Anda di halaman 1dari 23

Praktikum Kimia Organik/II/S.

Genap/2016 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Shampo merupakan suatu deterjen yang digunakan oleh masyarakat untuk


membersihkan kotoran diantaranya adalah kotoran yang melekat pada motor atau
mobil. Shampo mengandung surfaktan yang memiliki kemampuan menurunkan
tegangan permukaan serta mampu mengikat dan membersihkan kotoran. Pembuatan
shampo motor atau mobil merupakan teknologi yang mudah dilakukan, karena dalam
proses pembuatannya tidak memerlukan alat yang canggih dan proses yang rumit. Bahan
pembuatan shampo terdiri dari NaOH yaitu sejenis basa yang berbentuk putih dan
membentuk larutan alkali jika dilarutkan dalam air, LABS (Linier Alkyl Benzene
Sulfonate) yaitu bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkyl benzene sulfonate, SLS
(Sodium Lauryl Sulfate) yaitu surfaktan anionoik yang digunakan dalam membersihkan
lemak, dan pada produk-produk untuk kebersihan dan bahan aditif yaitu perwarna dan
parfum.

Shampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan masyarakat


dan diganti dengan shampo yang terbuat dari bahan deterjen. Sehingga jika orang
berbicara mengenai shampoo, yang dimaksud adalah shampo yang terbuat dari bahan
deterjen.Hal ini dikarenakan oleh perubahan kebiasaan masyarakat dalam memilah dan
memilih produk yang bagus untuk kebutuhan hariannya termasuk shampo motor.

Shampo yang terbuat dari bahan deterjen lebih banyak digunakan karena
memiliki efektifitas pencucian yang lebih bagus.Hal ini dikarenakan kandungan surfaktan
dalam deterjen memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan serta
mampu mengikat dan membersihkan kotoran. Surfaktan itu sendiri merupakan suatu
senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis
kimiawi maupun biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan adalah memiliki gugus polar
dan non polar pada molekul yang sama (Fahrezi, 2009).

Motor mempunyai perawatan tersendiri termasuk kebersihannya. Untuk


kebersihan motor dan mobil diperlukan shampo yang khusus karena jenis pengotor pada
kendaraan tersebut berbeda dengan yang lain. Shampo ini dirancang khusus oleh pabrik
supaya dapat membersihkan zat pengotor berupa oli tetapi tidak merusak bodi dari motor

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 2

atau mobil tersebut. Untuk itu perlu dibuat shampo yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.

Shampo yang bagus kualitasnya adalah sampo yang memiliki surfaktan yang
bagus pula.Oleh karena itu permintaan surfaktan di dunia internasional cukup besar. Pada
tahun 2004, permintaan surfaktan sebesar 11,82 juta ton per-tahun dan pertumbuhan
permintaan surfaktan rata-rata 3 persen per-tahun (Widodo, 2004).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mempelajari cara pembuatan shampo motor atau mobil
2. Menentukan karakteristik shampo motor atau mobil

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Shampo Motor dan Mobil

Shampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang sebagian besar bahannya
terdiri dari surfaktan, yaitu suatu molekul senyawa yang memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak, sehingga dapat mengangkat kotoran yang menempel pada bodi kendaraan.

Bahan yang penting dalam pembuatan shampo ini adalah surfaktan, yaitu LABS
(Linier Alkyl Benzene Sulfonat) atau kadang disebut juga Linier Alkyl Benzene (LAS) dan
surfaktan penunjang yaitu SLS (Sodium Lauryl Sulfonat). Surfaktan (Surface Active
Agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi
pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga
cenderung pada rantai lurus.Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan. Molekul
surfaktan mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung
non polar (hidrofobik) . Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu
surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air teknologi
pembuatan shampo motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi tepat guna dalam
pembuatannya. Karena dalam proses pembuatannya tidak memerlukan alat yang canggih
dan proses yang rumit (Desai, 1997).

Gambar Shampoo mobil

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 4

2.2 Bahan Baku yang Digunakan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, shampo adalah sabun cair untuk
mencuci rambut dan kulit kepala, terbuat dari tumbuhan atau zat kimia.

            Secara garis besar, produk shampo dibagi menjadi 2 jenis, yaitu shampo
tradisonal dan shampo modern.

Shampo tradisonal atau lebih tepatnya shampo nabati mempunyai ciri-ciri:


1. Bahan baku utamanya berasal dari sayuran atau buah-buahan, seperti wortel,
seledri, jeruk nipis, merang dan lidah buaya.
2. Proses pembuatannya sangat sederhana, yaitu mengambil sarinya (dengan cara
pemarutan,pemerasan, dan penyaringan) kemudian ditambah air (Widodo,2004).

