Anda di halaman 1dari 38

ISSN : 2337-3067

E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN PERTUBUHAN


GROSS DOMESTIC PRODUCT TERHADAP JUMLAH UANG
BEREDAR DI TIMOR-LESTE

José Augusto Maria1


I B. Panji Sedana2
Luh Gede Sri Artini3
1,2,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
Email: jose.maria@bancocentral.tl

ABSTRAK
Peningkatan jumlah uang beredar merupakan tolak ukur salah satu pertumbuhan
ekonomi suatu Negara. Uang memiliki peranan strategis dalam perekonomian terutama karena
fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya sering diartikan
menjadi satuan yang dapat diterima umum sebagai alat pembayaran (Iskandar Putong, 2007).
Lokasi penelitian dilakukan pada Bank Sentral Timor-Leste dan laporan tahunan IMF dan Bank
Dunia periode 2004 – 2013. Metode pengumpulan data dengan menggunakan data kuantitatif.
Hasil yang didapat dalam penelitian dianalisa variabel – variabel menggunakan analisis Regresi
Berganda dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan dari ketiga variabel
yang digunakan yaitu tingkat suku bunga, laju inflasi dan Gross Domestic Product yang hanya
suku bunga dan inflasi yang berpengaruh negatif singnikan terhadap jumlah uang beredar, ini
berarti Bank Sentral jika mengurangi jumlah uang yang beredar di Timor-Leste bisa dilakukan
dengan meningkat suku bunga bank dan kebijakan fiskal pemerintah.

Kata kunci: Suku Bunga, Inflasi, Gross Domestic Product dan Jumlah Uang Beredar.

ABSTRACT
The increasing of the money supply is a measure one of the economic growth of a country.
Money has a strategic role in the economy, especially since its main function as a medium for
transactions, so that at first is often translated into a common unit that can be accepted as means of
payment (Putong Iskandar, 2007). The location of the research conducted at the Central Bank of
East Timor has referred on the annual reports of the IMF and World Bank with the period 2004 –
2013. The collect method analysis data is using the quantitative data. The results obtained in the
studies analyzed variables using the multiple regression analysis program SPSS. The results
showed that use of the three variables, namely interest rates, inflations and Gross Domestic
Products is only the interest rate and inflation is significant negative effect on the money supply,
this means that if the central bank reduces the amount of money circulating in East Timor can be
done with rising interest rates and government fiscal policy.

Keywords: Interest Rate, Inflation, Gross Domestic Product and Money Supply.

3477
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

PENDAHULUAN

Uang memiliki peranan strategis dalam perekonomian terutama karena

fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya sering

diartikan bahwa uang adalah sesuatu yang dapat diterima umum sebagai alat

pembayaran. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, fungsi uang yang

semula hanya sebagai alat pembayaran berkembang menjadi alat satuan hitung

dan sebagai alat penyimpan kekayaan. Uang beredar merupakan jumlah uang

dikeluarkan secara resmi baik oleh Bank Sentral dalam bentuk uang kartal

maupun uang giral dan uang kuasi yang dikeluarkan oleh Bank Umum menurut

Iskandar Putong 2007.

Tingkat suku bunga tidak mempengaruhi peranan dalam menentukan

jumlah uang yang ditawarkan pada waktu tertentu. Sendangkan permintaan uang

adalah permintaan agregat, yaitu keseluruhan permintaan uang dalam

perekonomian yang merupakan permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan

spekulasi, Soekirno 2001. Uang beredar sering dikaitkan dengan suku bunga,

pertumbuhan Gross Domestic Product tingkat inflasi. Jumlah uang beredar yang

terlalu banyak dapat mendorong kenaikan harga barang-barang secara umum akan

menimbulkan inflasi. Apabila jumlah uang beredar terlalu sedikit maka kegiatan

ekonomi akan menjadi lebih lambat. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah uang

beredar perlu diatur agar sesuai kapasitas ekonomi.

Timor-Leste memilih sistem moneter yang stabil dengan mata uang yang

bebas adalah mata uang dolar Amerika (United State Dollar (USD) of America

dan Coin Timor-Leste (Centavos) menjadi mata uang resmi sesuai Decree-Law
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

No. 20/2003. Konstitusi Timor-Leste pasal 143 tahun 2002 yang mengatur

tentang fungsi dan tugas Bank Sentral Timor-Leste. Bank Sentral secara resmi

didirikan pada tanggal 13 September 2011 dengan UU No. 5/2011. Fungsi Bank

Sentral sebelumnya adalah Banking and Payments Authority (2001-2011) dan

Central Payments Office (2000-2001) dan lembaga-lembaga ini diciptakan oleh

Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa Bangsa di Timor-Leste ( UNTAET),

yang mengelola negara dari Oktober 1999 sampai Mei 2002.

Salah satu kebijakan Bank Sentral dengan pemerintah Timor-Leste adalah

menciptakan kondisi agar tersediannya kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi,

dan stabilitas harga yang menjadi sasaran akhir yang ingin dicapai dapat

direalisasi, namun dalam prakteknya seringkali dijumpai unsur-unsur yang

kontradiktif atau tumpang tindih sehingga makin disadari akan pentingnya

kebijakan moneter dengan sasaran tunggal. Salah satu sasaran tunggal yang saat

ini menjadi model kebijakan moneter adalah penargetan inflasi (inflation

targeting) yang telah banyak dilakukan oleh negara-negara maju dan saat ini

dilakukan oleh pemerintah Timor – Leste, Antonio Serra 2012.

Dow dan saville (Insukindro, 2003) menyebutkan dua tipe kebijakan

moneter yaitu berupa pengelolaan permintaan (demand management) dan target

atau sasaran moneter (monetary tergety). Jenis kebijakan yang pertama

dimaksudkan untuk mengendalikan jumlah uang beredar, sedangkan kebijakan

kedua dilakukan mengendalikan inflasi dengan cara mengelolah permintaan

agregat pada aktivitas yang tidak mendorong inflasi (non inflationary level).

3479
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

Tipe kebijakan tersebut ditenpuh oleh Timor-Leste dengan menempuh

kebijakan tingkat suku bunga mengikuti suku bunga Amerika yang rendah untuk

mengendalikan inflasi walaupun konsekuensinya adalah penurunan investasi yang

dratis. Kebijakan ini dilakukan sejak tahun 2005 ketika secara global minyak

dunia mengalami kenaikan harga sekitar dua kali lipat dari harga sebelumnya

yang menyebabkan terjadinya inflasi yang tinggi. Berdasarkan perubahan global

tersebut sedikit demi sedikit Banco Central de Timor-Leste (BCTL) menetapkan

suku bunga mengikuti flutuasi Amerika dengan menurunkan tingkat suku bunga

(BCTL Rate) yang mencapai angka penurunan sebesar 2.8 basis poin dari

Desember 2004 sampai Desember 2007 yang menyebabkan BCTL rate menjadi

1.3% pada Desember 2008. Kondisi ini memberikan pengaruh pada tingkat bunga

yang diberlakukan pada bank-bank umum, yakni kalau pada tahun 2011 untuk

tingkat bunga 3 bulanan rata-rata 1.1 persen sampai pada akhir 2013.

Kebijakan pemerintah tentang target inflasi memiliki keunggulan sasaran

yang lain terhadap jumlah uang beredar, karena kebijakan ini dipusatkan pada

fenomena domestik, penentuan sasaran yang lebih jelas dan sederhana, tidak

tergantung pada hubungan antara uang dan inflasi. Dengan menggunakan model

kebijakan ini maka inflasi di Timor-Leste dapat dikendalikan, namun kebijakan

ini memiliki dua kelemahan yaitu: pertama kelemahan dalam pencapaian sasaran

karena ada unsur waktu (time lag), sehingga sulit menentukan efektivitas

kebijakan yang dikeluarkan.

