Anda di halaman 1dari 17

FISIKA BIOLISTRIK

MATA KULIAH : ILMU BIOMEDIK DASAR (IBD)

DISUSUN OLEH :

1.WERI SRI RAHAYU


2.PIL MANDA SARI
3.SANDRA ANISA
4.AHMAD SYAHRUL RAHMAN
5.ANTIKA REVIKA KIARA

AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)

YAYASAN BINA INSANI SAKTI


SUNGAI PENUH
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah


 Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada
tubuh kita berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Seperti listrik dirumah tangga.
Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh.
Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstra sel lebih banyak
ion Na dan Cl2, sedangkan intra sel terdapat ion H dan anion protein.
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP
(Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama
mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel
mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada
permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif pada permukaan dalam bidang
batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat
penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries
yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer
neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat listrik dari neuron lain.
Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada
permukaan air.
Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa
elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-
ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat
dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang
dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak
lainya.
    
B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.   Apa Pengertian Fisika Biolistrik?
2.   Bagaimana Hukum dalam Biolistrik?
3.   Apa Saja Macam Gelombang Arus Biolistrik?
4.   Bagaimana Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh Manusia?
5.   Bagaimana Isyarat Magnet Jantung dan Otak?
6.   Bagaimana Penggunaan Listrik dan Magnet pada Permukaan Tubuh?
7.   Apakah yang Dimaksud dengan Magnetic Blood Flow Meter?
8.   Apakah yang Dimaksud dengan Syock Listrik?

C.  Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang :
1.   Pengertian Fisika Biolistrik
2.   Hukum dalam Biolistrik
3.   Macam Gelombang Arus Biolistrik
4.   Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh Manusia
5.   Isyarat Magnet Jantung dan Otak
6.   Penggunaan Listrik dan Magnet pada Permukaan Tubuh
7.   Magnetic Blood Flow Meter
8.   Syock Listrik

D.  Manfaat Penulisan


Dalam penulisan makalah, Dengan selesainya penulisan makalah ini serta pembahasan
makalah ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pribadi maupun rekan-rekan mahasiswa.
Diantaranya yaitu :
1.     Menambah ilmu dan wawasan penulis khususnya, pembaca pada umumnya mengenai
kelistrikan dalam tubuh.
2.     Sebagai penambah bahan acuan bagi kita sebagai perawat dalam menerapkan Fisika
Keperawatan.
3.     Kita dapat memperoleh dari penulisan ini adalah dapat mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan biolistrik.

E.  Tinjauan Pustaka


Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan materi pembahasan dengan mencari ke
media internet dan sumber dari buku. Kemudian dari berbagai sumber tersebut dirangkum
dengan memperhat ikan materi yang dibahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Fisika Biolistrik


