Proses 1 Pembuatan CPO Menggambar Teknik
Proses 1 Pembuatan CPO Menggambar Teknik
Back To Top
Proses pengolahan minyak goreng dari CPO dikenal dengan istilah Refined
Bleached and Deodorized Palm Oil. Dari warna merah - orange menjadi kuning
keemasan. Dari keruh menjadi bening. Dari berbau menjadi tak berbau.
Strutktur kimianya berubah, namun RBD minyak sawit belum menjadi minyak
goreng yang kita gunakan sehari - hari karena masih mengandung olein dan
stearin.
Sekarang CPO kita sudah menjadi RBD PO. Berwarna putih susu karena masih
mengandung Olein dan Stearin.
Perubahan bentuk fisik ini merupakan ciri khas dari Stearin dan tidak
membahayakan untuk dikonsumsi karena senyawa-senyawa yang berbahaya
sudah diproses sedemikian rupa dan melalui uji laboratorium dipastikan sesuai
dengan standar layak makan (food grade).
Di dalam bisnis minyak goreng, kita mengenal istilah minyak goreng curah.
Minyak goreng ini menggunakan bahan yang sama dengan minyak goreng
kemasan. Perbedaannya hanya pada proses pemisahan olein dan stearin saja.
Minyak goreng curah tidak di filter lebih lanjut untuk mengurangi biaya
produksi sehingga bisa dijual lebih murah daripada minyak goreng kemasan.
Implikasinya, minyak goreng curah mengalami perubahan fisik jika berada di
dalam ruangan yang memiliki suhu 20 derajat Celcius. Beberapa orang
menyebutnya sebagai minyak goreng tidur. Gumpalan putih yang anda lihat
sebenarnya adalah stearin yang masih terdapat dalam minyak goreng tersebut.
Ketika suhu ruangannya naik, maka stearin akan mencair dan menyatu kembali
bersama dengan olain.
Proses3
About Me
Contact Us
Privacy Policy
Disclaimer
Term And Conditions
Aby Spacetion
Home
Inspirasi Berkebun
Hidroponik
Kesehatan
Tips dan Trik
Umum
Search...
Bahan baku adalah bahan dasar utama yang di gunakan dan di proses
menjadi produk jadi. Yang menjadi bahan baku proses pengolahan CPO
menjadi Olein di PT. WINA Dumai adalah Crude Palm Oil (CPO) yang
diekstrak dari daging buah (mesocarp).
Bahan ini diperoleh dari pabrik kelapa sawit (PKS) milik perusahaan
tersebut dan beberapa PKS lainnya di Sumatera khusunya Provinsi Riau.
Didalam CPO terdapat zat yaitu minyak, gum-gum, uap air, warna,
kandungan logam, asam lemak bebas, dan kotoran lainnya.
Minyak mentah CPO yang dihasilkan oleh PKS belum dapat langsung
digunakan karena masih membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Pada
temperature tertentu, bahan baku yang digunakan diproses dengan dua
tahap yaitu tahap refinery dan fraksinasi. Dimana tahap fraksinasi
merupakan tahap akhir mendapatkan hasil olahan yang terbagi atas fraksi
cair (olein) dan fraksi padat (stearin).
2. Bleaching Earth
3. Citrid Acid
Citrid Acid berfungsi untuk mengikat metal pada proses degumming dan
sebagai anti oksidan.
a. Vacuum
b. Temperature
c. Steam
Bahan baku yang digunakan yaitu CPO dengan temperature 40-45ºC yang
terdapat didalam tanki timbun dipompa dengan melewati strainner yang
berfungsi sebagai penyaring kotoran yang sangat kasar. Kemudian CPO
tersebut diatur oleh control valve untuk mengalir kesuatu heat exchanger
jenis plate yang dialirkan dengan flowrate 65-70 ton/jam, dengan tujuan
untuk menaikkan temperature dari 40 0C sampai menjadi 110 0C. Proses
pemanasan CPO ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air
hingga menguap sempurna. Plate heat exchanger (phe) dengan heat transfer
RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil. Jika temperatur CPO yang
diinginkan belum mencapai 110 0C maka CPO dialirkan kesebuah plate heat
exchanger dengan heat transfernya berasal dari steam
Proses yang dilakukan di slury tank merupakan salah satu bagian dari
bleaching section. Minyak yang telah bercampur dengan citrit acid serta
fosporit acid dialirkan ketanki slury tank dilengkapi dengan system vakum
agar uap air dan udara yang terkandung dalam CPO dapat disedot. CPO yang
mengandung fosporit acid tersebut dicampur dengan bleaching earth yang
didosing sebanyak 0,6-1.5% dari CPO didalam slury tank, sehingga CPO
tercampur dengan bleaching didalam tanki tersebut. Sebenarnya
penambahan bleaching earth dibawah dari 0,6 % dapat dilakukan, tetapi
akan menyebabkan susahnya penangkapan gum dan bloknya Niagara filter.