Hal ini sangat berbeda dengan kebijakan pengelolaan jumlah uang beredar

yang memiliki efek yang lebih cepat sehingga efektivitas dapat segera diketahui.
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

Kedua, dapat menyebabkan terjadinya fenomena fluktuasi keluaran (output) yang

membawa implikasi pada sektor riil, dimana untuk tujuan menahan inflasi harus

dengan meningkatkan suku bunga yang pada akhirnya mengorbankan sektor riil,

sehingga investasi menurun dan keluaran (output) juga menurun.

Di Negara Timor-Leste, harga-harga barang dan jasa selama tahun 2012

mengalami tekanan yang lebih berat dibadingkan dengan tahun sebelumnya.

Kondisi itu tercermin dari kondisi inflasi pada tahun 2008 mencapai 11.6% dan

2011 mencapai 17.4% lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 sebesar 11.8%,

kemudian pada lima tahun sebelumnya 2007 kondisi inflasi mencapai 8.6%.

Hal mendasar dan penting dalam merespon kondisi seperti ini adalah

bagaimana kebijakan moneter atau fiskal yang diterapakan bisa efektif dan tidak

berakibat buruk bagi perekonomian. Pada saat laju pertumbuhan inflasi meningkat

cukup tinggi, pemerintah harus merespon melalui penerapan kebijakan atau fiskal

sesuai dengan sasaran yang dituju dalam perekonomian. Artinya tingkat inflasi

harus dikendalikan pada tingkat pertumbuhan yang relatif tepat. Pengedalian ini

harus bersifat hati – hati dan tidak secara dramatis sehingga menghindari

kebijakan yang overdone, karena bisa menyebabkan stagnasi. Suatu kondisi yang

tentunya tidak bermanfaat, karena penurunan tingkat pertumbuhan output

aggregate (pendapatan nasional) non petroleum.

Seberapa jauh dampak inflasi dalam perekonomian, akan sangat tergantung

dari tingkat keparahan inflasi yang terjadi. Tingkat inflasi yang ditandai dengan

menjoloknya harga secara umum tidak selalu berdampak negatif. Sering kali

kenaikan harga yang tidak terlalu tinggi mempunyai pengaruh positif, terutama

3481
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

terhadap iklim investasi. Kenaikan harga seperti ini pada dasarnya merupakan

insentif bagi pengusaha untuk melakukan kegiatan produksinya. Kebijakan

ekonomi moneter Timor-Leste dapat disetujui dengan efek positif yang dapat

tercapai secara maksimal dengan inflasi ringan dibawah 10% (Antonio Serra,

2012). Aspek penting yang perlu dicerminkan dalam mencegah tingkat

keparahan inflasi adalah mengidentifikasi penyebab terjadinya inflasi. Dalam

dimensi ekonomi makro inflasi bisa dipicu dari sisi permintaan aggregate atau

penawaran aggregate.

Sasaran dari kebijakan moneter adalah pengaturan jumlah uang beredar

melalui instrumen politik pasar terbuka dan politik fiskal pemerintah. Penggunaan

instrumen ini dapat menekan volume jumlah uang beredar dalam batasan tertentu

sehinggan tingkat inflasi bisa mencapai target yang diinginkan. Pengendalian

inflasi melalui kebijakan fiskal dilakukan melalui pengaturan pengeluaran

pemerintah (government expenditure) dan perpajakan. Pengendalian melalui

instrument perpajakan secara langsung mempengaruhi permintaan total, sehingga

akan mempengaruhi harga.

Pengaruh terhadap harga disebabkan oleh kenaikan output, karena produsen

cenderung meningkatkan volume produksi untuk memperoleh keuntungan yang

lebih besar. Kenaikan output yang lebih besar pada akhirnya mengakibatkan akses

supply. Efek balik yang diperoleh akan menyebabkan harga kembali turun

sehingga memperkecilkan tingkat inflasi. Upaya untuk mewujudkan stabilitas

perekonomian makro akibat terpaan krisis politk internal dan keuangan global
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

sejak pertengahan tahun 2008 adalah satu indikasi nyata melambungnya tingkat

inflasi yang makin tinggi saat itu.

Situasi ini hampir tak terkendali sehingga memperburuk kinerja sektor riil

dan jasa dalam menjalankan aktivitasnya. Bahkan sangat menimbulkan

kekhawatiran terjadinya stagnasi ekonomi yang makin meluas. Fenomena tingkat

inflasi nasional mamasuki tahun 2012 menunjukan kecenderungan yang menurun.

Kodisi ini dikarenakan terjadinya penguatan nilai tukar US Dollars dan ekspektasi

inflasi. Pada akhir tahun 2011 terjadi peningkatan inflasi akibat kebijakan

pemerintah yang menganut pasar bebas sehingga mempengaruhi harga dan

pendapatan seperti: kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar

telepon dan tarif listrik (TDL). Situasi ini memicu peningkatan harga barang dan

jasa karena didorong oleh kenaikan faktor biaya (cost push) dan ekspektasi inflasi.

Berdasarkan perkembangan tingkat inflasi menunjukan bahwa fenomena inflasi

sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berkaitan dengan kondisi dan

kebijakan makro ekonomi. Kebijakan moneter menurut Putong (2003) yang

dilakukan pemerintah secara teoritis dibagi menjadi dua (2), yaitu:

1) Kebijakan kuantitatif, yaitu kebijakan yang terkait dengan upaya-upaya

untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan pengedalian suku bunga.

2) Kebijakan kualitatif, yaitu kebijakan yang sifatnya non intervensi dan

lebih banyak menekankan pada keadaan pihak perbankan.

Secara teoritis besar kecilnya peredaran uang sangat tergantung dari

pengeluaran pemerintah. Apabila pemerintah melakukan kebijakan yang

ekspansif, maka pemerintah akan melakukannya dengan memperbesarkan jumlah

3483
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

uang beredar, baik dengan cara memperbesar pengeluarannya (kebijakan fiskal)

maupun dengan cara mengimpor uang kertas baru dan mencetak uang baru

(kebijakan moneter). Apabila pemerintah melakukan kebijakan kontraksi, maka

pemerintah akan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara mengurangi

pengeluaran belanja negara, meningkatkan pungutan pajak serta menarik

peredaran uang. Kebijakan tersebut sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah, maka

jumlah uang beredar bersifat otonomi, yaitu tidak ada satu variabel yang dapat

mengubahnya.

Perkembangan angka-angka indikator makro di Timor-Leste mengalami

fluktuasi, dimana perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

yang berlangsung pada saat itu. Perkembangan ekonomi yang paling ekstrim

terjadi ketika Timor-Leste mengalami krisis politik internal dan keuangan global

pada tahun 2006 yang kemudian berkembang menjadi krisis moniter tahun 2008

berlanjut tahun 20011, dan oleh karena tidak mampu ditanggulangi oleh

pemerintah secara cepat pada akhirnya manjadi krisis multidimensional yang

berlangsung paling cepat diantara negara-negara terkena krisis di Asia dan Pasifik.

Perkembangan tingkat suku bunga yang berlaku pada bank umum

sebelum krisis militer/politik tahun 2006 serta dilajutkan krisis keuangan tahun

2008 berkisar pada 2.5 and 1.6 persen sampai 1.3 persen, namun pada saat krisis

keuangan berkisar pada angka antara 1,6 persen sampai terrendah 1.1 persen.

Perkembangan tingkat inflasi yang senderung mengalami perkembangan antara

8.6 persen sampai 11.6 persen pada krisis politik internal sedangkan pada masa

belum krisis keuangan dan 2.8 persen sampai 9.2 persen pada saat krisis
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

keuangan. Perkembagan Gross Domestic Product (GDP) sebelum krisis

militer/politik tahun 2006 dan krisis keuangan tahun 2008 berkisar antara 143.11

– 186.16 juta dolar, namun pada saat kedua krisis terjadi berkisar antara 149.67 –

204.27 juta dolar.

