Anda di halaman 1dari 13

JURNAL K OMPLIK ASI ANESTESI

V OL U ME 4 NOMOR 1, NO VEMBER 2016

LAPOR AN KASU S

GENERAL ANESTESI TONSILEKTOMY PADA PEDIATRI

Sudadi, Yunita Widyastuti, Yudistira Tjokronolo*


Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
*Peserta PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Telah dilakukan General anestesi pada anak usia 6 tahun dengan diagnosis Tonsilitis kronis dan
hipertropi adenoid dilakukan adenotonsilektomi.penilaian status fisik ASA 1 dengan berat badan 18 Kg.
Durante operasi dilakukan intubasi orotracheal tanpa pelumpuh otot dan ekstubasi dengan sleep
ekstubasi. Hemodinamik selama operasi HR 92 -102 x/menit. Saturasi 98 – 99%. Analgesia paska
operasi dengan Paracetamol 300mg. pasien kembali ke bangsal perawatan, setelah dilakukan
observasi di recovery room selama 45 menit dengan aldrette score 10. Pasien tidak terjadi perdarahan
paska operasi.

ABSTRACT
General anesthesia has been performed in children 6 years of age with a diagnosis of chronic tonsillitis
and adenoid hypertrophy do adenotonsilektomi. ASA physical status assessment wiyh ASA 1and the
patient weighting 18 Kg. Durante operation orotracheal intubation without muscle relaxants and sleep
extubation performed. Hemodynamics during surgery HR 92 -102 x / min. Saturation of 98-99%.
Postoperative analgesia with Paracetamol 300mg. the patient returned to the ward, were observed in
the recovery room for 45 minutes with a score of 10 aldrette. Patient’s postoperative bleeding did not
occur.

A. PENDAHULUAN kognitif pada anak-anak dan orang dewasa.


Masalah kesehatan dari penyakit tonsil dan
adenoid adalah yang paling sering ditemukan di
masyarakat umum 1. Hampir semua anak di AS
mengalami setidaknya satu episode tonsilitis 2.
Tonsilitis paling sering dijumpai pada anak-anak
kurang dari 2 tahun. Tonsilitis disebabkan oleh
spesies sterptococcus, biasanya terjadi pada anak
usia 5-15 tahun. Sedangkan virus tonsilitis lebih
sering terjadi pada anak-anak lebih muda. 1
Infeksi berulang dan kronis serta
hiperplasi obstruktif adalah penyakit yang paling
umum yang mempengaruhi tonsil dan adenoid
pada populasi pediatrik. Mengetahui adanya
gangguan pernafasan saat tidur, seperti
obstrutive sleep apnoe sindrome (OSAS) yang
sangat penting karena berhubungan dengan
kondisi fisik, psikologis dan kemampuan
1
Pasien pediatric mempunyai
permasalahannya sendiri,dimana mereka
bukanlah dewasa versi kecil tetapi mempunyai
keunikan secara fisiologis, anatomis dan status
fisiologis yang berbeda dibanding orang dewasa.
Oleh karena itu kunjungan pre-operative yang
baik perlu dilakukan agar tercapai kepuasan bagi
pasien dan anesthesiologist itu sendiri. 2
Pemilihan teknik anestesi yang terbaik
bagi anak – anak yang mempunyai tujuan,
anak dalam keadaan sadar penuh tiba di ruang
recovery, dengan analgesia post operative yang
adekuat serta tidak dalam pengaruh sedasi
yang berlebihan. Anak yang menangis sampai
berteriak di ruang recovery sangat tidak
disarankan, karena hal ini dapat
menyebabkan perdarahan kembali di tonsillar
bed dan menyebabkan suasana tidak nyaman di
ruang recovery. Berbagai teknik dan metode
anestesi telah banyak diteliti, tetapi tidak ada
yang terbaik.

