Anda di halaman 1dari 11

Strategi Pencegahan dan Pengendalian PTM di Indonesia

Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan penyebab kematian
yang  merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, 
Program PTM telah direvisi dengan rencana strategis PTM tahun 2015-2019, dan rencana kerja
PTM Indonesia 2015-2019 telah diluncurkan Oktober 2015
Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu : 
1. Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM 
2. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan masyarakat 
3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor swasta dan
profesional 
4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM 

Strategi 4 by 4 
Advokasi, kemitraan, jejaring, dan peningkatan kapasitas merupakan kegiatan utama dari
program pengendalian PTM Indonesia.
Untuk kolaborasi antar sektor dan keterlibatan masyarakat, jejaring telah dibentuk, program
pengendalian PTM telah ditingkatkan dengan dukungan politis yang kuat dan berkoordinasi
dengan masyarakat sipil.
Program Pengendalian PTM di Indonesia diprioritaskan pada strategi 4 by 4 sejalan dengan
rekomendasi global WHO (Global Action Plan 2013-2020), 
fokus pada 4 penyakit PTM Utama Penyebab 60% kematian yaitu
 Kardiovaskulair,
 Diabetes Melitus,
 Kanker,
 Penyakit Paru Obstruksi Kronis
dan pada Pengendalian 4 faktor risiko bersama yaitu
 diet tidak sehat (diet gizi tidak seimbang, kurang konsumsi Sayur dan Buah serta tinggi
konsumsi Gula, Garam dan lemak),
 kurang aktivitas fisik,
 merokok, serta
 mengkonsumsi alkohol.
Pengendalian 4 “faktor risiko bersama” ini dapat mencegah terjadinya 4 Penyakit Tidak Menular
Utama sampai 80%.

Pencegahan dan Pengendalian PTM lainnya :


Selain keempat Penyakit Tidak Menular Utama, fokus Pengendalian PTM juga diarahkan pada
berbagai Penyakit dan kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas Hidup
manusia, yaitu
 Gangguan Pendengaran,
 Gangguan Penglihatan,
 Disabilitas, dan
 Gangguan Thyroid, serta
 Penyakit yang menyebabkan beban pembiayaan kesehatan seperti Lupus, Thalassemia,
Osteoporosis dan Psoriasis.
Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU)
Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:
 Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor Perilaku berisiko,
 Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya agar tidak menjadi
onset PTM serta
 menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke FKTP dan ditangani
sesuai standar.

Penemuan dini faktor risiko biologis seperti


 Obesitas,
 tensi darah tinggi,
 gula darah tinggi,
 Gangguan Penglihatan,
 Gangguan Pendengaran,
 serta deteksi Dini kanker Serviks dan payudara

dilakukan dengan pembudayaan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala setiap 6 bulan sekali atau
minimal setahun sekali pada Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular). 
Posbindu PTM pengembangannya berbasis wilayah, disetiap desa atau kelurahan diharapkan
minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk menjangkau seluruh Penduduk usia 15 tahun keatas di
wilayah tersebut.

Penatalaksanaan  Terpadu PTM (PANDU)


Penatalaksanaan Terpadu PTM di FKTP (Pandu PTM), penatalaksanaannya diarahkan untuk
mengendalikan PTM dan merupakan upaya prevensi sekunder untuk mencegah terjadinya
berbagai macam komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan, peningkatan pembiayaan
kesehatan dan kematian dini (kematian pada usia 30-70 tahun).

Upaya Promotif dan Preventif


Penguatan kesadaran masyarakat adalah Kunci Utama keberhasilan upaya promotif preventif
PTM, untuk itu sejak tahun 2015, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM Sudah
membuat terobosan peningkatan kesadaran masyarakat melalui website dan media Sosial secara
masif dan berkesinambungan.
Upaya juga dilakukan dengan berbagai mitra swasta, pers online maupun cetak, blogger,
bioskop, kereta api, media televisi serta internet.