Kesenderungan yang terjadi pada jumlah uang beredar dalam arti luas

(M2) dimana pada masa sebelum krisis militer/politik dan krisis keuangan

berkisar pada 61.41 juta dolar sampai dengan 99.89 juta dolar, namun pada saat

kedua krisis terjadi berkisar pada angka 192.66 juta dolar sampai dengan 500.25

juta dolar pada tahun 2013.

Identifikasi variabel-variabel penentu dari permintaan uang dalam kajian

yang dilakukan mencakup uang kartal (currency), narrow money (M1) dan broad

money (M2). Banyak analis diskon M2 sebagai peninggalan karena perbankan

struktural berubah untuk memberikan tabungan lebih fleksibel. Faktor yang

mempengaruhi permintaan uang masyarakat adalah suku bunga (suku bunga

deposito), Gross Domestic Product (GDP) dalam negeri, dan inflasi domestik.

Variabel lain yang dijadikan sebagai penentu permintaan uang antara lain: Gross

Domestic Income (GDI), interest rate differential. Price Simon dan Insukindro

(1994), mencoba untuk menganalisis komponen permintaan uang dalam arti

sempit (money stock) dengan menggunakan teknik ekonometrik modern.

Bersadarkan latar belakang masalah dengan didukung data tersebut

ternyata perubahan naik turunnya variabel- varibel tersebut mengalami flutuasi,

namun kelihatannya kecenderugan awal menunjukkan bahwa krisis politik

internal dan keuagan memiliki peranan yang nyata terhadap fluktuasi variabel-

3485
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

variabel tersebut, maka menarik untuk melakukan penelitian secara lebih

mendalam untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh tingkat suku bunga,

inflasi dan GDP terhadap jumlah uang beredar di Timor-Leste.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:


1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh tingkat Suku Bunga terhadap

jumlah uang beredar.

2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh laju inflasi terhadap jumlah

uang beredar.

3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh GDP berpengaruh signifikan

terhadap jumlah uang beredar.

KAJIAN PUSTAKA
Uang adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat pembayaran

yang sah. Untuk dapat dipakai sebagai alat pembayaran yang sah, maka uang

harus memenuhi tiga fungsi berikut ini:

1) Sebagai satuan pengukur nilai atau satuan hitung.

2) Sebagai alat pertukaran.

3) Sebagai alat penimbun atau penyimpan kekayaan.

Mekanisme uang beredar di Pasar


Mekanisme uang beredar bergerak melalui jalur Bank Sentral Timor-Leste

yang berfungsi sebagai pencetak uang atau pengadaan uang.

Bank Sentral
Bank Sentral adalah lembaga Negara yang mempunyai wewenang untuk

memgeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu Negara, merumuskan dan

malaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem


ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta menjalankan fungsi

sebagai linder of the last resort. Bank Sentral yang dimaksud adalah Banco

Central de Timor-Leste. Banco Central de Timor-Leste adalah lembaga Negara

yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari

campur tangan pemerintah atau pihak lain, yang tujuannya adalah untuk mencapai

dan memelihara kestabilan nilai Dolar.

Bank Umum
Bank umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank

umum mempunyai banyak kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang

utama antara lain :

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat

deposito, dan tabungan;

2) Memberikan kredit;

3) Menerbitkan surat pengakuan utang;

4) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk

kepentingan bank itu sendiri;

5) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan atau dengan pihak ketiga;

6) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

7) Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam

bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

Nilai Uang Beredar di Pasar

3487
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

Peredaran nilai uang nominal yang disediakan oleh BCTL adalah mata

uang dolar Amerika dan uang logam Centavos yang menjadi nilai tukar resmi di

Timor-Leste. Kedua mata uang tersebut masing-masing memiliki enam pecahan

yaitu untuk uang kertas USA dengan nilai $100, $50, $20, $10, $5 dan $1

sedangkan Centovos Timor-Leste terdiri dari pecahan 100, 50, 25, 10, 05 dan 1

cents. Koversi nilai tukar antara Dolar Amerika dengan Centavos Timor-Leste

memiliki perbandingan yang sama yaitu $1 = $1 Centavos.

Teori Kuantitas Uang


Ada berapa teori mengenai kuantitas uang diantaranya adalah teori dari

Irving Fisher dan teori dari Mashab Cambridge yang dipelopori oleh Marshall dan

Piqou, yang akan dijelaskan berikut ini.

Teori persamaan pertukaran dari Irving Fisher. Menurut Fisher perubahan jumlah

uang yang beredar (M) berbanding lurus dengan perubahan harga-harga (P),

sehingga dalam bentuk persamaan dapat ditulis:

MV = PT......................................................(2.1)

Keterangan:

M = Jumlah Uang yang beredar (M1)


V = Kecepatan peredaran uang (Velocity circulation of money) yaitu banyaknya
uang yang berpindah tangan dari satu tangan ke tangan orang lain.
P = Tingkat harga umum
T = Jumlah produksi barang jadi maupun setenggah jadi (dengan asumsi V
dan T konstan).
Berdasarkan persamaan tersebut maka nilai pendapatan nasional dari P x T

adalah lebih besar dari nilai P x Q, karena T mencakup barang jadi dan setenggah

jadi dengan harganya masing-masing. Persamaan tersebut juga dapat ditulis: M =


ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

PT/V artinya bila M meningkat sebesar 5 persen, maka P juga akan meningkat

sebesar 5 persen, atau untuk menurunkan tingkat harga sebesar 5 persen, maka

jumlah uang beredar juga harus diturunkan sebesar 5 persen.

Teori sisa tunai (cash balance theory) dari Alfred Marshall. Alfred

Marshall merupakan orang pertama dari Mashab Cambridge yang menerangkan

teori kuantitas uang dan meneliti hubungan antara jumlah uang beredar dengan

tingkat harga secara umum (inflasi). Menurut Marshall banyaknya uang yang

beredar dimasyarakat sebenarnya tidak secara keseluruhan mencakup uang yang

dimiliki masyarakat, karena masih ada sebagian yang dipegang secara tunai (k),

maka persamaan dasar teori adalah:

M = k PT atau M = k PY……………….(2.2)
Keterangan :
M = jumlah uang yang beredar
k = adalah besarnya uang tunai yang dipegang oleh masyarakat yang sebanding
denga pendapatannya.
P = adalah harga-harga umum.
T atau Y = adalah jumlah produksi barang dan jasa baik berupa produk jadi
maupun produk setengah jadi.
Menurut Robert J. Gordon dalam bukunya Macro Economics (Gordon,

2000), bahwa pengaruh perubahan tingkat suku bunga terhadap tingkat ouput

nasional sangat tergantung pada permintaan pasar barang dan permintaan pasar

uang. Kurve permintaan pasar barang dan pasar uang yang lebih curam akan

menyebabkan perubahan tingkat bunga yang labih besar tidak elastis terhadap

perubahan output, sementara bentuk kurve permintaan pasar barang dan pasar

uang yang lebih landai akan menyebabkan elastisitas perubahan tingkat suku

bunga terhadap output menjadi besar.

Pengertian Tingkat Suku Bunga

3489
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

Tingkat suku bunga yang diberlalukan sektor perbankan mengikuti

pedoman tingkat bunga yang ditentukan oleh Banco Central Timor-Leste dimana

mengikuti suku bunga yang ditetapkan oleh Banco Central Amerika.

Bank sentral rate merupakan wewenang Banco Central Timor-Leste dalam

melaksanakan fungsinya sebagai banknya bank. Penurunan tingkat suku bunga

Banco Central Timor-Leste selanjutnya akan menjadi pedoman bagi industri

perbankan untuk menurunkan tingkat suku bunganya, sehingga diharapkan kredit

yang disalurkan ke masyarakat akan meningkat secara signifikan.

