Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN BANK SYARIAH, PERHITUNGAN BAGI

HASIL
DAN PROFIT MARGIN
MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Manajemen Bank Syariah

Dosen Pengampu : Mc. Mifrohul Hana, M.E.Sy

Disusun Oleh :

Kelompok 9 – E4ESR

1. Dewi S. Alfaita Rahayu (1950110172)


2. Noor Khafidhoh Kusumawardani (1950110179)
3. Muhammad Abdi Saputra (1950110189)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, kecanggihan teknologi dan
informasi, yang membuat bank syariah juga ikut mangembangkan diri
untuk mengubah ekonomi umat. Salah satu mekanisme bank syariah yaitu
dengan sistem tanpa bunga yang di kenal sistem bagi hasil (mudharabah).
Jika dalam mekanisme ekonomi konvensional menggunakan
instrumen bunga, maka dalam mekanisme islam dengan menggunakan
instrumen bagi hasil. Salah satu bentuk instrumen kelembagaan yang
menerapkan intrumen bagi hasil adalah bisnis dan lembaga keuangan
syariah. Mekanisme lembaga keuangan syariah dengan menggunakan
sistem bagi hasil, nampaknya menjadi salah satu alternatif bagi
masyarakat.
Dalam akad mudharabah, untuk produk pembiayaan juga di
namakan dengan profit sharing. Apabila bank syariah menggunakan
prinsip profit sharing maka bank syariah harus dapat membedakan dengan
jelas, transparan dan adil terhadap beban-beban yang merupakan
pengurangan dari pendapatan dana mudharabah dan beban tersebut
merupakan pengeluaran bank syariah sebagai institusi keuangan.
Sedangkan apabila bank syariah menggunakan prinsip distribusi hasil
usaha dengan pembagian hasil (revenue sharing) maka semua beban di
keluarkan oleh bank syariah sendiri, sehingga tidak di perhitungkan dalam
unsur distribusi hasil usaha.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bagi hasil?
2. Apa saja faktor-fakor yang mempengaruhi bagi hasil?
3. Apa saja konsep penentu bagi hasil?

1
4. Bagaimana mekanisme perhitungan bagi hasil?
5. Apa pengertian profit margin?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian bagi hasil
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil
3. Untuk mengetahui konsep penentu bagi hasil
4. Untuk mengetahui mekanisme perhitungan bagi hasil
5. Untuk mengetahui pengertian bagi hasil

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bagi Hasil


Bagi hasil menurut terminologi dikenal dengan profit sharing.
Profit dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian laba, profit
sharing juga dapat diartikan distribusi beberapa bagian dari laba pada
pegawai dari suatu prusahaan. Menurut Antonio, bagi hasil adalah suatu
sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil
usaha antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola (mudharib).

2
Banyak sekali para pakar perbankan syariah mengemukakan
mengenai arti dari bagi hasil tersebut, termasuk dalam buku karangan
Veithzal Revai bekerja sama dengan Arviyan Arifin yang berjudul Islamic
Banking, beliau mengemukakan bahwa bagi hasil adalah bentuk return
(perolehan aktivitas usaha) dari kontrak investasi. Dari waktu kewaktu,
tidak pasti dan tidak tetap pada bank Islam. Besar kecilnya perolehan
tergantung pada hasil usaha yang benar-benar diperoleh bank Islam.
Pendapat lain juga di kemukakan oleh Ismail dalam buku
Perbankan Syariah, yaitu bagi hasil merupakan pembagian atas hasil usaha
yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu
pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal ini terdapat dua pihak
yang melakukan perjanjian dalam usaha, maka hasil atas usaha dilakukan
oleh kedua belah pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing
pihak yang melakukan akan perjanjian.
Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama yaitu al-musyarakah, al-mudharabah,
al-muzara'ah dan al-musaqalah. Dari keempat prinsip tersebut yang sering
banyak dipakai adalah al-musyarakah dan al-mudharabah sedangkan al-
muzara'ah dan al-musaqalah dipergunakan khusus untuk plantation
financing atau pembayaran pertanian untuk beberapa bank Islam.
Bagi hasil adalah keuntungan atau hasil yang diperoleh dari
pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual-beli yang diberikan
kepada nasabah dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan pendekatan atau pola:
1. Revenue sharing
2. Profit and loss sharing
b. Pada saat akan terjadi wajib disepakati sistem bagi hasil yang
digunakan
1. Waktu dibagikannya bagi hasil harus disepakati oleh kedua belah
pihak, misalnya setiap bulan atau waktu yang telah ditentukan.