Program Pengendalian Tembakau


Merokok merupakan salah satu faktor risiko PTM penyebab penyakit Kardiovaskular, Kanker,
Paru Kronis, dan Diabetes. Hal tersebut sekaligus merupakan faktor risiko penyakit menular
seperti TBC dan Infeksi Saluran Pernapasan, masalah kesehatan yang menimpa banyak umat
manusia.
Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009 dan Peraturan Pemerintah No. 109/2012 menyatakan
bahwa tembakau dan segala produknya adalah zat adiktif dan harus diatur guna melindungi
kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan. Untuk memandu kegiatan
pengendalian tembakau, terdapat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40/2013 tentang Jalur
Pengendalian Tembakau (2009-2024) yang dapat mengurangi prevalensi merokok sebesar 10%
pada tahun 2024.
Program pengendalian tembakau di Indonesia meliputi : 
(1) melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok dengan menetapkan kawasan bebas rokok di
7 tempat (sekolah, sarana bermain anak, fasilitas pelayan kesehatan, rumah ibadah, transportasi
umum, tempat kerja, ruang publik dan tempat-tempat lainnya; 
(2) memperingatkan masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan dengan cara
menyantumkan gambar pada kemasan rokok (Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/2013), iklan
layanan masyarakat, dan EIC lainnya termasuk media sosial; 
(3) membatasi tayangan iklan rokok di televisi pada pukul 5 pagi hingga 9.30 malam; 
(4) melarang penjualan rokok kepada anak-anak berusia di bawah 18 tahun dan wanita hamil; 
(5)”offer help to quit tobacco” telah disampaikan oleh Puskesmas bekerjasama dengan WHO

Kawasan Tanpa Rokok


Peraturan untuk melindungi masyarakat dari asap rokok tidak hanya dalam lingkup nasional
namun juga dalam lingkup daerah. Saat ini terdapat 186 kota/kabupaten di seluruh provinsi di
Indonesia yang telah mengembangkan dan melaksanakan peraturan bebas asap rokok dalam
beragam jenis dan tahap.
Pemerintah Indonesia telah memasukkan 3 indikator untuk pencegahan dan pengendalian PTM
yang berkaitan dengan merokok, obesitas dan hipertensi ke dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015 – 2019.

Standar Pelayanan Minimal


Deteksi dini faktor risiko PTM dan pengobatan yang tepat standar bagi hipertensi dan diabetes
mellitus juga telah termasuk dalam Kebutuhan Standar Minimum Layanan Kesehatan bagi
semua pemerintah kabupaten. Hal ini akan memaksa otoritas kabupaten untuk memastikan
bahwa sistem layanan kesehatan akan memenuhi kebutuhan, mencapai semua indikator, dan
menyediakan anggaran yang cukup. 
Dalam Permenkes nomor 43 tahun 2016 tentang SPM bidang kesehatan bagi pemerintah daerah
kabupaten/ kota disebutkan bahwa :
  - Pelayanan kesehatan pada usia produktif menyebutkan bahwa Setiap warga Negara
usia 15-59 tahun mendapatkan skrining  kesehatan sesuai standar 
  - Pelayanan kesehatan pada usia lanjut menyebutkan bahwa Setiap warga Negara usia 60
tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 
  - Skrining kesehatan sesuai  standar dapat dilakukan  di puskesmas dan jaringannya 
termasuk Posbindu PTM.
Upaya percepatan untuk mencapai dan mendeteksi kasus PTM tak terdiagnosa akan
dioptimalkan dengan memastikan bahwa semua kasus segera dirawat di Puskesmas yang dirujuk.

Kemitraan dan pemberdayaan


Pemberdayaan masyarakat untuk deteksi dan intervensi modifikasi faktor risiko dengan
menerapkan kegiatan Posbindu telah dimulai sejak tahun 2006 dan diperluas hingga meliputi 34
provinsi di negara kita. Selama dekade terakhir, pemerintah Indonesia telah memperkuat
kolaborasi antara pihak pemerintah dan swasta melalui program tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR), guna melengkapi keterlibatan organisasi profesional dalam kampanye
promosi kesehatan, pembangunan kapasitas penyedia jasa kesehatan dan memperkuat sistem
mentoring layanan PTM.
Pelayanan PANDU PTM juga ditanggung oleh skema asuransi kesehatan nasional di fasilitas
pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier, termasuk fasilitas swasta yang berpartisipasi.
Indonesia telah mencapai sebagian besar target yang telah diberlakukan selama tahun 2013.
Indonesia telah melakukan Stepwise Surveillance atau STEPS secara berkala pada tahun 2007
dan 2013, survei berikutnya akan dilakukan pada tahun 2018, dimasukkan ke dalam kesiapan
fasilitas tempat untuk Ketersediaan Layanan dan Kesiapan Penilaian atau Service Availability
and Readiness Assessment (SARA) pada tahun 2010 dan 2014, membangun sistem pengawasan
PTM online, dan memperluas layanan PTM untuk masyarakat lewat Puskesmas dan Posbindu.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, berkomitmen untuk menjadikan program
pencegahan dan pengendalian PTM sebagai prioritas. Kebijakan dan sejumlah strategi telah
dikembangkan guna menciptakan program dan kegiatan yang tepat untuk mengatasi masalah
PTM. Dukungan kebijakan telah diberikan oleh sektor pemerintah tingkat atas dan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan terkait dari pihak pemerintah maupun swasta.
Strategi nasional berfokus pada promosi dan pencegahan melalui intervensi dan pendidikan
berbasis komunitas, sistem pengawasan, kerjasama, dan manajemen layanan kesehatan.