2.2.1 Surfaktan

Gambar Surfaktan

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik


dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak.Surfaktan adalah bahan aktif permukaan.Aktifitas surfaktan diperoleh karenasifat
ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akanair
(hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagianpolar
molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral.Sifat rangkap iniyang
menyebabkan surfaktan dapat diadsorpsi pada antar muka udara-air, minyak-airdan zat

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 5

padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada faseair dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase
minyak.Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantaialkil yang
panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugushidroksil (Bailey,
1996).
Permintaan surfaktan di dunia internasional cukup besar. Pada tahun
2004,permintaan surfaktan sebesar 11,82 juta ton per-tahun dan pertumbuhan
permintaansurfaktan rata-rata 3 persen per-tahun. Penggunaan surfaktan sangat
bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi, makanan, tekstil, plastik dan lain-
lain.Beberapa produk pangan seperti margarin, es krim, dan lain-lain
menggunakansurfaktan sebagai satu bahannya. Syarat agar surfaktan dapat digunakan
untuk produkpangan yaitu bahwa surfaktan tersebut mempunyai nilai Hydrophyle
Lypophyle Balance(HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta tidak menimbulkan iritasi.
Penggunaansurfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah (wetting
agent),bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan pelarut (solubilizing
agent).Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan
caramenurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan
dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi
airdalam minyak.
Emulsi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua fasa cairan
yangtidak saling melarut, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-
globulacairan lainnya.Cairan yang terpecah menjadi globula-globula dinamakan
faseterdispersi, sedangkan cairan yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase
kontiniu ataumedium dispersi. Berdasarkan jenisnya emulsi dibedakan menjadi duayaitu:
1. Emulsi minyak dalam air (O/W), adalah emulsi dimana bahanpengemulsinya
mudah larut dalam air sehingga air dikatakan sebagai faseeksternal.
2. Emulsi air dalam minyak (W/O), adalah emulsi dimana bahanpengemulsinya
mudah larut dalam minyak (Holmberg, 2009).

Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa


denganair,sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa
denganminyak.Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan
jumlahnya.Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan
tersebutakan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 6

teganganpermukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi
fasekontiniu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan,
makamolekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh
minyakdibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih
rendahsehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontiniu.Penambahan surfaktan
dalam larutan akan menyebabkan turunnya teganganpermukaan larutan. Setelah
mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akankonstan walaupun konsentrasi
surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkanmelebihi konsentrasi ini maka
surfaktan mengagregasi membentuk misel.Konsentrasiterbentuknya misel ini disebut
Critical Micelle Concentration (CMC). Teganganpermukaan akan menurun hingga CMC
tercapai. Setelah CMC tercapai, teganganpermukaan akan konstan yang menunjukkan
bahwa antar muka menjadi jenuh danterbentuk misel yang berada dalam keseimbangan
dinamis dengan monomernya. Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi
menjadi empat golonganyaitu:
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatuanion.
Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat,garam sulfonat
asam lemak rantai panjang.
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatukation.Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-
dimethilammonium dangaram alkil dimethil benzil ammonium.
3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yangbagian alkilnya tidak
bermuatan.Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak,
estersukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil
poliglukosida,mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatanpositif
dannegatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino,betain,
fosfobetain.Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi,
seperti linieralkilbensen sulfonat (LAS), alkil sulfonat (AS), alkil etoksilat (AE)
dan alkil etoksilatsulfat (AES). Surfaktan dari turunan minyak bumi dan gas alam
ini dapat menimbulkanpencemaran terhadap lingkungan, karena surfaktan ini
setelah digunakan akan menjadilimbah yangsukar terdegradasi. Disamping itu,
minyak bumi yang digunakanmerupakan sumber bahan baku yang tidak dapat
diperbaharui. Masalah inilah yangmenyebabkan banyakpihak mencari alternatif

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 7

surfaktan yang mudah terdegradasi danberasal dari bahan baku yang dapat
diperbaharui.

Dengan demikian, surfaktan memfasilitasi stabilisasi bercampur, biasanya fase


tidak bercampur, seperti minyak dalam air, dengan menurunkan energi yang diperlukan
untuk mempertahankan besarinterfacial wilayah yang terkait dengan
pencampuran.Sebagai contoh, tanpa adanya surfaktan, suatu dalam campuran minyak-air,
biasa disebut sebagai suatu emulsi, cepat memisahkan ke dua lapisan yang berbeda untuk
meminimalkan area permukaan atau kontak antara dua fase. Kemampuan surfaktan untuk
menurunkan ini energi antarmuka antara minyak dan air memungkinkan untuk
pembentukan dan stabilisasi tetesan minyak yang lebih kecil dan akan tersebar di seluruh
air. Dalam hal ini, penurunan energi antarmuka mengakibatkan peningkatan permukaan
total luas pada sistem. Lain halnya dengan surfaktan yang berkemampuan untuk
membentuk agregat dalam larutan dan membentuk komposit dengan berbagai struktur,
seperti misel dan kristal cair, sebagai fungsi dari konsentrasi dan suhu (Desai, 1997).

