253 1134 1 PB
253 1134 1 PB
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Gaya Kepemimpinan Direktif, Suportif, dan
Orientasi Prestasi terhadap Semangat Kerja Karyawan. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 78 orang yang
merupakan karyawan BRI Cabang Lamongan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti
adalah teknik pengambilan sampel random sampling. Analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif dan analisis statistik inferensial.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan variabel bebas gaya kepemimpinan direktif,
suportif, orientasi berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu semangat kerja karyawan yang
dapat dilihat dari nilai (sig) F < α yaitu 0,000 < 0,05 serta nilai Adjusted R Square menunjukan angka
sebesar 0,520 yang berarti bahwa variabel tersebut memberikan kontribusi sebesar 52% terhadap
semangat kerja karyawan. Secara parsial yang dapat dilihat dari hasil uji t yang menunjukan bahwa
variabel gaya kepemimpinan direktif mempunyai tingkat signifikansi 0,745 < 0,05. Sedangkan variabel gaya
kepemimpinan suportif mempunyai tingkat signifikansi 0,829. Sedangkan variabel gaya kepemimpinan
orientasi prestasi mempunyai tingkat signifikansi 0,530. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa secara parsial gaya kepemipinan direktif, suportif, dan orientasi prestasi memiliki
pengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan. Sementara itu, analisis deskriptif menunjukan
bahwa dengan gaya kepemipinan direktif, suportif, orientasi prestasi yang berada pada tingkat kuat,
didapatkan semangat kerja karyawan yang kuat pula.
Kata kunci :Gaya Kepemimpinan Direktif, Gaya Kepemimpinan Suportif, Gaya Kepemimpinan Orientasi
Prestasi, Semangat Kerja Karyawan
2
a) Kepemimpinan Direktif Nawawi (2003:91) gaya kepemimpinan ini
Menurut House dalam Robbins ditujukan dengan memberikan kesempatan
(2006:448) kepemimpinan direktif yaitu gaya pada anggota organisasi atau bawahan ikut
kepemimpinan yang mempunyai hubungan serta dalam menetapkan tujuan, membuat
yang positif dengan kepuasan dan harapan keputusan dan mendiskripsikan perintah.
bawahan. Atasan sering memberikan perintah Menurut pendapat tokoh-tokoh
atau tugas khusus (otokrasi). Davis dan tersebut dalam gaya ini pemimpin cenderung
Newstrom (2006:164) kepemimpinan direktif meminta pendapat karyawan dan
adalah pemimpin yang memusatkan kuasa dan menggunakan saran serta gagasannya sebelum
pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, mengambil keputusan dan menggunakan
pemimpin menata situasi kerja ynag rumit metode karyawan tersebut terhadap
bagi para pegawai, yang melakukan apa saja pemecahan masalah dan mengambil
yang diperintahkannya. Pemimpin berwenang keputusan tersebut jika dianggap sesuai oleh
penuh dan memikul tanggung jawab pemimpin. Selain itu pemimpin juga
sepenuhnya. memberikan pada karyawan ikut serta dalam
Pemimpin yang mempunyai gaya menetapkan tujuan, membuat keputusan dan
seperti ini pada umumnya sering memberikan mendiskripsikan perintah.
perintah atau tugas khusus pada bawahannya, d) Kepemimpinan Orientasi Prestasi
membuat keputusan-keputusan penting dan Menurut House dalam Robbins
banyak terlibat dalam pelaksanaanya. Semua (2006:448) kepemimpinan orientasi prestasi,
kegiatan terpusat pada pemimpin. Pada yaitu kepemimpinan yang mengajukan
dasarnya gaya direktif adalah gaya otoriter. tantangan yang menarik bagi bawahan dan
b) Kepemimpinan Suportif merangsang untuk mencapai tujuan, serta
Menurut House dalam Robbins melaksanakan dengan baik. Makin tinggi
(2006:448) kepemimpinan suportif, yaitu orientasi pemimpin akan prestasi, maka makin
kepemimpinan yang selalu bersedia banyak bawahan yang percaya akan
menjelaskan segala permasalahan pada menghasilkan pelaksanaan kerja yang efektif.