2
General Anestesi Tonsilektomy pada Pediatri
...
-/-. Buka mulut 3 jari pasien,
Penatalaksanaan dan skill yang baik dari
pada pharing hiperemis
anesthetist lebih penting dari pada teknik
manapun. Area utama yang menjadi perhatian
anestesi adalah manajemen jalan nafas,
penyediaan analgesia, dan pencegahan mual
pasca operasi dan muntah (PONV)2

B. LAPORAN KASUS
Pasien anak laki - laki usia 6 tahun datang
ke poliklinik THT RS. Dr. Sardjito, Yogyakarta
diantar orang tuanya dengan keluhan
utama batuk berulang. Riwayat Penyakit
Sekarang : os datang dengan keluhan batuk
berulang sejak + 2 tahun yang lalu terkadang
sampai suara menjadi serak, sampai merasa
sakit di tenggorokan.nyeri tenggorok dirasakan
sering sekali + 1-2 kali dalam 1 bulan. Bila episode
sakit tenggorok kadang disertai demam, batuk
dan pilek. Orang tua Pasien juga mengeluhkan
anak tidur mengorok dan mulut bau, bila bangun
tidur merasa seger.Tidak ada penurunan berat
badan secara drastis. Aktivitas harian bermain
aktif sesuai anak seusianya. Terbangun saat tidur
karena sesak menurut orang tua tidak ada. Saat
ini tidak ada keluhan pada hidung dan telinga.
Riwayat kelahiran : Bayi lahir sesuai bulan
ditolong bidan.
Riwayat imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
di Posyandu
Riwayat Penyakit Dahulu : penyakit
alergi, asma,sesak nafas, sakit kejang,
kebiruan saat menangis, Gangguan
tumbuh kembang disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga : riwayat penyakit
yang sama, alergi, asma, penyakit tumor
atau kanker disangkal.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik , kesadaran : compos
mentis, gizi :cukup
Tanda Vital : Nadi: 92 x / menit,
RR : 24 x / menit
Respirasi : 20 X/mnt
Suhu : afebris
Kepala : Normocephali,
Konjunctiva Anemis -/-,
Sklera ikterik -/-, Rhinnorea
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 1, November
2016
- , pembesaran tonsil mg
T3/T3, detritus +/+. Maintanance : O2, N2O,
Mallampati II. Sevoflurane Pembiusan berlangsung
selama 75 menit, perdarahan ± 50 ml,
Leher : Pembesaran Lymphonodi
urine output tidak dipasang kateter urethra,
-/-, Ekstensi Leher
cairan masuk Ringer Laktat 300 ml.
maksimal, Pergerakan
leher bebas. Paska pembiusan : Nafas Adekuat, dilakukan
Thorax : Cor/ S1 – S2 murni
regular, bising jantung
– Pulmo/ Vesikuler +/+,
Rhonki -/-, Wheezing
-/-
Abdomen : Peristaltik + Normal,
Supel,
Nyeri Tekan –
Ekstremitas : deformitas -. Akral
Hangat,
Nadi perifer kuat
angkat, oedema -
BB : 18 Kg

Pemeriksaan
Penunjang AL :
9.600 / mm3
AE : 4,26 x 106 / mm3
Hb : 11,5 g/dL
Hmt : 35 %
PLT : 290.000/mm3
Alb : 4,17 g/dL
AST 9
ALT 12
BUN 6
Crea : 0,8
Na : 136 mmol /L
K : 3,6 mmol/L
Cl : 101 mmol/L
Rontgen Thorax : C/ Konfigurasi Cor
Normal
P/ Bronkhitis
Assesment : Status Fisik ASA
1 Pentalaksanaan Anestesi :
GA intubasi dengan circuit Semi closed,
ETT orotracheal No. 5,5 cuff, nafas
spontan.
Premedikasi : Midazolam
1mg Pre emptive analgesia : Fentanyl
50 mcg Induksi : Propofol 40
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
ekstubasi dalam, pasien
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
transport ke Ruang
Recovery aldrette score
8, posisi recovery, reflek
batuk +, HR 104
x/menit, SpO2 98%,
menangis -,
Perdarahan tonsillar bed -.

C. PEMBAHASAN
Indikasi Tonsilektomi
Indikasi pembedahan pada tonsilektomi bisa
absolut maupun relative
Indikasi absolut untuk dilakukan
pembedahan
adalah :
• Upper airway obstruction, dysphagia dan
obstructive sleep apnoea.
• Peritonsillar abscess, yang tidak
respon terhadap medikamentosa dan
drainase.
• Recurrent tonsillitis yang disertai dengan
kejadian kejang demam
• Indikasi biopsy untuk memastikan
kecurigaan keganasan.
Indikasi relative dilakukan pembedahan
adalah :
• Sore throat karena tonsilitis.
• Lebih dari 5 kali kejadian tonsillitis
dalam setahun
• Mempunyai gejala tonsillitis lebih
dari setahun.
• Periode dari keluhan Sore
Throat,betul betul mengganggu, sperti
bau mulut yang menetap, rasa tidak
nyaman di lidah karena tonsillitis.
• Tonsiitis yang tidak respon terhadap
antibiotic golongan beta-laktamase.
• Kecurigaan terhadap keganasan.