3
2. Pembagian bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati di
awal dan tercantum dalam akad.
Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya
perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di
dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas
keuntungan yang akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi
hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang
ditawarkan kepada masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang berkaitan
dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal
terjadinya kontrak atau akad. Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara
kedua belah pihak ditentukan sesuai dengan kesepakatan bersama, dan
harus terjadi dengan adanya unsur kerelaan di masing-masing pihak, tanpa
adanya unsur pemaksaan.1
B. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
Dalam bagi hasil banyak faktor yang mempengaruhi bagi hasil
diantaranya investment rate, total dana infestasi, jenis dana, nisabah
metode penghitungan bagi hasil, dan kebijakan akutansi. Berikut ini
penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil tersebut:
a) Investement Rate
Merupakan dana yang diinvestasikan kembali oleh bank syariah
baik kedalam pembiayaan maupun penyaluran dana lain, kebijakan ini
diambil karena adanya ketentuan dari Bank Indonesia, bahwa sejumlah
presentase tertentu atas dana yang dihimpun dari masyarakat, tidak
boleh diinvestasikan, akan tetapi harus ditempatkan dalam giro wajib
minimum untuk menjaga liquiditas bank syariah. Giro wajib minimum
(GWM) merupakan dana yang wajib dicadangkan oleh setiap bank
untuk mendukung liquiditas bank.
Misalkan, giro wajib minimum sebesar 8%, maka total dana yang
dapat diinvestasikan oleh bank syariah maksimum sebesar 92%. Hal

1
Andriyanto, M. Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah; Implementasi Teori dan
Praktek, (Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media, 2019), 470-471.

4
ini akan mempengaruhi terhadap bagi hasil yang diterima oleh nasabah
investor.
b) Total dana investasi
Total dana yang diinvestasikan yang diterima oleh bank syariah
akan mempengaruhi bagi hasil yang diterima oleh nasabah investor,
total dana yang berasal dari investasi Mudhorobah dapat dihitung
dengan menggunakan saldo minimal bulanan atau saldo harian. Saldo
minimal bulanan merupakan saldo minimal yang pernah mengendap
dalam satu bulan, saldo minimal akan digunakan sebagai dasar
perhitungan bagi hasil. Sedangkan saldo harian merupakan saldo rata-
rata pengendapan yang dihitung secara harian, kemudian nominal
saldo harian digunakan sebagai dasar penghitungan bagi hasil.
c) Jenis dana
Investasi Mudhorobah dalam menghimpun dana dapat ditawarkan
dalam beberapa jenis, yaitu: tabungan mudhorobah dan sertifikat
investasi mudhorobah antar bank syariah (SIMA). Setiap jenis dana
investasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga akan
berpengaruh pada besarnya bagi hasil.
d) Nisbah
Nisbah merupakan presentase tertentu yang disebutkan dalam akad
kerjasama yang telah disepakati antara bank dan nasabah investor.
Karakteristik nisbah akan berbeda-beda dilihat dari beberapa segi
antara lain:
 Presentase nisbah antar bank syariah akan berbeda, hal ini
tergantung akan kebijakan masing-masing bank syariah.
 Presentase nisbah akan berbeda sesuai dengan jenis dana yang
dihimpun. Misalnya, nisbah antara tabungan dan deposito akan
berbeda.
 Jangka waktu investasi akan berpengaruh pada besarnya presentase
nisbah bagi hasil. Misalnya, nisbah untuk deposito berjangka

