Anda di halaman 1dari 18

Publik ISSN :2301-573X

Jurnal Ilmu Administrasi E-ISSN : 2581-2084

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Pada Masyarakat Nelayan Di


Nusa Tenggara Barat
Usmariadi, Program Studi Sosiologi Universitas Mataram
Email: usmariadi17@gmail.com

Abstract

Poverty is one of the most serious social problems. The first step that needs to be taken in discussing this
problem of poverty is to identify what exactly is meant by poverty or poverty and how to measure it. Different
concepts will give birth to different ways of curing. After that sought dominant factors (both kulutural and structural
besifat. The next step is to find relevant solutions to solve the problem (a strategy of solving the poor from the
valley of poverty). With regard to the concept of poverty, among experts, there are at least three kinds of concepts of
poverty, namely absolute poverty, relative poverty and subjective poverty. Absolute stability is formulated by
making a certain concrete size (a fixed yardstick). To measure it is usually oriented to the minimum basic living
needs of community members (clothing, food and boards). Each country has different absolute poverty restrictions
caused by the basic living needs of the people used as a reference is different. Because the size is ensured the
concept of poverty is known to the poverty limit line. There have been ideas that want to include basic cultural
needs such as education, security, recreation and so on, in addition to physical needs.

Keywords: (fisherman strategy, fishing community)

Abstrak
Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam membahas
masalah kemiskinan ini adalah mengidentifikasi apa sebenarnya yang dimaksud dengan miskin atau kemiskinan itu dan
bagaimana mengukurnya. Konsep yang berbeda akan melahirkan cara pengkuruan yang berbeda pula. Setelah itu dicari
faktor-faktor dominan (baik yang besifat kulutural maupun yang bersifat struktural. Langkah selanjutnya adalah mencari
solusi yang relevan untuk memecahkan problem itu (strategi mengetaskan kelompok miskin dari lembah kemiskinan).
Berkaitan dengan konsep kemiskinan, dikalangan para ahli, setidaknya ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu
kemiskinan absolut, kemiskina relatif dan kemiskinan subyektif. Kemsikinan absolut dirumuskan dengan mmebuat ukuran
tertentu yang konkret (a fixed yardstick). Untuk mengukur itu lazimnya berorientasi pada kebutuhan hidup dasar minimum
anggota masyarakat (sandang, pangan dan papan). Masing-masing negara mempunyai batasan kemiskinan absolut yang
berbeda-beda yang disebabkan oleh kebutuhan hidup dasar masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang
berlainan. Karena ukurannya dipastikan konsep kemiskinan ini mengenal garis batas kemiskinan. Pernah ada gagasan yang
ingin memasukkan pula kebutuhan dasar kultural (basic culturek needs) seperti, pendidikan, keamanan, rekreasi dan
sebagainya, disamping kebutuhan fisik.

Kata Kunci: (strategi nelayan, masyarakat nelayan)