Biolistrik adalah ilmu yang mempelajari tentang potensial listrik pada organ tubuh.
Pada biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu: Kelistrikan dan
Kemagnetan yang timbul pada tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada
permukaan tubuh manusia. Aktivitas organ dan berbagai sistem didalam tubuh manusia tidak
hanya berhubungan erat satu sama lain tetapi juga bekerjasama dalam menanggapi perubahan
lingkungan, baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar tubuh. Didalam tubuh manusia
terdapat sistem koordinasi yang meliputi sistem saraf yang berfungsi mengendalikan aktivitas
dan keserasian kerja antara sistem organ.
Sejarah perkembangan biolistrik yaitu Luigi Galavani (1780) mulai mempelajari
kelistrikan pada tubuh hewan kemudian pada tahun (1786) Luigi Galvani melaporkan hasil
eksperimennya bahwa kedua kaki katak terangkat ketika diberi aliran listrik lewat suatu
konduktor. Pada tahun (1856)Caldani menunjukkan kelistrikan pada otot katak yang telah
mati, dan pada tahun (1928) melaporkan tentang pengobatan penderita dengan menggunakan
short wave. Biolistrik merupakan energi yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang
bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini dihasilkan oleh salah satu
bagian sel yakni mitokondria dalam proses respirasi dengan kata lain biolistrik merupakan
segala yang berkaitan dengan kelistrikan yang dihasilkan oleh tubuh makhluk hidup.
Kelistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan muatan-muatan, ion-
ion yang terdapat dalam tubuh dan medan listrik yang diasilkan oleh ion-ion dan muatan –
muatan tersebut serta tegangan yang dihasilkan.
Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan oleh
sel-sel tubuh. Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-bio atau biopotensial.
Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan sel-sel otot (muscle).
Tegangan yang terjadi pada sel, (selanjutnya disebut tegangan sel (cell potentials)), terus
menerus terjaga keberadaannya, dan untuk menjaganya, sejumlah besar energi dibutuhkan.
Jadi, energi yang disuplai ke dalam tubuh, sebanyak paling tidak 25% digunakan untuk
menjaga kehadiran tegangan pada sel.
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dariATP
(Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energiyang bernama
mitokondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel
mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada
permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif pada permukaan dalam bidang
batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)menghantarkan isyarat biolistrik sangat
penting.Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries
yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer
neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperatur, dan isyarat listrik dari neuron lain.
Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruhtubuh seperti gelombang pada
permukaan air. Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang
beberapaelektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung
(Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG,
aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu.
Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, gagar otak
dan kelainan otak lainnya.

B.   Hukum dalam Biolistrik


Dalam biolistrik berlaku berbagai macam hukum. Berapa yang penting di antaranya adalah:
1.   Hukum Ohm
Hukum Ohm disampaikan oleh George Simon Ohm (1826), yang isinya menyatakan
bahwa “beda potensial di antara dua ujung konduktor berbanding lurus dengan arus
listrik yang melewatinya.”
Rumusan hokum Ohm di atas melibatkan unsur beda potensial (tegangan), arus listrik dan
hambatan (tahanan) listrik.
Lalu bagaimanakah gambaran dari ketiga unsure tersebut dalam proses kelistrikan? Coba
perhatikan ilustrasi berikut supaya lebih jelas!
Gambar: Arus listrik pada konduktor
Di dalam suatu penghantar listrik (konduktor), terdapat elektron-elektron (partikel
bermuatan negatif) bebas yang dapat bergerak. Gerakan ini berlawanan arah dengan gerakan
proton (partikel bermuatan positif). Dengan adanya gerakan electron dan proton inilah maka
timbul gerakan muatan listrik yang disebut sebagai “arus listrik”. Arus listrik berjalan searah
dengan gerakan proton (berlawanan arah dengan gerakan electron).
Lalu mengapa aliran listrik (arus listrik) bisa terjadi?
Aliran listrik bisa terjadi karena adanya beda potensial (tegangan) listrik di antara dua
ujung konduktor tersebut. Arus mengalir dari ujung berpotensial tinggi ke ujung berpotensial
rendah. Agar lebih jelas lagi coba bandingkan dengan proses mengalirnya air. Anggaplah
arus listrik sebagai arus air yang mengalir.

1.     Air mengalir dari tempat yang posisinya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah sehingga
terjadilah arus air. Bandingkan dengan muatan listrik yang mengalir dari potensial tinggi ke
potensial rendah sehingga terjadilah arus listrik.
2.     Pipa saluran air analog dengan konduktor. Kalau pipa adalah penghantar untuk aliran air,
maka konduktor listrik adalah penghantar untuk aliran aliran listrik.
3.     Setiap saluran air atau setiap konduktor listrik memiliki nilai hambatan yang tetap (konstan).
Semakin besar penampang saluran air atau konduktor maka hambatan terhadap perjalan arus
semakin kecil (arus akan semakin lancar perjalanannya). Sebuah konduktor listrik dari zat
yang berbeda juga memiliki nilai hambatan yang spesifik yang disebut sebagai hambatan
jenis.
4.     Agar air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi, maka air yang sudah jatuh di tempat
yang lebih rendah dipompa kembali ke tempat yang lebih tinggi. Demikian juga muatan
listrik yang telah mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah dikembalikan lagi ke
potansial tinggi (tentu saja memerlukan energi)