5
dengan jangka waktu satu bulan akan berbeda dengan deposito
berjangka dengan jangka waktu tiga bulan dan seterusnya.
 Nisbah harus ditentukan dan disetujui pada awal akad atau
perjanjian.
 Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account
lainnya sesuai dengn besarnya dana dan jatuh temponya.2
e) Metode perhitungan bagi hasil
Bagi hasil akan berbeda tergantung pada dasar perhitungan bagi
hasil, yaitu bagi hasil yang dihitung dengan menggunakan konsep
revenue sharing dan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss
sharing.bagi hasil yang menggunakan revenue sharing dihitung dari
pendapatan kotor sebelum dikurangi biaya. Bagi hasil dengan
menggunakan profit/loss sharing dihitung berdasarkan presentase
nisbah dikalikan dengan laba usaha sebelum kena pajak.
f) Kebijakan akuntansi
Kebijakan akutansi akan mempengaruhi pada besarnya bagi hasil.
Beberapa kebijakan akutansi yang akan mempengaruhi bagi hasil
antara lain penyusutan. Penyusutan akan mempengaruhi pada laba
usaha bank. Bila bagi hasil menggunakan profit/loss sharing maka
penyusutan akan mempengaruhi bagi hasil, akan tetapi bila
menggunakan revenue sharing maka penyusutan tidak mempengaruhi
bagi hasil.3
C. Konsep Penentuan Bagi Hasil
Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan
besar kecilnyabagi hasil di LKS. Nisbah merupakan suatu persentase yang

2
Yuli Astuti, dan Yuli Rahayu, Layanan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2018), 107.

3
Andriyanto, M. Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah; Implementasi Teori dan
Praktek, (Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media, 2019), 471-474.

6
disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi.
Untuk menentukan nisbah bagi hasil, yang perlu diperhatikan adalah:4
1. Data usaha
Data usaha nasabah tersebut meliputi profil mudharib, jenis
usaha mudharib, dan tingkat pengembalian yang dapat dihasilkan
mudharib. Data ini dapat dijadikan pertimbangan bank dalam
menentukan rasio atau nisbah bagi hasil antara pihak LKS dan
mudharib.
2. Kemampuan angsuran
Untuk mengantisipasi adanya risiko tidak tertagihnya kembali
dana pembiayaanyang telah disalurkan.
3. Distribusi pembagian hasil
Merupakan bagian dari pendapatan atas suatu pembiayaan yang
merupakankeuntungan dan akan dibagihasilkan kepada pihak LKS
dan mudharib.
4. Hasil usaha yang dijalankan
Hasil usaha yang dijalankan oleh nasabah menunjukkan reputasi
mudharib itusendiri. LKS mempertimbangkan hasil usaha ini dalam
penentuannisbah bagihasil yang tepat karena mengantisipasi risiko
kredit yaitu risiko tidak tertagihnyakembali dana yang disalurkan.
5. Nisbah pembiayaan
Nisbah pembiayaan merupakan rasio yang menunjukkan porsi
pembagian hasilatas pembiayaan antara mudharib dan LKS.
Pembagian keuntungan yangdiperoleh harus dibagihasilkan sesuai
dengan rasio yang disepakati bersamaantara pihak mudharib dan
LKS.
6. Presentase
Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk prosentase
antara keduabelah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal
4
Ayu Sulisyanti, Jurnal Penelitian Ilmiah, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nisbah
Bagi Hasil Nasabah Pada Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus: Kspps Bmt Bina Ummat
Sejahtera Pati), Volume 2 Number 2, page 253-276, July – December 2018.

