Anda di halaman 1dari 5

Nast : Mazmur 27:1-14

Tujuan :
Main Idea : Sekalipun Pemazmur ditolak oleh manusia dan Allah, tetapi ia tetap
memiliki keyakinan bahwa TUHAN menyambutnya dan ia akan melihat
kebaikan Tuhan.
Robert Frost merupakan salah seorang penyair yang berasal dari Amerika Serikat.

Dalam menciptakan karya-karya yang besar, Frost pernah menuliskan suatu quotes yang

cukup menarik bagi saya. Saya akan bacakan quotes tersebut: “home is the place where,

when you have to go there, they have to take you in (Rumah adalah tempat di mana kamu

harus ke sana, dan mereka harus menerimamu). Berbicara mengenai rumah, maka hal

tersebut bukan hanya dilihat sebagai sebuah bangunan semata. Akan tetapi rumah juga

dilihat sebagai tempat di mana seseorang dapat menemukan perasaan nyaman, aman,

diterima.

Perasaan nyaman, aman, maupun diterima itulah yang seringkali membuat kita

ingin pulang ke rumah meski telah merantau jauh ke negeri orang. 6 tahun kurang lebih

saya merasakan bagaimana hidup merantau dan hidup jauh dari rumah. Sejak masa SMA

saya sudah hidup sendiri di kost. Moment yang paling saya tunggu-tunggu ketika saya kost

ialah hari weekend maupun hari libur, karena pada saat itulah saya dapat pulang ke rumah.

Ketika saya pulang ke rumah merupakan saat-saat yang paling menyenangkan, dimana di

rumah itu ada perasaan nyaman yang sangat berbeda apabila dibandingkan dengan ketika

saya berada di tempat kost. Ketika berada di rumah saya tidak perlu khawatir apa yang

hendak saya makan, di mana di rumah saya tidak perlu merlu merasa kesepian karena ada

keluarga yang menemani, dan saya juga merasa di sanalah tempat di mana saya paling

diterima.
Saudara, rumah yang merupakan tempat dimana kita dapat menemukan perasaan

nyaman, aman, diterima, dilindungi, akan menjadi sangat menyedihkan sekali bukan

apabila di tempat yang kita pikir kita dapat merasa nyaman dan diterima, ternyata

merupakan tempat dimana kita ditolak atau tidak diterima. Rumah yang memberikan rasa

aman malah menjadi tempat menderita.

Dalam Mazmur 27 yang baru saja kita baca juga memperlihatkan kepada kita

bagaimana penderitaan pemazmur atau bagaimana ratapan yang pemazmur rasakan.

Kehadiran lawan yang juga disejajarkan dengan musuh atau seteru yang menyerang

pemazmur dengan tujuan untuk “memakan dagingnya”, inilah yang membuat pemazmur

menyatakan keluh kesahnya. Frasa “memakan daging” tersebut merupakan bahasa figuratif

yang untuk menggambarkan dimana binatang buas yang mengendap-endap dengan penuh

nafsunya untuk menerkam, menelan, menangkap atau meremukkan mangsanya.

Pemazmur menggunakan frasa “memakan daging” tersebut untuk menggambarkan

bagaimana kejahatan yang dilakukan musuhnya yang berusaha untuk “menelan”, untuk

“menerkam,” untuk “meremukkan” kesetiaan pemazmur kepada Tuhan. Pada ayat 12

memperlihatkan kepada kita apa yang sebenarnya dilakukan lawan atau musuh pemazmur

guna untuk meremukkan dan menelan kesetiaan pemazmur kepada Tuhan? Lawannya itu

bersaksi dusta kepada pemazmur, bahkan lawannya ini memperlakukan pemazmur

dengan tindakan-tindakan lalim.

Saudara, lawan pemazmur ini bersaksi dusta dan bertindak lalim. Artinya, lawannya

ini bukan hanya berusaha menghancurkan kesetian pemazmur kepada Tuhan secara verbal

saja, melainkan secara tindakan langsung. Bayangkan, sudah diejek, ditambah dengan
pukulan. Sudah difitnah, ditambah dengan kesakitan. Hati pemazmur sudah disobek

dengan ujaran dusta, ditambah lagi tubuhnya dibuat sakit oleh musuhnya itu.

Tidak hanya itu saudara, keluhan pemazmur semakin mendalam ketika ia melihat

kenyataan bahwa Allah diam saat ia datang berseru kepada-Nya. Bagi pemazmur satu-

satunya tempat baginya untuk datang mengadu, mendapat pertolongan, mendapat

perlindungan dari penderitaan yang diberikan musuhnya ialah dengan datang ke rumah

Tuhan. Dalam ayat 4-5 memperlihatkan kepada kita bahwa satu-satunya tempat yang

paling diinginkan, dirindukan oleh pemazmur di tengah situasi yang menyesakkan dan di

tengah kondisi yang menyakitkan adalah dengan berlari ke rumah Tuhan, kemah Tuhan,

pondok Tuhan, atau bait Allah di Yerusalem.

Akan tetapi saudara, ada kenyataan yang getir yang diungkapkan oleh teks ini.