V/I = Konstan

Jika hukum Ohm dinyatakan dalam formula, maka bunyinya adalah:


                          
Jika  V= beda potensial (tegangan) dalam Volt
         I= kuat arus listrik dalam Ampere

/I = R
Umumnya arus listrik dalam suatu konduktor mendapatkan hambatan (sama dengan tahanan)
yang nilainya selalu tetap. Hambatan ini dilambangkan dengan huruf R (resistensi) dengan
satuan Ohm (W). Hubungan antara tegangan, kuat arus dan hambatan dirumuskan sebagai
berikut:

= I.R
atau
 

2.   Hukum Joule


Hukum Jolule menyebutkan bahwa arus listrik (A) yang melalui suatu konduktor dengan
tegangan (V), dalam waktu tertentu (t) akan menghasilkan kalor (W atau H). Jadi unsur yang
terlibat dalam Hukum Joule adalah:
 tegangan listrik (V) dengan satuan Volt (V)
 arus listrik (I) dengan satuan Ampere (A)
 waktu (t) dengan satuan sekon atau detik (s atau dt.)
 Energi (W) dengan satuan Joule (J)
 Energi panas (H) dengan satuan kalori(Kal)
Formula Hukum Joule:
W = VIt
H = 0,24. VIt  (karena 1 Joule=0,24 kalori)

C.  Macam Gelombang Arus Biolistrik


Gelombang arus listrik bekaitan erat dengan penggunaan arus listrik untuk merangsang saraf
motoris atau saraf sensoris. Gelombang yang dimaksud diantaranya :
1.      Arus bolak balik/sinosuidal
2.      Arus setengah gelombang
3.     Arus setengah penuh
4.      Arus searah murni
5.      Faradik
6.      Sentakan faradik
7.     Sentakan sinosuidal
8.      Galvanik yang interuptus
9.     Arus gigi gergaji