(Nasution,1998). Demikian juga investasi menurut teori klasik merupakan fungsi

dari tingkat suku bunga, semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin kecil

minat masyarakat untuk melalukan investasi, sebab keuntungan yang diperolaeh

dari tingkat suku bunga akan lebih besar dibandinkan dengan

Pengaruh Suku Bunga Terhadap Jumlah Uang Beredar


Pengaruh perubahan suku bunga terhadap output nasional sangat

tergantung pada permintaan pasar barang dan permintaan pasar uang (Gordon,

2000). Pada permintaan pasar barang dan pasar uang yang lebih curam akan

menyebabkan perubahan tingkat suku bunga yang labih besar dan tidak elastis

terhadap perubahan output, sementara bentuk permintaan pasar barang dan pasar

uang yang lebih senderung akan menyebabkan perubahan tingkat suku bunga

terhadap output.

Kenaikan suku bunga pada umumnya berpengaruh terhadap penurunan

jumlah uang beredar di bank dan sebaliknya penurunan suku bunga bank akan

mendorong peningkatan jumlah uang beredar. Permintaan prouduk sangat

terkait dengan mendesaknya kebutuhan akan jumlah uang beredar, sehingga


ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

tingkat suku bunga yang berlaku tidak menjadi masalah dalam jumlah uang

beredar.

Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Uang Beredar


Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga umum secara

terus menerus, bukan kenaikan atau dua macam barang saja, melainkan kenaikan

harga dari sebagian besar barang dan jasa, dan juga bukan hanya terjadi satu atau

dua kali kenaikan harga, melainkan secara terus menerus (Suparmoko, 2000).

Untuk mengetahui tingkat inflasi, biasanya dipergunakan indeks harga, indeks

harga yang paling banyak digunakan adalah indeks biaya hidup yang sudah

mencakup 62 macam barang, yang selanjutnya sudah diperbaiki menjadi indeks

harga konsumen yang meliputi 150 macam barang. Macam barang dikelompokan

menjadi makanan, sedang, perumahan, dan lain-lain.

Inflasi berdasarkan parah dan tidaknya dapat dibedakan menjadi 4 jenis:


1) Inflasi ringan, kurang 10 persen per tahun.

2) Inflasi sedang antara 10 sampai 30 persen per tahun.

3) Inflasi berat antara 30 sampai 100 persen per tahun.

4) Hiper inflasi, di atas 100 persen per tahun.

Inflasi yang ringan dapat mendorong perekonomian lebih baik yaitu

melalui peningkatan pendapatan nasional sehingga membuat orang bergairah

untuk bekerja menabung, maupun kegiatan investasi. Sementara hiper inflasi,

keadaan perekonomian akan menurun tajam dan lesu, sehingga orang tidak

bersemangat untuk bekerja, menambung, berproduksi, maupun investasi.

Pengaruh Gross Domestic Product Terhadap Jumlah Uang Beredar.

3491
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

Perubahan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti

(dengan meningkatnya pendapatan) dalam suatu periode perhitungan tertentu.

Menurut Schumpeter (dalam Putong, 2003) pertumbuhan ekonomi adalah

pertambahan output (pendapat nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami

dari penduduk dan tabungan.

Dalam Pertumbuhan ekonomi suatu negara diartikan menjadi

pembangunan ekonomi yang merupakan istilah bagi Negara yang telah maju

dalam menyebut keberhasilan pembangunannya, sementara untuk Negara yang

sedang berkembang disebut dengan istilah pembangunan ekonomi.

Kelemahan teori ini adalah pendapatan perkapita antar Negara sangat

variatif, Negara miskin tidak memiliki tingkat pengembalian modal yang cepat,

negara miskin tidak memiliki kemamuan meningkatkan pendapatan sebagaimana

negara maju, sehingga asumsi-asumsi yang dipergunakan banyak bertentangan

dengan kenyataan.

Teori pertumbuhan endogen (Gordon,2000) menekankan pada pentingnya

peranan investasi fisik dan sumber daya manusia yang berasal dari Negara maju

untuk mempercepat pertumbuhan Negara berkembang. Tanpa adanya bantuan dari

Negara maju kepada Negara berkembang, maka proses peningkatan pertumbuhan

ekonomi di Negara berkembangn akan mengalami hambatan.

Dalam journal of policy Modelin(2012) dikatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi nasional suatu Negara sangat dipengaruhi olah pengembangan control

financial terutama dalam jangka menengah dan jangka pajang, karena itu control

terhadap jumlah uang yang beredar sangat penting dalam mengedalikan tingkat
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

pertumbuhan ekonomi. Tanpa kontrol yang baik maka proses pengedalian

pertumbuhan akan sangat sulit dilakukan terutama gejolak inflasi yang tinggi

sering menyebabkan instabilitas pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan

pertumbuhan pendapatan per kapita menurut adanya kenaikan GDP atau

pendapatan nasional. Pertumbuhan GDP tersebut sangat ditentukan oleh berbagai

faktor-faktor produksi yang dimiliki Negara tersebut. Pada umumnya terdapat

hubungan yang positif antara jumlah dan kualitas faktor produksi dengan GDP

(Suparmoko, 2000). Semakin banyak digunakan alat capital, tenaga kerja,

sumber daya alam, dan teknologi cangih serta keadaan sosial yang mendukung

pertumbuhan ekonomi, maka akan semakin tinggi pula GDP atau pendapatan

nasional dari satu Negara, maka ada hubungan positif antara pertumbuhan

ekonomi dengan jumlah uang beredar, dimana jumlah uang beredar terdiri dari

uang beredar dalam arti luas (M2) dan uang beredar dalam arti sempit (M1)

dimana M1 terdiri dari uang kartal dan uang giral sedangkan M2 terdiri dari M1

dan uang kuasi. Sementara besar kecilnya M sangat tergantung dari perilaku

masyarakat sehubungan dengan tingkat pendapatan dan tingkat suku bunga yang

berlaku di pasar. Perubahan ekonomi yang relative tinggi akan menyebabkan

meningkatnya pendapatan masysrakat sehingga jumlah uang beredar juga akan

mengalami peningkatan, terutama untuk tujuan M1.

Gross Domestik Product sebagai indikator tingkat kesehatan pertumbuhan

ekonomi Negara, meliputi Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah +

(Ekspor-Impor) apabila peningkatan suku bunga mampu mengangkat

3493
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

pertumbuhan ekonomi maka Interest Rate (IR) perlu dinaikkan demikian juga

sebaliknya.

Dalam konstes pertumbuhan ekonomi, suku bunga dan tingkat inflasi

Timor-Leste tahun 2004 – 2013 memiliki hubungan signifikan dengan jumlah

uang yang beredar pada M2 dan M1. Sementara besar kecilnya M sangat

tergantung dari perilaku masyarakat Timor-Leste sehubungan dengan tingkat

pendapatan dan tingkat suku bunga yang berlaku di pasar.

Penelitian yang oleh Luh Kade Dartrini pada tahun 2009, judul jumlah uang

beredar dengan mengunakan model Regresi Berganda, dengan mengunakan data

periode tahun 1992 – 2005. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

apakah terdapat mengaruh suku bunga, inflasi, GDP dan krisis ekonomi terhadap

jumlah uang beredar, serta pengaruh variabel-variabel lainnya terhadap jumlah

uang beredar baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kebijakan

moneter.

