Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan


pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko
pada kejadian abortus di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2016-2018.

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik masing-


masing variabel tergantung dan terikat yang diteliti. Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah abortus, sedangkan variabel bebasnya yaitu usia ibu, paritas,
pekerjaan ibu, riwayat hipertensi, riwayat anemia, riwayat abortus sebelumnya,
riwayat infeksi, dan tindakan yang dilakukan. Pengambilan data berupa data sekunder
yang diambil dari data rekam medis pasien abortus yang datang ke RSUD Raden
Mattaher Jambi. Data yang diambil meliputi, usia, paritas, pekerjaan, riwayat abortus
sebelumnya, tekanan darah, hemoglobin, leukosit, dan tindakan yang dilakukan.

4.1.1 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Usia Ibu

Dari tabel 4.1 dibawah ini dapat diketahui bahwa kelompok umur yang paling
banyak mengalami abortus yaitu pada rentang usia 20-40 tahun sebanyak 47 pasien
(65,8%), kemudian diikuti dengan kelompok usia >35 tahun sebanyak 18 pasien
(23,7%), dan kelompok rentang usia <20 tahun sebanyak 8 pasien (10,5%).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Usia Ibu

Usia Frekuensi (n) Presentase (%)


<20 tahun 8 10,5
20-35 tahun 47 65,8
>35 tahun 18 23,7
Total 76 100,0

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Elisa Diyah
Purwaningrum tahun 2017 di RSUD Kabupaten Temanggung, dimana kelompok usia
terbanyak yang mengalami abortus ada pada rentang usia 20-35 tahun yaitu sebesar
(67,5%).17 Ajeng Septiani tahun 2013 di RSB Permata Ibunda Pandeglang juga
mendapatkan hasil bahwa kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 163 responden
(54,3%) yang mengalami abortus.

Menurut teori, usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara
umur 20-35 tahun, usia ibu <20 tahun termasuk usia yang terlalu muda dengan
keadaan uterus yang belum matur untuk hamil dan melahirkan sehingga rentan
mengalami abortus. Sedangkan ibu dengan usia >35 tahun tergolong usia yang terlalu
tua dan berisiko tinggi mengalami abortus. Perbedaan ini kemungkinan terjadi akibat
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seperti stress psikologis pada saat
kehamilan dan rendahnya pengetahuan mengenai kehamilan.

4.1.2 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Paritas

Dari tabel 4.2 dibawah ini dapat diketahui dari 76 sampel pasien yang
mengalami abortus didapatkan bahwa 30 pasien (39,5%) nullipara, 25 pasien (32,9%)
multipara, 18 pasien (23,7%) primipara dan 3 pasien (3,9%) grande multipara.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Paritas

Paritas Frekuensi (n) Presentase (%)


Nullipara 30 39,5
Primipara 18 23,7
Multipara 25 32,9
Grande multipara 3 3,9
Total 76 100,0
Ini tidak sesuai dengan hasil penelitian nenny dkk tahun 2015 pada rumahsakit
se-kota Pontianak bahwa pasien abortus paling banyak terjadi pada paritas multipara
yaitu sebanyak 102 pasien (40,9%). Ajeng septiani 2013 di RSB Permata Ibunda
Pandeglang juga mendapatkan hasil bahwa pasien abortus dengan paritas primipara &
grande multi para sebanyak 172 pasien (57,3%).

Menurut teori

4.1.3 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Berdasarkan tabel 4.3 dibawah ini dapat diketahui bahwa pasien abortus yang
tidak bekerja memiliki frekuensi yang lebih tinggi yaitu sebanyak 60 pasien (78,9%),
sedangkan pasien yang bekerja sebanyak 16 pasien (21,1%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Pekerjaan ibu Frekuensi (n) Presentase (%)


Bekerja 16 21,1
Tidak Bekerja 60 78,9
Total 76 100,0

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nenny dkk tahun 2015
di rumah sakit se-kota Pontianak dimana abortus lebih banyak dialami oleh ibu yang
tidak bekerja yaitu sebanyak 198 pasien (79,5%). Sedangkan pada penelitian Ajeng
Septiani tahun 2013 di RSB Permata Ibunda Pandeglang yang menyatakan bahwa
pasien Abortus lebih banyak pada ibu yang bekerja yaitu sebanyak 161 pasien
(63,7%).

