Genap/2016 1
BAB I
PENDAHULUAN
Shampo yang terbuat dari bahan deterjen lebih banyak digunakan karena
memiliki efektifitas pencucian yang lebih bagus.Hal ini dikarenakan kandungan surfaktan
dalam deterjen memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan serta
mampu mengikat dan membersihkan kotoran. Surfaktan itu sendiri merupakan suatu
senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis
kimiawi maupun biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan adalah memiliki gugus polar
dan non polar pada molekul yang sama (Fahrezi, 2009).
atau mobil tersebut. Untuk itu perlu dibuat shampo yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Shampo yang bagus kualitasnya adalah sampo yang memiliki surfaktan yang
bagus pula.Oleh karena itu permintaan surfaktan di dunia internasional cukup besar. Pada
tahun 2004, permintaan surfaktan sebesar 11,82 juta ton per-tahun dan pertumbuhan
permintaan surfaktan rata-rata 3 persen per-tahun (Widodo, 2004).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Shampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang sebagian besar bahannya
terdiri dari surfaktan, yaitu suatu molekul senyawa yang memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak, sehingga dapat mengangkat kotoran yang menempel pada bodi kendaraan.
Bahan yang penting dalam pembuatan shampo ini adalah surfaktan, yaitu LABS
(Linier Alkyl Benzene Sulfonat) atau kadang disebut juga Linier Alkyl Benzene (LAS) dan
surfaktan penunjang yaitu SLS (Sodium Lauryl Sulfonat). Surfaktan (Surface Active
Agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi
pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga
cenderung pada rantai lurus.Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan. Molekul
surfaktan mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung
non polar (hidrofobik) . Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu
surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air teknologi
pembuatan shampo motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi tepat guna dalam
pembuatannya. Karena dalam proses pembuatannya tidak memerlukan alat yang canggih
dan proses yang rumit (Desai, 1997).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, shampo adalah sabun cair untuk
mencuci rambut dan kulit kepala, terbuat dari tumbuhan atau zat kimia.
Secara garis besar, produk shampo dibagi menjadi 2 jenis, yaitu shampo
tradisonal dan shampo modern.
2.2.1 Surfaktan
Gambar Surfaktan
padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada faseair dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase
minyak.Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantaialkil yang
panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugushidroksil (Bailey,
1996).
Permintaan surfaktan di dunia internasional cukup besar. Pada tahun
2004,permintaan surfaktan sebesar 11,82 juta ton per-tahun dan pertumbuhan
permintaansurfaktan rata-rata 3 persen per-tahun. Penggunaan surfaktan sangat
bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi, makanan, tekstil, plastik dan lain-
lain.Beberapa produk pangan seperti margarin, es krim, dan lain-lain
menggunakansurfaktan sebagai satu bahannya. Syarat agar surfaktan dapat digunakan
untuk produkpangan yaitu bahwa surfaktan tersebut mempunyai nilai Hydrophyle
Lypophyle Balance(HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta tidak menimbulkan iritasi.
Penggunaansurfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah (wetting
agent),bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan pelarut (solubilizing
agent).Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan
caramenurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan
dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi
airdalam minyak.
Emulsi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua fasa cairan
yangtidak saling melarut, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-
globulacairan lainnya.Cairan yang terpecah menjadi globula-globula dinamakan
faseterdispersi, sedangkan cairan yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase
kontiniu ataumedium dispersi. Berdasarkan jenisnya emulsi dibedakan menjadi duayaitu:
1. Emulsi minyak dalam air (O/W), adalah emulsi dimana bahanpengemulsinya
mudah larut dalam air sehingga air dikatakan sebagai faseeksternal.
2. Emulsi air dalam minyak (W/O), adalah emulsi dimana bahanpengemulsinya
mudah larut dalam minyak (Holmberg, 2009).
teganganpermukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi
fasekontiniu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan,
makamolekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh
minyakdibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih
rendahsehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontiniu.Penambahan surfaktan
dalam larutan akan menyebabkan turunnya teganganpermukaan larutan. Setelah
mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akankonstan walaupun konsentrasi
surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkanmelebihi konsentrasi ini maka
surfaktan mengagregasi membentuk misel.Konsentrasiterbentuknya misel ini disebut
Critical Micelle Concentration (CMC). Teganganpermukaan akan menurun hingga CMC
tercapai. Setelah CMC tercapai, teganganpermukaan akan konstan yang menunjukkan
bahwa antar muka menjadi jenuh danterbentuk misel yang berada dalam keseimbangan
dinamis dengan monomernya. Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi
menjadi empat golonganyaitu:
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatuanion.
Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat,garam sulfonat
asam lemak rantai panjang.
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatukation.Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-
dimethilammonium dangaram alkil dimethil benzil ammonium.
3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yangbagian alkilnya tidak
bermuatan.Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak,
estersukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil
poliglukosida,mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatanpositif
dannegatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino,betain,
fosfobetain.Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi,
seperti linieralkilbensen sulfonat (LAS), alkil sulfonat (AS), alkil etoksilat (AE)
dan alkil etoksilatsulfat (AES). Surfaktan dari turunan minyak bumi dan gas alam
ini dapat menimbulkanpencemaran terhadap lingkungan, karena surfaktan ini
setelah digunakan akan menjadilimbah yangsukar terdegradasi. Disamping itu,
minyak bumi yang digunakanmerupakan sumber bahan baku yang tidak dapat
diperbaharui. Masalah inilah yangmenyebabkan banyakpihak mencari alternatif
surfaktan yang mudah terdegradasi danberasal dari bahan baku yang dapat
diperbaharui.
dengan sulfat dodesil sebagai komponen utama.SLS dapat memperburuk masalah kulit
pada individu dengan hipersensitivitas kulit kronis (Marrakchi S & Maibach HI, 2006).
Mc. Bain telah membuktikan bahwa larutan zat aktif permukaan larutan
koloid. Molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofil (suka air) dan gugus
yang hidrofob (tak suka air). Pada konsentrasi tinggi partikel koloid ini akan saling
menggumpal, gumpalan ini disebut misel atau agregat baik berbentuk sferik/ ’S’
(daya hantar listriknya tinggi) atau lamelar/ ’L’ (daya hantar listriknya kecil disebut
juga koloid netral) dan ada dalam kesetimbangan bolak – balik dengan sekitarnya
(pelarut atau dispersi larutan). Kesetimbangan ini akan mencapai konsentrasi kritik
misel menurut aturan Jones dan Burry.
2. Adsorpsi
Pada proses pembuatan shampo akan digunakan bahan utama yaitu sodium lauryl
ether sulfonat, dimana bahan ini dibuat menggunakan lauryl ether (C12) dan oleum.
Jika senyawa lauryl digunakan dalam shampo, senyawa ini akan menghasilkan busa dan
meningkatkan busa, kestabilannya, meningkatkan pencucian, menstabilkan kekentalan,
dan yang paling penting adalah senyawa ini merupakan senyawa yang paling baik untuk
membuat surfaktan dibandingkan yang lain. Penggunaan oleum pada persenyawaan ini
hanya untuk membantu dalam pembuatan sodium lauryl sulfate yaitu pada proses
sulfanosi. Proses pembuatan shampo diawali dengan proses pembuatan sodium lauryl
ether sulfonat, pertama lauryl ether dicampurkan dengan oleum 20% di sulfonator yang
dilengkapi dengan jaket danalat pendingin yang dipanaskan dengan suhu 46 ○ C dengan
tekanan 1 atm waktu tinggal 4 jam, dengan reaksi :
C12H25OC24OH + SO3 + H2SO4 → C12H25OC2H4OSO3H+ H2SO4
(lauryl ether + Oleum 20% → lauryl ether sulfonat + As.sulfat)
Gambar 2.3Reaksi lauryl ether dan oleum
Dalam rekasi ini asam sulfat tidak ikut bereaksi. Hasil keluaran dari
sulfonator berupa laury ether sulfonat, ether, asam sulfat dan lauryl ether . Kemudian
hasil keluran ini dimasukkan kedalam mixer dimana air ditambahkan sampai konsentrasi
asam sulfat dari 99% menjadi 78%. Lalu dicampurkan dari mixer ke dekanter.Didalam
dekanter inilah terjadi pemisahan lauryl ether, ether dan asam sulfat karena memiliki
perbedaan densitas yang tinggi.Selain perbedaan densitas yang tinggi pemisahan asam
sulfat dan lauryl ether sulfonat karena kedua zat ini tidak saling terlarut. Kemudian
lauryl ether sulfonat ini dinetralisai dengan menggunakan NaOH 20% didalam netralizer
dengan temperatur operasi 51○ C dengan reaksi:
Shampo merupakan suatu produk yang dibuat dengan cara pencampuran bahan
baku seperti air deionisasi, NaCl, larutan sodium lauret sulfat , gelatin, dan lain- lain.