Volume 6 Nomor 1 Juni 2017


PENDAHULUAN 1,13 juta orang terhadap Maret 2020 dan
Kotze (dalam Hikmat, 2004:6) menyatakan meningkat 2,76 juta orang terhadap September
bahwa masyarakat miskin memiliki 2019. Kelompok kemiskinan ini dibagi menjadi
kemampuan yang relatif baik untuk dua, yaitu perkotaan dan pedesaan. Persentase
memperoleh sumber melalui kesempatan penduduk miskin perkotaan pada Maret 2020
yang ada. Kendatipun bantuan luar kadang- sebesar 7,38 persen, naik menjadi 7,88 persen pada
kadang digunakan, tetapi tidak begitu saja September 2020. Sementara itu, persentase
dapat dipastikan sehingga masyarakat penduduk miskin perdesaan pada Maret 2020
bergantung pada dukungan dari luar. sebesar 12,82 persen, naik menjadi 13,20 persen
Pendekatan pemberdayaan ini dianggap pada September 2020. Dibandingkan Maret 2020,
tidak berhasil karena tidak ada masyarakat jumlah penduduk miskin September 2020
yang dapat hidup dan berkembang bila perkotaan naik sebanyak 876,5 ribu orang, dari
terisolasi dari kelompok masyarakat lainnya. 11,16 juta orang pada Maret 2020 menjadi 12,04
Pengisolasian ini menimbulkan sikap pasif, juta orang pada September 2020). Sementara itu,
bahkan keadaan menjadi semakin miskin. pada periode yang sama jumlah penduduk miskin
Selanjutnya Supriatna (1997:90) perdesaan naik sebanyak 249,1 ribu orang, dari
menyatakan bahwa kemiskinan adalah 15,26 juta orang pada Maret 2020 menjadi 15,51
situasi yang serba terbatas yang terjadi juta orang pada September 2020. (Kompas.com)
bukan atas kehendak orang yang Pandemi Covid-19 membuat jumlah
bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan penduduk miskin di Indonesia naik signifikan.
miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat Namun, Provinsi NTB tidak bernasib seperti
pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, provinsi lain yang kemiskinannya naik cukup
kesehatan dan gizi serta kesejahteraan tinggi. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS)
hidupnya, yang menunjukkan lingkaran menempatkan NTB sebagai provinsi peringkat
ketidakberdayaan. Kemiskinan bisa sembilan terbaik nasional dalam menahan laju
disebabkan oleh terbatasnya sumber daya kemiskinan di Indonesia. Bahkan, capaian NTB ini
manusia yang ada, baik lewat jalur masih lebih baik dibandingkan laju kemiskinan
pendidikan formal maupun nonformal yang secara nasional.
pada akhirnya menimbulkan konsekuensi
terhadap rendahnya pendidikan informal. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk
Lebih lanjut Emil Salim (dalam miskin di NTB pada September 2020 tercatat
Supriatna, 1997: 82) mengemukakan lima sebesar 746,04 ribu orang (14,23 persen). Pada
karakteristik penduduk miskin. Kelima Maret 2020, jumlah penduduk miskin di NTB
karakterisktik penduduk miskin tersebut sebesar 713,89 ribu orang (13,97 persen). Terlihat
adalah: 1) Tidak memiliki faktor produksi adanya kenaikan persentase penduduk miskin (P0)
sendiri, 2) Tidak mempunyai kemungkinan selama periode Maret 2020 – September 2020 yaitu
untuk memperoleh aset produksi dengan sebesar 0,26 persen.Jumlah Penduduk Miskin pada
kekuatan sendiri, 3) Tingkat pendidikan September 2020 sebanyak 746,04 ribu orang,
pada umumnya rendah, 4) Banyak di antara meningkat sekitar 32,15 ribu orang dibanding
mereka yang tidak mempunyai fasilitas, dan Maret 2020 yang sebanyak 713,89 ribu orang. Jika
5) Di antara mereka berusia relatif muda dan dibandingkan dengan 34 provinsi d i Indonesia,
tidak mempunyai keterampilan atau posisi Provinsi NTB ada di urutan 9 dari 10 besar
pendidikan yang memadai. provinsi yang menahan laju kemiskinan dengan
Menurut data tersebut, presentase baik (sosial.ntbprov.go.id, 2020).
penduduk miskin pada September 2020 naik
menjadi 10,19 persen, meningkat 0,41 Indonesia merupakan negara kepulauan
persen pada Maret 2020 dan meningkat 0,97 dengan 75% wilayahnya berupa perairan laut
persen pada September 2019. Disebutkan, dengan panjang pantai mencapai 81.000 Km2
jumlah penduduk miskin pada September dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas
2020 sebesar 27,55 juta orang, meningkat 5.800.000 Km2. Dengan demikian, jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir
maka luas perairan Indonesia merupakan Provinsi Sumatera Utara. Penelitiannya ini
terbesar kedua setelah Amerika Serikat membahas tentang kemiskinan masyaraat
(Sipuk, 2004). Potensi perikanan nasional
nelayan yang menemukan penyebab dari
hingga tahun 2007 berkisar 6,4 juta ton,
70% di antaranya berasal dari perikanan kemiskinan dari nelayan tersebut. Perbedaanya
tangkap (Kompas, 2008). Sumber dengan penelitian yang akan diteliti yaitu tempat
kehidupan yang dimanfaatkan masyarakat penelitiannya dan objek yang diteliti.
dari sumber daya kelautan ini adalah Penelitian dari Titin Febrianti tentang
bermata pencaharian sebagai nelayan, petani Analisis Perbandingan Konsep Keberfungsian
tambak petani garam maupun tempat Sosial Dalam Pengentasan Kemiskinan Nelayan
wisata.Tampaknya aktivitas ini sudah
Di Wilayah Pesisir. Hasil penelitiannya ini
merupakan ciri tersendiri yang bagi
masyarakat yang berada dikawasan adalah Pendekatan dalam memahami
pantai.Potensi laut memang merupakan kemiskinan seyogyanya dilakukan dengan
sumber daya yang sangat besar. Kurang mempertimbangkan semua aspek yang dimiliki
lebih 7.000 spesies ikan yang hidup dilaut oleh orang miskin sehingga berbagai program
dengan potensi lestari ikan sebesar 6,26 juta pengentasn kemiskinan tidak sekedar membagi-
ton/tahun. Mestinya potensi alam laut yang bagikan berbagai sarana prasarana yang tidak
besar dan berbagai jenis ikan tersebut dapat
dimiliki oleh orang miskin melainkan idealnya
memakmurkan masyarakat yang berada di
pesisir pantai. Namun pada hakikatnya tidak lebih memperkuat berbagai aset atau
sedikit nelayan yang belum dapat sumberdaya baik finansial, fisik, sosial juga
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya keluarga yang digunakan orang miskin untuk
bahkan banyak dari masyarakat nelayan mempertahankan kehidupannya dengan tidak
yang di kategorikan sebagai masyarakat selalu menggantungkan nasibnya pada pihak
miskin.Melimpahnya potensi hayati yang luar ataupun intervensi pemerintah. Perbedaanya
dikandung oleh laut di sekitar tempat
yaitu penlitian ini lebih menekankan pada
nelayan bermukim, seharusnya dapat
menjadi suatu asset besar bagi nelayan pendekatan untuk menemui maslaah dari
setempat dalam upaya memperbaiki taraf kemiskinan tersebu.
hidup mereka secara ekonomi (Kompas, Penelitian dari slamet widodo tentang
2008). Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah
Tangga Miskin Di Daerah Pesisir. Hasil
 TINJAUAN PUSTAKA penelitiannya adalah Strategi nafkah yang
(Penilitian dari Ola Yolanda dilakukan oleh rumah tangga nelayan miskin
tentang Strategi Adaptasi Masyarakat terdiri atas strategi ekonomi dan strategi sosial.
Nelayan Dalam Menghadapi Kemiskinan Strategi ekonomi dilakukan dengan cara
Di Desa Mekar Sama Kecamatan melakukan pola nafkah ganda, pemanfaatan
Napabalano Kabupaten Muna, tenaga kerja rumah tangga dan migrasi.
persamaannya yaaitu sama sama Sedangkan strategi sosial dilakukan dengan
membbahas terkait kemiskinan pada memanfaatkan ikatan kekerabatan yang ada.
masyarakat nelayan, dan perbedaannya Kelembagaan kesejahteraan tradisional juga
yaitu penelitiannya yang akan diteliti mempunyai peran yang penting bagi rumah
adalah tempat penelitiannya dan titik focus tangga miskin dalam memenuhi kebutuhan
dari penelitian tersebut. hidupnya. Apabila dilihat dari basis nafkah yang
Penelitian dari firman nugroho dilakukan, rumah tangga miskin melakukan
dengan judul Kemiskinan Masyarakat upaya diversifikasi nafkah pada semua sektor
Nelayan Di Desa Lumban Gaol baik on farm, off farm maupun non farm.
Keterlibatan perempuan di Kwanyar menumbuhkan budaya ekonomi produktif. Perlu
Barat masih terbatas pada kegiatan pemahaman berbagai pihak tentang penyebab
perikanan tangkap. Perbedaanya yaitu kemiskinan, sehingga program pembangunan
yang ada tidak didasarkan pada isu-isu
penelitiann ini lebih focus ke strategi
kemiskinan yang penyebabnya berbeda-beda
suatu kelompok keluaga dalam secara lokal. Perbedaanya ini lebih ke analisis
menanggulangi kemiskinan. kemiskinan dan pengeluaran non pangannya.
Penelitian dari Harson Gasim Penellitian dari Endang Retnowati tetang
tentang Evaluasi Pelaksanaan Program Nelayan Indonesia Dalam Pusaran Kemiskinan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Struktural (Perspektif Sosial, Ekonomi Dan
Pesisir (PEMP) Sebagai Upaya Hukum. Hasil penelitiannya yaitu Dari sisi
ekonomi pendapatan nelayan masih sangat
Penanggulangan Kemiskinan di
rendah, sehingga mereka miskin, hal ini
Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten dikarenakan: keterbatasan modal, skill, adanya
Gorontalo. Hasilnya adalah Sebaiknya tekanan dari pemilik modal (sistem bagi hasil
mekanisme pemilihan KMP memberi perikanan yang tidak adil), sistem perdagangan
