DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Siska Angraini, M.Kep
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
Chintya Acita Salyas 1902027
Fince meriwarti 1902032
Monika Liski 1902037
Novia Gusma Dewi 1902038
Romana Souaken 1902041
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah “KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami Ns. Siska Angraini, M.Kep yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman individu dan masyarakat dalam mengerti PMS sangat minim. Padahal
di zaman yang berkembang ini sudah cukup banyak perantara untuk menyampaikan
informasi secara berkala dan meluas. Bagi individu-individu yang mengetahui dampak
ataupun pehaman PMS secara menyeluruh pun tidak memperhatikan lagi
konsekuensinya. Mereka cenderung acuh tak acuh dan selalu merasa menyesal saat
penyakit itu telah becongkol dalam tubuhnya.
Banyaknya mahasiswa yang ada di Papua ini, dengan jumlahyang fantastis tidak
jarang dari mereka berasal dari luar kota dan mendiami kota jayapura dengan tinggal di
rumah kamar sewa, rumah kamar sewa yang ada di jayapura ini tidak jarang SSkurang
memberi peraturan jam malam dan jam berkunjung, sehingga banyak warga rumah kamar
sewa yang memasukkan tamu mereka dalam kamar secara langsung. Mahasiswa yang
kurang memahami pentignya menajga diri dan tata krama cenderung akan memasukkan
teman yang lawan jenis sehingga tidak menutup kemungkina terjadi hal-hal yang tidak
kita inginkan.
Dalam makalah ini kami harap kami dapat memberi sedikit pembukaan
pengetahuan yang lebih dalam tentang pentingnya tidak melakukan seks bebas,
keprihatinan kami pada kalangan mahasisiwa yang merupakan kaum terpelajar namun
tidak sedikit pula yang tidak menggubris adanya penyakit ini dan kebayakan pula dari
mereka dengan sukarala melakukan seks (oral) yang menurut mereka seks aman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu PMS?
2. Bagaimana penularan PMS?
3. Apa saja jenis-jenis PMS?
4. Bagaimana pencegahan PMS?
C. Tujuan
Makalah ini kami buat dengan tujuan utama untuk memenuhi tugas salah satu mata
kuliah kami yaitu mata kuliah KMB 2. Selain itu makalah ini kami buat juga dengan
4
tujuan agar menambah wawasan bagi para pembaca dan juga sebagai bahas ajar
khususnya untuk mahasiswa keperawatan.
D. Landasan teori
Sumber yang kami jadikan rujukan dalam pembuatan makalah ini adalah dari internet.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan
terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV
dan gonore. Namun kondom kurang efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan
klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan
penyebab kutil kelamin.
B. Beberapa penyakit menular seksual:
1. Gonorea/kencing nanah
2. Sifilis/raja singa
3. Trikonomiasis
4. Ulkus Mole (Chancroid)
5. Klamidia
6. HIV-AIDS
7. Herpes
8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
9. Hepatitis B (HBV)
1. Gonorea/kencing nanah
Tipe : Bakterial (Neisseria gonnorhoeae)
Cara penularan : Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala : Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala
muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah
terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari penis, vagina, atau
rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil. Penyakit ini
bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,
terutama kulit dan persendian.
Pengobatan : Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun tidak dapat
menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan
dilakukan.
Penanganan :
1. Pada masa kehamilan , berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV dosis
awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin + Sulbaktan
2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d)
Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
7
2. Masa nifas , berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram dosistunggal. b)
Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b)
Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam
klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis
tunggal.
4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan seksual .
5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan menyelesaikan
pengobatan hingga tuntas.
8
bayi yang terinfkesi pada prosespersalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang
lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
2. Sifilis/Raja Singa
Tipe : Bakterial (Treponema pallidum)
Cara Penularan : Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal,
anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui
hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang
disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh
dengan orang yang tidak terinfeksi.