Pada Pasien ini didapatkan indikasi


tonsillitis karena terdapat keluhan nyeri
tenggorok yang berulang, disertai keluhan batuk
pilek yang berulang, dimana episode batuk pilek
ini sudah lebih dari 5 kali dalam setahun.

Diagnosis

65
Manajemen Preoperatif
dengan pemeriksaan patologi anatomi.
Pemeriksaan fisik dan anamnesis yang
Diagnosis pasti tonsilitis kronik dapat dilihat dari
lengkap wajib dilakukan kepada semua pasien
perubahan histopatologik. Pada gambaran
yang akan menjalani tonsilektomi.5.
histopatologis. Dari tonsilitis akut menunjukkan
pembengkakan, disintegrasi, nekrosis, ulserasi Anamnesis yang terlebih dahulu
epitel permukaan tonsil, eksudasi dan infiltrasi baik pada anak – terhadap kelainan
sel-sel polimorfonuklear. Kejadian ini akibat anak dapat juga tersebut. Pada anak –
toksin dari kuman penyebabnya. Kripte tonsil ini dilakukan sebagai anak di bawah usia 3
berisi eksudat sehingga terbentuk membran. Bila media untuk tahun, kejadian
keadaan ini makin berat akan terjadi kerusakan membina sambung murmur jantung bisa
jaringan parenkim tonsil. 1,3,5 rasa pada anak – dianggap fisiologis,
Pada tonsilitis kronik terjadi anak. Anak usia apabila keadaan klinis
penyembuhan tonsilitis akut yang tidak sekolah biasanya anak tersebut baik.
sempurna, kuman patogen bersarang di sudah bisa mendapat Murmur jantung
tonsil dengan virulensi yang relatif lebih informasi tentang menjadi perhatian bila
rendah. Kripte tonsil akan terisi detritus operasi dari dunia merupakan murmur
yang merupakan masa seperti keju yang terdiri maya, seringkali yang patologis (Tabel
dari epitel yang rusak bercampur dengan bayangan mereka 1)6. Perhatian khusus
kristal, kolesterol, lemak, lekosit dan kuman- tidak selalu tepat juga diberikan anak
kuman penyebab(7). Secara histopatologis sehingga membuat – anak dengan
pembesaran tonsil tidak hanya terjadi mereka menjadi bukti adanya
hipertrofi tetapi juga terjadi hiperplasi takut. Anak – anak obstructive sleep
yang secara mikroskopik terdapat juga harus diberi apnoea.
peningkatan ukuran dan jumlah folikel pilihan; seperti Obstructive sleep
germinativum, infiltrasi sel limfosit dan apakah mereka ingin apnoea. Pada anak –
peningkatan aktifitas sel-sel diseluruh jaringan berjalan sendiri ke anak, Pembesaran
disertai adanya mitosis. Disamping itu ruang operasi, ingin jaringan
juga dijumpai adanya gambaran terbentuknya diinfus setelah tidur, adenotonsillar
jaringan ikat yang pada orang dewasa relatif atau didampingi menjadi penyebab
lebih banyak bila dibandingkan pada anak- orang tua sampai ke tersering kejadian
anak. Kadang- kadang juga terlihat adanya dalam ruang operasi. OSA. Tanda dan
pembentukan kristal keratin.1,3 Hal – hal tersebut gejala dari OSA
Gradien pembesaranTonsil sesuai pada penting dilakukan meliputi Hipoksemia
gambar 1. untuk mengurangi kronis yang dapat
- T 0 : Tonsil dalam vossa kecemasan dan bermanifestasi sebagai
- T + 1 : ( < 25 % ) ketakutan anak – polisitemia dan right
- T + 2 : ( > 25 % < 50 % ) anak, sehingga ventricular strain
- T + 3 : ( >50% < 75 % ) operasi tidak menjadi (pada EKG tampak
- T + 4 : ( >75 % ). 4 pengalaman yang gelombang P besar
menakutkan bagi pada lead II dan V1,
Pada kasus ini pasien didiagnosa anak – anak.6 gel R besar pada V1
tonsilitis kronis dengan hipertrofi tonsila Pada dan gel S dalam pada
palatina dextra dan sinistra, pembesaran Tonsil pemeriksaan fisik, V6). Gejala dari OSA
sebesar T +3 dan T+3 dengan pembesaran apabila ditemui saat malam hari
jaringan adenoid berdasarkan anamnesis, adanya suara murmur adalah, mengorok,
pemeriksaan fisik dari pasien tersebut. jantung, sebaiknya episode apnoe yang
dilakukan pelacakan diikuti dengan