Kerangka Berpikir Penelitian


Keberhasilan pembangunan nasional sangat diperngaruhi oleh pembagunan

ekonomi, sebab pembangunan ekonomi merupakan faktor utama dalam

menggerakan pembangunan. Sedangkan pembagunan ekonomi sangat ditentukan

oleh kondisi moneter yang relatif stabil, kondisi meneter yang stabil pada

prinsipnya sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah yang dikeluarkan melalui

Bank Sentral. Tujuan kebijakan moneter pada hakekatnya adalah menjaga

stabilitas jumlah uang beredar dalam arti luas, sementara jumlah uang yang

beredar sangat terkaitan dengan tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pertumbuhan
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

ekonomi nasional. Kenaikan tingkat suku bunga akan menurunkan jumlah uang

beredar demikian juga sebaliknya, sedangkan peningkatan harga-harga umum

akan menaikan jumlah uang beredar, demikian juga kenaikan pertumbuhan

ekonomi nasional juga akan berdampak pada kenaikan jumlah uang beredar,

sementara krisis keuangan dan politik/militer merupakan ganguan terhadap

kinerja ekonomi nasional yang berampak pada kenaikan jumlah uang beredar.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh variable-variabel makro

terhadap jumlah uang beredar baik secara simultan maupun secara persial,

sedangkan alat analisis Regresi Linear Berganda yang digunakan dalam analisis

adalah mengunakan SPSS.

Sesuai dengan tujuan dan jumlah variabel yang teridentifikasi, maka dapat

dibuat model hubungan antara Suku Bunga Bank (X1), Laju Inflasi (X2),

Pertumbuhan GDP (X3) dengan Jumlah Uang Beredar (Y) di institusi Banco

Central de Timor-Leste.

Konseptual
Jumlah uang beredar dalam suatu perekonomian pada saat tertentu dikatakan

sebagai keseluruhan jumlah uang yang ditawarkan oleh otoritas meneter dalam hal

ini Banco Central de Timor-Leste. Sehingga jumlah uang beredar tersebut

bukanlah hanya jumlah uang yang diminta oleh masyarakat tetapi termasuk

jumlah uang yang dibutuhka oleh pemerintah berupa uang kartal dan uang giral

dan uang kuasi.

Jumlah uang beredar secara keseluruhan (aggregative) sangat ditentukan

oleh faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pertumbuhan Gross

Domestic Product. Apabila tingkat suku bunga semakin meningkat maka jumlah

3495
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

uang beredar akan menurun, karena masyarakat akan lebih tertarik menyimpan

uangnya di bank untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dengan tingkat

suku bunga yang tinggi.

Sedangkan inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah uang beredar,

sebab dengan adanya inflasi berarti adanya peningkatan harga barang dan jasa

secara menyeluruh dan terus menerus selama periode tertentu, sehingga

diperlukan jumlah uang yang lebih banyak untuk memperoleh sejumlah

kebutuhan barang dan jasa dalam jumlah yang sama dengan sebelumnya.

Demikian juga pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap jumlah

uang beredar, karena pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan peningkatan

pendapatan masyarakat, peningkatan pendapatan ini berarti juga akan

meningkatkan jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Sedangkan krisis ekonomi

juga memiliki pengaruh positif terhadap jumlah uang beredar, krisis ekonomi

yang ditandai dengan meningkatnya nilai valuta asing dan inflasi yang sangat

tinggi tentu akan menyebabkan jumlah uang beredar yang juga semakin tinggi.

Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan empiris serta konsep penelitian seperti apa

yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1) Tingkat suku bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah

uang beredar di Timor-Leste.

2) Tingkat inflasi secara parsial berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di

Timor-Leste.

3) Pertumbuhan GDP secara parsial berpengaruh terhadap jumlah uang

beredar di Timor-Leste
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

METODE PENELITIAN

Variabel jumlah uang beredar (Y) merupakan variabel dependent yang

dipengaruhi oleh variabel bebas tingkat suku bunga (X1), tingkat inflasi (X2) dan

Pertumbuhan ekonomi/GDP (X3), namun dapat menjadi variabel yang dipenruhi

eksogen bagi variabel jumlah uang beredar (Yt ).

Prosedur Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif yang diperoleh dari sumber kedua. Dalam hal ini adalah Banco

Central de Timor-Leste, Departemen pusat Statistik Timor-Leste, serta berbagai

publikasi hasil penelitian dan literature penunjang. Data tersebut berupa jumlah

uang yang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP secara

berturut – turut dari tahun 2004-2013.

Metode Analisis Data


Metode analisis data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan

penelitian, dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan analisis

kualitatif untuk menunjang analisis kuantitatif. Dalam penelitian ini akan

digunakan dua (2) Model Linier Berganda dan model dengan Variabel Lag.

Dengan penambahan variabel lag yaitu variabel jumlah uang beredar satu tahun

sebelumnya (Yt-1) disebut model penyesuaian adaptif yang bertujuan untuk

mendapatkan hasil taksiran regresi yang terbaik karena penelitian dengan analisis

regresi berganda dengan estimasi satu (1) model seringkali mendapatkan hasil

analisis yang tidak tepat bila dilihat dari kriteria goodness of fit (R ) dan kriteria

3497
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

best linier unbiased estimator (BLUE). Analisis kuantitatif menggunakan alat

analisis sebagai berikut:

1) Uji Asumsi Klasik

Uji Pelanggaran Asumi Klasik dengan menggunakan 4 (empat) jenis

pengujian berikut (Agus Widarjono, 2005):

a) Uji Normalitas Data

Merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam

residual dari Model Regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak.

Model Regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi residual yang

normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini Uji Normalitas

dilakukan dengan menguji normalitas residual dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi komulatif

relatif hasil observasi dengan distribusi komulatif relatif teoritisnya. Jika

probabilitas signifikansi nilai residual lebih besar dari 0,05 berarti residual

terdistribusi dengan normal.

b. Uji multikolinearitas yaitu untuk mengetahui adanya hubungan linier diatara

variabel bebas, sebab hubungan ini akan menyebabkan model menjadi

kurang bagus karena memiliki varian yang besar. Metode uji yang

dipergunakan adalah dengan melihat angka Tolerance tidak mengandung

multikol bila mendekati nol dan VIF tegak mengandung multikol bila seluruh

nilainya tidak lebih dari 10.

c. Uji Autokorelasi, untuk mengetahui adanya hubungan antar residual,

munculnya gejala ini sebagai pelanggaran penting dalam asumsi dengan


ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

menggunakan metode ordinary least square (OLS). Metode yang digunakan

adalah Durbin-Watson tes (tidak mengandung autokorelasi bila nilai du < d <

4 – du).

d. Uji Heteroskedastisitas, yaitu uji untuk mengetahui apakah residual

mempunyai varian yang tidak konstan sehingga estimator tidak memenuhi

kriteria best linear unbased estimator (BLUE). Metode yang dipergunakan

adalah metode grafik (informal) yaitu dengan memeriksa pola residual (ui2)

terhadap taksiran Yi, bila menunjukkan varian yang cenderung konstan

dalam plot data grafik, maka tidak terjadi kasus heteroskedastisitas.

2) Analisis Regresi Berganda dengan variabel sebagai berikut:

Variabel terikat:

Yt = Jumlah uang beredar

Variabel bebas:

X1t = Tingkat suku bunga

X2t = Inflasi

X3t = Pertumbuhan GDP

Yt-1 = Lag jumlah uang beredar (jumlah uang beredar satu tahun sebelumnya).

Model yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model berikut:

a) Model Linier Berganda

Yt = βo + β1x1t + β2x2t + β3x3t + ei…(3.1)

b) Model Semi Log

Log-Yt = βo +β1x1t + β2x2t + β3x3t + ei...(3.2)

c) Model dengan Variabel Lag

3499
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

Model dengan variabel lag adalah model penyesuaian adaptif yang sama

dengan model Koyck (Widarjono, 2005: 233) berikut.

Yt =βo + β1X1t-1 + β1X2t-1 + β3X3t-1 + β4Yt-1 + ei…. (3.3)

Untuk mendapat nilai sebaran yang lebih kecil dari nilai Y sehingga tidak

menimbulkan bias dalam penaksiran regesi, selanjutnya nilai Y dalam

perhitungan disesuaikan dengan membagi mengunakan angka 1,000. Variavel

ini selanjutnya disebut variabel M, sehingga model penaksiran menjadi:

Mt =βo + β1X1t-1 + β2X2t-1 + β3X3t-1 + β4X4t-1 + ei…...(3.4)

Keterangan:

βo = intercept (konstanta), yang menunjukkan besarnya nilai M bila nilai

seluruh variabel bebas masing-masing sama dengan nol.