2.2.2 Macam-macam Surfaktan

a. Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LABS)

Gambar Struktur Linear Alkyl benzene Sulfonate

Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkyl benzene


sulfonate.Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama acid slurry. Acid
slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen sintetik dan
deterjen cair. Alkylbenzene disulponasi menggunakan asam sulfat, oleum atau
SO3(g). Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses yang berbeda
pada bahan yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas. Bahan baku utama untuk
membuat acid slurry adalah dodecyl benzene, linear alkyl benzene. Nama Kimia Acid
Slurry D.D.B.S. adalah Dodecyl Benzene Sulphonate dan L.A.B.S dan Linear Alkyl
Benzene Sulfonate (Suryani, 2002).

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 8

Alkylbenzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku kunci pada industri


deterjen selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50 persen volum total
surfaktan anionik sintetik. Linear alkylbenzene Sulfonates (LAS) digunakan secara luas
menggantikan Branch alkylbenzene sulfonates(BAB) dalam jumlah besar yang ada
didunia karena LAS merupakan bahan deterjen yang lebih biodegradabilitas
dibandingkan BAB. Produk umumnya dipasarkan berupa asam bebas (free acid) atau
yang dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida yang ditambahkan
kedalam slurry, yang umumnya dalam bentuk pasta.Sebagian besar pasta di produksi
pada sprayed-dried menghasilkan serbuk deterjen. Pasta bisa juga di proses dengan drum-
dried menjadi serbuk atau flake atau spray driedmenjadi butir-butir halus yang memiliki
densitas rendah. Bentuk kering LAS digunakan terutama pada industri dan produk
kebersihan.

Agar berguna sebagai surfaktan, pertama Alkylbenzene harus disulfonasi. Untuk


proses sulfonasi biasanya digunakan Oleum dan SO3. Sulfonasi dengan oleum
memerlukan biaya peralatan yang relatif tidak mahal dan bisa dijalankan dengan
proses batch atau continuous.Bagaimanapun ia juga memiliki kerugian dalam terminologi
dibandingkan harga SO3, sulfonasi dengan oleum memerlukan aliran pembuangan sisa
asam dan ia juga memberikan masalah corossi potensial yang disebabkan oleh asam
sulfat. Proses oleum biasanya menghasilkan 90% ABS, 6 sampai 10% asam sulfat, dan
0,5 sampai 1% minyak yang tidak mengalami proses sulfonasi(Hayan, 2008).

Gambar 2.1 Linear Alkil Benzene Sulfonat (Hayan, 2008).

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 9

b. Sodium Lauril Sulfat (SLS)

Gambar Struktur Sodium Lauryl Sulfonate

Natrium lauril sulfat (SLS), atau sodium deodecil sulfat (NaDS atau


C12H25SO4Na) adalah surfaktan anionoik yang digunakan dalam membersihkan lemak,
dan pada produk-produk untuk kebersihan. Molekul ini memiliki 12 atom karbon, yang
melekat pada gugus sulfat, dan memberikan sifat amphiphilic yang dibutuhkan
deterjen.SLS adalah surfaktan yang sangat efektif dan digunakan untuk menghilangkan
noda berminyak dan residu. Sebagai contoh, SLS ditemukan dalam konsentrasi yang
tinggi pada produk ydrogen, termasuk degreasers mesin, pembersih lantai, sampo mobil.
Penggunaan SLS dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu pada pembuatan pasta gigi,
shampoo rambut, dan busa cukur.Sodium lauril sulfat merupakan komponen penting
dalam formulasi untuk efek penebalan busa dan kemampuannya untuk menciptakan busa.

Penelitian menunjukkan bahwa SLS tidak karsinogenik jika terkontaminasi


langsung pada kulit ataupun dikonsumsi. Natrium lauril sulfat mengurangi rasa manis
pada gigi, efek biasa terlihat setelah penggunaan pasta gigi yang mengandung bahan ini.
Penelitian menunjukkan bahwa SLS dapat merupakan mikrobisida ydroge yang
berpotensi efektif, yang juga dapat menghambat dan  mencegah infeksi oleh virus seperti
virus Herpes simpleks. Selain itu SLS dapat meningkatkan kecepatan pembentukan hidrat
metana sebesar 700 kali kecepatan awal.Dalam pengobatan, natrium lauril sulfat
digunakan sebagai pencahar dubur di enema, dan sebagai eksipien pada aspirin terlarut
dan kaplet terapi serat lainnya.

Natrium lauril sulfat, dalam sains disebut sebagai sodium dodecyl sulfat


(SDS) atau Duponol, umumnya digunakan dalam menyusun protein untuk elektroforesis
dalam teknik SDS-PAGE.Senyawa ini bekerja dengan mengganggu ikatan non-kovalen
dalam protein, sehingga protein mengalami denaturing, dan menyebabkan molekul
kehilangan bentuk asli mereka (konformasi).SLS disintesis dengan mereaksikan lauril
ydroge dengan asam sulfat untuk menghasilkan ydrogen lauril sulfat yang kemudian
dinetralisir melalui penambahan natrium karbonat.Karena metode ini sintesis, SLS
komersial yang tersedia sebenarnya tidak sulfat dodesil murni tetapi campuran alkil sulfat

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 10

dengan sulfat dodesil sebagai komponen utama.SLS dapat memperburuk masalah kulit
pada individu dengan hipersensitivitas kulit kronis (Marrakchi S & Maibach HI, 2006).