66
dengkuran dan Pada kunjungan populasi anak sehat
Anak-anak
gelisah. Sementara pre-operative yang mengalami
dengan OSA berat
gejala yang muncul pertimbangkan juga gangguan
memiliki insiden yang
pada siang hari pemberian analgesia pembekuan darah.5
lebih tinggi
adalah nyeri kepala, pre-operatif, karena Prosedur bedah
mengalami
merasa tidak cukup anak dengan sehari pada
komplikasi tonsilektomi anak
istirahat pada tonsillitis biasanya
perioperatif dan – anak mulai
malamnya dan mengeluhkan nyeri
pasca operasi sampai ditinggalkan, kerana
merasa kantuk yang di tenggorokan dan
mungkin perlu pertimbangan dari
berlebihan di siang susah menelan.
perawatan HDU / kejadian perdarahan
hari. Penggunaan Analgesia bisa
ICU. Secara khusus, paska operasi. PONV
obat opioid dengan Parasetamol
mereka berisiko dan obstruksi jalan
perioperative dapat 20 mg/kgBB p.o atau
lebih mengalami nafas atas. Kejadian
memperburuk drive ibuprofen 5 mg/kgBB
desaturasi, spasme perdarahan paska
respirasi dan per oral.5
laring, dan terjadi operasi dapatmuncul
memperberat Pemeriksaan
obstruksi jalan napas 6 sampai dengan 24
hipoksia. penunjang tidak ada
selama induksi jam setelah dilakukan
Kejadian ini yang khusus untuk
anaesthesia. Mereka tindakan. Perdarahan
muncul paling sering dilakukan pada
lebih sensitive yang terus menerus
pada anak usia 2 pasien yang
terhadap efek bisa saja tidak
SAmpai 5 tahun, menjalani
depresan pernafasan terdeteksi bila anak
dimana jaringan pembedahan
dari obat - obatan tersebut menelan
lymphoid mengalami tonsilektomi. Bila
sedative dan opioid darahnya dan tidak
hyperplasia pada pemeriksaan
dan respon ventilasi mengalami muntah.
maksimal.Kejadian fisik dan anamnesis
menumpul terhadap Biasanya sensasi
OSA ini muncul tidak didapatkan
peningkatan CO2 menelan darah,
pada 1- 2% anak kelainan, maka
dibandingkan membuat anak
usia 2 – 5 tahun. pemeriksaan
dengan anak normal. mengalami mual dan
Sehingga kejadian panunjang tidak perlu
Insiden keseluruhan muntah. Tetapi
OSA menjadi dilakukan. Pada
komplikasi pertimbangan
indikasi utama penelitian di Australia
pernapasan pasca prosedur bedah
adenotonsillektomi pada tahun 1996,
operasi pada anak- sehari memberikan
pada anak usia 2 – 5 didapatkan data
anak dengan OSA kenyamanan bagi
tahun.2,5,6 kurang dari 0,5%
berat adalah 16-27% perawatan paska
anak sehat yang
dibandingkan dengan operasi terhadap
memiliki kadar
kejadian 1% pada anak tersebut, oleh
Haemoglobin kurang
anak-anak tanpa karena itu bila hendak
dari 10 g/dL dan
OSA. Faktor risiko dilakukan prosedur
kurang dari 0,1% dari
lain untuk bedah
komplikasi
sehari maka wajib Pemeriksaan
pernapasan meliputi
dilakukan preoperative pasien
usia, kelainan
pemantauan ketat ini dilakukan
kraniofasial,
adanya perdarahan anamnesis dan
gangguan
selama 6 jam paska pemeriksaan fisik
neuromuskuler,
tindakan.5 lengkap. Pada
gagal tumbuh, dan
Pada anamnesis terutama
obesitas.2,6

