000252131
000252131
MAKALAH
Dibuat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Hukum Islam di Bawah Bimbingan
Dosen Pak Fauzul Aliwarman, SH, M. Hum
Oleh :
KELOMPOK 7
SURABAYA
2012
TIM PENYUSUN
(1171010041)
NI MADE CHINTYA
(1171010055)
(1171010063)
(1171010068)
ii
KATA PENGANTAR
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati kami mengharap kritik dan saran
dari semua pihak. Akhirnya Kami berharap semoga apa yang telah kami sajikan
dalam makalah ini dapat diambil manfaatnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………...………………………………………………… iv
3 l. Kesimpulan …..…………………………………………………..…….. 10
3 l. Saran …..………………………………………………………………... 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Jika berbicara tentang Instrumen Pemerintahan tidak lepas dari alat dan
sarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam
melaksanakan tugasnya, intrumen yuridis yang dipergunakan untuk mengatur
dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan seperti perundang-
undangan, keputusan-keputusan, peraturan kebijakan, perizinan, instrument
hukum keperdataan dsb. Instrument Hukum ini akan menjadi dasar yang
digunakan pemerintah dalam menjakalankan tugas dan kewenangannya.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata negara itu kita menghadapi
bertingkat - tingkatnya norma - norma hukum yang harus kita perhatikan. Lebih lanjut
Indroharto menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara dalam
masyarakat itu memiliki struktur bertingkat dari yang sangat umum dan yang sampai
pada norma yang paling individual dan konkret. Kemudian pembentukan norma -
norma hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu tidak hanya dilakukan oleh
pembuat undang - undang dan badan - badan peradilan saja melainkan juga oleh aparat
pemerintah yang menjabat sebagai tata usaha negara.
1. Keseluruhan hukum tata usaha Negara dalam masyrakat itu memiliki struktur
tingkat dari yang sangat umum samapi pada norma yang paling individual dan
konkret yang terkandung dalm penetapan (beschikking).
2
Kualifikasi sifat keumuman (aglemeenheid) dan kekkonkretan (concreetheid)
norma hokum adminstrasi diperhatikan mengenai objek yand dikenai norma hokum
(adressa) dan bentuk normanya.
2. Pembentukan norma hokum tata Negara dalam masyarakat itu iydak hanya dilakukan
oleh pembuat undang-undang dan badan peradilan tetapi juga aparat pemerintah
Macam macam sifat norma Hukum menurut H.D van Wijk/Willem konijinenbelt :
· Norma umum-abstrak (algemeen-abstrack) mis: perundang-undang
· Norma individual-konkret (Individueel-concreet)mis: keputusan tata usaha Negara
· Norma umum-konkret (algemeen-concreet)mis: Peraturan lalu lintas dan rambu
· Norma individual-abstrak (Individueel-abstrack) mis: izin gangguan
Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm yang sifatnya
mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat
umum (general). Istilah perundang - undangan secara teoritis ada 2 :
Dalam UU No. 10 Tahun 2004 dipaparkan secara tegas antara istilah peraturan dan
keputusan. Berdasarkan UU tersebut yang bersifat pengaturan, maka sebutannya adalah
peraturan, sedangkan yang bersifat penetapan adalah keputusan. Dengan demikian,
yang termasuk dalam pengertian peraturan perundang-undangan sebutannya adalah
peraturan.
3
Setiap instansi apabila akan membuat hal yang bersifat mengatur seharusnya
menggunakan istilah peraturan, tidak lagi menggunakan keputusan. Keputusan hanya
digunakan untuk hal yang sifatnya menetapkan saja, misalnya pengangkatan seseorang
dalam jabatan, kenaikan pangkat, penugasan dalam tugas tertentu, dan sebagainya.
Menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang, peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan
mengikat secara umum. Berdasarkan pengertian tersebut.
UU No.10 Tahun 2004 menentukan bahwa sumber hukum dari segala sumber
hukum negara adalah Pancasila. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
Sedangkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar
dalam peraturan perundang-undangan. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang memuat hukum dasar negara merupakan sumber hukum bagi pembentukan
peraturan perundang-undangan di bawah UUD. Dengan demikian, semua peraturan
perundang-undangan harus bersumber pada UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan
dengan UUD 1945.
4
Kedudukan hukum peraturan perundang-undangan lain yang telah ada dan
diundangkan sebelum UU No.10 Tahun 2004, jenis dan hierarki peraturan perundang-
undangan tetap diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Seperti peraturan yang dikeluarkan oleh MPR, DPR, DPD, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia, Menteri, kepala
badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh UU atau pemerintah
atas perintah UU, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat.
Semua keputusan yang sifatnya mengatur yang sudah ada sebelum UU No.10
Tahun 2004 berlaku, misalnya Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan
Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota atau keputusan pejabat lainnya, harus dibaca
peraturan sepanjang tidak bertentangan dengan UU No.10 Tahun 2004.
5
Hal ini dikarenakan badan legislatif sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2004 tidak
membentuk segala jenis peraturan perundang-undangan, melainkan terbatas pada UU
dan Perda. Jenis peraturan perundang-undangan lain dibuat oleh administrasi negara.
Selain itu, yang berjalan selama ini kewenangan legislasi bagi pemerintah pada
dasarnya berasal dari undang-undang, yang berarti melalui persetujuan parlemen.
6
Peraturan kebijaksanaan dapat difungsikan secara tepat guna dan berdaya
guna, yang berarti:
7
c) Tindakan tersebut dimungkinkan oleh hukum
f) Dapat dipertanggungjawabkan
8
Beberapa manfaat atau aspek kelebihan dalam penggunaan prinsip Freies
Ermessen diantaranya;
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata negara itu kita menghadapi
bertingkat – tingkatnya norma – norma hukum yang harus kita perhatikan. Lebih
lanjut Indroharto menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara
dalam masyarakat itu memiliki struktur bertingkat dari yang sangat umum dan
yang sampai pada norma yang paling individual dan konkret. Kemudian
pembentukan norma – norma hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu
tidak hanya dilakukan oleh pembuat undang – undang dan badan – badan
peradilan saja melainkan juga oleh aparat pemerintah yang menjabat sebagai
tata usaha negara.
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Website :
http://medizton.wordpress.com/2009/11/11/instrumen-pemerintahan/
http://fundra-dian.blogspot.com/2010/10/makalah-han-instrumen
pemerintahan.html
http://sukatulis.wordpress.com/2012/04/07/peraturan-kebijaksanaan-
beleidsregels/
http://nuravik.wordpress.com/2011/12/25/freies-ermessen/
http://kuliahsuraban3.blogspot.com/2011/11/instrumen-pemerintah.html
e-learning UPN “Veteran” Jawa Timur , mata kuliah hukum administrasi negara,
akses 7 Oktober 2012, 16.33
11