Anda di halaman 1dari 2

Nama : Pambuko Bayu Laksono

Nim : 1201816027
Matkul : HK Perlindungan Konsumen
Semester : 5 / Ilmu Hukum
Dosen : Putri Maha Dewi, S.H., M.H,
Tugas 4 / sesi 5 / Penyelesaian Sengketa Konsumen
1. Pengertian sengketa konsumen
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tidak memberikan
batasan apakah yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Definisi ”sengketa konsumen”
dijumpai pada Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yaitu Surat Keputusan
Nomor: 350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10 Desember 2001, dimana yang dimaksud dengan
sengketa konsumen adalah:
“sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menutut ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran dan atau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi barang atau
memanfaatkan jasa.”
Sengketa dapat juga dimaksudkan sebagai adanya ketidakserasian antara pribadi–pribadi atau
kelompok-kelompok yang mengadakan hubungan karena hak salah satu pihak terganggu atau
dilanggar.
2. Pihak-Pihak Dalam Sengketa Konsumen
Dalam sengketa konsumen maka pihak-pihak yang bersengketa adalah konsumen disatu
pihak dan Developer (Pelaku usaha) di pihak lain. Dimana konsumen sebagai
pengguna/pemakain barang/jasa dan Developer (pelaku usaha) sebagai penyedia barang atau
jasa.l
3. Biasanya sengketa konsumen terjadi karena konsumen merasa dirugikan atau haknya
sebagai konsumen tidak terpenuhi karena konsumen memiliki hak yang harus dipenuhi oleh
pelaku usaha, yaitu hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa, hak atas informasi yang benar tentang kondisi barang dan jasa, hak
untuk mendapat perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut dan hak lainnya yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
4. Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan melalui beberapa cara. Salah satu cara
yang umum dilakukan adalah dengan menempuh jalur peradilan (litigasi). Sebagaimana
penyelesaian sengketa secara umum, maka jalur ini memerlukan waktu, tenaga dan biaya
yang relative lebih banyak. Sebagai alternative pilihan penyelesaian sengekta konsumen,
maka sejak tahun 2000 secara formal pemerintah melalui Undang-undang Pelindungan
Konsumen (UUPK) telah menyediakan jalur penyelesaian sengketa konsumen di luar
peradilan (non litigasi).Penyelesaian sengketa di luar peradilan (non litigasi) ini dapat
membantu konsumen dalam menyelesaikan tuntutan kerugiannya dengan biaya yang sangat
minim dengan waktu yang dapat diperhitungkan. Ada beberapa lembaga atau badan yang
biasanya mampu menyelesaikan sengketa konsumen dengan jalur ini, yaitu 1) Pemerintah;
melalui dinas atau bidang-bidang yang khusus menangani penyelesaian sengekta konsumen,
seperti Kementerian Perdagngan RI, Dinas Perdagangan Provinsi, Otoritas Jasa Keuangan
dan lainnya.

5. Sanksi bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan dalam Pasal 15 UU Perlindungan
Konsumen berdasarkan Pasal 62 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen adalah dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Anda mungkin juga menyukai