67
ditekankan pada operasi, pasien diberi untuk keamanannya.
tidak mengganggu
riwayat mengorok sedasi dengan Prinsipnya adalah
akses operator
anak tersebut pada midazolam supaya pemasangan alat
terhadap lapang
saat tidur malam. tidak takut dengan bantu untuk
operasi. Ada
Pada anamnesis keadaan kamar mengantarkan gas
beberapa kelebihan
didapatkan bahwa operasi dan inhalasi,
dan kekurangan
anak cukup berani mengalami efek mengamankan
pemasangan LMA
untuk masuk ke amnesia antegrad dari trachea supaya tidak
terhadap
dalam kamar opeasi midazolam sehingga terkena percikan dari
penggunaan
sendiri tanpa tidak mengingat proses tonsilektomi,
endotracheal tube.2
ditemani orang tua. kenangan di operasi. dan
Kekurangan
Sehari – hari anak Setelah disedasi
utama dari
sudah sekolah dan dilakukan
penggunaan LMA
tidak ditunggu oleh pemasangan monitor
adalah tidak bisa
orang tua. non invasive dengan
menjadi airway
Pemeriksaan pemasangan saturasi
definitive seperti yang
penunjang telah perifer O2, EKG; non
dapat dilakukan
dilakukan oleh dokter invasive blood
oleh endotracheal
operator sehingga pressure tidak
tube. Pada penelitian
tidak diperlukan dipasang karena
yang dilakukan di
pemeriksaan tidak ada ukuran
inggris antara tahun
tambahan. Pasien manset yang sesuai
1996 – 1997 didapati
pagi hari sebelum untuk pasien tersebut.
bahwa 16%
berangkat ke kamar Masalah yang
pembiusan
operasi telah puasa dihadapi seorang ahli
tonsilektomi
selama 6 jam, anestesi dalam
menggunakan LMA
dansudah dipasang pembedahan tonsil
sebagai alat bantu
infus sebelum puasa. adalah, berbagi
pernafasannya.2
Pasien dilakukan airway dengan
Induksi
pemasangan akses operator bedah, akses
anesthesia bisa
intravena di ruangan yang jauh dan harus
dilakukan dengan
karena pasien ingin mencegah aspirasi
teknik intravena atau
ditemani orang dari darah masuk ke
inhalasi, induksi
tuanya saat dipasang dalam trachea. Pada
inhalasi harus berhati
akses intravena. anak – anak dengan
– hati terutama
riwayat OSA, besar
pada kasus
Manajemen Durante kemungkinan akan
hyperplasia adenoid.
Operatif terjadi sumbatan
Agen anestesi
Pada saat pasien jalan nafas pada saat
induksi intravena
sampai di ruang dilakukan induksi,
dapat menggunakan
transit GBST, pasien sehingga perlu
Propofol ( 1,5 – 2,5
bisa berpisah dengan perhatian khusus.
mg/kgBB) atau
orang tuanya tanpa Penggunaan
thiopental ( 2 – 7
menangis. Pasien Laryngeal Mask
mg/kgBB). Pemberian
tidak diberi obat Airway (LMA) untuk
opioid intra operative
sedasi di ruang operasi tonsil, mulai
dapat menggunakan
transit. Masuk ke dilakukan penelitian
Morphine (0,1Mg/
dalam kamar
68
kg), Fentanyl (1 – 5 kurang tepat. tersediaan obat Setelah diseksi,
mcg/kgBB), atau Sebelum dimulai pelumpuh otot durasi kemudian perdarahan
Pethidin (0,5 – 2 operasi, pasien akan pendek di tempat dikendalikan dengan
mg/kgBB) intra diposisikan oleh operasi. Sehingga jahitan,
muscular.2,5 operator dengan preintubasi anestesi electrocautery atau
Intubasi dapat posisi ekstensi leher di dalamkan dengan point coagulation,
dilakukan dengan menggunakan ganjal agen inhalasi anestesi penggunaan kassa
atau tanpa di dasar bahu. Sevoflurane dan N2O, adrenalin sering
pelumpuh otot. Pastikan posisi kemudian diberikan dimanfaatkan untuk
Penggunaan endotracheal tube analgesi pre emptive mengurangi
pelumpuh otot harus tidak bergeser Fentanyl 3 perdarahan. Secara
mempertimbangkan saat dilakukan mcg/kgBB yang umum teknik
durasi operasi. ekstensi leher.5 diharapkan cukup pembedahan dibagi
Sebaiknya Teknik anestesi memberikan analgesi teknik ‘panas’ dan
digunakan dipilih terhadap tindakan ‘dingin’.5
pelumpuh otot menggunakan intubasi orotracheal • Cold steel
durasi teknik General tersebut. Intubasi dissection,diik
singkat,karena anestesi dipilih dengan teknik uti dengan
durasi operasi yang endotracheal tube orotracheal tidak jahitan dan
rata – rata singkat. dengan teknik nasotracheal karena pack kassa
Penggunaan intubasi sleep pada pasien ini • Cold steel
endotracheal tube, intubating non terdapat pembesaran dissection,diik
gunakan yang apneu non muscle kelenjar adenoid uti dengan
reinforced tube relaxant dengan sehingga sulit bipolar
karena beberapa intubasi mendapatkan akses diathermy
teknik operasi orotracheal. nasopharing akibat untuk
menggunakan Ukuran dari penyempitan hemostasis
Boyle-Davis Gag ( endotracheal tube yang disebabkan oleh • Hot
Gambar 2 ) untuk yang dipilih adalah desakan kelenjar dissection,
memperbaiki akses nomor 5,5 cuff, adenoid. menggunaka
operator kepada karena dianggap Teknik operasi n bipolar atau
rongga mulut. Boyle- sebagai ukuran yang dilakukan monopolar
Davis Gag pada terbesar yang bisa operator ada diathermy
pemasangannya dipakai oleh pasien. beragam teknik, (400 – 600
dapat menyebabkan Penggunaan ETT teknik operasi ini o
C)untuk
bergesernya dipilih daripada akan berimbas pada diseksi dan
endotracheal tube penggunaan sensasi nyeri dari hemostasis
atau terjadi obstruksi Laryngeal Mask pasien itu sendiri. • Coblation,
karena tube terjepit Airway karena ETT Teknik guillotine menggunaka
Gag akibat dapat sebagai sudah banyak n electro
pemasangan yang definitive airway ditinggalkan oleh ahli surgery suhu
THT dalam rendah (60 –
dalam menjaga jalan relaxant dipilih
melakukan 70oC) untuk
nafas dan dengan pertimbangan
tonsilektomi. Teknik diseksi dan
memudahkan akses bahwa durasi operasi
yang banyak dipakai hemostasis5
dokter operator. tonsilektomi yang
adalah teknik
Pemilihan teknik relative cepat,
dissection / snare. Teknik dengan cold
intubasi tanpa muscle kemudian ketidak

