Tujuan :
Main Idea : Sekalipun Pemazmur ditolak oleh manusia dan Allah, tetapi ia tetap
memiliki keyakinan bahwa TUHAN menyambutnya dan ia akan melihat
kebaikan Tuhan.
Robert Frost merupakan salah seorang penyair yang berasal dari Amerika Serikat.
Dalam menciptakan karya-karya yang besar, Frost pernah menuliskan suatu quotes yang
cukup menarik bagi saya. Saya akan bacakan quotes tersebut: “home is the place where,
when you have to go there, they have to take you in (Rumah adalah tempat di mana kamu
harus ke sana, dan mereka harus menerimamu). Berbicara mengenai rumah, maka hal
tersebut bukan hanya dilihat sebagai sebuah bangunan semata. Akan tetapi rumah juga
dilihat sebagai tempat di mana seseorang dapat menemukan perasaan nyaman, aman,
diterima.
Perasaan nyaman, aman, maupun diterima itulah yang seringkali membuat kita
ingin pulang ke rumah meski telah merantau jauh ke negeri orang. 6 tahun kurang lebih
saya merasakan bagaimana hidup merantau dan hidup jauh dari rumah. Sejak masa SMA
saya sudah hidup sendiri di kost. Moment yang paling saya tunggu-tunggu ketika saya kost
ialah hari weekend maupun hari libur, karena pada saat itulah saya dapat pulang ke rumah.
Ketika saya pulang ke rumah merupakan saat-saat yang paling menyenangkan, dimana di
rumah itu ada perasaan nyaman yang sangat berbeda apabila dibandingkan dengan ketika
saya berada di tempat kost. Ketika berada di rumah saya tidak perlu khawatir apa yang
hendak saya makan, di mana di rumah saya tidak perlu merlu merasa kesepian karena ada
keluarga yang menemani, dan saya juga merasa di sanalah tempat di mana saya paling
diterima.
Saudara, rumah yang merupakan tempat dimana kita dapat menemukan perasaan
nyaman, aman, diterima, dilindungi, akan menjadi sangat menyedihkan sekali bukan
apabila di tempat yang kita pikir kita dapat merasa nyaman dan diterima, ternyata
merupakan tempat dimana kita ditolak atau tidak diterima. Rumah yang memberikan rasa
Dalam Mazmur 27 yang baru saja kita baca juga memperlihatkan kepada kita
Kehadiran lawan yang juga disejajarkan dengan musuh atau seteru yang menyerang
pemazmur dengan tujuan untuk “memakan dagingnya”, inilah yang membuat pemazmur
menyatakan keluh kesahnya. Frasa “memakan daging” tersebut merupakan bahasa figuratif
yang untuk menggambarkan dimana binatang buas yang mengendap-endap dengan penuh
bagaimana kejahatan yang dilakukan musuhnya yang berusaha untuk “menelan”, untuk
memperlihatkan kepada kita apa yang sebenarnya dilakukan lawan atau musuh pemazmur
guna untuk meremukkan dan menelan kesetiaan pemazmur kepada Tuhan? Lawannya itu
Saudara, lawan pemazmur ini bersaksi dusta dan bertindak lalim. Artinya, lawannya
ini bukan hanya berusaha menghancurkan kesetian pemazmur kepada Tuhan secara verbal
saja, melainkan secara tindakan langsung. Bayangkan, sudah diejek, ditambah dengan
pukulan. Sudah difitnah, ditambah dengan kesakitan. Hati pemazmur sudah disobek
dengan ujaran dusta, ditambah lagi tubuhnya dibuat sakit oleh musuhnya itu.
Tidak hanya itu saudara, keluhan pemazmur semakin mendalam ketika ia melihat
kenyataan bahwa Allah diam saat ia datang berseru kepada-Nya. Bagi pemazmur satu-
perlindungan dari penderitaan yang diberikan musuhnya ialah dengan datang ke rumah
Tuhan. Dalam ayat 4-5 memperlihatkan kepada kita bahwa satu-satunya tempat yang
paling diinginkan, dirindukan oleh pemazmur di tengah situasi yang menyesakkan dan di
tengah kondisi yang menyakitkan adalah dengan berlari ke rumah Tuhan, kemah Tuhan,
Akan tetapi saudara, ada kenyataan yang getir yang diungkapkan oleh teks ini.
Ketika pemazmur berlari ke rumah Tuhan, suatu tempat dimana ia berpikir bahwa dirinya
akan mendapatkan pertolongan, dan Tuhan akan mendengar teriaknya mengadu minta
tolong, tetapi pada kenyataannya Tuhan pun menolak pemazmur. Bentuk penolakkan
Tuhan terhadap pemazmur ialah ketika pemazmur berseru kepada Tuhan tetapi Tuhan
diam. Tuhan diam dan tidak menjawab pemazmur. Hal itu terungkap pada ayat 9 yang
pemazmur datang mencari wajah Tuhan di rumah Tuhan. Pemazmur datang ke rumah
Tuhan/ ke pondok Tuhan dalam keadaan penuh ketakutan akibat tindakan musuh,
kemudian dia datang ke rumah Tuhan untuk mengharapkan satu pertolongan, tetapi
harapan tidak sesuai kenyataan, justru Tuhan menolaknya. Penuh sudah penderitaan yang
dialami pemazmur. Di luar rumah mendapatkan sakit, di dalam rumah makin bertambah
Saudara, apabila kita membaca dengan seksama pada bagian Mazmur 27 tersebut
maka nampak dengan jelas dikatakan pada ayat 1 muncul pernyataan yang diungkapkan
pemazmur bahwa dalam keluhannya hatinya tidak menjadi takut ataupun gemetar.
Pernyataan serupa juga kembali diulang dalam ayat 3, dikatakan hatinya tidak menjadi
takut, dan tetap mempercayai Tuhan. Dalam terjemahan bahasa Ibrani dengan jelas
takut, sama artinya dengan pikiran pemazmur juga tidak menjadi takut.
“Follow your heart, but take your brain with you” merupakan salah satu kalimat
mutiara yang mungkin pernah kita dengar. Ketika kita mendengar kalimat tersebut, kita
diingatkan bahwa “oh... kita boleh saja mengikuti atau mendengarkan apa yang menjadi
suara hati kita, tapi jangan lupa untuk tetap gunakan logikamu.” Saudara, seringkali antara
hati dan logika keduanya sering bertentangan dan menimbulkan dilema bukan? Hati
dengan jelas berkata “Ya” tapi logika mengatakan “tidak”. Tidak mengherankan apabila hal
Ketika pemazmur mengikuti atau mendengar apa yang menjadi kata hatinya, maka
jelas bahwa kata hatinya mengatakan bahwa ia perlu untuk merasa takut ataupun gemetar.
Akan tetapi ketika ia melihat secara kenyataan yang ada, jelas bahwa ia memang sedang
berada dalam penderitaan yang tidak mudah. Pemazmur ditolak oleh manusia, tidak hanya
itu, ia juga ditolak oleh Allah ketika ia datang ke tempat yang dirinya pikir merupakan
tempat yang aman dan nyaman untuk berlindung yaitu di rumah Tuhan. ketika pemazmur
Lantas hal yang menarik pada bagian tersebut ialah bagaimana pemazmur dapat
tetap mengikuti apa kata hatinya yang berkata untuk tidak perlu takut dan gemetar
sekalipun kenyataan tampak seolah mustahil. Hanya satu alasan yang memungkinkan
pemazmur dapat tetap mengangkat kepala dengan tegak yaitu dengan percaya kepada
Tuhan. Pemazmur percaya bahwa Tuhan akan menyambut dan menyatakan kebaikkan-
Nya, ketika pemazmur menanti-nantikan Tuhan. Kebaikan Tuhan seperti apa yang
pemazmur maksudkan dalam Mazmur 27 ini? Bentuk dari kebaikan yang Tuhan nyatakan
kepada pemazmur ialah pada saat Tuhan mendengar doanya dan membuat musuhnya
tergelincir jatuh (ayat 2), ketika Tuhan tidak membuang dan meninggalkan pemazmur
(ayat 9), akan menuntun pemazmur di jalan yang rata atau kokoh (ayat. 11) ketika Tuhan
yang sama dengan Tuhan yang memeluk dan di sanalah menjadi bukti Tuhan yang
yang akan menyambut pemazmur sekalipun pemazmur ditolak oleh manusia dan juga
ditolak oleh Allah, membuat pemazmur tetap memiliki keyakinan kepada Allah dan tetap
membawa korban syukur kepada Tuhan dalam bait Allah, pemazmur bernyanyi dan