Gejala-gejala : berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13 minggu.Setelah itu
akan timbul benjolan di sekitar alat kelamin, kadang disertai
pusing dan nyeri tulang seperti flu serta hilang sendiri tanpa
diobati. Bercak kemerahan pada tubuh juga akan muncul sekitar 6-
12 minggu setelah berhubungan seks. Seringkali penderita tidak
memperhatikan hal ini dan gejala ini akan hilang dengan
sendirinya. Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang
tidak terasa sakit atau “chancres” yang biasanya muncul di daerah
kelamin tetapi dapatjuga muncul di bagian tubuh yang lain, jika
tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang
dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada
tenggorokan,rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh
tubuh.
Pengobatan : Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada
organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi :
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan seriuspada hati, otak, mata,
sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang sedang
menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan
meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang
ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang
dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi
9
pada sekitar 25% darikasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika
tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.
3. Trikonomiasis
Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi : Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling banyak
terjadi pada perempuan mudadan aktif seksual. Diperkirakan, 5
jutakasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan : Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas
vaginalis dapat bertahanhidup pada benda-benda seperti baju-baju
yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian
tersebut.
Gejala-gejala : Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan
berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang
air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi.
Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak
ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang
pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan atau luka pada
penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan : Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi :
Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin
juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus tersebut.
Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan
risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada
perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.
10
beningdi lipat paha berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah
akan bernanah dan nyeri.
Komplikasi yang mungkin terjadi :
kematian janin pada ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.
5. Klamidia
Tipe : Bakterial (Chlamydia trachomatis)
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala : Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki
tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi keputihan
yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki
maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri
pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada
laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada
testis.Nyeri di rongga panggul; Perdarahansetelah hubungan
seksual.
Pengobatan : Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun pengobatan
tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul
sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi:
Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang
Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan
dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan
epididymitis, yaitu sebuah peradanganpada testis (tempat di mana sperma disimpan),
yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu yang terinfeksi akan berisiko
lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut. Konsekuensi yang mungkin
terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi
matapada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses
persalinan.
6. HIV-AIDS
Tipe : Viral (Human Immunodeficiency Virus)
11
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau
produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian
pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin
dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala : Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama
kali. Sementara yang lainnyamengalami gejala-gejala seperti flu,
termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun,
lemah danpembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala
tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan
virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama
beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus
melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi
semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral
digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang
terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi
oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal
karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS. Konsekuensi yang
Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam
satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan
meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil
dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
7. Herpes
Tipe : Viral (virus Varicella zoster dan herpes simplex virus )
Cara Penularan : Herpes menyebarmelalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-
bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks
vaginal, anal atau oral, Juga melalui seperti : alat-alat tidur ,
pakaian, handuk, dll, secara bergantia. Virus sejenis dengan strain
lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular
12
lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di
bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks
oral dan dapat menyebabkan infeksi alat kelamin. Saat ini dikenal
dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua
herpes ini berasal darivirus yang berbeda. Herpes zoster
disebabkan oleh virus Varicella zoster. Zoster tumbuh dalam
bentuk ruam memanjang pada bagian tubuh kananatau kiri saja.
Jenis yang kedua adalahherpes simpleks, yang disebabkan oleh
herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang bagian badan dari
pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes simpleks labialis),
dan HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke bawah. Sebagian
besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, walaupun ada juga
yang disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat adanya hubungan
kelamin secara orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari
disebut dengan oral seks, serta penularan melalui tangan.
Gejala-gejala : Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa
gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin;
atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa
nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat,
anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang
lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu
tetapi dapat munculkembali.
Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obatanti virus biasanya
efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul
gejala karena infeksi HSV-2.
13
tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan
merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi
yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan
otak yang serius.
9. Hepatitis B (HBV)
Tipe : Viral
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai jarum
suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis dan
kedokteran gigi; melalui transfusi darah.
Gejala : Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan gejala. Gejala
yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah,
kehilangan nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-gejala yang
14
ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air kencing berwarna
gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.