69
dissection memiliki Penggunaan cairan suction sebaiknya
dingin kemudian
insidensi paling sedikit glukosa – saline harus tidak menyentuh
hemostasis
untuk terjadi hati – hati, karena tonsillar bed agar
menggunakan kassa
perdarahan paska dapat mengakibatkan tidak menimbulkan
pack. Kassa adrenalin
operasi dibandingkan terjadinya cidera sekunder.
digunakan untuk
Hot dissection. hiponatremia. Bila Ekstubasi dilakukan
mengatasi
Penggunaan elctro pasien dijaga tetap saat napas spontan
perdarahan tersisa
cauter yang normovolumia sudah adekuat dan
yang tidak
berlebihan menggunakan cairan oropharing bersih.
menjendal pada
memberikan sensasi kristaloid, seperti Ekstubasi
pemasangan kassa
nyeri paska operasi Hartmann’s solution, dilakukan dengan
pack. Lama operasi
yang lebih maka perlu teknik sleep
45 menit, 75 menit
dibandingkan tanpa perdarahan sampai ekstubasi.
lama pembiusan
kauter.5 Durante kurang lebih 50% dari Pertimbangan
mulai sejak induksi
operasi perdarahan EBV untuk mencapai dilakukan teknik
sampai fase emergen
hanya di kendalikan kadar Hb dibawah 7 sleep ekstubasi
dari pasien. Cairan
dengan kassa. g/dL.5 untuk mengurangi
masuk selama
Operator kejadian batuk
pembiusan adalah
menggunakan teknik Manajemen Paska pada pasien yang
Ringer Laktat
diseksi Operatif berisiko untuk
sebanyak 300ml.
Manajemen merusak jahitan
durante operasi
ekstubasi. Setelah pada tonsillar bed
hemodinamik pasien
dokter operator sehingga
HR 92 – 104 x/ menit
selesai melakukan diharapkan kejadian
dengan Saturasi O2
tindakan, maka perdarahan paska
98 – 99 %.
saatnya dilakukan tindakan berkurang.
Manajemen
prosedur ekstubasi. Sebelum dilakukan
cairan durante
Sebelum dilakukan ekstubasi
operasi. Pemasangan
ekstubasi, lakukan dilakukan
jalur intravena untuk
pembersihan daerah laringoskopi dan
durante operasi wajib
laring menggunakan pembersihan daerah
untuk dilakukan.
negative – pressure oropharing sehingga
Pada pembedahan
suction unit dengan diharapkan tidak
tonsilektomi, rerata
teknik direct terjadi
kehilangan darah
laringoskop. Daerah laringospasme
adalah 5% dari
laring harus bisa pada pasien ini saat
estimate blood
dinilai secara visual fase emergen.
volume. Pada 5%
sudah bebas dari Karena pasien ini
populasi dapat
adanya secret dan tidak
mengalami
darah. Kanula
kehilangan darah
mencapai 10% dari menggunakan diberikan pada pasien.
estimate blood pelumpuh otot, Saat akan ekstubasi,
volume. Pemberian sehingga depresi volume tidal pasien
transfusi komponen nafas dari pasien ini sudah cukup.
darah hamper tidak disebabkan oleh Kejadian
diperlukan pada kasus opioid dan agen Laringospasme dan
tonsilektomi. inhalasi yang stridor paska

70
ekstubasi dilaporkan menyebabkan induksi harus
pain. Penggunaan
terjadi sampai 20% kejadian pulmonary menyesuaikan
opioid sebaiknya
dari pasien. edema meskipun pada kemungkinan adanya
sesuai opioid yang
Laringospasme adalah orang sehat. Hal ini hipovolumia yang
diberikan durante
suatu reflek involuter disebabkan karena tidak terukur. Karena
operasi, supaya
dari otot laring terjadi tekanan jumlah perdarahan
menghindari adverse
disebabkan oleh negative intrathoracal tidak dapat
2,5
event dari pemberian
stimulasi sensoris yang besar saat pasien diketahui.
opioid. Pemberian
pada nervus laringeus itu berusaha bernafas Manajemen
NSAID disarankan
superius. Stimulasi saat terjadi spasme.9 analgesia pada
dengan Ibuprofen (
dapat berupa secret Croup paska paska operasi.
10MG/KgBB) atau
dari pharing, darah intubasi, disebabkan Pemberian opioid
dengan pemberian
dari diseksi tonsil, oleh edema di paska operasi dapat
Paracetamol ( 10 –
atau endotracheal sekitar daerah diberikan bila
20 mg/kgBB ).
tube yang melewati glottis, laring dan diperlukan, sesuai
Pemberian ketorolac,
laring saat ekstubasi. trachea. Hal ini dengan WHO step
pada beberapa
Maneuver untuk disebabkan oleh ladder chart for
penelitian
menghindari karena trauma saat menunjukkan
terjadinya dilakukan laringoskopi adanya
laringospasme dan intubasi endo penambahan
adalah dengan tracheal. insidensi perdarahan
melakukan ekstubasi Penatalaksanaan paska operasi.
saat pasien tidur croup paska intubasi Pemberian
dalam atau pasien dengan pemberian paracetamol baik
betul – betul sadar. kortikosteroid, dikombinasikan
Bila terjadi dexamethasone 0,2 dengan morphine,
Laringospasme dapat mg/ kgBB. 9
karena paracetamol
dilakukan tindakan, Perdarahan memiliki morphine
pembersihan jalan paska tonsilektomi, sparing effect,
nafas dari secret dan bila dirasa sehingga menambah
darah, dilakukan perdarahan profuse potensi analgesi.2,5,10
positive pressure dan membahayakan
Manajemen
ventilasi dengan jalan nafas, maka
analgesi paska operasi
tekanan yang lembut dokter operator akan
menggunakan
menggunakan menilai kembali titik
parasetamol
oksigen 100% atau perdarahan di
300mg/ 8jam. Untuk
memberikan lidocaine Tonsillar bed. Pasien
mengurangi
intravena ( 1 – 1,5 seperti ini perlu di
kejadian mual
mg/kgBB). Bila bawa kembali ke
muntah paska
ternyata tidak berhasil kamar operasi, dan
operasi diberikan
dan terjadi hipoksia, penatalaksanaan
dexamethasone
maka dapat diberikan intubasinya harus
intarvena 5mg. Paska
dosis kecil propofol menggunakan
operasi pasien
untuk merelaksasi otot algoritma Rapid –
kembali ke bangsal,
– otot laring. sequence induction
setelah dilakukan
Terjadinya with cricoid pressure.
observasi di ruang
laringospasme dapat Dosis dari obat
recovery selama 45