ruang partisipasi masyarakat dalam atau pelelangan ikan yang tidak transparan (tidak
pengambilan keputusan dan ada regulasi yang tepat dan lemahnya otoritas
pemberdayaan masyarakat miskin, serta atau pemerintah), budaya kerja yang masih
tradisional atau konvensional. Perbedaanya yaitu
memberikan peran yang strategis bagi
penelitian ini lebih menekankan kemiskinan yang
stakeholders dalam mengatasi masalah terstrukur dalam pola kemiskinan tersebut.
kemiskinan khususnya masyarakat Penelitian dari syarifulloh tentang
pesisir; Sebaiknya mekanisme pencairan Penanggulangan Kemiskinan. Hasil penelitiannya
dan pengelolaan dana dilakukan secara adalah Beberapa konsep dasar yang dapat
transparan, KMP diberi kesempatan diusulkan untuk membangun keberdayaan politik
berpartispasi mengelola dan dari para miskin pesisir ini adalah sebagai
berikut: a. Bahwa pemberdayaan politik yang
mendayagunakan dana bantuan secara dituju di sini adalah terbentuknya mobilisasi dan
langsung ; Sebaiknya pemilihan pengurus “kesalingterkaitan” antara kekuatan negara (state
LEPP-M3 dilakukan secara selektif untuk power), kekuatan ekonomi (economic power),
menghasilkan pengurus yang memiliki dan kekuatan sosial (social power). b. Dalam peta
kapabilitas, sehingga mampu mengelola “kesalingterkaitan” antara kekuatan-kekuatan
organisasi dan mampu melakukan tersebut dapat ditunjukkan letak inti (core) dari
masing-masing kekuatan tersebut. Pada negara
pembinaan pada KMP ; Sebaiknya
(state), inti kekuatan terletak pada
tenaga pendamping diseleksi secara lembagalembaga formal kepemerintahan dan
khusus sesuai karakteristik lokasi perangkat-perangkat hukum yang dimiliki. Pada
dampingan, sehingga dapat melakukan kekuatan sosial (civil society), inti kekuatan
pendampingan secara optimal dan proses terletak pada institusi keluarga melebar ke
pendampingan seyogyanya dilakukan institusi sosial (keagamaan, kesenian, dan
secara purna waktu. Perbedaanya yaitu sebagainya). Pada kekuatan ekonomi, inti
kekuatan terletak pada institusi-institusi yang
penelitian ini lebih bagaimana cara
berujud dalam korporasi ekonomi. c. Pada tingkat
masyarakat untuk mendapatkan ruang praktis, pemberdayaan politik di sini akan
dalam pengambilan keputusan dan mengarah pada terbangunnya “kesalingterkaitan”
pemberdayaan masyarakat miskin. (linkage) antara keluarga-keluarga miskin di
Penelitian Trisna Subarna tentang wilayah miskin dengan lembaga-lembaga
Analisis Kemiskinan Dan Pengeluaran pemerintah dan korporasi ekonomi baik nasional
Non-Pangan Penduduk Jawa Barat. Hasil maupun internasional.
penelitiannya adalah Penanggulangan Penelitian dari affandy tentang
kemiskinan harus difokuskan pada upaya Pembangunan Daerah Dan Penanggulangan
Kemiskinan.hasil penelitiannya yaitu Cirebon ini masyarakat sekitarnya biasanya
Inisiatif petani dalam memanfaatkan mengadakan kegiatan keagamaan setiap hari dan
Program P4K sangat tinggi dengan minggunya seperti: Sholat berjama’ah, Istighosah
terbentuknya kelompok-kelompok yang yang dilakukan sebulan sekali, Pengajian,
mandiri dan muncul tanpa campur tangan Toba’an, Tadarus qur’an dan Jam’iyah keliling.
PPL yang berlebihan. Antara KPK yang Penelitian masyhuri imron tentang
terbentuk dan Mantri Pertanian (PPL) Kemiskinan Dalam Masyarakat Nelayan. Hasil
terjadi hubungan yang saling penelitian adalah Satu hal yang menjadi penyebab
menguntungkan karena kesadaran Petani utama bagi munculnya kemiskinan yang dihadapi
dalam membentuk KPKKPK baru. Para nelayan adalah keterbatasan teknologi
petani dengan bantuan P4K banyak yang penangkapan. Dengan teknologi yang terbatas,
melibatkan anggota keluarga lain untuk maka ketergantungan terhadap musim menjadi
membentuk KPK-KPK guna membentuk sangat tinggi, dan wilayah tangkapnya juga
usaha baru di luar Bidang Pertanian. terbatas. Akibatnya hasil tangkapan juga terbatas.
Upaya-upaya Pemerintah Kabupaten Selain itu, kondisi sumberdaya perikanan yang
Jombang agar pelaksanaan P4K berjalan bersifat milik umum telah mengakibatkan
baik dengan menempatkan PPL (mantri terjadinya persaingan dalam memperebutkan
pertanian) yang bertugas melaksanakan sumberdaya, sehingga para nelayan tradisional itu
Binaan kepada KPK dengan prinsip sesuai akan selalu kalah dalam persaingan. Kondisi
dengan beban tugas dan kemampuannya. inilah yang mengakibatkan pendapatan nelayan
Pelaksanaan Program P4K telah memasuki menjadi rendah. Keadaan itu menjadi lebih buruk
tahap ke-III dan secara keseluruhan tidak pada buruh nelayan, yang mengandalkan pada
terjadi penyimpangan yang berarti, kondisi bagi hasil yang diperoleh dari para juragan.
sosial masyarakat yang religius dan tokoh Dengan sistem bagi hasil yang cenderung
masyarakat berperan dalam terlaksananya timpang, maka kesenjangan pendapatan antara
P4K di Kabupaten Jombang. buruh nelayan dengan juragannya juga tidak
Penelitian dari Dewi Fatmasari dapat terhindarkan. Ketergantungan pada
tentang Analisis Sosial Ekonomi Dan tengkulak merupakan permasalahan lain yang
Budaya Masyarakat Pesisir Desa dihadapi oleh nelayan. Akibatnya posisi tawar
Waruduwur, Kecamatan Mundu, (bargaining position) yang dimiliki oleh nelayan
Kabupaten Cirebon. Hasil penelitiannya sangat rendah, sehingga hasil tangkapan yang
adalah Majlis ta’lim, Ponpes atau TPA dijual oleh nelayan juga dihargai lebih rendah
Majlis ta’lim yang biasa diadakan warga daripada harga pasar. Dengan demikian
sekitar desa Waruduwur Kecamatan pendapatan yang diterima oleh nelayan juga
Mundu Kabupaten Cirebon, yaitu sebagai rendah. Walaupun di beberapa tempat sudah ada
berikut: Setiap kamis, malam jum’at, para TPI sehingga diharapkan dapat mengkatrol harga
warga beserta pemuda, maupun pemudi ikan, namun dalam prakteknya keberadaan TPI
berkumpul guna melaksanakan tiba’an atau justru banyak yang menjadi beban nelayan,
pembacaan BARZANJI, di masjid karena pungutan retribusi yang dilakukannya,
setempat. b. Pembacaan yasin secara padahal lelang tidak berjalan.
serempak dan berjama’ah setiap kamis Penelitian Anggi Rantau tentang Faktor
malam(malam jum’at). c. Pada hari-hari Utama Penyebab Kemiskinan Masyarakat
tertentu, para ibu-ibu melaksanakan Nelayan Di Sulawesi. Hasil penelitiannya adalah
JIPING (mendengarkan siraman ruhani) Strategi penanggulangan kemiskinan yang
dari tokoh agam sekitar maupun dari luar dilakukan oleh pemerintah sampai saat ini secara
Desa Waruduwur. 2. Jumlah mushola Desa faktual belum dapat mengangkat tingkat
Waruduwur, terdiri dari dua dusun, dusun kehidupan dan taraf hidup bagi masyarakat
1 (pertama) mempunyai 2 masjid dan 2 nelayan. Program yang dicanangkan oleh
musholah, sedangkan dusun yang ke 2 pemerintah pusat terhadap masyarakat nelayan
(kedua) mempunyai 1 musholah dan satu hanyalah bersifat sementara dalam arti hanya
masjid. 3. Kegiatan keagamaan Di Desa untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak
Waruduwur Kecamatan Mundu Kabupaten sementara program-program secara
berkesinambungan belum dapat terealisasi. dalam menentukan harga tangkapan. Faktor
Kemiskinan masyarakat nelayan atau yang penyebab kemiskinan nelayan di Kampung
disebut dengan masyarakat pesisir Tambak Lorok yang disebabkan oleh faktor
disebabkan oleh tidak terpenuhinya hakhak kultural merupakan kebisaaan hidup yang
dasar seperti kebutuhan akan pangan, konsumtif serta tidak mudah dalam menabung.
kesehatan, pendidikan, pekerjaan maupun Rob dan banjir semakin memperparah
infra struktur. Masalah kemiskinan yang kemiskinan masyarakat nelayan Kampung
dialami oleh masyarakat nelayan berkaitan Tambak Lorok karena menimbulkan kerugian
dengan pola hidup masyarakat yang masih berupa terendamnya rumah nelayan yang
bersifat tradisional yakni dalam kemudian membuat nelayan mengalami
penggunaan teknologi yang cukup kerusakan harta benda serta memunculkan
sederhana dengan menggunakan system ancaman baru berupa kemungkinan terjangkit
peralatan perahu dayung, pemancingan kail oleh penyakit, hilangnya harta benda dan
masih menggunakan kail tradisional, serta hilangnya pekerjaan. Sehingga solusi yang dapat
jangkauan aktivitas usaha sangat terbatas dilakukan nelayan adalah menyisihkan sebagian
kalaupun menggunakan system peralatan pendapatan untuk melakukan peninggian rumah
yang sederhana yakni dengan alat agar tidak terendam di tengah kondisi kesulitan
ketinting. dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka,
Penelitian Muhammad Sulhan penyebab kemiskinan nelayan Kampung Tambak
tentang Implementasi Kebijakan Program Lorok merupakan keterpaduan antara tiga faktor
Penanggulangan Kemiskinan Melalui penyebab kemiskinan, yaitu natural, struktural
Kertu Penjamin Sosial Dan Kartu dan kultural, yang kemudian diperparah dengan
Indonesia Pintar Pada Masyarakat (Studi adanya kerugian yang ditimbulkan oleh rob dan
Kasus Di Kelurahan Kauman Kota banjir sebagai dampak dari perubahan iklim bagi
Malang). Hasil penelitiannya adalah wilayah pesisir.