D.  Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh Manusia


1.   Sistem Syaraf dan Neuron
Sistem saraf dibagi dalam dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom.
a.    Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah serat-serat yang
mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis disebut saraf afferensedangkan
serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak dan medulla spinalis ke otot serta
kelenjar disebut serat efferen.
b.   Sistem saraf otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan kelenjar-kelenjar.
Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar. Otak berhubungan langsung dengan medulla
spinalis; keduanya diliputi cairan serebro spinalis dan dilindungi tulang tengkorak serta
tulang vertebralis (columna vertebralis). Berfat otak 1500 gram dan hanya 50 gram yang
efektif.
Struktur dasar dari sistem saraf  di sebut neuron/sel saraf. Suatu sel saraf mempunyai fungsi
menerima, interpretasi dan menghantarkan aliran listrik.
2.   Kelistrikan Saraf
Dengan menggunakan mikroskop elektron serat saraf dibagi dalam dua tipe yaitu serat
saraf bermyelin dan tidak bermyelin. Serat saraf bermyelin banyak terdapat pada manusia.
Myelin merupakan insulator (isolasi) yang baik dan kemempuan mengaliri listrik sangat
rendah. Potensial aksi makin menurun apabila melewati serat saraf yang bermyelin.
Panjang dan kecepatan aliran listrik pada serat saraf tergantung pada lapisan myelin.
Akson tanpa myelin dengan diameter 1 mm mempunyai kecepatan 20-50 m/s. sedangkan
dengan diameter 10 m mempunyai kecepatan 100 m/s. pada serat saraf bermyelin aliran
sinyal dapat meloncat dari satu simpul ke simpul lain.
Telah diketahui bahwa sel mempunyai lapisan yang disebut membran sel, didalam sel
ini terdapat ion Na, K, Cl, dan protein (A-). Sel mempunyai kemampuan memindahkan ion
dari satu sisi ke sisi yang lain, disebut aktifitas kelistrikan sel
Suatu saraf atau membran otot pada keadaan istirahat (tidak adanya proses konduksi
impuls listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak di luar sel dari pada di dalam sel.
Potensial aksi merupakan tenomena keseluruhan atau tidak sama seklai (all or none)
yang berarti bahwa begitu nilai ambang tercapai, peningkatan waktu dan amplitudo dari
potendial aksi akan selalu sama, tidak perduli macam apapun intensitas dari rangsangan.
Segera setelah potensial aksi mencapai puncak mekanisme pengangkutan di dalam sel
membran dengan cepat mengembalikan ion Na ke luar sel sehingga mencapai potensial
membran istirahat (-90 Mv). Proses ini disebut polarisasi dan berakshir. Siklus ini mencapai 3
m detik.
3.   Perambatan Potensial Aksi
Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot mendapat
rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai kemampuan untuk
merangsang daerah sekitar sel membran untuk mencapai nilai ambang. Dengan demikian
dapat terjadi perambatan potensial aksi ke segala jurusan sel membran keadaan ini disebut
perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi. Proses
repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter ada dua fase yaitu
periode refrakter absolut dan peiode refrakter relatif.
a.    Periode refrekter absolut
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk menghasilkan
potensial aksi yang lain.
b.    Periode refrekter relatif
Setelah sel membran mendeteksi repolarisasi seuruhnya maka dari periode refrekter absolut
akan menjadi periode refrekter relatif, dan apabila ada stimulasi/rangsangan yang kuat secara
normal akan menghasilkan potensial aksi yang baru. 
4.   Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction
Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis; berakhirnya saraf pada sel
otot/hubungan saraf otot disebut Neuromnyal junction.
Baik sinapsis maupun Neuromnyal junction mempunyai kemampuan meneruskan
gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang
depolarisasi ini penting pada sel membran sel otot, oleh karena pada waktu terjadi
depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan trigger/bergetar/berdenyut menyebabkan
kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan mengalami
relaksasi.
5.   Kelistrikan Otot Jantung
Sel membran otot jantung sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Pada saraf
maupun otot bergaris dalam keadaan potensial membran istirahat dilakukan ragsangan ion-
ion Na+ akan masuk ke dalam sel dan setelah tercapai nilai ambang akan timbul depolarisasi.
Sedangkan pada sel otot jantung, ion Na+ berlahan-lahan akan masuk kembali kedalam sel
dengan akibat terjadi gejala depolarisasi secara spontan sampai mencapai nilai ambang dan
terjadi potensial aksi tanpa memerlukanrangsangan dari luar.
6.   Konsentrasi ion di dalam dan di luar sel
Ini merupakan suatu model potensial istirahat pada waktu = 0 dimana ion K akan
melakukan difusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga pada saat tertentu
akan terjadi membran dipole atau membran dua kutub di mana larutan dengan konsentrasi
yang tadinya rendah akan kelebihan ion positif, kebalikan dengan larutan yang konsenrasi
tinggi akan mengalam kekurangan ion sehingga menjadi lebih negatif.