Ketika pemazmur berlari ke rumah Tuhan, suatu tempat dimana ia berpikir bahwa dirinya

akan mendapatkan pertolongan, dan Tuhan akan mendengar teriaknya mengadu minta

tolong, tetapi pada kenyataannya Tuhan pun menolak pemazmur. Bentuk penolakkan

Tuhan terhadap pemazmur ialah ketika pemazmur berseru kepada Tuhan tetapi Tuhan

diam. Tuhan diam dan tidak menjawab pemazmur. Hal itu terungkap pada ayat 9 yang

menjelaskan bahwa Allah menyembunyikan wajah-Nya kepada pemazmur, sekalipun

pemazmur datang mencari wajah Tuhan di rumah Tuhan. Pemazmur datang ke rumah

Tuhan/ ke pondok Tuhan dalam keadaan penuh ketakutan akibat tindakan musuh,

kemudian dia datang ke rumah Tuhan untuk mengharapkan satu pertolongan, tetapi

harapan tidak sesuai kenyataan, justru Tuhan menolaknya. Penuh sudah penderitaan yang
dialami pemazmur. Di luar rumah mendapatkan sakit, di dalam rumah makin bertambah

sakit. Di sinilah puncak penderitaan pemazmur.

Refleksi: ajak jemaat masuk ke dalam kehidupan pemazmur

Saudara, apabila kita membaca dengan seksama pada bagian Mazmur 27 tersebut

maka nampak dengan jelas dikatakan pada ayat 1 muncul pernyataan yang diungkapkan

pemazmur bahwa dalam keluhannya hatinya tidak menjadi takut ataupun gemetar.

Pernyataan serupa juga kembali diulang dalam ayat 3, dikatakan hatinya tidak menjadi

takut, dan tetap mempercayai Tuhan. Dalam terjemahan bahasa Ibrani dengan jelas

memperlihatkan bahwa ketika pemazmur mengutarakan perasaannya hatinya yang tidak

takut, sama artinya dengan pikiran pemazmur juga tidak menjadi takut.

“Follow your heart, but take your brain with you” merupakan salah satu kalimat

mutiara yang mungkin pernah kita dengar. Ketika kita mendengar kalimat tersebut, kita

diingatkan bahwa “oh... kita boleh saja mengikuti atau mendengarkan apa yang menjadi

suara hati kita, tapi jangan lupa untuk tetap gunakan logikamu.” Saudara, seringkali antara

hati dan logika keduanya sering bertentangan dan menimbulkan dilema bukan? Hati

dengan jelas berkata “Ya” tapi logika mengatakan “tidak”. Tidak mengherankan apabila hal

tersebut kemudian seringkali menimbulkan dilema dalam hati ini.

Ketika pemazmur mengikuti atau mendengar apa yang menjadi kata hatinya, maka

jelas bahwa kata hatinya mengatakan bahwa ia perlu untuk merasa takut ataupun gemetar.

Akan tetapi ketika ia melihat secara kenyataan yang ada, jelas bahwa ia memang sedang

berada dalam penderitaan yang tidak mudah. Pemazmur ditolak oleh manusia, tidak hanya

itu, ia juga ditolak oleh Allah ketika ia datang ke tempat yang dirinya pikir merupakan
tempat yang aman dan nyaman untuk berlindung yaitu di rumah Tuhan. ketika pemazmur

datang dan berlari ke rumah Tuhan, pada kenyataannya Tuhan diam.

Lantas hal yang menarik pada bagian tersebut ialah bagaimana pemazmur dapat

tetap mengikuti apa kata hatinya yang berkata untuk tidak perlu takut dan gemetar

sekalipun kenyataan tampak seolah mustahil. Hanya satu alasan yang memungkinkan

pemazmur dapat tetap mengangkat kepala dengan tegak yaitu dengan percaya kepada

Tuhan. Pemazmur percaya bahwa Tuhan akan menyambut dan menyatakan kebaikkan-

Nya, ketika pemazmur menanti-nantikan Tuhan. Kebaikan Tuhan seperti apa yang

pemazmur maksudkan dalam Mazmur 27 ini? Bentuk dari kebaikan yang Tuhan nyatakan

kepada pemazmur ialah pada saat Tuhan mendengar doanya dan membuat musuhnya

tergelincir jatuh (ayat 2), ketika Tuhan tidak membuang dan meninggalkan pemazmur

(ayat 9), akan menuntun pemazmur di jalan yang rata atau kokoh (ayat. 11) ketika Tuhan

tidak menyerahkan pemazmur kepada keinginan lawan yang berusaha untuk

menghancurkan pemazmur (12).

Terjemahan bahasa Ibrani ketika mengatakan kebaikan Tuhan memiliki pengertian

yang sama dengan Tuhan yang memeluk dan di sanalah menjadi bukti Tuhan yang

menyelamatkan pemazmur. Ketika pemazmur memiliki keyakinan bahwa Tuhan sendiri

yang akan menyambut pemazmur sekalipun pemazmur ditolak oleh manusia dan juga

ditolak oleh Allah, membuat pemazmur tetap memiliki keyakinan kepada Allah dan tetap

membawa korban syukur kepada Tuhan dalam bait Allah, pemazmur bernyanyi dan

bermazmur bagi Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai