Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

A. DEFENISI
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang terdapat pada anak dan
remaja atau orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang
biasanya memburuk setelah 2 hari pertama (Arif Mansjour dkk, 2016).
Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue hemorrhagic fever (DHF)
merupakan penyakit demam akut (acute febrile illness) akibat infeksi virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes
albopictus (Martina BEE dalam I Wayan A. P, 2017)

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit DBD ini adalah “Virus Dengue” termasuk group B
Arthropodborn Virus (Arbovirusses) dan sekarang dikenal sebagai genus
flavinus, family flaviridiae dan mempunyai 4 serotype, yaitu: DEN I, DEN II,
DEN III, dan DEN IV. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan
antibody seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotype yang lain.
Cara penularan:
Terdapat 3 faktor yang berperan pada penularan infeksi dengue, yaitu:
1. Virus dengue
2. Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
3. Manusia
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes albopictus, Aedes polynesiensis
dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun
merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung virus
dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian
virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari
(extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia
pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di
dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya
(infektif). Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4–6 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul.
C. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan membedakan
demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diabetes hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada
penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai
akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak
dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai
hematokrit. Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam
berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar
menganut "the secondary heterologous infection hypothesis" yang mengatakan
bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka
waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun.
Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang
penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons antibodi
anamnestik yang akan terjardi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan
transformasi limfosit imun dengan menghasilkan antibodi IgG anti dengue titer
tinggi. Replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapatnya virus dalam
jumlah yang banyak. Hal-hal ini semuanya akan mengakibatkan terbentuknya
kompleks antigen antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem
komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat antivasi C3 dan C5 menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah. Pada penderita renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24-
48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Sebab lain dari kematian pada
DBD ialah perdarahan saluran pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah
renjatan berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia merupakan
kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai
trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada
masa renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen
dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan penyakit.
Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab perdarahan
pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V,
VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang
terbukti terganggu, juga oleh aktifasi sistem koagulasi.
D. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi dari dengue antara 3-15 hari namun rata-rata 5-7 hari.
Tanda dini infeksi dengue, adalah:
1. Demam tinggi
2. Facial flushing
3. Tidak ada tanda-tanda ISPA
4. Tidak tampak fokal infeksi
5. Uji tourniket positif
6. Trombositopenia
7. Hematokrit meningkat
Indikator fase syok:
1. Hari sakit ke 4-5
2. Suhu turun
3. Nadi cepat tanpa demam
4. Tekanan darah turun/hipotensi
5. Leukopenia (< 5000/mm3)

WHO memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis demam


berdarah secara dini disamping menentukan derajat beratnya penyakit
1. Klinis :
 Demam mendadak tinggi
 Perdarahan (termasuk uji rumpelleede +) seperti: petechie, epistaksis,
hematemesis dan melena
 Hepatomegali
 Syok: nadi kecil dan cepat dengan tekanan darah turun atau hipotensi
disertai gelisah dan akral dingin

2. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue:


 Derajat I (Ringan): terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai
gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan ringan: uji Touniket
 Derajat II : ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan
lain.
 Derajat III: ditemukan tanda-tanda dini renjatan
 Derajat IV: termasuk DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tidak
terukur.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemakonsentrasi
Laboratorium:
 Trombositopenia (< 100.000/mm3)
 Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)
2. Urine, mungkin ditemukan albuminnya ringan
3. Uji Serologi memakai serum ganda yaitu:serum diambil pada masa akut dan
konvalesen yaitu uji peningkatan komplemen (PK), uji netralisasi (MT), dan
uji dengue Blok. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi (antidengue) minimal
4x
4. Isolasi virus, yang diperiksa adalah darah Klien

F. KOMPLIKASI
Jika renjatan dan hipovolemia berlangsung lama, maka akan timbul:
 Anoksia jaringan
 Metabolik asidosis
 Kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.

G. PENATALAKSANAAN / TERAPI
Pada dasarnya penatalaksanaan DBD bersifat supportif yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan
sebagai akibat perdarahan. Untuk merawat Klien DBD dengan baik, diperlukan
dokter dan perawat yang terampil, sarana laboratorium yang memadai, serta bank
darah yang senantiasa siap jika diperlukan. (Demam Berdarah Dengue, FK, UI.
Hal. 104).

Menurut WHO:
 DBD derajat I
o Minm banyak (1,5-2 liter perhari)
o Kompres hangat
o Jika klien muntah-muntah infus RL / Asering.
 DBD derajat II
o Minum banyak (1,5-2 liter perhari)
o Infus RL / Asering
 DBD derajat III
o Infus RL /Asering 20 ml atau 20 cc/kg/BB/jam
 DBD derajat IV
o Infus RL / Asering tetapi diguyur atau dicor terlebih dahulu sampai nadi
teraba dan tekanan darah sudah mulai terukur
o Bila ada panas atau demam berikan kompres hangat dan paracetamol
o Bila ada perdarahan, tes Hb, jika Hb < 10 berikan PRC(Pack Red
Cell/Eritrosit) sampai Hb lebih dari 10.
o Bila terdapat infeksi sekunder atau renjatan yang berulang-ulang berikan
antibiotik
o Bila terjadi kesadaran menurun dengan kejang-kejang berikan
dexamethasone

H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual muntah,
anoreksia, nyeri uluhati dan nyeri sendi
Tanda-tanda renjatan: nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan
lembab, trauma pada ekstermitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan viremia
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia
d. Hipovolemi berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma
3. Intervensi
a. Hipertermi
3. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia (I.15506):
keperawatan selama 3x 8 jam maka 1. Monitor suhu tubuh
termoregulasi membaik dengan 2. Monitor haluaran urine
kriteria hasil: 3. Berikan cairan oral
Termoregulasi (L.14134): 4. Lakukan pendinginan
1. Kulit pucat menurun eksternal (kompres dingin)
2. Suhu tubuh membaik 5. Anjurkan tirah baring
3. Tekanan darah membaik 6. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena
1. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Marrelli, 2018).
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
a. Nyeri akut teratasi
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Hipertermia teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Corwm, Elizabeth J,2017, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U. Pendit...(et.
Al.) ; Editor Endah P, Jakarta : EGC

Mansjoer A., dkk, 2015, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius.
Price, Sylvia Anderson, 2016, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses Penyakit.; alih
bahasa, Brahm U. Pendit…(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017). Defenisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2019). Defenisi dan kriteria hasil. Edisi 1.
Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2019). Defenisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
TM. Marrelli. 2018. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

b. Nyeri akut
Tujuan: kemampuan mengontrol nyeri meningkat
Kriteria hasil:
Kontrol nyeri (L.08063):
a. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat
b. Kemampuan mengunakan teknik nonfarmakologi meningkat
c. Keluhan nyeri menurun

Manajemen nyeri (I.08238):


1. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
2. identifikasi respon nyeri non verbal
3. identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
4. berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
5. ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
6. kolaborasi pemberian analgesik jika perlu
Manajemen nutrisi (I.03119):
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
6. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
7. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalnya pereda nyeri, antiemetik)

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi


1) Menunjukkan peningkatan / mempertahankan berat badan dengan
nilai laboratorium normal
2) Tidak menunjukkan tanda mal nutrisi
3) Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
- Intervensi:
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
2) Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
3) Timbang berat badan setiap hari
4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
5) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala
lain yang berhubungan
6) Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet Kolaborasi
7) pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
8) Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat sesuai
indikasi
d. Hipovolemi
DAFTAR PUSTAKA

1. Christanti Effendy, 1995. Perawatan Pasien DHF. Penerbit buku Kedokteran


EGC, Jakarta

2. Doenges Marylinn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, penerbit
buku Kedokteran EGC, Jakarta.

3. H.M. Sjaeffollah Noer, dkk., 1996. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ketiga,
balai penerbit FKUI, Jakarta.