1. Ada berapa kelompok peserta BPJS Kesehatan?


Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok yaitu:

1. PBI Jaminan Kesehatan.


Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaim
dibayari Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan o
Peraturan Pemerintah. 

2. Bukan PBI jaminan kesehatan.


Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri dari:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya.
3) Buka pekerja dan anggota keluarganya

Ke-17 (tujuh belas) Tujuan Global (Global Goals) dari SDGs tesebut yaitu:
1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia.
2) Tanpa Kelaparan. Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta
mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3) Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong
kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.
4) Pendidikan Berkualitas. Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan
kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta
mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
5) Kesetaraan Gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan. 6)
Air Bersih dan Sanitasi. Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua
orang.
7) Energi Bersih dan Terjangkau. Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung perkembangan ekonomi yang
berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk
semua orang.
9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur. Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong
peningkatan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10) Mengurangi Kesenjangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di
antara negara-negara di dunia.
11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas. Membangun kota-kota serta pemukiman yang inklusif,
berkualitas, aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12) Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab. Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola
produksi.
13) Aksi Terhadap Iklim. Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
14) Kehidupan Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber
daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.
15) Kehidupan di Darat. Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian
ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling
tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan
kerugian keanekaragaman hayati.
16) Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian. Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat
untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk
lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, serta membangun institusi yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali
kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Hari Cuci Tangan Sedunia 15 Oktober 2007

Berikut enam cara mencuci tangan yang benar menurut WHO, seperti dikutip dari Daily Mail
pada Senin (11/4/2016):
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara
lembut.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Bersihkan kedua
pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri
dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu
keringkan memakai handuk atau tisu.

Peraturan tentang Ijin Edar Alkes PERMENKES 1190/MENKES/PER/VIII/2010

Peraturan Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di FASKES Pemerintah PERMENKES HK


02.02/MENKES/068/I/2010

PERMENKES 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada JKN

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Badan yang menungi JKN adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Obat TB yang bikin urin warna merah adalah Rifampicin

TB disebabkan Mycobacterium Tuberculosis

Di Indonesia ada 5 jenis imunisasi wajib untuk bayi, dan ini diberikan secara gratis di Posyandu.
Jenis imunisasi ini adalah:

1. Hepatitis B

Vaksin ini diberikan saat bayi baru lahir, paling baik diberikan sebelum waktu 12 jam setelah
bayi lahir. Vaksin ini berfungsi untuk mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak saat
proses kelahiran.

2. Polio

Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan. Vaksin ini bisa diberikan
pada saat lahir, kemudian pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Vaksin ini diberikan untuk
mencegah lumpuh layu.

3. BCG

BCG hanya diberikan sebanyak 1 kali dan disarankan pemberiannya sebelum bayi berusia 3
bulan. Paling baik diberikan saat bayi berusia 2 bulan. Vaksin BCG ini berfungsi untuk
mencegah kuman tuberkulosis yang dapat menyerang paru-paru dan selaput otak, dapat
menyebabkan kecacatan bahkan kematian.

4. Campak

Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 9 bulan dan 24 bulan. Namun, vaksin
campak kedua pada usia 24 bulan tidak perlu lagi diberikan ketika anak sudah mendapatkan
vaksin MMR pada usia 15 bulan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit campak berat
yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru), diare, dan bahkan bisa menyerang otak.

5. Pentavalen (DPT-HB-HiB)

Pentavalen merupakan vaksin gabungan dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus), vaksin HB
(Hepatitis B), dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe B). Vaksin ini diberikan untuk
mencegah 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia,
dan meningitis (radang otak). Vaksin ini diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 3
bulan, 4 bulan, dan 18 bulan.

Vaksinasi tambahan yang juga bisa diberikan


pada anak
Semua jenis imuniasi wajib di atas harus  diberikan secara lengkap sebelum anak berusia 1
tahun. Selain itu, juga terdapat jenis vaksin tambahan lain yang dapat diberikan kepada anak,
yaitu:

 Pneumokokus (PCV), dapat diberikan pada anak usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali
dengan interval 2 bulan. Bila diberikan pada anak usia di atas 2 tahun, PCV cukup diberikan
sebanyak 1 kali. Vaksin ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari bakteri pneumokokus yang
dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga.
 Varisela, diberikan setelah anak berusia 12 bulan, paling baik diberikan sebelum anak
masuk sekolah dasar. Vaksin ini berfungsi untuk mencegah anak dari cacar air.
 Influenza, diberikan pada anak minimal usia 6 bulan, dan diulang setiap tahun.
 Hepatitis A, dapat mulai diberikan saat anak berusia 2 tahun. Berikan sebanyak 2 kali
dengan interval 6-12 bulan.
 HPV (human papiloma virus), dapat mulai diberikan saat anak sudah berusia 10
tahun. Vaksin ini melindungi tubuh dari human papiloma virus yang dapat menyebabkan kanker
mulut rahim.