Pengobatan : Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan
sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi terinfeksi
secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:
Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi
cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan. Konsekuensi yang mungkin timbul
pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat menularkan penyakit ini pada
janin yang dikandungnya. 90% bayi yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik
dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker hati. Mereka juga dapat
menularkan virus tersebut. Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi
immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan
risiko infeksi kronis.
15
Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui bahwa semakin banyak
pasangan seksual Anda, kian besar kemungkinan Anda terekspos suatu PMS.
Apalagi, orang yang suka berganti pasangan cenderung memilihpasangan yang
suka berganti pasangan pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya
pasangan Anda.
3. Mulai aktif secara seksual pada usia dini
Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang
lebih tua. Ada beberapa alasannya, yaitu wanita muda khususnya lebih rentan
terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna
sehingga lebih mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya lebih jarang pakai
kondom, terlibat perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti pasangan.
4. Pengggunaan alcohol
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang
biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan
menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom
dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom.
5. Penyalah gunaan obat
Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah
pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilakuseksual
beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain
memaksa seseorang melakukan perilaku seksualyang dalam keadaan sadar tidak
akandilakukan. Penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan
peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV,
yang juga bisa ditransmisikan lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat
Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah
sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman.
Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih
besar. Jadi, baik pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.
7. Hidup di masyarakat yang prevalensi PMS-nya tinggi
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang tinggi,
ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih rentan
terinfeksi PMS.
16
8. Monogami serial
Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa,
tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh
gampangnya (yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang
doyan kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya,sebab orang yang
mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki
hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan
pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif
mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua pasangan
sudahdites kesehatan reproduksi.
9. Sudah terkena suatu PMS
Kalau Anda sudah pernah berkenalan langsung dengan suatu PMS (apalagi
sering), Anda lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada
kulit yang terinfeksi dapat menjadi jalan masuk patogen lain untuk menginfeksi.
Karena Anda sudah pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor tertentu dalam
gaya hidup Anda yang beresiko.
10. Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi
Kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka
memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar
dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom. Inibisa terjadi ketika orang
tidak ingin menuduh pasangannya berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai
kondom) atau memang tidak suka pakai kondom dan menjadikan pil KB sebagai
alasan. Yang jelas, perlindungan ganda (pil KB dan kondom) adalah pilihan
terbaik…meski tidak semua orang melakukannya.
Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua,
yaitu:
- Memutuskan rantai penularan infeksiPMS
- Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.
Dengan pencegahan secara tepat dan penganan secara dini PMS bisa ditangani dengan
lebih baik. Yang penting sekali diingat adalah bentuk-bentuk gejala awal yang menjadi
pertanda PMS, diantaranya :
a. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
b. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
17