4. Sri Reseki H. Hadinegoro, dkk., 1999. Demam Berdarah Dengue Naskah


Lengkap. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. M
DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI “DBD/DHF”
DIRUANG TRIAGE RSUP SANGLAH DENPASAR
Tgl. 09 – 11 Mei 2006

I. Pengkajian
Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama : Tn M
2. Umur : 24 tahun
3. JK : Laki-laki
4. Alamat : Jl. Gunung Maliawan
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Status : belum menikah
8. Tgl. Masuk : 09 Mei 2006
9. Tgl. Pengkajian : 09 Mei 2006
10. Diagnosa Medik : DHF
B. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Ny. A
2. Umur : 40 tahun
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. Hubungan dgn Klien : Ibu klien

II. Keluhan Utama


Klien mengatakan badannya panas
III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kluhan Utama
Klien demam selama 3 hari sebelum MRS (tgl 06 Mei 2006). Demam disertai
dengan sakit kepala, mual dan muntah. Kemudian demamnya turun setelah
berobat ke bidan. Demam timbul kembali 1 hari yang lalu (tgl 08 Mei 2006),
dimana demamnya tidak terus menerus (naik-turun). Karna keluarga klien
sudah tidak dapat menangani maka klien dibawa ke RSUP Sanglah Denpasar
untuk berobat. Nyeri tenggorokan (-), batuk pilek (-), perdarahan langsung (-),
RL (+), mual dan muntah 3x selama klien masuk RS. Hal yang memperberat
keluhan jika klien banyak beraktifitas dan hal yang memperingan jika klien
beristrahat dan minum obat.
b. Riwayat Keluhan Masa Lalu
Klien mengatakan pernah menderita influenza, klien mengatakan tidak pernah
menderita penyakit yang sama sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi pada
obat-obatan, klien tidak pernah masuk RS sebelumnya, dan klien tidak pernah
dioperasi.
IV. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien lemah, ekspresi wajah tegang
b. TTV
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 100 x/m
 Pernapasan : 28 x/m
 Suhu : 38 C