E.  Isyarat Magnet Jantung dan Otak


Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan magnet sekitar
jantung disebabkan adanya aliran listrik jantung yang mengalami depolarisasi dan
repolarisasi. Pencatatan medan magnet disebut magnetoksdiogram. Besar medan magnet
sekita jantung adalah sekitar 5 x 10 pangkat -11 T( Testa) atau sekitar 10 x 10 pangkat 8
medan megnet bumi. Hubungan Testa (T) dengan Gauss dapat dinyatakan:
Untuk mengukur medan magnet dari suatu besaran benda diperlukan suatu ruang
yang terlindung dan sangat peka terhadap detector medan magnet (magnetometer). Detector
yang dipergunakan yaitu SQUID ( Superconding Quantum Interference Device) yang bekerja
pada suhu 5 derajat K, dan dapat mendeteksi medan magnet yang disebabkan arus searah atau
arus bolak-balik. Ada 2 alat untuk mencatat medan magnet ini antara lain:  
1.   Magnetokardiografi (MKG)
MKG memberi informasi jantung tanpa mempergunakan elektroda yang
didekatkan/ditempelkan pada badan, tidak seperti halnya pada waktu melakukan EKG.
Pencatatan dilakukan di daerah badan dengan jarak 5 cm. lokasi rekaman diberi kode B, D, F,
H, I, J, L (vertical). Horizontal dilakukan perekaman 5-6 kali dibubuhi huruf I dan ditandai
dengan angka (1, 3, 5, 9) Informasi yang diperlukan pada MKG tidak dapat dipakai sebagai
EKG oleh karena dalam pengukuran medan magnet mempergunakan arus searah yang
mengenai otot dan saraf. Perekaman MCG akan memberi informasi yang berguna dalam
diagnosis apabila dikerjakan pada waktu jantung mengalami serangan oleh karena pada saat
ini dipergunakan arus listrik.
2.   Magnetoensefalogram (MEG) MEG yaitu pencatatan medan magnet sekeliling otak dengan
mempergunakan arus searah. Alat yang adalah SQUID magnetometer. Pada rithme alpha,
medan magnet berkisar 1 x 10 pangkat -13T.

F.   Penggunaan Listrik dan Magnet pada Permukaan Tubuh


Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik berfrekwensi
rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula menggunakan listrik dengan
frekwensi 30 MHz untuk memanaskan yang disebut “Short Wave Diaththermy”. Pada 1950
sudah diperkenalkan penggunaan gelombang mikro dengan frekwensi 2.450 MHz untuk
keperluan diathermi dan pemakain radar.
Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di bagi dalam 2
bentuk:
1.      Listrik Berfrekwensi Rendah
Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 z frekuensi rendah ini mempunyai
efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Untuk pemakain dalam
jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot, maka dipakai arus faradic.
Sedangkan untuk jangka waktu lama dan bertujuan merangsang otot yang telah kehilangan
persarafan maka dipakai arus listrik yang intereptur/terputus-putus atau arus DC yang telah
dimodifikasi.
Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus AC ini
serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain: merangsang saraf sensorik,
merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi otot.
2.      Listrik Berfrekuensi Tinggi
Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas 500.000 siklus
perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat merangsang saraf motoris
atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan dengan pengulangan yang lama. Frekuensi
sifat ini maka frekuensi tinggi digunakan dalam bidang kedokteran di bagi menjadi 2 bagian
yaitu:
a.    Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)
b.   Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mkro)

G. Magnetic Blood Flow Meter


      Elektromagnetik merupakan alat untuk mengukur aliran darah. Ada beberapa
jenis Blood Flowmeter, tetapi yang paling banyak digunakan disini ialah dari jenis
elektromagnetik. Prinsip dasar dari tipe elektromagnetik ini didasari pada Hukum Faraday
yang menyatakan bahwa dalam suatu kawat penghantar yang berada pada medan magnet
maka pada kawat penghantar tersebut akan terinduksi ggl. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 1.1
Besarnya tegangan induksi  yaitu  e = CHVd
Dimana   C = kontan
                H = Besarnya medan magnet
                V = Kecepatan aliran darah
                d  = Diameter pembuluh darah
 
Selanjutnya  flow rat Q dinyatakan dengan persamaan berikut  :
Q = VA sehingga V= Q/A 
dimana  A adalah area yang dilingkupi oleh tube sehingga
.e = C1 x Q/A   = C2 x Q

1.     Desain dari Flow Transduser

Dalam prakteknya, bahan tranduser elektromagnetik (Wyatt,1984) terbuat dari bahan


nonmagnetik untuk memastikan agar fluksmagnetik tidak melewati aliran dan jatuh ke dasar
alat. Bahan transduser terbuat dari material yang dapat menjaga dari short circuit dari induksi
emf, misalnya dari bahan stainless stell atau platinum. Penggunaan tranduser disesuaikan
dengan ukuran dari pembuluh darah.
Menurut Wyatt (1966) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konstruksi
transduser, yaitu:
a.    Inti Magnet
b.   Isolasi berkualitas tinggi
c.    Platinization dari elektroda untuk meminimalkan inpedansi elektrode
d.   ketelitian dari elektrostatis yang dihasilkan oleh kumparan magnet dari rangkaian elektroda.
e.    kontruksi dari kepala elektroda harus simetris dengan kumparan magnet.