71
menit. Selama di ASA 1 dengan berat Education in
and Preparation
ruang recovery badan 18 Kg. Anaesthesia
for anaesthesia
pasien mengeluhkan Induksi dilakukan Critical Care and
in children.
rasa tidak nyaman di dengan Propofol Pain. British
Anesthesia and
tenggorokan. Pasien intravena, Journal of
intensive care
tenang di ruang manajemen jalan Anaesthesia.
medicine. 2009;
recovery dengan nafas dengan 2007;7:33 – 37.
10 : 489 - 494
pendampingan dari Endotracheal tube 3. Hermani B,ed,
7. National
orang tua pasien. dan ekstubasi tonsilektomi
Institute for
dengan sleep pada anak dan
Clinical
D. KESIMPULAN ekstubasi. dewasa, HTA
Excellence.
Adenotonsilitis Paska operasi Indonesia, 2004
Preoperative
merupakan masalah dilakukan 4. Mawson S.
tests. The use
infeksi pernafasan pemantauan Dissase
of routine tests
saluran atas yang perdarahan paska ofTheTonsils and
for elective
banyak muncul operasi di ruang Adenoid in: Scott
surgery. 2003
pada anak – anak recovery dan Brwons. Disease
8. Ragan B.
sesuai dengan diberikan of Ear, Nose and
Chapter 66 :
pertumbuhan Paracetamol 200mg Throat. 4 th ed.
Anesthesia for
kelenjar Limfe yang untuk analgesi serta Balantynne and
otorhinolaryngolic
membesar pada Dexamethason 2 mg Growes
( Ear, Nose, and
usia 2 – 5 tahun. intravena untuk Butterworths
throat) Surgery in
Pembedahan mengatasi PONV. LONDONS.1997,
Longnecker DE,
diperlukan sebagai Pasien sadar penuh, p: 123-170.
editor.
jalan penyembuhan kembali ke ruang 5. Davies K,
Anesthesiology,
bila memenuhi perawatan dengan Anaesthesiology
The McGraw –
indikasi – indikasi aldrette score 10 dan for Tonsilectomy.
Hill Company.
dari pembedahan. tidak ada perdarahan The Royal Devon
2008
Kasus ini, paska operasi. and Exeter NHS
9. Morgan Jr GE,
adalah pasien Pasien mengeluhkan Foundation. 2007
Mikhail MS,
anak laki – laki nyeri di 6. Short J, Malik D.
Butterworth JF,
usia 6 tahun tenggorokannya dan Preoperative
Assessment Mackey DC,
dengan diedukasi agar tidak
Wasnick JD,
adenotonsilitis batuk supaya tidak
editor. Chapter
dilakukan menjadi factor risiko
19 : Airway
adenotonsilektomi. perdarahan paska
Management in
Pasien status fisik operasi.
Morgan &
DAFTAR PUSTAKA 2006. Lippincot Mikhail’s Clinical
1. Brodsky L, Poje Williams & Anesthesiology,
C. Tonsilitis, Wilkins. Hal 5 th ed. The
Tonsilektomy, 1184-1198. McGraw
and 2. Ravi R, Howell T; – Hill Company.
Adenoidektomy. Anaesthesia for 2013
In; Head and paediatric ear, 10. Strauss L,
Neck Surgery – nose, and throat Anaesthetic
otolaringology, surgery. management
4th edition. Continuing of paediatric

72
adenotonsillecto 54 No 3
my. S Afr Fam Supplement 1 p.
Pract 2012 Vol 17 - 20

73

Anda mungkin juga menyukai