c. Sistem Pernapasan
Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
sekret, tidak menggunakan alat bantu pernapasan, dan tidak ada bunyi nafas
tambahan
d. Sistem Kardiovaskuler
Konjunctiva tidak anemis, bibir kering dan pecah-pecah, denyut nadi kuat,
tidak ada perdarahan
e. Sistem Pencernaan
Sklera tidak ikterus, bibir kering, tidak ada stomatitis, kemampuan menelan
baik, mual dan muntah 3x selama klien masuk RS.
f. Sistem Indera
Mata : bola mata simetris kiri dan kanan, grakan bola mata kesegala arah,
dan ketajaman penglihatan baik
Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak polip dan epistaksis, fungsi penciuman
baik
Telinga : daun telinga simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik, tidak
massa dan nyeri
g. Sistem saraf
Fungsi serebral : orientasi baik, klien mampu mengenal waktu, tempat, dan
orang. Mampu mengingat kejadian yang lalu dan mampu berbahasa dengan
kata-kata yang jelas dengan kesadaran komposmentis
Fungsi Cranial :
Nervus I (olfaktorius) : fungsi penciuman baik, mampu membedakan bau
Nervus II (optikus) : fungsi penglihatan baik, mampu melihat objek
Nervus III, IV, VI (okulomotorius, trakhealis, abdusen) : klien dapat
menggerakkan bola matanya kekiri dan kekanan refleks pupil + (isokor)
Nervus V (Trigeminus): Klien dapat merasakan dan membedakan sensasi
panas dan dingin
Nervus VII ( Facialis) : klien dapat merasakan sensasi pada wajah
Nervus VIII (Acustikus) : fungsi pendengaran baik yaitu mampu mendengar
dan menoleh jika dipanggil matanya
Nervus IX (Galssofaringeus) : fungsi pengecapan baik yaitu dapat
membedakan rasa manis, pahit, asam dan asin
Nervus X (Vagus) : kemampuan menelan baik
Nervus XI (Acesorius) : mampu menoleh dan menahan tahanan
Nervus XII (Hipoglosus) : Klien dapat menjulurkan lidahnya
h. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala mesocephal, klien dapat menggerakkan kepala kekiri dan
kanan, tidak ada pembengkakan pada kaki dan lutut tidak kaku
i. Sistem Integumen
Tubuh klien teraba demam, bibir klien kering dan pecah-pecah, rambut hitam,
tidak mudah rontok, kulit warna sawo matang dan kulit kepala bersih
j. Sistem endokrin
Tidak adanya pembesaran kelenjar tyroid.
k. Sistem Perkemihan
Klien tidak mengalami poliuri, nokturia dan disuri, tidak terpasang kateter.
l. Sistem Imunitas
Klien tidak allergi dengan makanan dan obat-obatan
m. Status Neurologi
1. Tingkat kesadaran “Composmentis” (GCS : 15)
E4 : membuka mata
M6 : mengikuti perintah
V5 : orientasi baik
2. Koordinasi klien baik, tidak terjadi gangguan keseimbangan
3. Memory klien baik, klien mampu mengingat kejadian-kejadian masa
lampau
4. Orientasi baik, klien dapat membedakan orang, tempat dan waktu
5. Tidak terjadi gangguan sensasi, klien dapat membedakan suhu panas dan
dingin
V. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal 09 Mei 2006 Hasil Laboratorium:
Normal
 WBC : 6.2 103 /ul 4,5 – 11,0
 RBC : 4,85 m/ul 4,60 – 6,20
 HGB : 12,0 13,5 – 18,0
 HCT : 49,1 % 4,00 – 54,0
 RDW : 15,2 % 11,5 – 14,3
 PLT : 138 k/ul 150 – 450 103/ul

Pemeriksaan Rontgen : Tgl 09 Mei 2006


Kesan : Tidak tampak adanya efusi pleura

Uji tourniket (+) Tgl 09 Mei 2006


Terdapat Petechie > 20 disekitar lengan kanan yang diuji

VI. Pengobatan dan Perawatan


a. Pengobatan
 IVFD RL 28 tts/i
 Paracetamol 3x1 tabl.
 Cefotaxim 3x1 tabl.

b. Perawatan
 Memberikan kompres hangat
 Menganjurkan Klien banyak minum
 Observasi TTV
 Membantu Klien minum obat paracetamol dan cefotaxim masing-masing
1 tabl.
VI. Data Fokus

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Klien mengatakan badannya panas - Tubuh klien teraba demam
- Klien mengatakan mual disertai - Uji RL (+)
muntah sebanyak 3 x selama klien - Terdapat Petechie pada lengan kanan
masuk RS - Klien nampak lemah
- Klien mengatakan sering haus - Ekspresi wajah tegang
- Klien mengatakan bibirnya terasa - Bibir klien kering dan pecah-pecah
kering - Klien mual dan muntah
- Klien mengatakan tidak mengerti akan - Tanda-tanda vital :
penyakitnya  Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 100 x/m
 Pernapasan : 28 x/m
 Suhu : 38 C
- Pemeriksaan Laboratorium:
 HGB : 12,0
 HCT : 49,1 %
 PLT : 138 k/ul