Gambar 2.2 Sodium Lauril Sulfat

Sifat – sifat umum surfaktan


1. Sebagai larutan koloid

Mc. Bain telah membuktikan bahwa larutan zat aktif permukaan larutan
koloid. Molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofil (suka air) dan gugus
yang hidrofob (tak suka air). Pada konsentrasi tinggi partikel koloid ini akan saling
menggumpal, gumpalan ini disebut misel atau agregat baik berbentuk sferik/ ’S’
(daya hantar listriknya tinggi) atau lamelar/ ’L’ (daya hantar listriknya kecil disebut
juga koloid netral) dan ada dalam kesetimbangan bolak – balik dengan sekitarnya
(pelarut atau dispersi larutan). Kesetimbangan ini akan mencapai konsentrasi kritik
misel menurut aturan Jones dan Burry.
2. Adsorpsi

Apabila larutan mempunyai tegangan permukaan lebih kecil daripada pelarut


murni, zat terlarut akan terkonsentrasi pada permukaan dan terjadi adsorpsi positif.
Sebaliknya adsorpsi negatif menunjukkan bahwa molekul-molekul zat terlarut lebih
banyak terdapat dalam rongga larutan daripada dipermukaan.

Hubungan antara derajat penyerapan dan penurunan tegangan permukaan


dinyatakan dalam persamaan Gibbs.
3. Kelarutan dan daya melarutkan

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 11

Murray dan Hartly dalam pernyataanya menunjukkan bahwa partikel-partikel


tunggal relatif tidak larut, sedangkan misel mempunyai kelarutan tinggi. Makin panjang
rantai hidrokarbonnya, makin tinggi temperatur kritik larutan.

2.3 Proses Sintesa/Isolasi Produk

Pada proses pembuatan shampo akan digunakan bahan utama yaitu sodium lauryl
ether sulfonat, dimana bahan ini dibuat menggunakan lauryl ether (C12) dan oleum.
Jika senyawa lauryl digunakan dalam shampo, senyawa ini akan menghasilkan busa dan
meningkatkan busa, kestabilannya, meningkatkan pencucian, menstabilkan kekentalan,
dan yang paling penting adalah senyawa ini merupakan senyawa yang paling baik untuk
membuat surfaktan dibandingkan yang lain. Penggunaan oleum pada persenyawaan ini
hanya untuk membantu dalam pembuatan sodium lauryl sulfate yaitu pada proses
sulfanosi. Proses pembuatan shampo diawali dengan proses pembuatan sodium lauryl
ether sulfonat, pertama lauryl ether dicampurkan dengan oleum 20% di sulfonator yang
dilengkapi dengan jaket danalat pendingin yang dipanaskan dengan suhu 46 ○ C dengan
tekanan 1 atm waktu tinggal 4 jam, dengan reaksi :
C12H25OC24OH + SO3 + H2SO4 → C12H25OC2H4OSO3H+ H2SO4
(lauryl ether + Oleum 20% → lauryl ether sulfonat + As.sulfat)
Gambar 2.3Reaksi lauryl ether dan oleum

Dalam rekasi ini asam sulfat tidak ikut bereaksi. Hasil keluaran dari
sulfonator berupa laury ether sulfonat, ether, asam sulfat dan lauryl ether . Kemudian
hasil keluran ini dimasukkan kedalam mixer dimana air ditambahkan sampai konsentrasi
asam sulfat dari 99% menjadi 78%. Lalu dicampurkan dari mixer ke dekanter.Didalam
dekanter inilah terjadi pemisahan lauryl ether, ether dan asam sulfat karena memiliki
perbedaan densitas yang tinggi.Selain perbedaan densitas yang tinggi pemisahan asam
sulfat dan lauryl ether sulfonat karena kedua zat ini tidak saling terlarut. Kemudian
lauryl ether sulfonat  ini dinetralisai dengan menggunakan NaOH 20% didalam netralizer
dengan temperatur operasi 51○ C dengan reaksi:

C12H25OC2H4OSO3H + NaOH12→H25OC2H4OSO3Na + H2O


(lauryl ether sulfonat → Sodium lauryl ether sulfonat)
Gambar 2.4 Reaksi Lauryl Ether Sulfonat