c. bengkak atau merah di sekitar lat kelamin
d. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
e. buang air kecil lebih sering dari biasanya
f. demam, lemah, kulit menguning danrasa nyeri sekujur tubuh
g. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
h. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
i. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll
Bila merasakan gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya perlu diwaspadai
kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi kuman PMS. Pencegahan yang bisa dilakukan
antara lain :
1. tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti pasangan· menggunakan
kondom setiap hubungan seks
2. menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya
3. kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril Yang lebih
penting dari semua itu adalah menjaga nilai-nilai moral, agama, nilai etika dan
norma kehidupan bermasyarakat karena dengan moral dan etika yang baik kita
akan terhindar dari gangguan atau penyakit yang akan membawa kita dalam
masalah serius.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas diri klien
Nama : Tn. R
Umur : 20 Tahun
No. MR : 499193
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : Tamat SD
Ruang Rawat : Interne
Alamat : Malalak
Tanggal masuk :
05-06-2018 Tanggal
pengkajian :
06-06-2018
Suku bangsa : Minang-
Indonesia Sumber informasi :
Ibu kandung dan Istri Diagnosa
Medis : HIV-AIDS
19
2. ALASAN MASUK
Klien masuk ke rumah sakit dr.Achmad mochtarkiriman atau rujukan dari
Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi melalui IGD pada tanggal 05 juni 2018
dengan keluhan demam hilang timbul sejak 2 bulan sebelum masuk rumah
sakit
3. RIWYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian tanggal 06 juni 2018 pada pukul
08.00WIB, keluargaklien mengatakan klien mempunya riwayat
hubungan sex bebas semenjak 3 tahun yang lalu, klien
mengatakan badan letih,klien mengatakan nafsu makannya
kurang, makan klien selama dirumah sakit hanya 2 sendok
makan,muntah ( - ) , mual (+ ) klien mengatakan
tenggorokannya sakit saat menelan klien mengatakan tidur
sering terbangun pada malam hari.klien kadang merasakan
pusing,klien mengatakan badan nya terasa lemas, nyeri pada
perut nyeri tekan ( + ) skala nyeri 5-6, pasien merasakan nyeri
pada persendian saat istirahat dan aktivitas. klien mengatakan
batuk berdahak, klien mengatakan dada sakit jika batuk, nafas
sesak,pendengaran pasien mulai terganggu pada telingga bagian
kanan, pasien mengatakan dia tidak mampu untuk beraktivitas
dari berbaring ke posisi duduk sangat lemah, pasien mengalami
penurunan berat badan seberat8 Kg, klien tampak pucat.BAB ( -
) sejak 1 hari saat pengkajian Selama dirawat dirumah sakit
klien tampak tidak menghabiskan porsi makan nya, hanya 2
sendok makan, klien tampak lemah dan letih, klien tampak
susah untuk beraktifitas secara mandiri, klien tampak kurus,
klien tampak meringis menahan sakit, klien tampak pucat, mulut
klien tampak ada sariawan dan kering, klien tampak terbaring
20
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : composmentis (CM) GCS : 13 (E4M5V4)
BB sehat : 51 kg
TB : 160 cm
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 92/57
Nadi : 104x/i
Temperatur : 36,9 C
Pernafasan : 22x/i
B. DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan menelan
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
3. Intoleransi b.d penurunan kekuatan
21
C. INTERVENSI
22
skala 6 menjadi skala 3 ruangan, pencahayaan dan
• Klien mengatakan nyeri kebisingan.
sudah berkurang 3. ajarkan tentang tehnik
• Dapat mengenali faktor nonfarmakologi.
penyebab nyeri 4. berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
5. ajarkan teknik relaksasi
23
3 Intoleransi aktifitas Tujuan: 1. Monitoring vital sign
b.d penurunan • Joint Movement : Active sebelum/sesudah latihan dan
kekuatan otot • Mobility level lihat respon pasien saat
• Self care : ADLs latihan
• Transfer performance 2. Konsultasikan dengan
Kriteria hasil: terapi fisik tentang rencana
• Klien meningkat dalam ambulasi sesuai dengan
aktivitas fisik kebutuhan
• Mengerti tujuan dan 3. Bantu klien untuk
peningkatan mobilitas menggunakan tongkat saat
• Memverbalisasikan berjalan dan cegah terhadap
perasaan dalam cedera
meningkatkan kekuatan dan 4. Ajarkan pasien atau
kemampuan berpindah tenaga kesehatan lain
• Memperagakan penggunaan tentang teknik ambulasi
alatBantu untuk mobilisasi 5.Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
6.Latih pasien dalam
menuhan kebutuhan
7.ADLs secara mandiri
suai kemampuan
8. Dampingi dan Bantu
sien saat mobilisasi dan
ntu penuhi kebutuhan
9. ADLs pasienBerikan alat
ntu jika klien
merlukan.