VII. Analisa Data


Nama : Tn. M
Umur : 24 tahun

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Invasi Virus Dengue melalui Peningkatan Suhu Tubuh
- Klien mengatakan badannya panas gigitan nyamuk Aedes
- Klien mengatakan bibirnya terasa Aegypti
kering
- Klien mengatakan sering haus
Merangsang sel-sel monosit,
eusinofil, neutrofil, dan
DO : makrofag untuk mengeluarkan
- Tanda-tanda vital : zat-zat pirogen-endogen
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 100 x/m
 Pernapasan : 28 x/m Impuls disampaikan ke
 Suhu : 38 C hipothalamus bagian
- Tubuh klien teraba demam thermoregulator
- RL (+)
- Bibir klien kering dan pecah-pecah
- Pemeriksaan Laboratorium: Metabolisme tubuh meningkat
 HGB : 12,0
 HCT : 49,1 %
 PLT : 138 k/ul Hypertermi

2. DS: Kebocoran plasma Risiko terjadinya


- kekurangan volume cairan
DO:
- Tubuh klien teraba demam Permeabilitas kapiler
- Klien nampak lemah meningkat
- Klien mual dan muntah
- Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah : 120/80 mmHg Timbul panas sebagai
 Nadi : 100 x/m kompensasi tubuh akan terjadi
 Pernapasan : 28 x/m evaporasi; penguapan air
 Suhu : 38 C

Risiko terjadi kekurangan


volume cairan

3. DS: Perubahan status kesehatan Kecemasan


- Klien mengatakan tidak mengerti
akan penyakitnya
Kurangnya pengetahuan dan
DO: informasi tentang penyakitnya
- Ekspresi wajah tegang
- Tanda-tanda vital:
 Tekanan darah : 120/80 mmHg Stressor bagi klien
 Nadi : 100 x/m
 Pernapasan : 28 x/m
 Suhu : 38 C Cemas

VIII. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tgl. Ditemukan Tgl Teratasi
1. Peningkatan suhu tubuh b/d viremia 09 Mei 2006
DS:
- Klien mengatakan badannya
panas
- Klien mengatakan bibirnya terasa
kering
- Klien mengatakan sering haus
DO :
- Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah : 120/80
mmHg
 Nadi : 100 x/m
 Pernapasan : 28 x/m
 Suhu : 38 C
- Tubuh klien teraba demam
- RL (+)
- Bibir klien kering dan pecah-
pecah
- Pemeriksaan Laboratorium:
 HGB : 12,0
 HCT : 49,1 %
 PLT : 138 k/ul

2. Risiko terjadinya kekurangan 09 Mei 2006


volume cairan b/d peningkatan
permeabilitas dinding plasma
DS:
-
DO:
- Tubuh klien teraba demam
- Klien nampak lemah
- Klien mual dan muntah
- Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah :120/80
mmHg
 Nadi : 100 x/m
 Pernapasan : 28 x/m
 Suhu : 38 C

3. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan 09 Mei 2006


tubuh b/d intake nutrisi yang tidak
adekuat
DS:
- Klien mengatakan tidak mengerti
akan penyakitnya
DO:
- Ekspresi wajah tegang
- Tanda-tanda vital:
 Tekanan darah : 120/80
mmHg
 Nadi : 100 x/m
 Pernapasan : 28 x/m
 Suhu : 38 C
IX. Rencana Tindakan

NDX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Klien akan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui perkebangan
menunjukkan kesehatan
demamnya teratasi,
dengan kriteria: 2. Berikan kompres hangat 2. akan terjadi vasodilatasi yang
 Suhu tubuh normal dapat menurunkan suhu tubuh
(36-37 C)
 TD dalam batas 3. Anjurkan klien untuk 3. Menghindari terjadinya
normal (110/90– banyak minum dehidrasi akibat metabolisme
130/90 mmhg) tubuh meningkat
 Ht normal (40-54 %)
 Trombosit normal 4. Anjurkan klien banyak 4. Memantau menurunkan demam
(100.000- istirahat
400.000/mm3
5. Kolaborasi pemberian 5. Membantu menurunkan demam
obat antipiretik dan dan infeksi
antibiotik
Gangguan
keseimbangan cairan
dan elekrolit teratasi
2. 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
dengan kriteria :
perkembangan kesehatan dan
 Klien tidak mual
menentukan intervensi
muntah
selanjutnya
 Mulut dan bibir
lembab
2. Anjurkan klien untuk 2. Mencegah dehidrasi
 Turgor kulit baik
banyak minum