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 12

Shampo merupakan suatu produk yang dibuat dengan cara pencampuran bahan
baku seperti air deionisasi, NaCl, larutan sodium lauret sulfat , gelatin, dan lain- lain.
Proses pertama pembuatan shampo adalah dengan pengadukan 2% NaCl dengan 10% air
deionisasi. Air deionisasi adalah air yang tidak mengandung garam dan mineral-
mineral. Air deionisasi dibuat dengan cara mengambil air yang masih mengandung
mineral dan garam-garam, lalu dimasukkan ke sebuah mesin bermuatan listrik yang
dapat menarik garam-garam dan mineral tersebut. Sehingga nantinya pada air hanya
mengandung molekul H2O, bakteri, dan virus.Natrium Klorida dikenal juga sebagai
garam, garam dapur, garam meja.Merupakan senyawa ionik dengan rumus NaCl.NaCl
adalah garam yang paling bertanggung jawab atas salinitas dari laut dan dari cairan
extrakulikuler dari multiser banyak organisme sebagai bahan utama dalam garam yang
dapat dimakan ini, biasanya digunakan sebagai bumbu makan dan makanan
pengawet.Dalam pembuatan sabun cair /shampo fungsinya sebagai pengental sabun yang
masih berupa air.Selain pengadukan 2 bahan tersebut dilakukan juga pengadukan larutan
2 % sodium lauret sulfat.Pemasukkan SLS ke dalam larutan harus hati-hati karena bila
teralu panas akibatnya akan terbentuk banyak buih, apalagi bila dengan pengadukan yang
cepat maka akan terjadi buih yang sangat banyak. Pengadukan dilakukan pelan sampai
SLS homogen dalam larutan tersebut.Sodium lauret sulfat adalah surfaktan pada shampo
atau produk lainnya yang yang bersifat sebagai pengemulsidan pembersih.Sodium lauret
sulfat adalah surfaktan anion yang biasa terdapat dalam produk-produk pembersih.
Garam kimia ini adalah organo sulfur anion yang mengandung 12ekor karbon terikat
kegugus sulfat, membuat zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik yang merupakan syarat
sebagai deterjen. SLS adalah jenis surfaktan yang sangat kuat dan umum digunakan
dalam produk-produk pembersih noda minyak dan kotoran.Sebagai contoh, SLS ini
banyak ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada produk-produk industri seperti
pembersih mesin (engine degreaser), pembersih lantai, dan shampo mobil. SLS
digunakan dalam kadar rendah di dalam pasta gigi, shampo dan busa pencukur. Zat kimia
ini merupakan bahan utama di dalam formulasi kimia untuk mandi busa karena
efek pengentalnya dan kemampuan untuk menghasilkan busa. Sodium lauret sulfat inilah
yang nantinya akan menghasilkan busa pada shampo. Penggunaan larutan ini sangat
dibatasi karna bersifat karsinogen dan dapat menyebabkan iritasi maka dalam pembuatan
shampo hanya digunakan 2% .Setelah itu, dilakukan pencampuran 2 % sodium lauret
sulfat dengan 2% NaCl dengan 10% air deionisasi.Dari hasil pencampuran ini didapat
sediaan satu yang nantinya dicampur kembali dengan gelatin dan 5 % cocoamidopropil

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 13

betain.Gelatin berasal dari pencampuran dengan air deionisasi yang dipanaskan pada
suhu 65-70○C.

Penggunaan gelatin pada shampo akan berpengaruh pada bentuk kekentalan


shampo dan membuuat shampo berkilaun seperti mutiara. Berfungsi sebagai surfactant
singkatan dari surface acting agent. Cocoamidopropilbetain seperti Sodium Lauryl Etner
Sulfate, zat ini memiliki kegunaan yang hampir sama sebagai pembersih atau pembuang
kotoran yang menempel. Cocoamidopropil betain ini juga akan menguatkan fungsi
gabungan SLS sehingga daya surfaktannya kan menjadi sangat kuat. Sifatnya yang juga
sebagai surfaktan ini adalah untuk membuat shampo menjadi tidak mengiritasi mata
sehingga dapat digunakan oleh anak-anak.Setelah homogen kemudian ditambahkan juga
asam sitrat dan bronidoxl.Fungsi asam sitrat adalah untuk menyeimbangkan pH agar
dapat menetralisir reaksi basa yang yang terjadi dalam penyampoan rambut.Setelah
ditunggu dingin kemudian ditambahkan bahan pewangi.Ditambahkan saat dingin karena
minyak atsiri tidak stabil oleh pemanasan.Kemudian yang terakhir adalah pengecekan pH
agar tetap di range netral yakni 6-7. Pewangi dan Pewarna berfungsi sebagai bahan
tambahan (addictive) dan tidak akan mengurangi kualitas dari shampo. Jadi penambahan
parfum dan pewarna dapat mempengaruhi perhatian konsumen terhadap produk yang
dihasilkan, jadi akan cepat terjual bila akan dijual. Biasanya di gunakan warna kuning
dan aroma jeruk agar lebih dapat menghilangkan bau kotoran yang akan di bersihkan
(Asegaf Dayyus, 2011).

Dalam pembuatan shampo terdapat soda api (NaOH) maupun bahan-bahan yang
mengandung natrium (Na). Hal ini bisa kita rasakan sewaktu kita menggegam deterjen
akan terasa panas ditangan. Ini membuktikan adanya reaksi bahan-bahan yang unsur Na
dengan air (H2O) akan membentuk NaOH (tangan kita ada unsur airnya) sehingga tangan
kita akan terasa panas. NaOH lalu direaksikan dengan LABS sehingga mengahasilkan
garam LaBSNa. LaBSNa tersebut lalu direaksikan dengan SLS sehingga terbentuk
shampo (Bassam, 2005).