Berdasarkan pengelompokan masyarakat Penelitian Hamka Naping tentang Modal
ini dilakukan oleh petugas untuk Sosial Sebagai Strategi Pengentasan Kemiskinan
memudahkan dalam pembagian bantuan Secara Mandiri Pada Desa Nelayan Di Sulawesi
yang dimaskud kartu penjamin sosial dan Selatan Dan Sulawesi Barat. Hasil penelitiannya
kartu indonesia pintar di wilayah Kota adalah Modal sosial dalam upaya pengentasan
Malang khususnya di Kelurahan Kuaman kemiskinan, sangat membantu warga pendatang
yang memiliki jumlah penduduk sebanyak di dalam mengatasi pemenuhan kebutuhan.
560 jiwa warga miskin diantaranya yang Modal sosial dalam kerangka kelembagaan lokal
berhak mendapatkan kartu penjamin sosial tersebut tidak hanya sebatas dalam usaha saja,
hanya 30% sedangakan kartu indonesia tetapi juga diterapkan dalam kehidupan
pintar sebanyak 5%. Sebaiknya diadakan keseharian seperti mendapatkan modal yang tidak
kegiatan sosialisasi program-program yang berkaitan dengan usaha (untuk membayar uang
telah dibuat oleh pemerintah dalam sekolah atau lainnya). Hubungan patronase
memberikan bantuan terhadap masyarakat sebagai model manajemen usaha tersebut nyata
miskin. dirasakan warga pendatang, sehingga meski
Penelitian Anita Sri tentang mereka merasa tidak diperhatikan pada saat
Kemiskinan Pada Masyarakat Tambak bantuan pemerintah diturunkan, mereka tetap
Lorok. Hasil penelitiannya adalah Faktor tenang dan menjaga keharmonisan desa. Kasus
penyebab kemiskinan nelayan di Kampung tersebut memberikan mereka pelajaran sehingga
Tambak Lorok yang disebabkan oleh hubungan antara punggawa dan sawi semakin erat
faktor natural merupakan rusaknya dimana keduanya saling membutuhkan.
sumberdaya pesisir dan musim yang tidak Kelembagaan lokal patronase yang diterapkan
menentu. Faktor penyebab kemiskinan tersebut kemudian mendorong terciptanya modal
nelayan di Kampung Tambak Lorok yang sosial seperti rasa tanggung jawab atas kerja sama
disebabkan oleh faktor struktural yang dibangun antar keduanya, saling
merupakan sulitnya mengakses modal menghormati, kejujuran, yang kesemuanya
perbankan dan tidak adanya kekuasaan diperuntukkan agar jaringan usaha tetap terjaga.
Penelitian Minat Rahim tentang infrastruktur perhubungan untuk memperlancar
Model Pemberdayaan Masyarakat Di akses transportasi guna menunjang kegiatan
Wilayah Pesisir Dalam Menanggulangi perekonomian masyarakat, bantuan sosial dengan
Kemiskinan Di Kabupaten Buton, berupa bantuan kepada kelompok nelayan dan
Sulawesi Tenggara. Hasil penelitiannya perorangan yang telah dianggarkan melalui
adalah Berdasarkan hasil penelitian yang APBD di Kabupaten Kotabaru. (2) Faktor-faktor
telah diuraikan, maka dapat disimpulkan yang menghambat upaya pemerintah daerah
bahwa model pemberdayaan masyarakat di dalam mengentaskan kemiskinan pada
wilayah pesisir di Kabupaten Buton adalah masyarakat nelayan di Kecamatan Pulau Laut
pemberdayaan ekonomi keluarga dari 12 Utara antara lain faktor alam, faktor kultural /
responden berhasil 10 responden atau budaya, dan faktor pendidikan.
83,33% dalam peningkatan pendapatan Penelitian Swiyadi tentang Strategi
keluarga dan tidak berhasil sebesar Peningkatan Kesejahteraan Nelayan: Sebuah
16,67%. Model pemberdayaan usaha Kontribusi Bagi Pengentasan Kemiskinan
produktif petani tradisional dari 46 Perspektif Pada Wilayah Pesisir Di Jawa Tengah.
responden yaitu 36 responden atau 78,26% Hasil penelitiannya adalah Hasil penelitian
berhasil meningkatkan pendapatan rumah menunjukkan bahwa didasarkan pada kriteria
tangga petani dan 21,74% belum dapat World Bank dinyatakan nelayan belum sejahtera.
meningkatkan pendapatan rumah tangga Kemiskinan di lokasi ini disebabkan oleh faktor
petani. Hal ini disebabkan etos kerja serta alam, budaya dan struktur. Sementara strategi
jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh guna meningkatkan kesejahteraan masih
responden masih lemah. Di satu sisi didominasi oleh program pemerintah. Penyebab
pemberdayaan ekonomi juga sangat kemiskinan yang dialami oleh Masyarakat
ditentukan oleh jenis usaha dan fasilitas nelayan di wilyah pesisir Jawa Tengah
usaha yang dimiliki oleh responden, disebabkan oleh tidak menentunya pendapatan
sementara pendekatan pendampingan yang diperoleh. Karena perekonomian
banyak dilakukan oleh responden dengan masyarakat wilyah pesisir Jawa Tengah sangat
kegiatan usaha nelayan dan pengelola bergantung pada hasil tangkapan laut, sehingga
hasil-hasil perikanan sehingga tingkat rendahanya pendapatan yang diperoleh
keberhasilan sebesar 55% dan tidak menyebabkan terjadinya bentuk-bentuk
berhasil 45%. Hal ini disebabkan usaha kemiskinan yaitu, Kemiskinan natural,
nelayan sangat ditentukan iklim atau cuaca Kemiskinan kultural, dan Kemiskinan struktural,
untuk berproduksi. Di samping itu usaha selain itu masih terdapat kondisi lemahnya
nelayan dengan modal pendampingan tidak inovasi strategi yang dilakukan oleh masyarakat
membutuhkan fasilitas usaha yang hal ini dikarenakan masih dominanya pemakaian
memadai, cukup hanya bagaimana nelayan strategi dari hasil kebijakan-kebijakan
dapat meningkatkan produksi, dengan pemerintah.
pendampingan nelayan memperoleh Penelitian I Made Dimas tentang
sarana/ alat produksi serta metode Efektivitas Program Community Based
pengolahan hasil produksi. Oleh kerena itu Development Bali Sejahtera Provinsi Bali Dalam
penanggulangan kemiskinan dengan Penanggulangan Kemiskinan (Suatu Studi pada
sasaran nelayan /petani tidak cukup dengan 49 Desa Pakraman di Kabupaten Badung). Hasil
pemberdayaan ekonomi. penelitiannya adalah Efektivitas Program CBD-
Penelitian Ibrahim tentang Upaya Bali Sejahtera di Kabupaten Badung dirasakan
Pemerintah Kabupaten Kotabaru Dalam cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari indikator
Pengentasan Kemiskinan Masyarakat kualitas dengan ukuran mutu pelaksanaan
Nelayan Di Kecamatan Pulau Laut Utara. program yang dikategorikan cukup baik, tingkat
Hasil penelitiannya adalah Hasil penelitian keberhasilan program yang cukup baik, adanya
menunjukkan bahwa (1) Upaya pemerintah perubahan struktur kehidupan di masyarakat
daerah dalam mengentaskan kemiskinan secara signifikan mengalami peningkatan setelah
pada masyarakat nelayan di Kecamatan menerima program, serta waktu dari pelaksanaan
Pulau Laut Utara antara lain pembangunan program yang berjalan tepat waktu sesuai dengan
rencana. Sedangkan dinilai dari indikator implementasi kebijakan penanggulangan
kuantitas, jumlah pendapatan masyarakat kemiskinan di Kabupaten Badung belum berjalan
sebelum menerima program ini dikatakan efektif. Hal itu ditunjukkan dari belum
masih dibawah standar akan tetapi setelah terpenuhinya kriteria ketepatan target, ketepatan
menerima program ini jumlah pendapatan lingkungan eksternal dan ketepatan proses
masyarakat mengalami perubahan serta sebagai dasar menentukan efektivitas
tersedianya kesempatan kerja. Dinilai dari implementasi suatu kebijakan.
indikator kemiskinan relatif pengaruh Penelitian Baharudin tentang Pendidikan
kebijakan Pemerintah Provinsi dalam Dan Pengentasan Kemiskinan Masyarakat
upaya penanggulangan kemiskinan sangat Nelayan Pesisir. Hasil penelitiannya adalah Dua
berperan besar dengan menggunakan pendekatan yang disebut di atas bersifat slaing
konsep pemberdayaan masyarakat berbasis melengkapi, terutama di tengah-tengah
desa pakraman sehingga distribusi masyarakat yang semakin terbuka dan kompleks
pendapatan masyarakat mengalami yang melahirkan interaksi dengan berbagai aspek
peningkatan secara signifikan tergantung kehidupan seperti saat ini. Oleh karena itu, kalau
dengan pemanfaatan program yang ada. ingin menatap masa depan pendidikan yang
Dinilai dari indikator kemiskinan mampu memainkan peran strategis dan
struktural, arah kebijakan negara yang diperhitungkan untuk dijadikan alternatif masa
berpijak kepada masyarakat miskin sangat depan, maka perlu adanya keterbukaan wawasan
diperlukan dengan harapan adanya dan keberanian dalam memecahkan masalah-
perubahan angka kemiskinan ke arah masalahnya secara mendasar dan menyeluruh,
penurunan serta dirasakan pentingnya seperti yang berkaitan dengan: pertama, kejelasan
perlindungan hukum dan pemerintah bagi antara yang dicita-citakan dengan langkah-
setiap masyarakat yang ada. Dinilai dari langkah operasionalnya. Kedua, pemberdayaan
indikator kemiskinan kultural, pada (empowerming) kelembagaan yang ada dengan
dasarnya karakter dan budaya bangsa kita menata kembali sistemnya. Ketiga, perbaikan,
memang masih belum mampu pembaharuan dan pengembangan dalam sistem
memanfaatkan potensi yang dimiliki pengelolaan atau manajemennya. Keempat,
bangsa dengan baik serta gaya hidup dan peningkatan sumber daya manusia yang
kebiasaan yang kurang adanya sifat-sifat diperlukan.
kreatif dan inovasi dalam menciptakan Penelitian Ahmad Nur tentang
sesuatu yang baru. Sedangkan dinilai dari Implementasi Program Keluarga Harapan Sebagai
indikator kemiskinan absolute, tingkat Upaya Penanggulangan Kemiskinan di
