/perkiraan kadar air yang diminta.
3. Tiap sampel tanah diaduk sampai rata dengan cara tanah ditaruh diatas talam kemudian
diaduk dengan tangan sambil dicampur dengan air sedikit demi sedikit sehingga air
meresap sampai kedalam tanah dengan merata.
4. Sampel tanah yang sudah diaduk merata dihitung kembali kadar airnya sebagai
pemeriksaan kadar air rencana yang diminta.
5. Sampel tanah diperam dalam plastik selama ± 24 jam agar kadar air benar-benar.

II. 2. Jalannya Percobaan


1. Timbang berat mold.
2. Ukur diameter dan tinggi mold untuk mendapatkan volume mold.
3. Siapkan peralatan mold dan beri oli agar tanah tidak melekat dan mudah dikeluarkan.
4. Tuangkan tanah ke dalam mold dan ditumbuk 56 kali secara merata ke seluruh
permukaan mold sehingga mendapatkan tinggi lapisan pada 1/5 tinggi mold pada saat
padat.
5. Lakukan sampai lima kali dimana untuk lapisan terakhir dibantu dengan memasang
kolar.
6. Jika tanah sudah sampai pada lapisan kelima, kolar dibuka kembali dan tanah tidak
boleh kurang dari tinggi mold agar didapat volume tanah sama dengan volume mold. Jika
tinggi tanah melebihi tinggi mold, tanah diratakan dengan plat baja.
7. Setelah tanah rata dengan mold, dikeluarkan dengan Extruder.
8. Contoh tanah diambil pada bagian atas, tengan dan bawah untuk dicari kadar air rata-
ratanya, sebagai kadar air sebenarnya.
9. Percobaan ini dilakukan sebanayak 6 sampel tanah sesuai dengan kadar air yang sudah
ditentukan yaitu: 27,5%; 30%; 32,5%; 35%; 37,5%; dan 40%. Maksud dari percobaan
sebanyak 6 sampel ini adalah untuk mendapatkan 6 buah titik yang dapat
menggambarkan kurva hubungan antara dry dengan kadar air sebenarnya tersebut.
BAB III
HASIL PERCOBAAN

III. 1. Data praktikum

Nomor contoh tanah A B C D

Nomor can 1 2 1 2 1 2 1 2
10.1 10.1
Berat can 8.33 10.5 8.58 9.53 1 8.69 1 8.65
Berat can + tanah 39.3 43.4 44.9 39.9 48.2 46.7 41.2 43.1
basah 6 3 8 6 4 0 6 8
Berat can + tanah 33.2 36.6 37.6 32.4 40.5 39.1 35.1 38.7
kering 9 2 2 8 5 6 1 9

Perkiraan kadar air 35% 40% 45% 25%

Berat tanah + mold 3155 3193 3179 2922


Berat mold 1968
Ø mold 10.1
tinggi mold 12.7

III. 2. Data Perhitungan

# Data pehitungan no, contoh tanah A

 Menentukan berat air mula-mula :

W1 Air = W bsh – W ker

= 39,36 – 33,39 = 5,97

 Menentukan kadar air mula-mula :

W1 Air
S1 =  100%
W ker

5,97
= 33,39  100% = 17,87 %
 Menentukan berat tanah kering :

W bsh = Wtanah kering + W1 air

= 33,39 + 5,97 = 39,36

1
W ker = 1  S  Wbas
1

1
= 1  17,87  39,36 = 2,08

 Menentukan berat air yang diminta :

W2 Air = S2 x W ker

= 35 x 33,39 = 1168,65

# Menentukan berat air yang diperlukan :

W air = W2 Air - W1 Air

= 1168,65 – 5,97 = 1162,68


III. 2. 2. Menentukan Penambahan air ( PA )

 No. contoh tanah : A


Kadar air rencana (Kar) = 35 %

Kadar air awal (Kaa) = 17,87 %

Kar  Kaa
PAB =  1,02  5000
1  Kaa

35  17,87
=  1,02  5000
1  17,87

= 462,97 cc ~ 463 cc
Perhitungan selanjutnya untuk nomor contoh tanah tabel B,C,D,E sama dengan
diatas.

III. 2. 3. Menghitung Zero Air Voids Line

Gs  w
ZAV = 1  ( Kas  Gs )

Diketahui:

Spesific gravity (GS), kedalaman 1 m = 2,62

Spesific gravity (GS), kedalaman 3 m = 2,70 +

Jadi Gs rata-rata = 5,32/2

= 2,66

Berat jenis air ( w ) = 1,0 gr/cm³

Penyelesaian:

2,66  1,0
ZAV tanah A = 1  (0,2752  2,66) = 1,536

2,66  1,0
ZAV tanah B = 1  (0,3008  2,66) = 1,478

2,66  1,0
ZAV tanah C = 1  (0,3256  2,66) = 1,425

2,66  1,0
ZAV tanah D = 1  (0,3473  2,66) = 1,383
BAB IV
PENUTUP

IV. 1. Kesimpulan
1. Dari grafik hasil percobaan Compaction didapat kadar air optimum (OMC) 32,56 %
dan berat isi kering ( dry ) maksimum 1,024 gr/cm³.
2. Dari pelaksanaan percobaan didapat berat isi basah maksimum (wett ) 1,366 gr/cm³.
3. Untuk membuat grafik diperlukan lebih dari 6 sampel dengan kadar air yang berbeda
agar hasil dari grafik tersebut lebih baik.
4. Dari grafik percobaan Compaction didapat bahwa garis Zero Air Voids Line (ZAV) tidak
memotong garis pada grafik hubungan antara kadar air optimum (OMC) dengan berat isi
kering ( dry ).

IV. 2. Saran-saran
1. Praktikan hendaknya lebih teliti dalam menimbang, membaca angka pada timbangan,
agar kesalahan percobaan dapat diperkecil.
2. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum hendaknya dalam keadaan baik agar
praktikum dapat berjalan lancar.
3. Timbangan sebaiknya dikalibrasikan terlebih dahulu agar data yang didapat akurat,
4. Usahakan dalam melakukan proses penumbukan dengan menggunakan hammer
tumbukan harus merata ke semua bagian.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA
1. Herlina, Riana. Ir ; “ Pedoman Praktikum Mekanika Tanah (bagian I )” ;
Laboraturium Mekanika Tanah ; Institut Teknologi Indonesia, Serpong, 2000.
2. Wesley, L. D. Ir. Dr. ; “Mekanika tanah” ; Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta, 1998.
3. Das. M. Braja ; “Mekanika Tanah” Erlangga, Jakarta, 1986.

Anda mungkin juga menyukai