2.4 Karakteristik Shampo

2.4.1 Densitas

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 14

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda,


semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis
yang berbeda. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah ρ = m/v, satuan SI :
kg/m3.
Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa
maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya, oleh karenanya zat yang
sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama. Massa jenis zat dapat dihitung
dengan membandingkan massa zat (benda) dengan volumenya. Massa jenis
merupakan salah satu ciri untuk mengetahui kerapatan zat. Pada volume yang
sama, semakin rapat zatnya, semakin besar massanya. Sebaliknya makin
renggang, makin kecil massa suatu benda. Contoh : kubus yang terbuat dari besi
akan lebih besar massanya dibandingkan dengan kubus yang terbuat dari kayu,
jika volumenya sama. Pada massa yang sama, semakin rapat zatnya, semakin
kecil volumenya. Sebaliknya, semakin renggang kerapatannya semakin besar
volumenya. Contoh : volume air lebih besar dibanding volume besi, jika massa
kedua benda tersebut sama.
2.4.2 Viskositas
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair
dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita
lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan
cairan itu kental antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam
fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap
yang lain.Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti
tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas
maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling
menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara
kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui
bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara
kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat
cair adalah viskosimeter.
Viskositas adalah gesekan internal fluida. Gaya viskos melawan gerakan
sebagian fluida relatif terhadap yang lain. Efek visko merupakan hal yang penting
di dalam aliran fluida dalam pipa, aliran darah, pelumasan bagian dalam mesin,
dan contoh keadaan lainnya. Viskositas adalah suatu pernyataan “tahanan untuk
mengalir” dari suatu sistem yang mendapatkan suatu tekanan. Makin kental suatu
cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada
kecepatan tertentu. Viskositas dispersi koloidal dipengaruhi oleh bentuk partikel
dari fase dispers
Faktor yang mempengaruhi viskositas :
a. Besar dan Bentuk Molekul

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 15

Molekul-molekul yang mudah berasosiasi mempunyai viskositas yang


besar, seperti air dan etanol. Zat ini membentuk asosiasi molekul dengan ikatan
hidrogen. Makin besar berat molekul, makin besar pula viskositas.
b. Suhu
Pada kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu.
Menurut teori ”lubang” terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak
secara kontinyu ke dalam kekosongan ini, sehingga kekosongan akan bergerak
keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena ada
energi pengaktifan yang harus mempunyai suatu molekul agar dapat bergerak ke
dalam kekosongan. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang
lebih tinggi dan dengan demikian cairan lebih mudah mengali.
c. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan
jumlah lubang berkurang, sehingga bagi molekul lebih sukar untuk bergerak
keliling satu terhadap yang lain.
d. Konsentrasi
Untuk suatu larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau
kepekatan larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya
juga tinggi, sebaliknya larutan yang viskositasnya rendah, konsentrasinya juga
rendah (Kirk dan Othmer, 197

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 16

3.1 Alat-alat yang Digunakan


1. Wadah plastik
2. Pengaduk kayu atau plastik
3. Gelas ukur 10 ml 1buah dan 50 ml 1buah
4. Timbangan
5. Botol aqua 350 ml
6. Gelas Piala
7. Viscometer

8. Piknometer

3.2 Bahan-bahan Yang Digunakan


1. LABS
2. SLS
3. NaOH
4. Aquades
5. Parfum

6. Pewarna makan

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Pembuatan larutan NaOH
1. Sebanyak 10 ml NaOH 3N dimasukkan ke dalam gelas ukur.
2. Sebanyak 45 ml aquades dimasukkan ke dalam gelas ukur.
3. NaOH dan aquades tersebut dicampurkan di dalam sebuah wadah plastik.

4. Lalu di aduk hingga homogen.

3.3.2 Pembuatan larutan LABSNa


1. Sebanyak 35 gram LABS ditimbang di dalam mangkuk porselen.
2. Sebanyak 10 ml NaOH dimasukkan ke dalam gelas ukur.
3. Sebanyak 45 ml aquades dimasukkan ke dalam gelas ukur.
4. Ketiga bahan tersebut dicampurkan di dalam sebuah wadah plastik.

5. Lalu diaduk hingga homogen.

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 17

3.3.3 Pembuatan SLS


1. Sebanyak 10 gram SLS bubuk ditimbang di dalam mangkuk porselen.
2. Sebanyak 30 ml aquades dimasukkan ke dalam gelas ukur.
3. SLS dan aquades dicampur di dalam sebuah wadah plastik.
4. Diaduk perlahan hingga homogen.
5. Kemudian beberapa tetes parfum dan pewarna ditambahkan ke dalam
wadah tersebut.