Stok Optimum = Pemakaian Obat Dalam Satu Periode ateretentu + Stok Pengaman + Waktu
Tunggu

Rata2 Penggunaan Amox = (1500+1800+1500) : 3 = 1600 tablet (a)


Buffer Stock 10% = 160 (b)

Lead Time 10% = 10% x 1600 = 160 tablet (c)

Stok Optimum = a + b + c => Stok Optimum = 1600 + 160 + 160 = 1920 tablket

Amfetamin obat stimulan sistem saraf pusat yang digunakan untuk


menangani narkolepsi dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Golongan stimulant
sistem saraf otak. Psikotropik Golongan II. Antidotumnya dengan diuresis paksa ditambah
arginine HCl Infus atau ammonium klorida.

UU 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Contoh: opium, kokain (Gol. I), morfin, kodein (Gol. III)

UU 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Contoh: Golongan I (tenamfetamine, tenocyclidine,


tetrahydrocannabinol), Golongan II (amphetamine), Golongan III (Glutethimide, Pentobarbital),
Golongan IV (alprazolam, barbital, chlordiazepoxide, diazepam)

Flunitrazepam masuk golongan Psikotropik III

Warfarin adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penggumpalan darah,
seperti pada deep vein thrombosis atau emboli paru. Selain itu, warfarin juga digunakan pada
penderita fibrilasi atrium untuk mencegah stroke, dan pada pasien pasca operasi penggantian
katup jantung. Warfarin bekerja mengurangi produksi protein yang berfungsi untuk
membekukan darah (faktor pembekuan). Tidak semua faktor pembekuan diganggu oleh
warfarin, melainkan faktor pembekuan yang bergantung dengan vitamin K. Dosis Warfarin
Untuk mencegah dan mengatasi penggumpalan darah (venous thromboembolism),
dosis awal warfarin diberikan 5 mg per hari, kemudian dosis akan disesuaikan menurut
nilai INR (normalnya 2-3).

Simvastatin untuk gangguan ginjal 5 mg/hari (dosis awal).

therapeutic community (TC) didefinisikan sebagai metode dan lingkungan yang terstruktur


untuk mengubah perilaku manusia dalam konteks kehidupan komunitas yang
bertanggungjawab (Richard Hayton, 1998). Prinsip yang digunakan dalam TC adalah “Self-
help, Mutual-help”.
Tujuan utama TC adalah menghentikan penyalahgunaan NAPZA dan mendorong ke arah
pertumbuhan pribadi. Kegiatan di komunitas mendorong mereka untuk mengenal diri
sendiri baik dari segi emosional, intelektual, spiritual, perilaku, dan ketrampilan. TC percaya
bahwa manusia bisa berubah dan pembelajaran itu terjadi melalui teguran dan aksi,
pengertian, serta saling membagikan pengalaman antar sesama residen.

Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:


Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan khusus
 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
 Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
 Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

vitamin B6 juga sering diberikan untuk serta mencegah efek samping


obat tuberkulosis (isoniazid). Isoniazid atau INH juga dapat menimbulkan reaksi negatif berupa
kesemutan, nyeri otot, bahkan gangguan kesadaran.  Untuk mengurangi efek tersebut, diberikan
suplemen vitamin B6 (piridoxin) selama masa pengobatan.

Susu mengandung kalsium, magnesium, besi, dan aluminium yang akan membentuk kompleks tidak
larut dengan tetrasiklin. Susu juga mengandung protein dan lemak, sehingga tetrasiklin tidak boleh
diminum bersama dengan susu karena dapat menurunkan absorpsi. Antiobiotika jenis tetracyline,
cyprofloxacin, dan suplemen zat besi apabila dikonsumsi secara bersamaan dengan susu akan terjadi
gangguan penyerapannya di lambung maupun usus.

Visi dan Misi

Nawacita
Kementerian Kesehatan berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui
agenda prioritas Kabinet Kerja atau yang dikenal dengan Nawa Cita, sebagai berikut:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Visi & Misi


Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden Republik Indonesia yaitu
Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong.
Visi tersebut diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang


kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara
hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Nilai-nilai

Pro Rakyat

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan


kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi.
Inklusif

Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan
kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian,
seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.

Responsif

Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam
mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis.
Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda,
sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.

Efektif

Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan
bersifat efisien.

Bersih

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
transparan, dan akuntabel.

Anda mungkin juga menyukai