pendapatan masyarakat yang dikategorikan Kecamatan Berbah Sleman Tahun 2013. Hasil
miskin adalah mereka yang memiliki penelitiannya adalah Dari penelitian yang telah
penghasilan dibawah rata-rata serta tingkat dilakukan peneliti tentang implementasi
kemampuan keluarga dalam memenuhi penanggulangan kemiskinan di kabupaten Sleman
kebutuhan sehari-hari yang kurang. Namun (Studi Kasus Program Keluarga Harapan (PKH)
upaya ini dapat diatasi dengan adanya di Kecamatan Berbah) dapat disimpulkan bahwa:
perhatian dari pemerintah kepada 1. Untuk memahami aspek kepatuhan dalam
masyarakat salah satunya dengan implemetasi program PKH di kecamatan Berbah
dilaksanakannya berbagai program dapat dilihat dari: a. Aturan pelaksanaan PKH di
penanggulangan kemiskinan. Hal ini kecamatan Berbah selain aturan umum dari pusat,
dilihat dari perubahan produktivitas juga diwajibkan untuk mengikuti pertemuan
ekonomi dari masyarakat penerima kelompok, dan untuk aturan anggota di serahkan
program yang merasakan adanya ke forum (kelompok). b. Komitmen pelaksana
peningkatan pendapatan setelah menerima terhadap aturan pelaksanaan PKH di kecamatan
program CBD-Bali Sejahtera. Berbah tahun 2013 sudah sangat baik. Komitmen
Penelitian Ayu Dewi Larantika yang dibuat sesuai dengan aturan pelaksanaan
tentang Efektivitas Kebijakan PKH, sehingga dapat berjalan lancar dalam
Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten pelaksanaannya. Selain itu, dari kelompok
Badung. Hasil penelitiannya adalah anggota ada juga yang mengusulkan untuk
komitmen dengan sanksi uang, akan tetapi terbatasnya penguasaan sumber air dan besarnya
belum dilaksanakan. c. Kepatuhan jumlah tanggungan rumah tangga.
pelaksana dalam melaksanakan tahapan Penelitian Regina Pamela Saroinsong
kegiatan PKH di kecamatan Berbah tahun tentang Peran Pemerintah Desa Dalam
2013 sudah bagus, hal ini dapat dibuktikan Penanggulangan Kemiskinan Nelayan Di Desa
dengan diperolehnya juara umum tingkat Lantung Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa
Kabupaten Sleman dalam Tingkat tim Utara. Hasil penelitiannya adalah Strategi
penanggulangan kemiskinan Award (TPK penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh
Award) tahun 2013 dan 2014. pemerintah sampai saat ini secara faktual belum
Penelitian I Dewa Gede Agung dapat mengangkat tingkat kehidupan dan taraf
Diasana Putra dan Anak Agung Gde Yana hidup bagi masyarakat nelayan. Program yang
tentang Pemenuhan Atas Perumahan Salah dicanangkan oleh pemerintah pusat terhadap
Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan. masyarakat nelayan hanyalah bersifat sementara
Hasil penelitiannya Perencanaan yang dalam arti hanya untuk memenuhi kebutuhan yang
matang dan dengan melibatkan masyarakat mendesak sementara program-program secara
calon penghuni merupakan salah satu berkesinambungan belum dapat terealisasi. 2.
strategi untuk menyediakan rumah yang Berbagai karakteristik yang turut mempengaruhi
layak huni dan sesuai dengan kebutuhan masalah kemiskinan bagi masyarakat nelayan
masyakat penghuninya. Rekayasa terhadap antara lain disebabkan masih rendahnya tingkat
bahan bangunan merupakan salah satu cara pendidikan nelayan dimana berdasarkan hasil
yang dapat dilakukan di negara penelitian menunjukan bahwa sebagian besar
berkembang dalam upaya mendaptkan masyarakat nelayan memiliki latar belakang
rumah murah yang layak huni Sistem pendidikan SLTP. Dengan latar belakang
standarisasi dan sistem koordinasi modular pendidikan yang rendah tentu akan berdampak
adalah merupakan rekayasa bahan pada aktivitas bagi masyarakat nelayan. Secara
bangunan yang dapat dilakukan dalam umum nelayan yang memiliki latar belakang
upaya menyediakan rumah murah yang pendidikan yang rendah adalah terdapat pada
layak huni bagi masyarakat miskin dalam nelayan yang miskin. Pola hidup masyarakat
upaya mengentaskan kemiskinan nelayan secara umum masih bersifat tradisional,
masyarakat sesuai dengan strategi nasional hal ini dibuktikan dengan akses dalam berusaha
penanggulangan kemiskinan. masih menggunakan teknologi tradisional seperti
Penelitian Tirta Anugrah tentang menggunakan dayung, serta masih tergantung
Strategi Rumah Tangga Nelayan Dalam pada musim, kawanan ikan serta tradisi dalam
Mengatasi Kemiskinan (Studi Di melaut yang diwariskan oleh nenek moyang
Kepenghuluan Panipahan Darat Kecamatan mereka. 3. Kompleksnya permasalahan kemiskinan
Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat
Provinsi Riau). Hasil penelitiannya adalah nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam
dilakukan terhadap strategi rumah tangga menjalankan usahanya. Musim paceklik yang
nelayan di Kepenghuluan Panipahan Darat selalu datang tiap tahunnya dan lamanya pun tidak
Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten dapat dipastikan akan semakin membuat
Rokan Hilir Provinsi Riau, maka dapat masyarakat nelayan terus berada dalam lingkaran
diambil kesimpulan bahwa faktor yang setan kemiskinan (vicious circle) setiap tahunnya.
menyebabkan rumah tangga nelayan miskin Penelitian Ati Mustika tentang Bentuk
ialah faktor rendahnya pendapatan dan Strategi Dalam Penanggulangan Kemiskinan Pada
faktor tingginya pengeluaran. Rendahnya Komunitas Nelayan Di Desa Talaga 1 Kecamatan
pendapatan dipengaruhi oleh tingkat Talaga Raya Kabupaten Buton Tengah. Hasil
pendidikan yang rendah, terbatasnya penelitinnya adalah Bentuk strategi dalam
diversifikasi pekerjaan dan menurunnya menanggulangi kemiskinan yang di praktekan di
hasil tangkapan. sedangkan tingginya Desa Talaga 1 terbagi menjadi beberapa bentuk
pengeluaran dipengaruhi oleh kebiasaan strategi yaitu dapat dilihat dari mekanisme saling
konsumtif dan berhutang, keterasingan, meminjam diantara para nelayan, misalnya
peminjaman bahan makanan seperti beras yang berlebihan sehingga tidak dapat
oleh para istri sawidari istri punggawa, memanfaatkan peluang ekonomis yang ada serta
pinjaman lepa-lepa dikalangan nelayan, adanya kebiasaan saling meminjamkan uang tanpa
peminjaman sejumlah uang untuk di jadikan bunga. Terbatasnya modal yang dimiliki oleh
modal usaha, pinjaman uang untuk di masyarakat nelayan menyebabkan mereka tidak
gunakan dalam pesta perkawinan, sunatan, dapat mengembangkan usaha di bidang perikanan
dan sebagainya. Praktik arisan, yang di maupun dalam mencari pekerjaan sampingan.
bentuk oleh para istri nelayan untuk Kurangnya pengetahuan dan keterampilan di
membantu menambah penghasilan kalangan masyarakat nelayan menyebabkan
keluarganya. Bentuk strategi yang dapat di mereka tidak dapat mengisi lowongan pekerjaan
temukan dengan bantuan yang bersumber yang tersedia, sehingga akan kehilangan
dari pemerintah dalam upaya pemberdayaan kesempatan dalam meningkatkan penghasilan.
nelayan di pulau, misalnya bantuan dari Penelitian Fina Nihayatul Khusna tentang
Dinas Perikanan berupa Program Ekonomi Spiritualitas Agama Dan Etos Kerja Masyarakat
Masyarakat Pesisir dalam bentuk dana Dalam Penanggulangan Kemiskinan Nelayan Desa
bergulir, bantuan berupa prasarana Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten
pembuatan jalan. Selain itu adanya program Banyuwangi. Hasil penelitiannya adalah Agama
pemberian beras untuk nelayan miskin, di Islam mengajarkan etika kerja keras, tetapi realita
setiap bulannya. yang terjadi pada masyarakat nelayan justru
Penelitian Peinina Ireine Nindatu kemiskinan. Kemiskinan yang dialami masyarakat
tentang Komunikasi Pembangunan Melalui nelayan Grajagan disebabkan oleh faktor kultural
Pemberdayaan Masyarakat Untuk lingkungan sosial budayanya. Kultural masyarakat
Pengentasan Kemiskinan. Hasil nelayan Desa Grajagan memiliki tingkat
penelitiannya adalah pemberdayaan kepasrahan nrimo ing pandum yang tinggi, serta
masyarakat sebagai bagian dari komunikasi fatalistik dalam menjalani hidup. Meskipun
pembangunan merupakan salah satu strategi nelayan hidup dalam kekurangan tetapi mereka
pengentasan kemiskinan yang dilakukan tidak merasa kekurangan karena mereka sudah
berbasis partisipasi masyarakat dalam terbiasa. Mayoritas masyarakat nelayan Grajagan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan beragama Islam tetapi dalam memahami ajaran
evaluasi serta pencapaian hasil. Selain itu, agama Islam, nelayan dirasa sangat longgar.
berbasis entrepreneurship dan penguatan Nelayan belum mangaplikasikan ajaran agama
potensi sumber daya alam lokal sehingga dalam kehidupannya dengan baik. Masyarakat
menciptakan kemandirian masyarakat. nelayan tergolong masyarakat Islam abangan, ciri
Pemberdayaan juga melibatkan perempuan yang paling menonjol dari masyarakat abangan
dan stakeholder dalam masyarakat seperti adalah ritual selametan, ritual selametan yang
pemerintah daerah, perguruan tinggi, sifatnya individu maupun kolektif pada dasarkan
pemerintah desa dan pihak swasta. dilakukan sebagai sandaran dalam mencari
Penelitian Rezal Prasetio, Muh. keselamatan dalam bekerja, dan supaya tidak