Menurut teori
4.1.4 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 76 sampel didapatkan


kelompok terbanyak yang mengalami abortus ada pada tekanan darah normal
sebanyak 46 pasien (60,5%), lalu diikuti dengan pasien dengan pre-hipertensi
sebanyak 27 pasien (35,5%), pasien dengan hipertensi derajat dua 3 pasien (4%) dan
tidak terdapat pasien dengan hipertensi derajat satu pada penelitian ini.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Frekuensi (n) Presentase (%)


Normal 46 60,5
Prehipertensi 27 35,5
Hipertensi derajat 1 0 0
Hipertensi derajat 2 3 4
Total 76 100,0

Ini sesuai dengan penelitian

4.1.5 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Riwayat Anemia

Berdasarkan tabel 4.5 di bawah ini dapat diketahui bahwa kelompok pasien
yang tidak mengalami anemia lebih banyak yaitu 49 pasien (64,5%) sedangkan
pasien yang mengalami anemia sebanyak 27 orang (64,5%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Riwayat Anemia

Frekuensi (n) Presentase (%)


Anemia 27 35,5
Tidak anemia 49 64,5
Total 76 100,0

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Aryati Wardiah
tahun 2016 di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dimana kelompok
pasien yang tidak mengalami anemia lebih banyak yaitu sebanyak 49%. Sedangkan
hasil penelitian Indah Jayani tahun 2017 di wilayah kerja puskesmas ngadi kecamatan
mojo kabupaten Kediri menunjukkan bahwa pasien abortus yang mengalami anemia
lebih banyak yaitu 49 pasien (63,6%) dan pasien yang tidak anemia 28 pasien
(36,4%).

Menurut teori,

4.1.6 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Riwayat Abortus


Sebelumnya

Pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pasien yang memiliki riwayat abortus
sebelumnya sebanyak 16 pasien (21,1%) dan pasien yang tidak memiliki riwayat
abortus sebelumnya 60 orang (79,9%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Riwayat Abortus


Sebelumnya

Riwayat Abortus Frekuensi (n) Presentase (%)


Sebelumnya
Ada 16 21,1
Tidak ada 60 79,9
Total 76 100,0

Berdasarkan

4.1.7 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Riwayat Infeksi

Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kelompok pasien yang mengalami infeksi
sebanyak 40 pasien (52,6) dan pasien yang tidak mengalami infeksi 36 pasien
(47,5%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Riwayat Infeksi


Riwayat Infeksi Frekuensi (n) Presentase (%)
Infeksi 40 52,6
Tidak Infeksi 36 47,4
Total 76 100,0

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian indah jayanti tahun 2017 di puskesmas
Ngadi Kecamatan Mojo Kediri dimana pasien abortus yang tidak mengalami infeksi
lebih banyak, yaitu 60 pasien (77,9%).

Menurut teori

4.1.8 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Tindakan Yang


Dilakukan

Dari tabel 4.8 dibawah ini dapat diketahui bahwa pasien yang mendapatkan
tindakan kuretase sebanyak 53 pasien (69,7%) sedangkan pasien yang mendapatkan
terapi medika mentosa sebanyak 23 pasien (30,3%).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pasien Abortus Berdasarkan Tindakan Yang


Dilakukan

Tindakan Frekuensi (n) Presentase (%)


Medika mentosa 53 69,7
Kuretase 23 30,3
Total 76 100,0

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi


hasil penelitian ini. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah:
1. Beberapa data sekunder yang didapatkan dari rekam medis saat pengumpulan
data tidak lengkap, sehingga data tersebut dianggap sebagai missing cases dan
tidak dapat diikut sertakan dalam penelitian.
2. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga validitas
data tidak dapat dikontrol oleh peneliti.
3. Sulit meyakinkan bahwa kelompok kasus dan control yang telah dipilih oleh
peneliti sebanding dalam berbagai faktor eksteernal dan sumber bias lainnya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai gambaran faktor risiko


pada kejadian abortus di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2016-2018 didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari penelitian ini didapatkan bahwa pasien


2. Ggg
3. Gfg

5.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini maka dapat diajukan beberapa saran yang mungkin
dapat bermanfaat. Adapun saran tersebut yaitu:

1. Bagi Instansi Kesehatan


Instasi kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan
meningkatkan upaya perawatan antenatal untuk mengidentifikasi dan
mengetahui faktor risiko yang menyebabkan abortus sehingga dapat
mengurangi angka kejadian abortus.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dalam penelitian
sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan.
3. Bagi Peneliti Lain
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai bahan acuan, dengan mengembangkan variabel yang lebih lengkap
dan penulisan menggunakan desain yang lebih bagus serta sampel yang lebih
representatif.

Anda mungkin juga menyukai