10.Ajarkan pasien
gaimana merubah
sisi dan berikan
ntuan jika diperlukan
24
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. HARI DIAGNOSA Jam IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL
1 Rabu Ketidakseimbanga 08.15 1. Mengkaji adanya S: Klien mengatakan tidak
6 juni 2018 n alergi nafsu makan.
nutrisi kurang dari Makanan Klien mengatakan tidak
kebutuhan tubuh 08.40 2. Memonitor ada riwayat alergi makanan
adanya
b.d penurunan penurunan berat badan
TTV:
nafsu makan
TD : 92/57 mmHg
09.20 3. Monitoring adanya
mual, Nadi : 104x/i
muntah dan diare Suhu : 36,9
C Pernafasan : 22
x/i
09.50 4. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemasangan NGT O:Klien tampak
tidak
5. Kolaborasi dengan ahli gizi menghabiskan porsi makannya,
10.10
untuk menentukan jumlah kalori hanya 2-3 sendok makan.
dan nutrisi yang Berat badan klien 43kg saat
dibutuhkan pengkajian, sebelumnya berat
Pasien badan klien 51kg. klien tampak
25
6. Memberikan makanan yang tidak ada mual dan muntah
13,30 sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi A: Masalah belum
teratasi P: Intervensi
dilanjutkan
2 Rabu Nyeri akut b.d 08.00 1. Melakukan pengkajian S: Klien mengatakan persendian
6 juni 2018 nyeri nya nyeri saat beraktivitas.
agen injuri fisik
secara komprehensif Klien mengatakan nyerinya
termasuk
hilang-hilang timbul.
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
O: Klien tampak meringis
presipitasi.
saat melakukan aktivitas.
Skalanya nyeri klien 5-6.
08.35 2. Mengontrol lingkungan Mengajarkan klien
yang dapat mempengaruhi nyeri, teknik napas
seperti suhu ruangan, dalam
26
09.10 4. Memberikan analgetik P: Intervensi dilanjutkan
untuk mengurangi nyeri. Tindakan 2,3
27
12.00 5. Mengkaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi
8. Mendampingi dan
13,30
membantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
Kebutuhan
14.00
9. Mengajarkan pasien
bagaimana merubah posisi
berikan bantuan jika
Diperlukan
28
BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksualitas. PMS akan lebih beresiko jika Anda melakukan
hubungan seksual denganberganti-ganti pasangan baik melalui alat kelamin,
oral maupun anal. Bila tidak ditangani secara tepat, infeksi pada alat
reproduksi ini dapat menjalar dan menyebabkan sakit berkepanjangan,
kemandulan, bahkan kematian. Penyakit menular seksual, atau PMS adalah
berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain
melalui kontak seksual.
Beberapa penyakit menular seksual:
1. kencing nanah
2. Sifilis/raja singa
3. Trikonomiasis
4. Ulkus Mole (Chancroid)
5. Klamidia
6. HIV-AIDS
7. Herpes
8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
9. Hepatitis B (HBV)
B. SARAN
1. Bagi instansi terkait
a. Dalam rangka mencegah penyebar luasan penyakit seksual ini maka
perlu meningkatkan upaya promotif dengan cara melakukan
penyuluhan tentang penyakit menular seksual sehingga masyarakat
lebih bias waspada.
b. Melakukan pengendalian terhadap makin banyaknya kegiatan seks
bebas.
2. Bagi masyarakat
a. Agar dapat mengendalikan dan memutus mata rantai penyebaran
penyakit seksual dengan cara tidak berganti – ganti pasangan.
b. Dan melakukan hubungan seksual secara aman.s
29
DAFTAR PUSTAKA
http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/12/jenis-jenis-penyakit-menular-seksual.html
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2022058-
jenis-penyakit-menular-seksual-dan/#ixzz1r41TRnwR
http://www.lusa.web.id/penyakit-menular-seksual/
http://marhamah123.wordpress.com/2011/03/27/macam-macam-penyakit-menular-
seksual-dan-cara-menanggulanginya/
sumber: http://jekethek.blogspot.com/2010/06/tips-mendeteksi-penyakit-seksual.html
Diposkan oleh Bebe Beby Baba
30