7
rupiah tertentu. Nisbah keuntungan itu misalnya 50:50, 70:30, 60:40,
atau 99:1. Jadi nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan
kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal. Nisbah
keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah
tertentu, misalnya shahibul maal mendapat Rp 50 000.00 dan
mudharib mendapat Rp 50 000.00.
7. Bagi Untung dan Bagi Rugi
Ketentuan di atas itu merupakan konsekuensi logis dari
karakteristik akadmudharabah itu sendiri, yang tergolong ke dalam
kontrak investasi (natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini,
return dan timing cash flow kita tergantung kepada kinerja sektor
riilnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat
bagian yang besar pula. Bila laba bisnisnya kecil, mereka mendapat
bagian yang kecil juga. Filosofi ini hanya dapat berjalan jika nisbah
laba ditentukan dalam bentuk presentase, bukan dalam bentuk
nominal rupiah tertentu. Bila dalam akad mudharabah ini
mendapatkan kerugian, pembagian kerugianitu bukan didasarkan
atas nisbah, tetapi berdasarkan porsi modal masing-masing pihak.
Itulah alasan mengapa nisbahnya disebut sebagai nisbah keuntungan,
Bila bisnisnya rugi, kerugiannya itu harus dibagi berdasarkan
porsi masing-masing pihak, bukan berdasarkan nisbah. Hal ini
karena ada perbedaan kemampuan untuk mengabsorpsi/
menanggung kerugian di antara kedua belah pihak. Bila untung,
tidak ada masalah untuk menikmati untung. Hal tersebut diakibatkan
karena sebesarapa pun keuntungan yangterjadi, kedua belah pihak
akan selalu dapat menikmati keuntungan itu. Lain halnya kalau
bisnisnya merugi.
8. Jaminan
Ketentuan pembagian kerugian bila kerugian yang terjadi hanya
murnidiakibatkan oleh risiko bisnis (business risk), bukan karena
risiko karakter buruk mudharib (character risk). Bila kerugian terjadi

8
karena karakter buruk, misalnya karena mudharib lalai atau
melanggar persyaratan-persyaratan kontrak mudharabah, maka
shahibul maal tidakperlu menanggung kerugian seperti ini.Para
fuqaha berpendapat bahwa pada prinsipnya tidak perlu dan
tidakboleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan, sebagaimana dalam
akad syirkah lainnya. Jelas hal ini konteksnya adalah business risk.
9. Menentukan Besarnya Nisbah
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-
masing pihakyang berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah ini muncul
sebagai hasil tawar-menawar antara shahibul maal dengan mudharib.
D. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil
Perhitungan bagi hasil dapat mengunakan duo banking yaitu
menggunakan metode revenue sharing dan profit sharing
1) Revenue Sharing
Dasar perhitungan bagi hasil yang menggunakan revenue sharing
adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan dan
pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi
hasil dalam revenue sharing dihitung dengan mengalikan nisabah yang
telah disetujui dengan pendapatan bruto.
2) Profit Sharing
Dasar perhitungan bagi hasil dengan menggunakan profit sharing
merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha. Kedua pihak,
bank syariah maupun nasabah akan memperoleh keuntungan atas hasil
usaha dan ikut menanggung bila dalam suatu usaha tersebut
mengalami kerugian.5
E. Profit Margin
Margin keuntungan (profit margin) adalah presentase tertentu yang
ditetapkan per tahun perhitungan margin keuntungan secara harian
maupun perhitungan margin keuntungan secara bulanan. Pada umumnya
nasabah pembiayaan secara angsuran. Tagihan yang timbul dari
5
Andriyanto, M. Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah; Implementasi Teori dan
Praktek, (Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media, 2019), 475-476.

9
transaksijual beli dan atau sewa berdasarkan akad murabahah, salam,
istishna’, dan atau ijarah disebut sebagai piutang. Besarnya piutang
tergantung pada plafond pembiayaan.
Profit Margin Bank Syari’ah atau lembaga keuangan syari’ah
sebagai penjual dalam menawarkan harga jual berdasarkan harga pokok
yang diberitahukan secara jujur ditambah dengan keuntungan yang
diharapakan oleh bank dari nasabah yang bertindak sebagai pembeli.
Sedangkan pembeli melakukan penawaran sebesar harga pokok ditambah
dengan keuntungan yang dinginkan oleh nasabah. Proses penentuan nisbah
bagi hasil pembiyaan ini ditentukan dengan mempertimbanhkan hal-hal
sebagai berikut:6
a) Tingkat keuntungan yang diharapkan pihak bank. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa komponen yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pasar meliputi :
1) Beban dana operasional merupakan beban dana operasional
yang langsung dikeluarkan bank untuk memperoleh sejumlah
dana tertentu dari para shohibul maal, baik untuk simpanan
giro, tabungan ataupun deposito berjangka.
2) Beban dana efektif merupakan beban dana operasional yang
dikeluarkan bank setelah diperhitungkan dengan cadangan
likuiditas wajib minimum.
3) Beban Overhead Komponen yang diperhitungkan dalam beban
overhead ini masih terdapat perbedaan presepsi di antara para
bankers, namun demikian pengelolaan penyaluran dalam
rangka pengelolahan penyaluran pembiyaan sepatutnya
diperhitungkan sebagai beban overhead.
4) Beban dana merupakan beban dana efektif setelah ditambah
dengan beban overhead.