Proses pertama pembuatan shampo adalah dengan pengadukan 2% NaCl dengan 10% air
deionisasi. Air deionisasi adalah air yang tidak mengandung garam dan mineral-
mineral. Air deionisasi dibuat dengan cara mengambil air yang masih mengandung
mineral dan garam-garam, lalu dimasukkan ke sebuah mesin bermuatan listrik yang
dapat menarik garam-garam dan mineral tersebut. Sehingga nantinya pada air hanya
mengandung molekul H2O, bakteri, dan virus.Natrium Klorida dikenal juga sebagai
garam, garam dapur, garam meja.Merupakan senyawa ionik dengan rumus NaCl.NaCl
adalah garam yang paling bertanggung jawab atas salinitas dari laut dan dari cairan
extrakulikuler dari multiser banyak organisme sebagai bahan utama dalam garam yang
dapat dimakan ini, biasanya digunakan sebagai bumbu makan dan makanan
pengawet.Dalam pembuatan sabun cair /shampo fungsinya sebagai pengental sabun yang
masih berupa air.Selain pengadukan 2 bahan tersebut dilakukan juga pengadukan larutan
2 % sodium lauret sulfat.Pemasukkan SLS ke dalam larutan harus hati-hati karena bila
teralu panas akibatnya akan terbentuk banyak buih, apalagi bila dengan pengadukan yang
cepat maka akan terjadi buih yang sangat banyak. Pengadukan dilakukan pelan sampai
SLS homogen dalam larutan tersebut.Sodium lauret sulfat adalah surfaktan pada shampo
atau produk lainnya yang yang bersifat sebagai pengemulsidan pembersih.Sodium lauret
sulfat adalah surfaktan anion yang biasa terdapat dalam produk-produk pembersih.
Garam kimia ini adalah organo sulfur anion yang mengandung 12ekor karbon terikat
kegugus sulfat, membuat zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik yang merupakan syarat
sebagai deterjen. SLS adalah jenis surfaktan yang sangat kuat dan umum digunakan
dalam produk-produk pembersih noda minyak dan kotoran.Sebagai contoh, SLS ini
banyak ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada produk-produk industri seperti
pembersih mesin (engine degreaser), pembersih lantai, dan shampo mobil. SLS
digunakan dalam kadar rendah di dalam pasta gigi, shampo dan busa pencukur. Zat kimia
ini merupakan bahan utama di dalam formulasi kimia untuk mandi busa karena
efek pengentalnya dan kemampuan untuk menghasilkan busa. Sodium lauret sulfat inilah
yang nantinya akan menghasilkan busa pada shampo. Penggunaan larutan ini sangat
dibatasi karna bersifat karsinogen dan dapat menyebabkan iritasi maka dalam pembuatan
shampo hanya digunakan 2% .Setelah itu, dilakukan pencampuran 2 % sodium lauret
sulfat dengan 2% NaCl dengan 10% air deionisasi.Dari hasil pencampuran ini didapat
sediaan satu yang nantinya dicampur kembali dengan gelatin dan 5 % cocoamidopropil
betain.Gelatin berasal dari pencampuran dengan air deionisasi yang dipanaskan pada
suhu 65-70○C.
Dalam pembuatan shampo terdapat soda api (NaOH) maupun bahan-bahan yang
mengandung natrium (Na). Hal ini bisa kita rasakan sewaktu kita menggegam deterjen
akan terasa panas ditangan. Ini membuktikan adanya reaksi bahan-bahan yang unsur Na
dengan air (H2O) akan membentuk NaOH (tangan kita ada unsur airnya) sehingga tangan
kita akan terasa panas. NaOH lalu direaksikan dengan LABS sehingga mengahasilkan
garam LaBSNa. LaBSNa tersebut lalu direaksikan dengan SLS sehingga terbentuk
shampo (Bassam, 2005).
2.4.1 Densitas
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
8. Piknometer
6. Pewarna makan
3. Lalu jari tangan di buka dan waktu shampo untuk sampai ke batas garis
dihitung.