2.   Tipe-tipe flowmeter elektromagnetik

     Pada dasarnya semua flowmeter terdiri dari pembangkit arus AC, prope rakitan,
kapasitansi seri amplifier gandeng, penguat DC, dan perangkat perekam/pencatat. Bentuk
dari arus waveform yang dibangkitkan untuk elektromagnetik bisa sinusoidal atau gelombang
pulsa.
a.    Flowmeter gelombang sinus:
Magnet probe dibangkitkan oleh gelombang sinus, akibatnya tegangan yang
diinduksikan juga akan sinusoidal. Masalahnya adalah pada tipe ini pembuluh darah dan
mineral/fluida yang terdapat didalamnya bertindak sebagai kumparan sekunder transformator
pada saat magnet probe dibangkitkan. Akibatnya, ada tegangan artefact induksi yang secara
umum mengacu pada ‘tegangan transformator’.
‘Tegangan transformator ‘ lebih besar dibandingkan tegangan arus induksi dan berbeda
fasa 90o. Hal ini juga menyebabkan baseline drift yang menghasilkan kestabilan fasa yang
tinggi .Pada fersi terdahulu dari flowmeter gelombang sinus, tegangan yang tidak digunakan
ini dihilangkan dengan memasukkan ke dalam sinyal tegangan dengan kekuatan (daya) yang
sama tetapi berbeda fasa. Sehinggan sinyal artefac digagalkan dan hanya aliran tegangan
induksi yang muncul.
Metode lain untuk menghilangkan tegangan tegangan induksi transformator dalam
flowmeter gelombang sinus adalah dengan menggunakan gated amplifier. Fungsinya adalah
untuk membolehkan penguatan sinyal selama siklus pada saat aliran tegangan induksi
maksimum dan tegangan induksi transformator minimum. Dengan metode ini tegangan
artefac dihindari dari penguatan. Instrumen ini dikenal sebagai ‘gate sinewave flowmeter’.
Flowmeter gelombang sinus memerlukan rangkaian elektronik yang rumit untuk
memindahkan tegangan induksi transformator dari aliran tegangan induksi. Karena kedua
waveform tersebut memiliki tipe yang sama, Penghilangan secara sempurna dari tegangan
artefac menjadi sangat sulit. Sistem gelombang sinus tak lagi diragukan dalam menghasilkan
perbandingan sinyal to noise (SNR) akan tetapi sangat mengganggu pada saat frekuensi
bertambah.
b.     Flowmeter elektromagnetik gelombang pulsa:
Berbeda dengan flowmeter gelombang sinus dalam hal pembangkitan tegangan yang
diberikan pada magnet yaitu gelombang pulsa, sehingga tegangan induksi juga merupakan
gelombang pulsa. Flowmeter gelombang pulsa memiliki kestabilan fasa yang kurang
dibandingkan dengan tipe gelombang sinus yang dapat menekan relatif lebih mudah tegangan
quadrature. Selain itu, lebih mudah mengendalikan ukuran magnitude dan gelombang arus
pembangkitan dalam sistem gelombang pulsa.
Dalam hal ini, tegangan induksi transformator hanyalah sebagai spike, yang mengalami
superimpose diawal tegangan aliran induksi gelombang pulsa. Pemisahan dari dua tegangan
ini akan  menjadi lebih mudah pada saat penguatan dari gate hanya pada saat priode pendek.
Dalam flowmeter gelombang pulsa, blanking diperlukan hanya pada saat arus magnet
membalik dan penguat bekerja pada saat flat porsion gelombang pulsa.Gelombang pulsa
adalah amplitudo yang dimodulasikan oleh variasi aliran darah dan memerlukan demodulasi
sebelum diberikan pada pencatat.
c.    Transduser:
Aliran transduser terdiri dari elektromagnetik yang memberikan medan magnet yamg
tegak lurus dengan arah aliran darah dan terletak antara medan dan elektroda pick-up yang
sumbunya tegak lurus pada kedua sumbu medan dan aliran. Elektrodanya mungkin
berhubungan dengan mengalirnya darah atau permukaan luar pembuluh darah dimana darah
mengalir. Bentuk ini disebut ‘cannulating flowmeter’ dan kemudian disebut ‘cuff lowmeter’.
d.   Preamplifier:
Tegangan yang diinduksikan diambil oleh elektroda kemudian diberikan pada penguat
diferensial noise rendah melalui capacitive coupling. Preamplifier harus memiliki common