Mariatus Silfiyah,dkk., Jurnal Pendidikan Islam, Analisis Mekanisme Penentuan Profit


6

Margin Pembiayaan Murabahah Lembaga Keuangan Syariah, Vol.2 No. 2 Juli 2020.

10
5) Margin (Laba yang Diinginkan) setiap bank melakukan
transaksi selalu menginginkan memperoleh laba yang
maksimal atau optimal. penetapatan laba yang diinginkan ini
memerlukan perhitungan dan pertimbangan yang matang,
karena akan berakibat pada tingkat margin/imbal bagi hasil
menjadi tinggi. Dalam menetapkan margin juga
memperhatikan kondisi persaingan, kondisi nasabah serta
menurut jenis proyek yang dibiayai.

Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli/harga pokok


dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan angsuran dapat dihitung
dengan menggunakan empat metode yaitu:

1) Metode margin keuntungan menurun(sliding). Margin keuntungan


menurun adalah perhitungan margin keuntungan yang semakin
menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat
adanya cicilan/angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga
pokok dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan
semakin menurun.
2) Margin keuntungan rata-rata. Margin keuntungan rata-rata adalah
margin keuntungan yang perhitungannnya secara tetap dan jumlah
angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) dibayar nasabah
tetap setiap bulan.
3) Margin keuntungan flat. Margin keuntungan flat adalah
perhitungan margin keuntungan terhadap nilai harga pokok
pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya,
walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya
angsuran harga pokok.
4) Margin keuntungan annuitas. Margin keuntungan annuitas adalah
margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara
annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian
pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin

11
keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola
angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin
keuntungan semakin menurun.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem bagi hasil merupakan system dimana dilakukannya
perjanjian atau ikatan bersama didalam melakukan kegiatan usaha.
Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan pendekatan atau pola
revenue sharing, profit and loss sharing.
Dalam bagi hasil banyak factor yang mempengaruhi bagi hasil
diantaranya investmentrate, total dana investasi, jenis dana, nisabah
metode penghitungan bagi hasil, dan kebijakan akutansi. Nisbah bagi hasil
merupakan faktor penting dalam menentukan besar kecilnya bagi hasil di
LKS ( Lembaga Keuangan Syariah).
Nisbah merupakan suatu persentase yang disepakati bersama antara
kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Proses penentuan nisbah
bagi hasil pembiayaan ini ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat
keuntungan yang diharapkan pihak bank.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.Kami selaku penyusun mengharap saran dan ide
yang bisa membangun dan melengkapi makalah kami. Apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan maupun penggunaan kata yang kurang
berkenan kami mohon dimaafkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto dan M. Anang Firmansyah.Manajemen Bank Syariah; Implementasi


Teori dan Praktek. Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media. 2019.

Astuti,Yuli dan Yuli Rahayu. Layanan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia. 2018.

Silfiyah, Mariatus, Muhammad Fahmul Iltiham, Abdillah Mundir.Jurnal


Pendidikan Islam. Analisis Mekanisme Penentuan Profit Margin
Pembiayaan Murabahah Lembaga Keuangan Syariah. Vol.2 No. 2 Juli 2020.

Sulisyanti,Ayu.Jurnal Penelitian Ilmiah. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Nisbah Bagi Hasil Nasabah Pada Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus:
Kspps Bmt Bina Ummat Sejahtera Pati). Volume 2 Number 2, July –
December 2018.

13
LAMPIRAN

14
15

Anda mungkin juga menyukai