bawahan, mudah didekati dan memuaskan hati Menurut pendapat tokoh tersebut
para karyawan. Winardi (2000:63) dalam gaya ini menetapkan tujuan yang
kepemimpinan suportif adalah pemimpin yang menantang dan merangsang para karyawan,
menciptakan suatu lingkungan kerja yang mengharapkan karyawan untuk berprestasi
membantu mempertebal keinginan pada setiap setinggi mungkin, percaya pada kemampuan
pengikut untuk melaksanakan pekerjaan karyawan untuk mencapainya, dan terus
sebaik mungkin, bekerjasama dengan pihak menerus mencari peningkatan hasil karya atau
lain, serta mengembangkan skillnya dan kerja.
keinginannya sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya
Kepemimpinan suportif juga dikenal kepemimpinan adalah suatu sikap atau pola
dengan istilah perilaku penyokong atau perilaku seorang pemimpin yang didasari
perhatian, dalam gaya ini pemimpin bersedia kemampuan pribadi untuk mempengaruhi,
menjelaskan segala permasalahan pada memotivasi atau membangkitkan semangat
bawahan, mudah didekati dan memuaskan seseorang atau orang lain agar mereka mau
kinerja para karyawan. dengan cara bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
membimbing pengikut atau karyawan dengan
sebaik-baiknya, menciptakan suatu Semangat Kerja
lingkungan kerja yang membantu keinginan Setiap perusahaan selalu berusaha agar
pada setiap pengikut untuk melaksanakan produktifitas kerja karyawan dapat ditingkatkan
pekerjaan sebaik mungkin, bekerjasama dan salah satunya dengan meningkatkan semangat
dengan pihak lain, serta mengembangkan kerja karyawan. Semangat kerja ini perlu
skillnya dan keinginannya sendiri. ditingkatkan karena merupakan unsur penunjang
c) Kepemimpinan Partisipatif tercapainya tujuan yang diinginkan perusahaan.
Menurut House dalam Robbins Semangat kerja yang tinggi akan
(2006:448) kepemimpinan partisipatif adalah merangsang karyawan untuk berkarya dan
gaya kepemimpinan yang meminta dan beraktifitas lebih baik. Seperti yang dikemukakan
menggunakan saran-saran bawahan dalam oleh Leighten dalam Moekijat (1999:130). “
rangka mengambil keputusan. Luthans dalam Semangat atau moral kerja adalah kemampuan
3
sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat b. Analisis Inferensial
dan konsekuen dalam mengejar tujuan bersama”. Teknik statistik yang digunakan untuk
Hasibuan (2003:94) menyatakan bahwa, semangat menganalisis data sampel dan hasilnya
kerja adalah keinginan dan kesungguhan diberlakukan untuk populasi. Analisis
seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik Inferensial berhubungan dengan pendugaan
serta berdisiplin untuk mencapai kecakapan yang populasi dan pengujian hipotesis dari suatu
maksimal. Dengan demikian, semangat kerja yang data atau keadaan atau fenomena. Dengan kata
tinggi akan merangsang karyawan untuk berkarya lain analisis inferensial berfungsi untuk
dan beraktivitas lebih baik. Siswanto (2003:35), meramalkan dan mengontrol keadaan atau
mendefinisikan semangat kerja sebagai keadaan kejadian. Analisis inferensial yang digunakan
psikologi seseorang. Semangat kerja dianggap dalam penelitian ini adalah Regresi Linier
sebagai keadaan psikologis yang baik bila Berganda.
semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan Keterangan:
giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang Y = Variabel terikat
ditetapkan oleh perusahaan. a = Bilangan konstanta
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut b1b2b3 = Koefisien variabel independen
dapat disimpulkan bahwa semangat kerja X1 = Suportif
merupakan kondisi psikologis dari perilaku X2 = Direktif
individu anggota kelompok atau karyawan dalam X3 = Orientasi Prestasi
melaksanakan sesuatu berkenaan dengan aktivitas e = Error atau sisa
dan pekerjaan yang dilakukannya. Kondisi-
kondisi psikologis individu ini dipengaruhi oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
motiv-motiv tertentu sesuai dengan keinginan dan Analisis Deskriptif
kebutuhannya.