mode ferection ratio (CMRR) tinggi dan impidansi masukan yang tinggi pula. Preamplifier
yang digunakan oleh Goodman (1969a) memiliki CMRR 106dB(200,000:1) dengan
impedansi masukan mode bersama 150MΩ. Penguatan preamplifier 1000. Preamplifier juga
harus menggabungkan fasilitas untuk ‘probe balance’ yang oleh sinyal sefasa da arus magnet
dapat dipilih pada tegangan backgound seimbang dalam fasa dengan aliran tegangan. Sinyal
kalibrasi dengan amplitudo 30μV dapat dihubungkan dengan preamplifier dengan
menambahkan saklar pemilih. Tegangan noise (derau) yang dibangkitkan dalam preamplifier
adalah faktor pentingdalam kinerja dari flowmeter elektromagnetik. Tegangan derau terlihat
sebagai pergerakan acak dari baseline dari aliran darah yang dicatat. Ketika digambarkan
dalam bentuk aliran, khususnya 1-2% keluaran dalm skala penuhdari priode yag terpilih.
Sebagai contoh, probe 2,7 mm menberikan dfeksi skala penuh untuk 500ml/mm sehingga
derau ekivalen dengan 10 ml/mm.
e.    Rangkaian Gating:
Penguat gating membantu menghilangkan tegangan bayangan (semu) yang muncul
ketika arus magnet dibalik. Bagi flow meter untuk memperlihatkan kestabilan baseline yang
cukup adalah penting bahwa sinyal semu yang dihasilkan selama pembalikan arus magnet
dan sefasa dengan aliran tegangan diabaikan. Aksi gating dikendalikan oleh rangkaian yang
memberikan arus eksitasi pada elektromagnet.
f.    Bandpass amplifier:
Seperti halnya gatting amplifier yang merupakan bandpass amplifier RC aktif yang
dengan selektif melewatkan amplitudo gelombang pulsa. Respon puncak adalah 400Hz. Titik
3dB pada 300 Hz dan 500 Hz. Penguatan dari penguat ini adalah 50. Bentuk dari gelombang
setelah penguatan ini adalah sinusoida yang terdistorsi.
g.   Detektor:
Detector fasa sensitif digunakan untuk memperbaiki sinyal analog dari rata-rata aliran
yang sedangdiukur.Tipe dari demodulator ini tidak hanya menawarkan sinal-to-noise ratio
maksimum tetapi juga membantu penolakan tegangan interfensipada frekuensi dibawah
frekuensi carrier.
h.   Low Pass Filter dan Tahapan keluaran:
Sinyal yang dimodulasikan diberikan pada LPF RC aktif yang memberikan respon
frekuensi yang tidak sama dan pergeseran fasa linier dari 0-30 Hz. Hal ini diikuti oleh
rangkaian integrator yang memberikan keluaran yang sesuai dengan aliran rata-rata. Sinyal
keluaran yang diperoleh dapat dicatat pada sebuah perekam untuk dibaca aliran darah dari
skala terkalibrasi.
i.     Magnet current drive:
Arus eksitasi yang dberikan pada elektromagnet adalah 1 amper puncak arus gelombang
pulsa. Hal tersebut diberikan oleh sumber dengan impedansi tinggi untuk memastikan bahwa
arus yang diberkan adalah konstan untuk berbagai macam hambatan lilitan magnet hingga
lebih dari 5Ω. Masukan gelombang pulsa pada tahapan power amplifier yang memberikan
arus elektromagnetik diberikan dari multivibrator bebas yang bekerja pada frekuensi 400 Hz..
j.     Zero Flow Reference Line:
sebelum pengukuran aliran darah oleh flowmeter elektromagnet dilakukan penting untuk
menyediakan secara tepat sinyal yang sesuai untuk zero flow. Walaupun pembangkitan
magnet harus menghasilkan zero reference line, sayangnya line ini tidak selalu bertepatan
dengan zero flow line secara psikologi,. Hal ini memberikan efek pada elektrode vessel
interface(wyatt,1961). Metode alternatif dapat memacetkan pembuluh darah yang diukur.
Beberapa pengaturan telah dilakukan sebagai penghambat ((Beck et al,1965; Jacobson and
Swan,1966). Bagaimanapun ,ada beberpa pertimbangan serius dari penggunaannya dari
kelayakan untuk menghambat darah, agar memperoleh acuan zero flow, memperhatikan
kemungkinan yang dapat menghasilkan spasm dan perubahan aliran darah. Lebih lanjut lagi,
adalah mungkin untuk memperoleh zero flow reference yang handal dalam hal flow probe
yang diimplantasi secara kronik.