1. Stand By
2. Filling
3. Coating
Pada proses ini terjadi penjernihan minyak agar minyak yang keluar
dan Niagara Filter bebas dari bleaching earth. Minyak dipompakan melalui
pompa Niagara filter. Minyak lalu disaring oleh filter leaf yang dipasang vertikal
berjajar dalam Niagara filter. Bleaching earth yang ada di dalam minyak akan
tersaring pada leaf filter sehingga minyak yang keluar bebas dari bleaching earth.
4. Filtration
5. Circulation
6. Emptying
7. Cake Drying
Cake drying merupakan proses pengeringan cake (bleaching earth yang menempel
pada filter) agar minyak yang terdapat pada filter leaf dapat dikeluarkan.
Untuk mengeringkan bleaching earth pada leaf filter dengan menggunakan
steam.
8. Ventilation
Proses ini bertujuan untuk membuang tekanan di dalam Niagara Filter dengan
tekanan luar cake yang keluar tidak bertebaran ke segala arah karena tekanan
dalam Niagara Filter yang besar. Hal ini dilakukan dengan cara membuka ventilasi
udara pada Niagara filter.
9 . Discharge
Air pendingin yang digunakan pada setiap step tersebut berasal dari
cooling water dan chilling water. Cooling water berasal dari cooling tower
dan disimpan dalam cooling water tank, sedangkan chilling water berasal
chiller tank yang didinginkan dengan menggunakan chiller steam.
Crystallizer 22 buah yang terbagi atas 2 frak yakni frak 1 dan frak 2,
dimana setiap frak terdapat untuk frak 1 ada 8 tank crystallizer dengan
kapasitas masing-masing 65 ton dan frak 2 ada 14 tank dan mempunyai
kapasitas masing-masing 33 ton. Ke semua tanki tersebut bekerja secara
bergantian (tidak sekaligus, tetapi bertahap) sesuai dengan waktu pengisian.
Beroperasi secara continue dan diharapkan dapat mengimbangi kapasitas
refienery plant. Dengan pendinginan bertahap dan pelan-pelan yang
bergantung pada cooling start (suhu awal) dari setiap tankinya sehingga
terjadilah pembentukan butiran-butiran kristal (kristalisasi) yang terbagi dua
yaitu fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein). Air pendinginan masuk
melalui coil yang bersentuhan langsung dengan minyak didalam tanki
crystallizer, air cooling tower akan digantikan dengan air chiller pada suhu
minyak 34 0C. minyak bersuhu demikian dilakukan penurunan suhu minyak
pada tahap chilling dengan cara perlahan-perlahan seperti step cooling.
Setelah suhu minyak mencapai suhu yang diinginkan untuk filtration (suhu
tergantung CP) proses pemisahan sudah dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan filter press. Tetapi jika suhu minyak berada pada temperatur
rendah baru dilakukan proses pemisahan, akan menyebabkan dropnya Yield.
Proses outspec pada tahap fraksinasi bisa saja terjadi jika pada suhu 31 0C
minyak mengkristal tidak beraturan dengan bentuk seperti susu dan susah
dilakukan pemisahan sehingga menyebabkan kerusakan squezznya.
Proses filtrasi ini diawali dengan mengalirkan kristal yang telah mencapai
suhu tertentu (suhu tergantung CP) didalam tanki crystallizer menuju filter
press dengan tahap feeding hingga mencapai tekanan yang diinginkan (2,2
bar) yang dilakukan dengan set waktu selama 600 detik. Untuk mengalirkan
minyak ke filter press dibutuhkan pompa dengan cara menunggu pompa
mendapatkan tekanan 300 bar sehingga dapat menyebabkan valve terbuka
otomatis dan minyak langsung mengalir ke filter press untuk dilakukan tahap
pemisahan. Didalam filter press, olein akan mengalir melalui selang-selang
dibagian plate membrane menuju tanki olein sedangkan crystal akan
tertinggal diantara filter cloth.
Proses4
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah
bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi tertentu
dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi,
menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin
NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/MV(KOH)
Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul
Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk memasukkan
kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave, yangt beroperasi pada
temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi. Campuran saponifikasi disirkulasi
kembali dengan autoclave. Temperatur campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin,
kemudian dipompakan ke separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan
larutan alkali yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci
dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari
sabun. Separator sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-
63 % TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun
dalam bentuk butiran (78-83 % TFM)yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.
b. Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang umumnya
dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30-35%
pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis jenis
vakumspray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada
berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi
pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap
yang mengalir pada bagian luar pipa.
Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum dan
dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk
lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan
sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripada dryer sistem tunggal.
c. Netralisasi Asam Lemak
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih
cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
RCOOH + NaOH RCOONa + H2O
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam lemak
dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan :
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV
Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk
menetralisasi 1 gram asam lemak
d. Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer(analgamator). Campuran sabun ini
klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu
produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah
alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan
terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan
ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan
sabun batangan merupakan tahap akhir.