Tabel 1
HIPOTESIS Konsep Variabel Indikator Item Mean
5
menarik bagi bawahan dan merangsang untuk kerja dapat ditunjukan dengan nilai Sig F, dari
mencapai tujuan, serta melaksanakan dengan baik. hasil penelitian yang diolah oleh peneliti
Makin tinggi orientasi pemimpin akan prestasi, menunjukan Sig F dari ketiga variabel bebas
maka makin banyak bawahan yang percaya akan sebesar 0,000 maka kesimpulannya terdapat
menghasilkan pelaksanaan kerja yang efektif. pengaruh yang signifikan antara peran
kepemimpinan direktif, suportif dan orientasi
Pengaruh Variabel Bebas yang paling dominan prestasi merupakan variabel bebas yang
terhadap Variabel Terikat berpengaruh secara signifikan terhadap semangat
Untuk menentukan variabel bebas yang kerja dapat diterima.
paling berpengaruh terhadap variabel terikat dapat Dari ketiga variabel bebas tersebut dapat
dilakukan dengan membandingkan koefisien ditingkatkan nilai mean dari yang terbesar hingga
regresi antara variabel satu dengan variabel yang yang terkecil untuk mendapatkan variabel gaya
lain. Variabel yang paling dominan pengaruhnya kepemimpinan mana yang dapat digunakan
terhadap variabel tetap adalah variabel yang terlebih dahulu oleh seorang pemimpin BRI
memiliki nilai koefisien regresi yang paling besar. Cabang Lamongan. Kepemimpinan direktif
perbandingan ini dapat dilihat dari hasil nilai memiliki nilai mean 4,21, Kepemimpinan Suportif
koefisien regresi,untuk variabel gaya memiliki nilai mean 4,31, Kepemimpinan
kepemimpinan direktif nilai koefisien regresi Orientasi Prestasi 4,38. Dari ke tiga variabel gaya
sebesar 0,745, variabel gaya kepemimpinan kepemimpinan tersebut sebaiknya pemimpin BRI
suportif nilai koefisien regresi sebesar 0,829, Cabang Lamongan menggunakan gaya
variabel gaya kepemimpinan orientasi prestasi kepemimpinan orientasi prestasi, kepemimpinan
nilai koefisien regresi sebesar 0,530 maka, yang suportif, dan kepemimpinan direktif agar gaya
paling dominan disini adalah variabel gaya kepemimpinan dapat berjalan dengan baik.
kepemimpinan suportif yang memiliki nilai Karyawan pada BRI Cabang Lamongan
koefisien regresi sebesar 0,829. Hasil mayoritas usia <30 – 40 tahun dengan
perbandingan nilai koefisien regresi ini pengalaman kerja < 5 – 10 tahun dan tingkat
menyatakan bahwa kepemimpinan yang terdapat pendidikan sarjana, ini dikarenakan pada
pada BRI Cabang Lamongan lebih dominan karyawan BRI Cabang Lamongan membutuhkan
dengan gaya kepemimpinan suportif yang mana karyawan dengan kreatifitas yang tinggi dan
pemimpin mampu menjelaskan segala kompeten dibidangnya sehingga karyawan
pemasalahan pada karyawan dan pemimpin dapat mayoritas berpendidikan sarjana. Pada usia 41 –
menciptakan suatu lingkungan kerja yang baik. 50 lebih sedikit, karena karyawan yang dianggap
Sehingga karyawan percaya bahwa pemimpin lebih senior dan memiliki pengalaman kerja yang
dapat menjalankan tugasnya dengan baik, hal ini lebih tinggi serta jabatan yang tinggi pula
akan menimbulkan semangat kerja yang tinggi ditempatkan pada unit-unit BRI Lamongan untuk
pada karyawan, apabila semangat kerja tinggi membantu perkembangan BRI di Lamongan.
maka produktifitas kerja karyawan juga akan Dimana karyawan yang lebih senior biasanya
tinggi dan pada akhirnya tujuan perusahaan yang dapat memimpin karyawan lain dengan baik,
telah direncanakan dapat tercapai dengan baik. dapat menjelaskan segala pemasalahan pada
karyawan, dan pemimpin dapat menciptakan suatu
Pengaruh Kepemimpinan Direktif, Suportif, lingkungan kerja yang baik. hal ini akan
Orientasi Prestasi secara Simultan terhadap menimbulkan semangat kerja yang tinggi pada
Semangat Kerja. karyawan.