β1 = koefisien regresi variabel tingkat suku bunga (X1t)

β2 = koefisien regresi variabel inflasi (X2t)

β3 = koefisien regresi variabel pertumbuhan GDP (X3i).

β4 = koefisien regresi variabel jumlah uang beredar satu tahun sebelumnya

(Yt-1).

Ei = stokastic error term (variabel pengganggu).

Mt = jumlah uang beredar sabagai variabel terikat.

X1t = tingkat suku bunga.

X2t = inflasi

X3t = pertumbuhan GDP.

Model yang baik adalah model yang memenuhi kriteria terbaik (goodness of

fit),yaitu model yang memiliki nilai koefisien determinasi yang baik dan tidak
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

mengandung unsur pelanggaran asumsi klasik (multikolinearitas,

heteroskedastisitas, dan autokolerasi) atau memenuhi kriteria BLUE (Best

Linier Unbased Estimator).

3) Analisis Determinasi (R2 ) Dan Uji F (F Tes)


Rumus yang dipergunakan adalah :

R2 = ESS/TSS.............................................(3.3)

Dimana : ESS adalah Explained of Sum Square dan TSS adalah Total of Sum

Square.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya variasi variabel terikat

yang dapat dijelaskan oleh variasi seluruh variabel bebas. Nilai koefisien

determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati angka 1

semakin besar variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi

variabel bebas, yang berarti semakin baik model yang dipergunakan (goodness

of fit).

Uji F dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Tahap-tahapan dalam uji F

(Frequencies).

4) Uji Signifikansi koefisien regresi secara individual (Nachrowi, 2006), untuk

mengetahui apakah koefisien regresi yang diperoleh dari hasil penaksiran

memang signifikan (nyata). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

۸β
t= …………...(4.6)
Se(β
۸ i)
keterangan :
۸

3501
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

βi = koefisien regresi yang diperoleh dari hasil penaksiran untuk masing-


masing variabel bebas.

Se (β
۸ i) = standar error masing-masing estimator.

5) Analisis Standardized Coefficients Beta, analisis ini digunakan untuk

mengetahui pentingnya masing-masing variabel independen secara relatif (

Ghozali,2005:34), dalam penelitian ini metode analisis ini digunakan untuk

mengetahui variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap

permitaan uang di Timor-leste.

6) Analisis kualitatif yaitu analisis yang digunakan sebagai penunjang analisis

kuantitatif, analisis ini sifatnya melengkapi analisis kuantitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Bank Sentral Timor-Leste


Bank Sentral adalah outoritas moniter Timor-Leste secara resmi didirikan

pada tanggal 13 September 2011 oleh UU No. 5/2011, sesuai Konstitusi Timor-

Leste yang diatur dalam Pasal 143. Fungsi Bank Sentral sebelumnya dilakukan

di Timor-Leste oleh Banking and Payments Authority (2001-2011) dan Central

Payments Office (2000-2001) dan lembaga-lembaga ini diciptakan oleh

Administrasi Transisi PBB di Timor-Leste ( UNTAET), yang mengelola negara

dari Oktober 1999 sampai Mei 2002. Decree-Law No. 20/2003 mengatur mata

uang resmi dolar America dan Centavos Timor-Leste menjadi uang resmi

pemerintah Timor-Leste. Lembaga Negara yang mempunyai wewenang untuk

memgeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu Negara, merumuskan dan

malaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem


ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta menjalankan fungsi

sebagai lender of the last resort.

Struktur BCTL terdiri dari empat Depatemen yang membawahi Governor

dan dua wakil Governor dan satu Direktur Exekutif yaitu:

 Governor Bank Sentral bertanggung jawab langsung kepada, Departemen

Administrasi, Divisi Ekonomi dan Statistik, Kontor khusus dukungan Hukum

dan Kontor Internal Audit;

 Wakil Governor I bertanggung jawab kepada Departemen Pengawasan

Sistem Keuangan (pengawasan perbankan), Devisi Indepeden, Anggaran dan

Akuntansi;

 Wakil Governor II bertanggung jawab kepada Departement Pembayaran,

Divisi Teknologi dan Informasi;

 Direktur Exekutif bertanggung jawab kepada Departemen Perminyakan

(Petrolium Fund) Timor-Leste.

Kantor Pusat Bank Sentral perada di pusat ibu kota pemerintan Timor-Leste

Dili tepatnya di jalan Avª Bispo Medeiros dekat Palácio do Governo. E-mail:

www.bancocentral.tl BCTL mempunyai satu Kantor Cabang di Oe-

Cusse/Pantai Makasar di ibu Kota Distrit yang didirikan pada tanggal 10

Septemeber 2004, tepatnya di jalan Avenida António Taveiro Pante

Makasar, Oe-Cusse.

Deskripsi Variabel Penelitian


Kebijakan pengendalian jumlah uang beredar harus dilakukan oleh bank

sentral dan pemerintah melalui fiskal, mengingat terkait langsung dengan

3503
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

pengendalian stabilitas ekonomi nasional. Perekonomian yang baik adalah

perekonomian yang tidak terlalu fluktuatif.

Perkembangan angka-angka indicator makro di Timor-leste mengelami

fluktuasi, dimana perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kodisi ekonomi yang

berlangung pada saat itu.

Variabel yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari variabel jumlah uang

yang beredar (Y) diproyeksikan uang beredar yang dioperasikan sebagai variabel

dependen. Variavel tingkat suku bunga (X1), luja inflasi (X2) dan pertumbuhan

ekonomi (X3) dioperasikan sebagai variabel independen. Sedangkan jumlah data

yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 dan mengunakan data triwulan

dari tahun 2004 – 2013.

Hasil penelitian dapat dirumuskan bahwa variabel jumlah uang beredar (Y)

memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 2.2604 artinya rata-rata jumlah uang

beredar selama periode 2004 – 2013 adalah sebesar 226.04 juta dolar per tahun.

Standar deviasi (simpangan baku) variavel jumlah uang beredar 0.26645 artinya

selama triwulan pertama pengamatan, variabel uang beredar rata-rata sebesar

266.45 juta dolar.

Variabel suku bunga (X1) memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 1.7475

artinya rata-rata tingkat suku bunga selama periode 2004 – 2013 adalah sebesar

1.75 persen per tahun. Standar deviasi (simpangan baku) variabel suku bunga

0.65490 artinya selama triwulan pertama pengamatan, variabel suku bunga rata-

rata sebesar 0.65 persen per tahun.


ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

Variabel laju inflasi (X2) memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 7.7823

artinya rata-rata tingkat inflasi selama periode 2004 – 2013 adalah sebesar 7.78

persen per tahun. Standar deviasi variavel inflasi 4.01017 artinya selama triwulan

pertama pengamatan, variabel inflasi rata-rata sebesar 4.01.

Variabel pertumbuhan ekonomi/GDP (X3) memiliki rata-rata hitung (mean)

sebesar 214.3195 artinya rata-rata GDP selama periode 2004 – 2013 adalah

sebesar 214.32 juta ribu dolar per tahun. Standar deviasi (simpangan baku)

variabel GDP 54.83447 artinya selama triwulan pertama pengamatan, variabel

GDP rata-rata sebesar 54.83 juta dolar.

Berdasarkan regresi hasil uji Regresi Berganda dan uji asumsi klasik yang

meliputi uji normatitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji

heteroskedastisitas dapat dilakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

Hipotesis Pertama
Pengaruh tingkat suku bunga terhadap jumlah uang beredar sebesar -0.021

dengan signifikansi sebesar 0,753 yang berarti tingkat suku bunga memiliki

pengaruh yang negatif signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar. Artinya tingkat

suku bunga semakin meningkat maka jumlah uang beredar akan menurun, karena

masyarakat akan lebih tertarik menyimpan uangnya di bank untuk mendapat

pendapatan yang lebih tinggi dengan tingkat suku bunga yang tinggi, sebalikanya

tingkat suku bunga semakin menurun maka jumlah uang beredar akan meningkat,

karena masyarakat akan menerik uangnya di bank untuk keperluan investasi dan

konsumsi.