3. Observasi intake dan 3. untuk mengetahui pemasukan


out put dan pengeluaran cairan lebih
dini sehingga dapat dilakukan
intervensi segera untuk
mencegah syok

4. Kolaborasi pemberian 4. Untuk memenuhi kebutuhan


cairan infus cairan sehingga terjadi
dehidrasi

5. Kolaborasi pemeriksaan 5. Mengetahui perkembangan


Kebutuhan nutrisi laboratorium. kesehatan klien
terpenuhi dengan
kriteria :
3.  Klien tidak mual 1. Anjurkan klien untuk 1. membantu memenuhi
muntah makan sedikit tapi kebutuhan nutrisi
 Porsi makan sering
dihabiskan
 Klien tidak lemah 2. Hindari makanan yang 2. agar tidak merangsang
 Nafsu makan merangsang mual peningkatan asam lambung
meningkat muntah yang dapat menyebabkan mual
muntah

3. Sajikan makanan dalam 3. Merangsang nafsu makan klien


keadaan hangat dan
bervariasi

4. Kontrol makanan pasien 4. Mengawasi pemenuhan klien


sesuai diet

5. kolaborasi pemberian 5. mencegah mual muntah


obat antiemetik
X. Catatan Tindakan

NDx Jam N.In Tindakan Keperawatan Dan Hasil


1. 07.30 1. - Mengobservasi tanda vital dengan hasil :
TD : 110/80 mmHg
N : 100 x/mnt
S : 38,5 o C
P : 25x/mnt
07.35 2. - Menganjurkan pasien untuk banyak minum dengan hasil klien mau mium
07.40 3. sedikit
07.45 4. - menganjurkan klien untuk banyak istirahat
- Penatalaksanaan pemberian paracetamol 500 mg dan amoxcillin 500mg
2. 08.00 1. - Mengobservasi tanda vital dengan hasil :
TD : 110/80 mmHg
N : 100 x/mnt
S : 38,5 o C
P : 25x/mnt
08.05 2. - Menganjurkan klien untuk banyak minum
08.10 4. - Pemberian cairan infis RL 30 tts/mnt
5. - Pengambilan darah untuk pemeriksaan lab.
3. 10.00 1. - Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dengan hasil klien tidak mau
10.20 2 makan
- Menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang merangsang mual
5 seperti makanan yang kecut atau asam
- Penatalaksanaan pemberian obat antiemetik

XI. Catatan Perkembangan


HARI/TGL NO. DX JAM EVALUASI/SOAP
Selasa, 1. 10.00 S : Klien mengatakan badannya masih panas
09/05/06 O : badan lien masih teraba panas, suhu 37,5 0C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
1. Observasi TTV
2. Berikan kompres hangat
3. Anjurkan klien untuk banyak minum
4. Anjurkan klien banyak istirahat
5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik dan antibiotik

2 10.15 S : Klien mengatakan malas minum


O : bibir klien nampak kering,nampak terpasang cairan RL 30 tts/mnt
A : masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
1. Observasi TTV
2. Anjurkan klien untuk banyak minum
3. Observasi intake dan out put
4. Kolaborasi pemberian cairan infus
5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.

3. 10.20 S : klien mengatakan tidak ada nafsu makan


O : klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
1. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
2. Hindari makanan yang merangsang mual muntah
3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
4. Kontrol makanan pasien sesuai diet
5. kolaborasi pemberian obat antiemetik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN GANGGUAN


SISTEM HEMATOLOGI “DEMAM BERDARAH DENGUE”
DIRUANG TRIAGE RSUP SANGLAH DENPASAR
TANGGAL 09 – 11 MEI 2006

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR
2006

Anda mungkin juga menyukai