H.  Syock Listrik


Syok listrik atau kejutan adalah suatu nyeri pada syaraf sensorik yang diakibatkan
aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui tubuh. Kejadian syok listrik merupakan
kejadian yang timbul secara kebetulan. Bahaya syok listrik sangat besar, tubuh penderita akan
mengalami ventricular fibrillon, kemudian diikiuti dengan kematian. Oleh karena itu, perlu
diketahui perubahan-perubahan yang timbul akibat syok listrik, metoda pengamanan
sehingga bahaya syok dapat dihindari.
Dalam bidang kedokteran ada 2 macam syok listrik antara lain:
1.   Syok Dengan Tujuan Tertentu Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi medis. Dalam
bidang psiaktri dikenal dengan nama “ Electric Convultion Teraphy”
2.   Syok tanpa tujuan tertentu Timbul syok ini diakibatkan dari suatu kecelakaan. Faktor-faktor
yang menyokong sehinggga timbulnya syok ini listrik ini :
a.     Peralata
Petunujuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
1)  Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang jelas
2)  Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan transformator
b.      Perorangan
1)   Petugas-petugas yang kurang latihan
2)   Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-bahaya yang ditimbulkan
3)   Kurang pengertian tetang cara-cara proteksi bagi petugas sendiri maupun penderita
Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal dengan “ Earth Syok”.
Berdasarkan besar kecilnya tegangan “ Earth Syok” dapat di bagi menjadi 2 : Low tension
shock ( syok tegangan rendah) dan high tension shock ( syok tegangan tinggi)
Syok semakin serius, apabila arus yang melewati tubuh semakin besar. Menurut
Hukum Ohm intensias arus listrik tergantung kepada tegangan dan tahanan yang ada. ( I =
V/R) berarti tegangan penting dalam menentukan beberapa arus yang dapat dilewati oleh
tahanan yang diberikan oleh tubuh. Disamping itu ada pula parameter-parameter lain yang
turut berperan mempengaruhi tingkat syok.
1.   Dari Sudut Arus
a.      Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt dari pada tegangan 80
Volt. Oleh karena, kuat arus pada tegangan 220 Volt lebih besar dari pada tegangan 80 Volt
(R) sama.
b.      Basah atau tidaknya kulit penderita
c.      Basah tidaknya lantai
2.   Dari sudut parameter-paraameter lainya:
a.      Jenis kelamin
b.      Frekuensi AC
c.      Duration
d.      Berat Badan
e.      Jalan yang ditempuh arus
Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan kematian sehingga
dipandang perlu untuk melakukan tindakan pencegahan yang meliputi alat-alat yang
dipergunakan.

Anda mungkin juga menyukai