6. Lalu diaduk kembali hingga merata.

3.3.4 Pembuatan Shampo


1. Larutan LABSNa dan SLS yang didapat, kemudian dicampur di dalam
wadah.

2. Kedua larutan tersebut diaduk perlahan hingga tercampur sempurna.

3.3.5 Uji Karakteristik Viskositas


1. Sebanyak 10 ml shampo dimasukkan ke dalam viskometer dengan bantuan
gondok sedot.
2. Gondok dibuka setelah sampai pada batas yang ditentukan, dan cepat-cepat
ditutup dengan jari tangan.

3. Lalu jari tangan di buka dan waktu shampo untuk sampai ke batas garis
dihitung.

3.3.6 Uji Karakteristik Berat Jenis


1. Berat piknometer kosong dihitung dengan timbangan analitik.
2. Sebanyak 10 ml shampoo dimasukkan ke dalam piknometer.
3. Berat piknometer berisi shampoo ini dihitung kembali.
4. Berat jenis shampo dihitung dengan cara berat piknomeer berisi shampo
dikurang dengan berat piknometer kosong.
5. Densitas dicari.

6. Pada shampo KIT dilakukan hal yang sama.

3.3.7 Tes aplikasi


1. Minyak dioleskan pada telapak tangan.
2. Beberapa shampoo yang telah dibuat dicucikan pada telapak tangan.

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 18

3. Efek yang terjadi diamati dan dicatat.


3.4 Rangkaian Alat

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil

+ + + +
Bubuk SLS Akuades Pewarna Parfum
NaOH Akuades

Aduk Campuran
Hingga Homogen

Aduk Campuran
Hingga Homogen

Larutan NaOH LABS


Larutan SLS + Pewarna +
Parfum
Aduk Campuran
Hingga Homogen

Aduk Campuran
Larutan LABSNa
Hingga Homogen
Aduk Campuran
Hingga Homogen
Shampo Motor atau Mobil
Gambar 3.1 Proses Pembuatan Shampo motor atau mobil

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Shampo

No
Percobaan Pengamatan
.
Larutan berwarna bening
1. 10 ml NaOH 3N + 30 ml Aquades
dan terjadi reaksi eksoterm
Larutan NaOH dituangkan
langsung kedalam
LABS 40 gr + NaOH 10 ml 3N
2. LABS,Hasilnya larutan
+Aquadest 30 ml
LaBSNa berwarna coklat
kental
SLS 17 gr + Aquadest 50 ml + Larutan SLS berwarna biru
3.
Pewarna + Parfum gelap
Larutan kental berwarna
4 LABSNa + SLS
biru kehijau-hijaun

Tabel 4.2 Uji Densitas, Uji Viskositas dan Tes Aplikasi


No
Percobaan Pengamatan
.
1. ρ sampo = 1.0284 g/ml
Uji Densitas
ρ kit = 1. 0363 g/ml
2. t sampo = 5 menit 9 s
Uji Viskositas
t kit = 6 menit 61 s
t sampo = 27 s
3. Tes Aplikasi
t kit = 20 s

4.2 Reaksi – reaksi yang Terjadi


1. Reaksi Pembuatan LaBSNa

LaBS(g) + NaOH (aq) →LaBSNa(g) + OH-(aq)…...……(1)

2. Reaksi Pembuatan SLS

SLS(g) + H2O(l)→ SLS (g) …………………………………(2)

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 20

3. Reaksi Pembuatan Shampo

LaBSNa(g) + SLS(g) →C18H36O2(aq) ………………….........(3)


4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembuatan Larutan NaOH

Larutan NaOH dibuat menggunakan 10 ml NaOH 3N dan 30 ml aquadest. NaOH


dan aquadest dicampur di dalam wadah plastic kemudian diaduk hingga homogen.
Dihasilkan larutan NaOH 0,75 N yang berwarna bening.

4.3.2 Pembuatan Larutan LABSNa

Pembuatan larutan ini dilakukan dengan cara menambahkan 40 gram LABS ke


dalam 40 ml larutan NaOH 0,75 N yang telah dibuat sebelumnya, kemudian diaduk
hingga homegen. Larutan berubah warna menjadi coklat kental. Proses ini dilakukan
untuk menghasilkan garam yang bersifat basa karena LABS merupakan asam lemah dan
NaOH adalah basa kuat. Dengan adanya garam maka akan berpengaruh terhadap daya
cuci dari sampo yang dibuat untuk mengangkat kotoran dan lemak (Widodo, 2004).

4.3.3 Pembuatan Larutan SLS

Pembuatan larutan SLS (Sodium Lauryl Sulfonat) dari 17 gram SLS dan 50 ml
aquadest yang diaduk perlahan hingga homogeny kemudian ditambahkan parfum dan
pewarna secukupnya. SLS merupakan bahan penunjang pada proses pembuatan shampo
dan penghasil busa. Larutan SLS juga sangat efektif dalam penghapusan noda berminyak.
Parfum dan pewarna berfungsi sebagai bahan tambahan dan tidak akan mengurangi
kualitas shampoo (Bassam, 2005)