3505
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

Analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif

terhadap jumlah uang beredar. Hasil analisis menunjukan nilai t hitung sebesar -

0,317 dengan sig uji t 0,753. Artinya tingkat suku bunga tidak signifikan terhadap

jumlah uang beredar.

Hipotesis Kedua
Pengaruh tingkat inflasi terhadap jumlah uang beredar sebesar -0.085 dengan

signifikansi sebesar 0,029 yang berarti tingkat inflasi memiliki pengaruh yang

negatif signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar. Analisis pada uji asumsi klasik

bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar. Hasil

analisis menunjukan nilai t hitung sebesar -2,270 dengan sig uji t 0,029. Artinya

laju inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah uang beredar. Artinya

tingkat inflasi semakin menurun maka jumlah uang beredar akan menurun,

karena Timor-Leste belum memiliki mata uang sendiri dan mengunakan mata

uang dolar Amerika sehingga inflasi yang terjadi di Amerika akan berpengaruh

negatif terhadap inflasi di Timor-Leste yang dapat juga berpengaruh menurunnya

jumlah uang yang beredar. Hasil uji statistik menujukkan bahwa pada saat inflasi

naik rata-rata dua digit yang tidak dapat dikendalikan pada saat krisis politik

internal dan krisis keuangan global yang mempengaruhi kenaikan harga sebagian

besar barang dan jasa, karena Timor-Leste mengunakan mata uang dolar Amerika

yang menjadi mata uang bebas yang tidak dapat dikendalikan.

Hipotesis Ketiga
Pengaruh pertumbuhan GDP terhadap jumlah uang beredar sebesar -1.027

dengan signifikansi sebesar 0,000 yang berarti pertumbuhan GDP memiliki


ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

pengaruh yang positif signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar. Artinya

pertumbuhan GDP yang relatif tinggi akan menyebabkan meningkatnya

pendapatan masyarakat sehingga jumlah uang beredar juga akan mengalami

peningkatan, terutama untuk tujuan M1, sebalikanya pertumbuhan GDP relatif

menurun maka jumlah uang beredar akan menurun, karena menurunnya

pendapatan masyarakat.

Analisis pada uji asumsi klasik juga menunjukkan bahwa pertumbuhan GDP

berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar.

Hasil analisis menunjukan nilai t hitung sebesar 15,644 dengan sig uji t 0,000.

Artinya pertumbuhan GDP berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah uang

beredar. Hipotesis ketiga diterima.

Pembahasan
Dilihat dari hasil pembuktian hipotesis dan interpretasinya, maka akan dibahas

terkait dengan teori-teori yang melandasi, penelitian-penelitian sebelumnya dan

fakta-fakta empiris.

1) Berdasarkan kriteria goodness of fit, model yang dipergunakan memiliki

hasil taksiran terbaik yaitu dengan nilai koefisien determinasi (R Square)

0.975 dengan probabilitas signifikansi nilai residual lebih besar dari 0,05

berarti terdistribusi dengan normal.

2) Berdasarkan kriteria pelanggaran asumsi klasik yang terdiri dari

autokorelasi, multikolenieritas dan heteroskedastisitas, maka model ini

menunjukkan bebas dari masalah pelanggaran asumsi klasik.

Secara lebih rinci hasil-hasil penaksiran tersebut selanjutnya akan

dijabarkan berikut ini.

3507
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

Analisis Determinasi
Analisis deteminasi dengan mengunankan Model Linier Berganda ternyata

memperoleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.975 artinya 99

persen variasi tingkat suku bunga, inflasi, GDP dan jumlah uang beredar satu

tahun sebelumnya dapat menjelaskan variasi jumlah uang beredar periode 2004 –

2013, sedangkan 1 persen lainnya dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model analisis penelitian ini.

Analisis regresi dari Estimasi Persamaan

Nilai βo = -221.168 artinya apabila tingkat subu bunga, inflasi pertumbuhan GDP

dan jumlah uang beredar satu tahun sebelumnya rendah sekali atau

mendekati nol, maka rata-rata jumlah uang beredar elama periode 2004 –

2013 meningkat sebesar 221.168 milyar dolar. Artinya indikatorvariabel-

variabel yang diangkat berpengaruh sangat besar terhadap jumlah uang

beredar di Timor-Leste.

Nilai β1 = -3.621artinya apabila tingkat suku bunga naik sebesar 1 persen maka

jumlah uang beredar di Timor-Leste akan turun sebesar 3.621 milyar dolar

dengan asumsi bahwa inflasi, pertumbuhan GDP dan jumlah uang beredar

satu tahun sebelumnya konstan, namun uji statistik menunjukkan tidak

berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 persen.

Nilai β2 = -2.444 artinya apabila tingkat inflasi naik sebesar 1 persen, maka

jumlah uang beredar akan naik sebesar 2.444 milyar dolar dengan asumsi

tingkat suku bunga, pertumbuhan GDP dan jumlah uang beredar satu tahun
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

sebelumnya konstan. Hal ini menujukkan bahwa pada saat inflasi naik rata-

rata dua digit yang tidak dapat dikendalikan pada saat krisis politik internal

dan krisis keuangan global yang mempengaruhi kenaikan harga sebagian

besar barang dan jasa, karena Timor-Leste mengunakan mata uang dolar

Amerika yang menjadi mata uang bebas yang tidak dapat dikendalikan.

Hasil uji statistik menunjukan bahwa tingkat inflasi semakin menurun

maka jumlah uang beredar akan meningkat, karena Timor-Leste belum

memiliki mata uang sendiri dan mengunakan mata uang dolar Amerika

sehingga inflasi yang terjadi di Amerika akan berpengaruh negatif terhadap

inflasi di Timor-Leste yang dapat mempengaruhi meningkatnya jumlah uang

yang beredar.

Nilai β3 = 2.152 artinya apabila pertumbuhan GDP naik sebesar 1 persen, maka

jumlah uang beredar akan naik sebesar 2.152 milyar dolar dengan asumsi

tingkat suku bunga, inflasi dan jumlah uang beredar satu tahun sebelumnya

konstan.

Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa suku bunga bank umum belum

mampu memediasi inflasi dan pertumbuhan ekonomi untuk mempengaruhi

jumlah uang beredar di Timor-Leste tahun 2004 – 2013. Pihak menajemen bank

sentral mengambil tindakan kebijakan moneter sejalan dengan kebijakan fiskal

pemerintah dalam mengedalikan jumlah uang beredar. Hal tersebut ditunjukan

melalui kebijakan suku bunga bank umum agar mendorong pembangunan

ekonomi yang akan berdanpak pada tertumbuhan ekonomi. Salah satu kegiatan

3509
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

tersebut melalui jalur bank umum dalam kegiatan memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran melalui jalur mikro kredit, pembiayaan proyek pemerintah

serta melalui investor yang menanamkan modalnya untuk kematujuan

pembangunan nasional.

Melalui penelitian ini dapat dilihat bahwa pihak manajemen Bank Sentral

dan para stakeholder selalu mengaji lebih dalam tindakan yang terkait dengan

kebijakan meneter dan keputusan dalam penempatan jumlah uang beredar.

Tindakan tersebut akan mempegaruhi kinerja keuangan perbankan yang akhirnya

akan menjadi bahan pertimbangan dan bahan evaluasi bagi pihak manajemen dan

para stakeholder untuk melakukan keputusan strategis demi menjaga

kelangsungan hidup Bank Sentral di masa medatang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan sebgai berikut:

1) Tingkat suku bunga bank umum berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap jumlah uang beredar. Hal ini berarti meningkatnya suku bunga di

Timor-Leste mampu menurunkan jumlah uang yang beredar.

2) Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah uang yang beredar

di Timor-Leste. Makin menurun inflasi, maka jumlah uang yang beredar

akan semakin meningkat. Hal ini berarti Timor-Leste belum memiliki

mata uang sendiri dan mengunakan mata uang dolar Amerika yang bebas

beredar sehingga inflasi yang terjadi tidak terkendali yang berpengaruh

negatif terhadap inflasi dan jumlah uang beredar di Timor-Leste.


ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

3) GDP berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah uang yang beredar.

Semakin tinggi GDP maka semakin banyak juga jumlah uang yang

beredar Timor-Leste.

Saran
Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan penelitian, disarankan beberapa hal

sebagai berikut:

1) Disarankan kepeda Bank Sentral, jika mengurangi jumlah uang yang

beredar di Timor-Leste bisa dilakukan dengan meningkat suku bunga

perbankan.

2) Disarankan kepada Bank Sentral, jika mengendalikan tingkat inflasi dan

jumlah uang beredar bisa menciptakan mata uang sendiri sebagai uang

resmi di Timor-Leste.

3) Penelitian ini terbatas hanya mengunakan suku bunga, inflasi, GDP

sebagai variable yang berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar.

Disarankan kepada penelitian selanjutnya menganalis diluar dari variable

ini.

REFERENSI
Agus Widarjono, 2002, penelitian sebelumnya pengaruh GDP , Inflasi dan
indeks harga konsumen berpengaruh jumlah uang yang beredar di Indonesia
tahun 1990 – 2001.

Akbar Maulana 2013, pada variabel penelitian yang merasa perlu memperhatikan
jumlah uang beredar. Konsep uang beredar dapat ditinjau dari dua sisi,
penawaran dan permintaan. Interaksi antara keduanya menentukan jumlah
uang beredar dimasyarakat atau disebut stock mutual fund performance,
interest rates, money supply, inflation: Jurnal Ilmu Manajemen 1 Nomor 3
Mei 2013 page 791.

3511
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

Antonio Serra, 2013, Analisis ekonomi atas perkebangan ekonomi Timor-Leste di


ASIA dan Pasific.

Banco Central de Timor-Leste, 2004 – 2013, Boletin Ekonomi dan Statistik atas
pertumbuhan ekonomi Timor-Leste, bisa diakses melalui website:
tt://www.boncocentral.tl.

Banco Central, 2004 - 2014, Data Statistik Banco Central de Timor-Leste


(www.bancocentral.tl).

Bank Sentral Timor-Leste, Departemen Ekonomi dan statistik melakukan regular


publikasi di Media dan Web page atas balance of payment yag dimuat
tahunan dari tahun 2004 – 2013.

Dasi Yunita, 2011, penelitian permodelan jumlah uang beredar mengunakan


model regresi berganda, jurnal Ekponensial volume 2- numer 2 ISSN 2085 –
7824.

Dinnul Alfian Akbar 2012, hasil penelitian pengaruh kausalitas Inflasi, Tingkat
Suku Bunga, dan Jumlah Uang Beredar: A Case of Indonesia Economy,
Jurnal Ilmiah STIE MDP page 59.

Federal Reserve Bank of New York, annual report 2013, Ecoomic world reviews,
vol 43. Pg. 143.

Gordon, 2000, Eight Edition, Macro Economic, United State: Addison Wesley
Longman, Inc.

Hodge (2005), Jurnal Berjudul inflation and growth in south Africa bahwa inflasi
menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pajang dan
hubungan negatif antara inflasi dengan pertumbuhan ekonomi.

I Nyoman Nurcaya, 2014, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,


Denpasar: Fakultas Ekonomi - Unud.

Insukindro,2003, kebijakan moneter yang tidak diantisipasi dan pengaruhnya


terhadap komponen pasar uang di Indonesia. Makalah kongres ISEI ke XV di
Batu Malang.

José Alexandre Xanana Gusmão 2010, determinan penawaran mata uang Dolar
Amerika menjadi regim yang kuat dan mempenaruhi pengeluaran
pemerintah, jumlah cadangan devisa dan besarnya pengganda uang terhadap
jumlah uang beredar di Republik Demokrat Timot-Leste. IMF Journal 2010.
ISSN : 2337-3067
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.10 (2017): 3477-3514

Kuncoro, 2001, Metode Kuantatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Eknomi,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Luh Kade Datrini 2009, Penelitian sebelumnya pengaruh suku bunga inflasi,
pertumbuhan ekonomi dan krisi ekonomi terhadap jumlah uang yang
beredar di Indonesia tahun 1992 – 2005.

Mantra, 2001, Langah-Langkah Penelitian Survai Usulan Penelitian dan Laporan


Penelitian, Yogyakarta:BPFG-UGM.

Mervyn King (1996) dalam jurnalnya berjudul inflation how should central banks
reduce inflation, mengatasi inflasi melalui kebijakan anti inflasi melalui
kebijakan moneter.

Muhammad Tahir 2010, hasil penelitian dalam perdagangan bilateral secara


signifikan berhubungan dengan GDP per kapita dalam organisasi Negara-
negara berkembang di ASIA.

Nachrowi, 2002, Penggunaan Teknik Ekonometri, Jakarta : PT. Rajagrafindo


Persada.

Nasution, 1998, Ekonomi Moneter, Jakarta: Penerbit Djambatan.

Nata Wirawan, 2001, Statistik 1 (Statistika Deskriptif) Untuk Ekonomi dan Bisnis,
Denpasar : Keramas Emas.

Nguyen Huu Chau Duc, 2013, International Research Journal of Finance and
Economics, analisis anggara dan Inflasi, Analisis Empiris pada ekonomi di
Vietnam.

Ni Made Kusumawadhani 2012, pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat


ditunjukkan dengan kenaikan nilai GDP. Besar kecilnya GDP dipengaruhi
oleh berbagai factor, “C”, “I”, ”G”dan net export. Fakultas MIPA-Unud,
Jurnal Matematikan, Vol.1. No. 1, Agustus 2012, 99pg – 102pg.

Pemerintah Pusat Timor-Leste, 2013, APBN dan pertumbuhan ekonomi dari


tahun ke tahun mulai 2004 – 2013.

Program Pascasajana UNUD, 2013, Buku Pedoman Penulisan Usulan penelitian,


Tesis, dan Desertasi, Denpasar. Universitas Udayana.

Putong, 2003, Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariate, Cetakan


Ketiga, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

3513
José Augusto Maria, I B. Panji Sedana, dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Tingkat Suku...

Setyari, 2006, Analisis Berberapa Variabel Yang Mempengaruhi Posisi Fungsi


Intermediasi Bank-Bank Umum Di Indonesia. Tesis Program Pasca Sarjana.
Denpasar. FE UNUD, (tidak dipublikasikan).

Suparmoko, 2000, Pokok – Pokok Ekonomika, Edisi Pertama, Yoyakarta:BPFE


atas penelitian laju inflasi dalam kenaikan harga umum secara terus
menerus.

Suseno, 2005, Penyusunan Statistik Uang Beredar, Seri Kebanksentrala; 2.

Timor-Leste , 2013, Interest Rate Spread Wold Bank dan IMF


(www.indexmundi.com).
Timor-Leste, 2013, Inflation dan GDP deflator (annual %) in Timor Leste.
Timor-Leste, 2013, World Bank Indicators - Timor Leste - Exchange rates &
prices.

Widarjono, 2005, Ekonometrika Teori Dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis,
Yogyakarta: Ekonisia FE. UII Yogyakarta.

Yustika Erani, 2007, Perekonomian Indonesia Satu Dekade Pasca krisis Ekonomi,
Malang. BPFE. UNIBRAW.

Anda mungkin juga menyukai