Dalam penelitian ini variabel kepemimpinan
direktif, suportif dan orientasi prestasi merupakan KESIMPULAN DAN SARAN
variabel bebas yang berpengaruh terhadap Kesimpulan
semangat kerja sebagai variabel terikat. Ketiga 1. Hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh
variabel bebas tersebut mempunyai kontribusi signifikan antara variabel gaya kepemimpinan
terhadap semangat kerja sebesar 52% sedangkan terhadap semangat kerja karyawan secara
sisanya sebesar 48% dipengaruhi oleh variabel simultan terbukti atau dapat diterima. Berarti
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Cara ada hubungan yang kuat antara variabel bebas
untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara dari gaya kepemimpinan terhadap variabel
variabel kepemimpinan direktif, suportif dan terikat semangat kerja karyawan.
orientasi prestasi merupakan variabel bebas yang 2. Kepemimpinan direktif mempunyai pengaruh
berpengaruh secara signifikan terhadap semangat signifikansi terhadap semangat kerja
6
karyawan. Hasil rerata mean untuk seluruh dapat lebih mendekati pada keadaan yang
hasil pernyataan adalah 4,21 yang berarti sebenarnya.
responden memberikan respon positif (baik). 3. Sebaiknya penelitian yang akan datang dapat
3. Kepemimpinan suportif mempunyai pengaruh menggunakan jumlah sampel yang lebih
signifikansi terhadap semangat kerja banyak lagi dari jumlah sampel yang
karyawan.Hasil rerata mean untuk seluruh digunakan dalam penelitian ini (jumlah sampel
hasil pernyataan adalah 4,31 yang berarti sebanyak 78 orang responden).
responden memberikan respon positif (baik).
4. Kepemimpinan orientasi prestasi mempunyai
pengaruh signifikansi terhadap semangat kerja DAFTAR PUSTAKA
karyawan. Hasil rerata mean untuk seluruh Gibson, Ivancevich, Donnely. 1997. Alih Bahasa
hasil pernyataan adalah 4,38 yang berarti Ir.Nunuk Adiarni MM. Organisasi, Edisi
responden memberikan respon positif (baik). Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
5. Diantara variabel bebas yang membentuk gaya Hasibuan, Malayu SP. 2003. Organisasi dan
kepemimpinan, variabel kepemimpinan Motivasi : Dasar Peningkatan
suportif adalah variabel yang dominan atau Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara.
yang paling berpengaruh terhadap semangat Moekijat.1999. ManajemenSumber Daya Manusia
kerja karyawan. (Menejemen Kepegawaian). Bandung :
Mandar Maju.
Saran Nawawi, H. Hadari. 2003. Kepemimpinan
1. Saran bagi perusahaan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta :
a. Seorang pemimpin hendaknya dapat Gajah Mada University Press.
menciptakan suatu lingkungan kerja yang Robbins, Stephen P. 2006. Prilaku Organisasi.
baik dan dapat menjelaskan segala Ahli bahasa: Handayana Pujaatmaka.
permasalahan diperusahaan pada karyawan. Jakarta, Prenhallindo.
hal ini akan menimbulkan semangat kerja Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2006.
yang tinggi pada karyawan, apabila Metode Penelitian Survai. Jakarta,
semangat kerja tinggi maka produktifitas PT.Pustaka LP3ES Indonesia.
kerja karyawan juga akan tinggi dan pada Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif
akhirnya tujuan perusahaan yang telah Kualitatif dan R&D. Bandung :
direncanakan dapat tercapai dengan baik. CV.Alfabeta.
b. Pemimpin sebaiknya memperhatikan Thoha, Mifta. 2001. Kepemimpinan dalam
faktor-faktor lain yang dapat Manajemen Suatu Pendekatan Prilaku.
mempengaruhi semangat kerja karyawan Rajawali Pers, Jakarta.
seperti : organisasi, kegiatan karyawan, Winardi, 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen.
teman dari lingkungan kerja sendiri Jakarta, Rineka Cipta.
(sejawat), konsep tentang diri, keperluan
pribadi, sifat dan pekerjaan. Sehingga
tercipta semangat kerja yang tinggi pada
karyawan.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya
a. Penelitian ini diharapkan dapat dipakai
sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya
untuk menggunakan satu variabel bebas
dan satu variabel terikat. Karena kelemahan
pada penelitian ini menggunakan tiga
variabel bebas dan satu variabel terikat
hasilnya kurang terfokus. Sebaiknya
pendidikan selanjutnya dapat menggunakan
satu variabel bebas dan satu variabel terikat
agar hasil yang diteliti dapat mendekati
keadaan yang sebenarnya.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu
menggunakan indikator yang lebih relevan,
sehingga hasil penelitian yang diharapkan