Arsyad, dan Ratna Supiyah tentang dibedakan dalam kelompoknya. Tetapi masyarakat
Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Pada nelayan dalam melaksanakan ritual hanya sebatas
Masyarakat Nelayan. Hasil penellitiannya ritual adat dan kebiasaan tanpa memahami makna
adalah Adanya bantuan pemerintah yang subtansi dilakukannya ritual tersebut.
kurang adil pendistribusiannya, sulitnya Penelitian Ibnu Fakhrurroji tentang Strategi
persyaratan untuk mendapatkan bantuan dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
kurangnya penyuluhan serta sosialisasi dari Mandiri-Kelautan Dan Perikanan (Pnpm Mandiri-
pemerintah untuk meningkatkan produksi Kp) Di Desa Prapag Kidul Kecamatan Losari
nelayan. Adanya kebiasaan-kebiasaan yang Kabupaten Brebes. Hasil penelitianya adalah
sulit untuk ditinggalkan berdampak pada Strategi PNPM Mandiri-KP di Desa Prapag Kidul
kemiskinan masyarakat nelayan seperti menekankan pada strategi diantaranya
enggan mencari ikan hingga ke tengah laut pemungkinan menekankan pada iklim
pada malam Jumat, sikap pasrah dan pemberdayaan yang didukung oleh masyarakatnya,
menyerah pada nasib, tingkat kebersamaan penguatan mengarah pada pemberian kebutuhan
pelatihan usaha bidang perikanan dan nelayan, khususnya untuk sarana dan prasarana
kelautan, perlindungan memberikan rasa belum dirasakan oleh nelayan seperti belum
aman dan nyaman bagi kelompok mayarakat adanya tempat pelelangan ikan (TPI) untk
pelaku usaha perikanan dan kelautan,
masyarakat , dan tidak adanya bantuan alat
penyokongann dengan memberikan
pengetahuan dan bimbingan pelatihan tangkap bagi nelayan.
tentang usaha bidang perikanan dan
kelautan, dan pemeliharaan dengan 2. Kemiskinan Kultural
memberikan sarana dan prasarana untuk
menunjang kegiatan usaha kelautan dan Kemiskinan kultural adalah bentuk
perikanan yang dikelola oleh kelompok kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya
masyarakatnya. Hambatan dalam sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat
pemberdayaan masyarakat nelayan melalui yang umumnya berasal dari budaya atau adat
PNPM Mandiri-KP di Desa Prapag Kidul
istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki
ini adalah modal yang diterima untuk tiap
kelompok masyarakat harus melalui tahapan taraf hidupnya dengan tata cara yang modern.
lolos verifikasi proposal, karena tidak semua Kebiasaan seperti ini biasa berupa sikap malas,
kelompok masyarakat nelayan mendapat pemboros, kurang kreatif, dan relati pula
bagian dana BLM akibatnya sebagian bergantung pada pihak lain. Bentuk kemiskinan
kelompok merasa kecewa tidak bisa pada masyarakat nelayan, Kecamatan Napabalano,
mengembangkan usahanya. Kabupaten Muna yang meliputi kemiskinan
Kultural dan kemisikinan Struktural sejalan dengan
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode pandangan Chambers (1983), bahwa kemiskinan
litratur review dengan data sekunder kultural merupakan bentuk kemiskinan yang terjadi
berupa data sekunder berupa data yang sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan
berasal dari penelitian terdahulu. seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal
dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN mau untuk memperbaiki taraf hidupnya dengan tata
Bentuk-Bentuk Kemiskinan cara yang modern. Sedangkan kemiskinan
1. Kemiskinan Struktural struktural adalah bentuk kemiskinan yang
Nelayan adalah orang yang mata disebabkan oleh karena rendahnya akses terhadap
pencahariannya melakukan penangkapan sumber daya yang pada umumnya terjadi pada
ikan. Pengertian mata pencaharian adalah suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik
sumber nafkah utama dalam memenuhi yang kurang mendukung adanya pembebasan
kebutuhan hidup dengan menangkap ikan. kemiskinan.
Masyarakat nelayan Sama masih
tergolong miskin.Kemiskinan merupakan Dimensi Kemiskinan Nelayan Kemiskinan
problematika manusia yang telah adalah suatu konsep yang cair, serba tidak pasti,
mendunia dan hingga kini masih menjadi dan bersifat multidimensional. Disebut cair, karena
isu sentral dibelahan bumi manpun. Selain kemiskinan bisa bermakna subyektif, tetapi
bersifat laten dan aktual, kemiskinan sekaligus juga bermakna obyektif. Secara obyektif
dipandang sebagai penyakit sosial ekonomi bisa saja masyarakat tidak dapat dikatakan miskin,
yang paling banyak dialami oleh negara karena pendapatannya sudah berada di atas batas
berkembang. Adapun bentuk kemiskinan garis kemiskinan, yang oleh sementara ahli diukur
yang ada Sama adalah yang pertama menurut standard kebutuhan pokok berdasarkan
Kemiskinan struktural dimana kurangnya atas kebutuhan beras dan gizi.3 Akan tetapi, apa
bantuan dari pemerintah untuk masyarakat yang nampak secara obyektif tidak miskin itu bisa
saja dirasakan sebagai kemiskinan oleh pelakunya,
karena adanya perasaan tidak mampu menyatakan adanya respon tertentu yang dilakukan
memenuhi kebutuhan ekonominya, atau oleh masyarakat miskin dalam menyikapi hidup,
bahkan dengan membandingkannya dengan seperti boros dalam membelanjakan uang, mudah
kondisi yang dialami oleh orang lain, yang putus asa, merasa tidak berdaya, dan apatis.
pendapatannya lebih tinggi darinya. Walaupun tidak seluruhnya benar, kondisi yang
Walaupun banyak definisi tentang demikian itu juga dialami oleh masyarakat nelayan.
kemiskinan, namun secara umum dapat Kecenderungan untuk membeli barang-barang
dikatakan bahwa istilah kemiskinan selalu konsumtif pada saat banyak ikan hasil tangkapan
menunjuk pada sebuah kondisi yang serba yang diperoleh paling tidak telah mendukung
kekurangan. Dalam kaitan itu, kondisi serba kebenaran tesis yang dikemukakan oleh Lewis
kekurangan itu bisa saja diukur secara tersebut. Kecenderungan semacam itulah yang oleh
obyektif, dirasakan secara subyektif, atau sementara pihak dipandang sebagai sikap boros,
secara relatif didasarkan pada perbandingan karena tidak menyimpan kelebihan uangnya untuk
dengan orang lain, sehingga melahirkan tabungan yang bisa digunakan pada saat musim
pandangan obyektif, subyektif dan relatif paceklik.5 Begitu pula sikap apatis terhadap
tentang kemiskinan. Selain itu, kondisi serba program-program pemerintah juga melanda
kekurangan juga bukan hanya dilihat dari kehidupan nelayan, karena terlalu sering
sisi ekonomi, melainkan juga dari segi dieksploitasi oleh pihak luar untuk kepentingan
sosial, budaya dan politik (Heru Nugroho, mereka.6 Akibatnya mereka sulit untuk percaya
1995:31). Dalam dimensi ekonomi, terhadap program-program yang diperkenalkan,
kemiskinan sangat mudah dilihat dan baik itu oleh pemerintah ataupun oleh pihak lain,
menjelma dalam berbagai kebutuhan dasar kecuali sudah terbukti membawa manfaat bagi
manusia, seperti pangan, sandang, mereka. Ini terjadi karena banyak program yang
perumahan dan kesehatan. Dalam kaitannya selama ini tidak membawa implikasi bagi
dengan masyarakat nelayan, kemiskinan perbaikan ekonomi mereka. Perasaan tidak berdaya
dalam dimensi ekonomi itu secara kualitatif juga muncul di kalangan ini, terutama dalam
dapat dilihat pada kondisi perumahan yang menghadapi ulah para pedagang ikan yang
kumuh dengan perabotan yang seadanya, menentukan harga secara sepihak. Adapun dalam
dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dimensi sosial politik, kemiskinan muncul dalam
sandang dan kesehatan yang rendah. Begitu bentuk terpinggirnya kelompok miskin dalam
pula kondisi pendidikan yang juga rendah. struktur sosial yang di bawah, dan tidak
Adapun secara kuantitatif, kemiskinan yang dilibatkannya mereka dalam proses pengambilan
dialami nelayan itu antara lain dapat dilihat keputusan. Dalam masyarakat nelayan, hal itu
pada pengakuan seorang buruh nelayan muncul dengan termarginalisasinya kelompok ini,
slerek4 di Muncar, Jawa Timur, yang rata- sehingga tidak mempunyai akses misalnya
rata pendapatan per bulannya hanya sekitar terhadap lembaga keuangan. Begitu pula dalam
Rp 250.000,- - Rp 400.000,- per bulan program-program untuk perbaikan kelompok ini,
(Imron, 2002:59). Bahkan beberapa nelayan mereka tidak punya akses untuk berpartisipasi
mengaku pendapatannya lebih kecil dari itu. dalam menentukan masa depannya, karena
penentuan program biasanya dilakukan oleh orang
Dalam dimensi sosial budaya, luar yang merasa tahu atas permasalahan mereka;
kemiskinan memang tidak dapat dihitung walaupun secara riil masyarakat miskin itulah yang
dengan angka-angka, namun muncul dalam sebetulnya merasakan dan tahu persis
bentuk budaya kemiskinan. Lewis permasalahan yang dihadapi. Dilihat dari
(Djamaludin Ancok, 1995:165) misalnya, lingkupnya, kemiskinan yang dialami masyarakat
nelayan juga bisa dibedakan dalam dua misalnya, mengalami kesulitan untuk membeli
kategori, yaitu kemiskinan prasarana dan bahan bakar untuk keperluan melaut, karena
kemiskinan keluarga. Kemiskinan prasarana sebelumnya tidak ada hasil tangkapan yang bisa
dapat dilihat pada prasarana fisik yang dijual, dan tidak ada dana cadangan yang bisa