+ + + +
Bubuk SLS Akuades Pewarna Parfum
NaOH Akuades
Aduk Campuran
Hingga Homogen
Aduk Campuran
Hingga Homogen
Aduk Campuran
Larutan LABSNa
Hingga Homogen
Aduk Campuran
Hingga Homogen
Shampo Motor atau Mobil
Gambar 3.1 Proses Pembuatan Shampo motor atau mobil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No
Percobaan Pengamatan
.
Larutan berwarna bening
1. 10 ml NaOH 3N + 30 ml Aquades
dan terjadi reaksi eksoterm
Larutan NaOH dituangkan
langsung kedalam
LABS 40 gr + NaOH 10 ml 3N
2. LABS,Hasilnya larutan
+Aquadest 30 ml
LaBSNa berwarna coklat
kental
SLS 17 gr + Aquadest 50 ml + Larutan SLS berwarna biru
3.
Pewarna + Parfum gelap
Larutan kental berwarna
4 LABSNa + SLS
biru kehijau-hijaun
Pembuatan larutan SLS (Sodium Lauryl Sulfonat) dari 17 gram SLS dan 50 ml
aquadest yang diaduk perlahan hingga homogeny kemudian ditambahkan parfum dan
pewarna secukupnya. SLS merupakan bahan penunjang pada proses pembuatan shampo
dan penghasil busa. Larutan SLS juga sangat efektif dalam penghapusan noda berminyak.
Parfum dan pewarna berfungsi sebagai bahan tambahan dan tidak akan mengurangi
kualitas shampoo (Bassam, 2005)
Pada uji viskositas digunakan alat viskometer, waktu yang dibutuhkan shampo
untuk turun dari batas atas sampai batas bawah pada viskosmeter adalah 6 menit 61 detik,
sedangkan waktu yang diperlukan KIT hanya 5 menit 9 detik. Lamanya waktu yang
diperlukan oleh shampo untuk mencapai batas bawah viskosmeter menunjukkan bahwa
viskositas shampo hasil percobaan lebih besar daripada KIT.
Pada uji densitas digunakan alat piknometer, massa jenis atau kerapatan zat
merupakan karakteristik mendasar yang dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan
perbandingan massa dan volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui
pengukuran massa dan volumenya. Namun nilai kerapatan tidak bergantung pada massa
zat maupun volumenya, tetapi kerapatan suatu zat tergantung pada jenis zat itu sendiri
(Bayley, 1996).
Mula-mula berat piknometer kosong ditimbang. Lalu dimasukkan 10 ml shampo
kemudian ditimbang kembali, berat shampo hasil percobaan dapat dihitung dengan cara
mengurangkan berat piknometer yang berisi 10 ml shampo di dalamnya dengan berat
piknometer kosong. Setelah itu berat shampo dibagi dengan volumenya, yaitu 10 ml dan
didapatlah densitas dari shampo sebesar 1.0284 gr/ml. Hal yang sama dilakukan pada kit
untuk menguji densitasnya, maka didapatlah densitas KIT sebeasar 1.0363 gr/ml. Setelah
dilakukan pengujian didapatlah bahwa densitas KIT lebih besar dari pada densitas
shampo percobaan. Hal ini disebabkan oleh massa KIT lebih besar daripada massa
shampo percobaan, dimana volume yang digunakan sama yaitu 10 ml. Oleh karena itu,
dengan volume yang sama kit memiliki massa yang lebih besar dibandingkan dengan
sampo percobaaan sehingga densitasnya lebih besar daripada sampo percobaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Shampo yang dihasilkan dalam percobaan ini merupakan sampo yang terbuat
dari surfaktan yaitu LABSNa dan SLS.
2. Densitas shampo yang dihasilkan sebesar 1.0284 gr/ml sedangkan densitas
kit sedikit lebih besar dari densitas shampo yaitu 1.0363 gr/ml, dan tes uji
aplikasi pada kit lebih cepat 7 sekon dari pada tes uji sampo
3. Viskositas shampo atau kekentalan dari shampo sebesar 3.5787 Ns/m 2lebih
besar daripada viskotitas kit yang sebesar 2.6454 Ns/m 2, ini membuktikan
bahwa shampo pasaran lebih cair dari shampo yang dihasilkan.
5.1 Saran
1. Hati – hati dalam mengaduk bahan yang digunakan jangan sampai berbusa
banyak.
2. Pengadukannya juga harus secara perlahan.
DAFTAR PUSTAKA
Hayan,Ibnu.2008.Pengertiansurfaktan.http://www.ibnuhayyan.com/2008/09/10/surfaktan
.28 Maret 2016.