4.3.4 Pembuatan Sampo

Pembuatan shampo dilakukan dengan cara menggabungkan larutan LABSNa


dengan larutan SLS kemudian diaduk pelan-pelan sampai larutan berubah menjadi kental
berwarna biru kehijau-hijauan. Apabila kekurangan LABS dan SLS dalam sampo maka
daya penghapusan noda sampo akan berkurang begitu juga dengan pembusaannya karena
LABS dan SLS merupakan surfaktan dan surfaktan penunjang. Sebagai surfaktan, fungsi
LABS dan SLS adalah membantu pembusaan dan menghilangkan kotoran

4.3.5 Tes Viskositas

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 21

Pada uji viskositas digunakan alat viskometer, waktu yang dibutuhkan shampo
untuk turun dari batas atas sampai batas bawah pada viskosmeter adalah 6 menit 61 detik,
sedangkan waktu yang diperlukan KIT hanya 5 menit 9 detik. Lamanya waktu yang
diperlukan oleh shampo untuk mencapai batas bawah viskosmeter menunjukkan bahwa
viskositas shampo hasil percobaan lebih besar daripada KIT.

4.3.6 Tes Densitas

Pada uji densitas digunakan alat piknometer, massa jenis atau kerapatan zat
merupakan karakteristik mendasar yang dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan
perbandingan massa dan volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui
pengukuran massa dan volumenya. Namun nilai kerapatan tidak bergantung pada massa
zat maupun volumenya, tetapi kerapatan suatu zat tergantung pada jenis zat itu sendiri
(Bayley, 1996).
Mula-mula berat piknometer kosong ditimbang. Lalu dimasukkan 10 ml shampo
kemudian ditimbang kembali, berat shampo hasil percobaan dapat dihitung dengan cara
mengurangkan berat piknometer yang berisi 10 ml shampo di dalamnya dengan berat
piknometer kosong. Setelah itu berat shampo dibagi dengan volumenya, yaitu 10 ml dan
didapatlah densitas dari shampo sebesar 1.0284 gr/ml. Hal yang sama dilakukan pada kit
untuk menguji densitasnya, maka didapatlah densitas KIT sebeasar 1.0363 gr/ml. Setelah
dilakukan pengujian didapatlah bahwa densitas KIT lebih besar dari pada densitas
shampo percobaan. Hal ini disebabkan oleh massa KIT lebih besar daripada massa
shampo percobaan, dimana volume yang digunakan sama yaitu 10 ml. Oleh karena itu,
dengan volume yang sama kit memiliki massa yang lebih besar dibandingkan dengan
sampo percobaaan sehingga densitasnya lebih besar daripada sampo percobaan.

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 22

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Shampo yang dihasilkan dalam percobaan ini merupakan sampo yang terbuat
dari surfaktan yaitu LABSNa dan SLS.
2. Densitas shampo yang dihasilkan sebesar 1.0284 gr/ml sedangkan densitas
kit sedikit lebih besar dari densitas shampo yaitu 1.0363 gr/ml, dan tes uji
aplikasi pada kit lebih cepat 7 sekon dari pada tes uji sampo
3. Viskositas shampo atau kekentalan dari shampo sebesar 3.5787 Ns/m 2lebih
besar daripada viskotitas kit yang sebesar 2.6454 Ns/m 2, ini membuktikan
bahwa shampo pasaran lebih cair dari shampo yang dihasilkan.

5.1 Saran

1. Hati – hati dalam mengaduk bahan yang digunakan jangan sampai berbusa
banyak.
2. Pengadukannya juga harus secara perlahan.

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil


Praktikum Kimia Organik/II/S.Genap/2016 23

DAFTAR PUSTAKA

Bailey, A. E. 1996.“Industrial Oil and Fat Products”,Interscholastic Publishing, Inc.


New York.

Bassam.2005.DYNAX Fluorosurfactants untuk Coating dan Aplikasi


Tinta.http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.dynaxcorp.com/technology/coating.html.28 Maret 2016.

Desai. 1997.Teori Tentang Shampo. http://medicafarma.com/2008/05/ teori-tentang-


sampo_11.html.28 Maret 2016.

Fahrezi.2009. Peranan Surfaktan pada Proses Deinking Flotation.http:/


/www.Fahrezi.com/2009/04/peranan-surfaktan-pada-proses-deinking.html. 28
Maret 2016

Hayan,Ibnu.2008.Pengertiansurfaktan.http://www.ibnuhayyan.com/2008/09/10/surfaktan
.28 Maret 2016.

Holmberg.2009.Sejarah Penemuan Tinta. http://irengputih.com/sejarah-penemuan-


tinta/1418/.28 Maret 2016.

Kirk,dkk.1976.”Encyclopedia of Chemical” , Technology, New York.

Marrakchi S, Maibach HI. 2006.Sodium Lauryl Sulfate-Induced Irritation in the Human


Face: regional and age-related differences.

Suryani.2002. Surfactant Encanhed Oik Recovery.http://enordet.com/surfactant encanhed


oil recovery/.28 Maret 2016.

Widodo.2004.Surfaktan.<http//:repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter% 20II. pdf >. 28


Maret 2016.

Pembuatan Shampo Motor atau Mobil

Anda mungkin juga menyukai