tersedia di desa-desa nelayan, yang pada digunakan untuk keperluan yang mendesak. Belum
umumnya masih sangat minim, seperti tidak lagi jika ada salah satu anggota keluarga yang
tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan sakit. Hal yang sama juga dialami oleh nelayan
tidak adanya akses untuk mendapatkan buruh, mereka merasa tidak berdaya di hadapan
bahan bakar yang sesuai dengan harga para juragan yang telah mempekerjakannya,
standard. Kemiskinan prasarana itu secara walaupun bagi hasil yang diterimanya dirasakan
tidak langsung juga memiliki andil bagi tidak adil. Beberapa faktor dan situasi tersebut
munculnya kemiskinan keluarga. Tidak telah membuat terpuruknya masyarakat nelayan
tersedianya air bersih misalnya, memaksa dalam jerat kemiskinan. Hal lain yang juga
keluarga untuk mengeluarkan uang untuk memperparah keadaan mereka adalah adanya
membeli air bersih, yang berarti mengurangi keterbatasan teknologi kenelayanan, terjeratnya
pendapatan mereka. Atau jika tidak mereka dalam hutang, dan adanya keterbatasan
membeli, mereka terpaksa harus membuang dalam pemasaran hasil tangkapan.
waktu untuk mendapatkan air bersih, yang
berarti mengurangi waktu yang dimiliki Keterbatasan Teknologi Sebagai Pemicu Awal
untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Kemiskinan
Begitu pula lokasi yang jauh dari pasar,
Satu hal penting dalam kehidupan nelayan
membuat mereka harus mengeluarkan
adalah teknologi penangkapan, baik dalam bentuk
ongkos yang lebih besar untuk menjual hasil
alat tangkap maupun alat bantu penangkapan
tangkapan, atau harus merelakan hasil
(perahu). Ketergantungan nelayan terhadap
tangkapannya dibeli oleh tengkulak dengan
teknologi penangkapan itu sangat tinggi, karena
harga murah bahkan di bawah harga pasar.
selain kondisi sumberdaya perikanan yang bersifat
Pos pengeluaran untuk bahan bakar
mobile, yaitu mudah berpindah dari satu tempat ke
pengoperasian perahu juga membesar karena
tempat yang lain, juga untuk menangkapnya
tidak memiliki akses pembelian bahan bakar
nelayan perlu sarana bantu untuk dapat bertahan
secara langsung ke tempat-tempat penjualan
lama hidup di atas air (Acheson, 1981: 276).
resmi. Karena itu kemiskinan prasarana bisa
mengakibatkan keluarga yang berada di Dari segi jenisnya, teknologi penangkapan
garis kemiskinan (near poor) bisa merosot dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu yang
ke dalam kelompok keluarga miskin. bersifat tradisional dan modern. Ukuran modernitas
itu bukan semata-mata karena penggunaan motor
Chambers, sebagaimana yang dikutip
untuk menggerakkan perahu, melainkan juga besar
oleh Loekman Soetrisno (Loekman,
kecilnya motor yang digunakan serta tingkat
1995:19), menyebutkan adanya dua hal
eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan
utama yang terkandung dalam kemiskinan,
(Husein Sawit 1988: 67-87). Selain itu, wilayah
yaitu kerentanan dan ketidak-berdayaan,
tangkap juga menentukan ukuran modernitas suatu
yang sering mengakibatkan orang miskin
alat. Teknologi penangkapan yang modern akan
menjadi lebih miskin. Dengan kerentanan
cenderung memiliki kemampuan jelajah sampai di
yang dialami, orang miskin akan mengalami
lepas pantai (off shore), sebaliknya yang tradisional
kesulitan untuk menghadapi situasi darurat.
wilayah tangkapnya hanya terbatas pada perairan
Ini dapat dilihat pada nelayan perorangan
pantai. Penggunaan teknologi yang berbeda itulah
yang memunculkan konsep nelayan sifat sumberdaya perikanan, yang merupakan
tradisional dan nelayan modern. Tidak sumberdaya milik umum (common property
dipungkiri, sebenarnya para nelayan akan resources) (Wantrup dan Bishop, 1986). Dengan
selalu berusaha untuk memaksimalkan konsep kepemilikan yang seperti itu, yang
pendapatannya melalui usaha peningkatan mengandung arti bahwa sumberdaya itu bukan
teknologi. Dengan demikian, pemilikan milik siapa-siapa, karena tidak ada seorangpun
teknologi yang eksploitatif sifatnya, yaitu yang berhak menguasainya, namun di sisi lain
yang paling efektif dan efisien bisa sumberdaya yang demikian mengandung arti
dikatakan merupakan obsesi dari setiap bahwa semua orang memiliki hak untuk
orang yang menekuni pekerjaan sebagai mengeksploitasinya. Akibatnya adalah setiap orang
nelayan. Akan tetapi, hal demikian tidak akan berlomba untuk melakukan penangkapan
selamanya bisa dilakukan. Hal ini karena sumberdaya perikanan sebanyak-banyaknya,
terkait dengan faktor modal yang relatif karena jika itu tidak dilakukan, sumberdaya yang
besar, yang sangat mempengaruhi tingkat sama akan ditangkap pula.
teknologi yang dimiliki oleh nelayan.
Nelayan yang memiliki modal besar akan oleh orang lain. Akibatnya persaingan
dapat membeli alat tangkap yang lebih antara para nelayan dalam memperebutkan
bervariasi dengan tingkat eksploitasi yang sumberdaya tidak dapat dielakkan. Karena itu
lebih besar dibandingkan nelayan dengan dalam bidang perikanan berlaku prinsip first come
modal yang kecil. Lebih parah lagi jika first own. Artinya, siapa yang datang paling dulu
nelayan itu tidak punya modal, justru akan maka dialah yang paling berpeluang untuk
menempatkannya dalam posisi hanya mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak di
sebagai buruh nelayan. tempat itu. Akibat dari perebutan sumberdaya itu
maka nelayan dengan teknologi yang lebih rendah
Pada umumnya para nelayan masih cenderung akan kalah dalam persaingan. Selain
mengalami keterbatasan teknologi rendahnya teknologi penangkapan yang dimiliki
penangkapan. Dengan alat tangkap yang oleh nelayan pada umumnya, hal lain yang
sederhana, wilayah operasi pun menjadi dihadapi oleh nelayan adalah tidak semua nelayan
terbatas, hanya di sekitar perairan pantai. memiliki alat tangkap. Bagi nelayan yang
Selain itu juga ketergantungan terhadap demikian, tidak ada alternatif lain kecuali harus
musim sangat tinggi, sehingga tidak setiap bekerja pada orang lain yang membutuhkan
saat nelayan bisa turun melaut, terutama tenaganya yaitu menjadi buruh nelayan.
pada musim ombak, yang bisa berlangsung Permasalahannya adalah selain minimnya hasil
sampai lebih dari satu bulan. Akibatnya, tangkapan dengan alat tangkap sederhana, sistem
selain hasil tangkapan menjadi terbatas, bagi hasil yang dilakukan oleh para juragan juga
dengan kesederhanaan alat tangkap yang cenderung kurang menguntungkan nelayan buruh.
dimiliki, pada musim tertentu tidak ada hasil Dalam beberapa kasus, dan ini yang paling sering
tangkapan yang bisa diperoleh. Kondisi ini terjadi, bagi hasil itu dilakukan dengan sistem fifty-
merugikan nelayan, karena secara riil rata- fifty, yaitu sesudah hasil tangkapan dijual dan
rata pendapatan per bulan menjadi lebih dikurangi untuk biaya operasi, sisanya dibagi dua
kecil, dan pendapatan yang diperoleh pada antara buruh nelayan dengan juragannya. Sistem
saat musim ikan akan habis dikonsumsi pada bagi hasil seperti itu sepintas memang kelihatan
saat paceklik. adil. Namun jika dicermati lebih jauh sistem bagi
hasil yang demikian sebetulnya sangat timpang.
Masalah lain yang dihadapi dengan Memang benar nelayan buruh dapat bagian
teknologi yang sederhana tersebut adalah
setengah seperti yang diperoleh juragan, dimiliki, sehingga bisa menangkap berbagai jenis
tetapi pada nelayan buruh, pendapatan yang sumberdaya.
setengah itu harus dibagi lagi dengan
banyaknya anggota yang ada. Jika dalam Kemampuan untuk meningkatkan peralatan
satu kelompok penangkapan terdiri dari itu sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
enam anggota, maka dapat dipastikan bahwa seorang nelayan. Sesuai dengan kondisi
pendapatan buruh hanyalah seperenam dari ekonominya, peralatan yang mampu dibeli adalah
pendapatan juragan. Artinya, semakin besar peralatan yang sederhana, atau bahkan mungkin
anggota kelompok penangkapan yang tidak mampu membeli peralatan tangkap sama
dimiliki, maka ketimpangan dalam bagi sekali, sehingga menempatkan kedudukannya tetap
hasil itu semakin besar. Sistem bagi hasil sebagai buruh nelayan. Karena itu untuk
yang timpang itu pada kasus-kasus tertentu mengembangkan variasi alat tangkap yang dimiliki
masih diperparah dengan kewajiban nelayan bukan hal yang mudah dilakukan. Akibatnya,
untuk ikut serta menanggung penggantian kemampuan untuk meningkatkan hasil tangkapan
alat baru, jika terjadi kerusakan. Ini dapat menjadi sangat terbatas. Kondisi ini
dilihat pada sistem bagi hasil yang mengakibatkan nelayan mengalami kesulitan untuk
diterapkan pada perahu slerek di Muncar dapat melepaskan diri dari kemiskinan, karena
misalnya, jika terjadi kerusakan mesin kemiskinan yang dialami oleh para nelayan
ataupun jaring, dan ternyata tidak dapat tersebut telah menjadi semacam lingkaran setan.
diperbaiki, maka anggota slerek harus ikut Beberapa pilihan ditempuh nelayan dalam
menanggung setengah bagian dari harga menghadapi kemiskinannya. Pilihan pertama
pembelian mesin atau jaring yang diganti adalah tetap bertahan sebagai nelayan, dengan
(Imron, 2002:59). Hal yang sama juga menggunakan alat tangkap yang telah
terjadi pada nelayan purse seine di dimilikinya.7 Pilihan pertama ini membawa akibat
Rembang. Lebih dari itu, para buruh purse yang serius, yaitu produktivitas penangkapan tidak
seine di Rembang juga harus ikut bisa ditingkatkan, sehingga nelayan tetap terjebak
menanggung biaya penyusutan alat tangkap dalam kungkungan kemiskinan. Pilihan kedua
yang dimiliki oleh juragan (Imron, 2002:80). dilakukan dengan cara berusaha meningkatkan
produktivitasnya, baik melalui cara intensifikasi
Jeratan Hutang Sebagai Roda maupun dengan cara ekstensifikasi. Pilihan kedua
Penggerak Kemiskinan Pada umumnya ini pada umumnya sulit dilakukan, karena
terdapat kesadaran yang dimiliki oleh keterbatasan modal. Oleh karena itu, pilihan ketiga
nelayan, bahwa untuk meningkatkan sangat terbuka bagi nelayan, yaitu berusaha
pendapatan maka usaha pertama yang perlu meningkatkan produktivitas dengan cara yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan dianggap murah, tetapi tingkat eksploitasinya
teknologi kenelayanan. Peningkatan sangat tinggi. Celakanya, pilihan ini cenderung
teknologi itu dilakukan melalui dua cara, merusak lingkungan, karena dilakukan dengan
yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. pengeboman ataupun penggunaan potassium. Bagi
Intensifikasi alat tangkap berarti nelayan nelayan yang tidak mungkin untuk memilih ketiga
perlu memiliki alat tangkap yang tingkat opsi tersebut, mereka cenderung akan memilih opsi
eksploitasinya lebih tinggi daripada alat keempat, yaitu selain tetap sebagai nelayan, juga
tangkap yang telah dimiliki. Sedangkan mencari pekerjaan alternatif lain, sehingga
ekstensifikasi berarti nelayan perlu pendapatannya diharapkan dapat meningkat. Akan
memperbanyak jenis alat tangkap yang tetapi, tidak semua nelayan dapat melakukan kedua
jenis kegiatan itu secara bersamaan. Hal ini karena
pekerjaan di laut sudah banyak menyita rendah, sehingga hasil tangkapan yang dijual oleh
waktu, sehingga menyulitkannya untuk nelayan juga dihargai lebih rendah daripada harga
melakukan pekerjaan lain di darat; kecuali pasar. Dengan demikian pendapatan yang diterima
jika dilakukan di musim paceklik, di saat oleh nelayan juga rendah. Walaupun di beberapa
mereka sedang tidak melakukan kegiatan tempat sudah ada TPI sehingga diharapkan dapat
melaut. Oleh karena itu, bagi nelayan yang mengkatrol harga ikan, namun dalam prakteknya
demikian, mereka akan meninggalkan sama keberadaan TPI justru banyak yang menjadi beban
sekali pekerjaan sebagai nelayan, dan nelayan, karena pungutan retribusi yang
beralih ke pekerjaan lain di darat, walaupun dilakukannya, padahal lelang tidak berjalan.
tidak jarang bekerja di darat juga berakhir Berbagai upaya dilakukan oleh nelayan untuk
dengan keputus-asaan, karena mereka pada meningkatkan pendapatan. Celakanya, upaya
umumnya tidak memiliki keahlian untuk itu. mereka untuk melepaskan diri dari kemiskinan itu
Akibatnya pekerjaan darat yang bisa mereka justru sering menjebak mereka dalam kemiskinan
lakukan umumnya juga terbatas pada yang lebih dalam. Ini terjadi karena tidak adanya
pekerjaan kasar, seperti menjadi tukang akses terhadap lembaga keuangan, sehingga
becak, tukang batu, serta pekerjaan lain yang kebutuhan dana hanya bisa diperoleh melalui para
sejenis, yang hasilnya tidak lebih besar pemilik modal, yang tidak lain adalah para
dibandingkan jika tetap sebagai nelayan. tengkulak. Akibatnya mereka tidak memiliki
kebebasan lagi menjual ikan kepada tengkulak
KESIMPULAN yang diinginkan, sehingga hasil tangkapannya
Satu hal yang menjadi penyebab
dibeli lebih rendah.
utama bagi munculnya kemiskinan yang
dihadapi nelayan adalah keterbatasan Adanya kondisi seperti itu, tidak ada cara
teknologi penangkapan. Dengan teknologi lain untuk mengentaskan kemiskinan nelayan
yang terbatas, maka ketergantungan kecuali dengan uluran tangan dari pihak luar.
terhadap musim menjadi sangat tinggi, dan Untuk itu, langkah utama yang perlu dilakukan
wilayah tangkapnya juga terbatas. Akibatnya adalah mengurangi ketergantungan terhadap
hasil tangkapan juga terbatas. Selain itu, tengkulak, sehingga nelayan dan pedagang ikan
kondisi sumberdaya perikanan yang bersifat berada dalam posisi yang seimbang. Karena itu,
milik umum telah mengakibatkan terjadinya keberadaan suatu lembaga yang mampu
persaingan dalam memperebutkan menggantikan peran yang selama ini dilakukan
sumberdaya, sehingga para nelayan oleh tengkulak sangat diperlukan. Lembaga ini
tradisional itu akan selalu kalah dalam juga berfungsi menyalurkan pinjaman untuk
persaingan. Kondisi inilah yang peningkatan teknologi kenelayanan. Selain itu,
mengakibatkan pendapatan nelayan menjadi untuk meningkatkan pendapatan buruh nelayan,
rendah. Keadaan itu menjadi lebih buruk maka perbaikan sistem bagi hasil perlu dilakukan.
pada buruh nelayan, yang mengandalkan Untuk itu diperlukan perangkat aturan yang
pada bagi hasil yang diperoleh dari para mendukungnya, yang bisa lebih menjamin
juragan. Dengan sistem bagi hasil yang terwujudnya keadilan dalam sistem bagi hasil.
cenderung timpang, maka kesenjangan
pendapatan antara buruh nelayan dengan
juragannya juga tidak dapat terhindarkan. DAFTAR PUSTAKA
Ketergantungan pada tengkulak merupakan
Abdul, S. (2009). Pembangunan daerah dan
permasalahan lain yang dihadapi oleh penanggulangan kemiskinan. 10(1).
nelayan. Akibatnya posisi tawar (bargaining
position) yang dimiliki oleh nelayan sangat Agribisnis, P. S., Pertanian, F., & Trunojoyo, U.
(2011). BAGI RUMAH TANGGA Masyarakat, K., Di, N., Pulau, K., & Utara, L.
MISKIN DI DAERAH PESISIR (2013). 287 Jurnal Ilmu Politik dan
Strategies of Sustainable Livelihood for Pemerintahan Lokal , Volume II Edisi 2, Juli-
Poor Household in Coastal Area Desember 2013. II(8), 287–294.
Abstract. 15(1), 10–20.
Nelayan, P. M. (2019). No Title. 4(2), 785–798.
Bakhtiar, A. N. (2015). Implementasi
Program Keluarga Harapan Sebagai Nilawati, A., & Pamudji, H. C. (2012). Vol. 34.
Upaya Penanggulangan Kemiskinan di No. Juni 2011. 34(2).
Kecamatan Berbah Sleman Tahun.
Of, C., Through, D., For, E., & Alleviation, P.
Desa, D. I., Kecamatan, L., Kabupaten, W., (2019). KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Utara, M., & Saroinsong, R. P. (n.d.). MELALUI. 3(2), 91–103.
No Title.
Pasir, K., Kapas, L., Rokan, K., & Riau, P. (2016).
Di, S., Padang, K., Masyarakat, K., Diterima : 28 Desember 2015 Disetujui: 25
Kampung, K., Purus, K., & Barat, K. P. Januari 2016. 44(1).
(2009). PASCA BENCANA ALAM
GEMPABUMI. September. Pengentasan, D., Nelayan, K., & Wilayah, D. I.
(n.d.). Halaman | 71. 71–78.
Gasim, H. (n.d.). Evaluasi Pelaksanaan
Program Pemberdayaan Ekonomi Pesisir, M. N. (n.d.). Pendidikan dan pengentasan
Masyarakat Pesisir ( PEMP ) Sebagai kemiskinan masyarakat nelayan pesisir.
Upaya Penanggulangan Kemiskinan di
Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Rahim, M., Tahir, M., & Rumbia, W. A. (n.d.).
Gorontalo. 6. MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI WILAYAH PESISIR DALAM
Imron, M. (2003). Kemiskinan dalam MENANGGULANGI KEMISKINAN DI
masyarakat nelayan. 5(1), 63–82. KABUPATEN BUTON , SULAWESI
TENGGARA. 23–33.
Journal, C. S. (2020). GAOL KECAMATAN
BALIGE KABUPATEN TOBA Secara, K., Pada, M., & Nelayan, D. (2002). Modal
SAMOSIR Abstract : 1, 56–64. sosial sebagai strategi pengentasan
kemiskinan secara mandiri pada desa nelayan
Jurusan, D., Arsitektur, T., Teknik, F., & di sulawesi selatan dan sulawesi barat.
Udayana, U. (1997). PEMENUHAN
ATAS PERUMAHAN SALAH SATU. Semarang, P. I. P., Singosari, J., & Semarang, N.
103–108. (2019). STRATEGI PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN NELAYAN : SEBUAH
Khusna, F. N., & Suharso, P. (2019). KONTRIBUSI BAGI PENGENTASAN
KECAMATAN PURWOHARJO KEMISKINAN PERSPEKTIF PADA
KABUPATEN BANYUWANGI. 13, 8– WILAYAH PESISIR DI JAWA TENGAH.
14. 2(November), 54–63.
https://doi.org/10.19184/jpe.v13i1.1041
1 Sosial, P., & Hukum, E. D. A. N. (2011).
NELAYAN INDONESIA DALAM PUSARAN
Larantika, A. A. A. D., Jurusan, D., KEMISKINAN STRUKTURAL. XVI(3), 149–
Pemerintahan, I., & Warmadewa, F. U. 159.
(2017). Efektivitas Kebijakan
Penanggulangan Kemiskinan di Subarna, T. (2012). PENDUDUK JAWA BARAT
Kabupaten Badung. 8(September), POVERTY AND NON-FOOD SPENDING
125–129. ANALYSIS OF POPULATION IN WEST
JAVA. 243–250.

Sulawesi, N. D. I., & P, A. R. (2004). No


Title.

Sulhan, M., & Sasongko, T. (2017).


IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PROGRAM PENANGGULANGAN
INDONESIA PINTAR PADA
MASYARAKAT ( Studi Kasus di
Kelurahan Kauman Kota Malang ).
6(1), 15–18.

Syraiah, F., Islam, E., Syekh, I., Cirebon, N.,


Dari, I. K., Hingga, K., Laut, B., &
Pelajar, P. (n.d.). No Title. 144–166.

Warmadewa, U. (2017). Efektivitas


Program Community Based
Development Bali Sejahtera Provinsi
Bali Dalam Penanggulangan
Kemiskinan. 8, 37–44.: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai