Anda di halaman 1dari 5

Green roof atau atap hijau merupakan contoh implementasi konsep arsitektur

hijau yang berguna untuk mengatasi masalah lingkungan. Tak dapat dipungkiri, masalah
lingkungan seperti banjir dan polusi udara semakin buruk dari hari ke hari terutama di
daerah perkotaan. Masalah di atas tambah mendesak, karena tak ada lagi lahan untuk
membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH), padahal RTH sangat diperlukan untuk
mengurangi polusi udara. Ketiadaan lahan untuk membangun RTH membuat green roof
ramai diperbincangkan oleh berbagai ahli, mulai dari ahli lingkungan, arsitek, hingga
perusahaan pengembang. Kendati demikian, masih banyak masyarakat Indonesia yang
asing dengan istilah green roof dan mereka bertanya-tanya apa itu green roof?

Apa Itu Green Roof?

Istilah green roof memang enggak begitu populer di telinga masyarakat


Indonesia, bahkan penghuni kawasan urban pun banyak yang belum mengetahuinya.
Padahal teknologi green roof sudah dikembangkan sejak lama, yaitu pada 1980 di
Jerman, kemudian menyebar ke seluruh penjuru Eropa seperti Swiss, Austria, Belanda,
Inggris, Italia dan lain-lain. Sebagai negara pelopor, Jerman memiliki bangunan yang
beratapkan green roof dalam jumlah besar, bahkan mencapai 10% dari semua bangunan
di sana. Sementara Swiss baru serius mengembangkan green roof pada 1990. Sedangkan
Austria tak jauh berbeda dengan Jerman, karena memiliki banyak proyek green roof
sejak 1983.

Secara harfiah green roof dapat diartikan sebagai konstruksi atap bangunan yang
sebagian dan atau seluruh permukaannya dilapisi oleh vegetasi tanaman. Implementasi
arsitektur hijau yang satu ini dapat diaplikasikan di berbagai bangunan, mulai dari
gedung perkantoran, fasilitas sosial, pusat perbelanjaan, apartemen hingga rumah.
Pembangunan green roof sendiri bertujuan untuk meminimalisir dampak global
warming terhadap lingkungan alam dan manusia. Nah, supaya pemahaman Anda
tentang green roof semakin memadai, mari simak ulasan tentang jenis-jenis green roof di
bawah ini.

JENIS-JENIS GREEN ROOF

Ada tiga jenis green roof yang dikembangkan hingga saat ini, yaitu extensive green roof,
semi intensive green roof dan intensive green roof. Ketiga jenis green roof di atas
dikategorikan berdasarkan kedalaman media tanam dan intensitas perawatan, berikut
penjelasan detailnya.

Extensive Green Roof

Jika ingin memiliki green roof, tetapi tak punya banyak waktu untuk merawatnya,
maka extensive green roof cocok untuk Anda. Pada green roof jenis ini media tanam yang
digunakan adalah tanah semi subur yang biasa digunakan untuk menanam rumput.
Namun sayangnya, green roof jenis ini enggak bisa memfasilitasi aktivitas manusia di
atasnya, karena lapisannya sangat tipis. Extensive green roof hanya memiliki kedalaman
media tanam sekitar 15 cm dan satu jenis vegetasi tanaman seperti rumput sedum.
Rumput sedum sendiri merupakan vegetasi tanaman hias yang bisa tumbuh di tanah
kering dan berbatu, serta tak akan mati meskipun diterpa panas dan hujan. Extensive
green roof sangat cocok diterapkan pada bangunan rumah tinggal.

Semi Intensive Green Roof

Semi intensive green roof memiliki kedalaman media tanam yang lebih tebal
apabila dibandingkan dengan extensive green roof. Oleh karena itu, jenis green roof yang
satu ini mampu menampung berbagai jenis vegetasi  tanaman dan lebih fleksibel untuk
dekorasi. Mengingat kemampuanya seperti yang disebutkan di atas, maka semi intensive
green roof memerlukan struktur atap bangunan yang lebih kuat.
Intensive Green Roof

Jenis green roof selanjutnya adalah intensive green roof yang memerlukan media
tanam lebih tebal lagi dari extensive dan semi intensive green roof. Kedalaman media
tanam yang diperlukan untuk intensive green roof, yaitu lebih dari 20 cm dan media
tanamnya menggunakan tanah yang subur. Tanah yang subur tersebut diperlukan untuk
menanam berbagai jenis vegetasi tanaman yang jumlahnya bisa sangat banyak. Adapun
contoh vegetasi tanaman yang sering ditanam di intensive green roof adalah rumput,
semak belukar, petak bunga dan pepohonan. Perancangan intensive green roof dapat
diaplikasikan pada bangunan yang memiliki luas atap besar sehingga bisa dibangun
taman dan sistem pengairan. Intensive green roof tentunya perlu yang sangat intensif.

Lapisan Green Roof

Green roof tak hanya bermanfaat untuk meminimalisir dampak global warming, tetapi
juga bisa Secara umum konstruksi green roof terdiri dari beberapa lapisan atau layer
yang terdiri dari dak beton hingga vegetasi tanaman.

Berikut detail lapisan green roof.

Dak Beton

Pada dasarnya dak beton sama dengan plat lantai yang terbuat dari coran beton
sehingga lebih kuat dipijak dan mampu menahan beban dinamis. Oleh sebab itu, dak
beton yang kuat memiliki berbagai fungsi selain sebagai pelindung, yaitu sebagai tempat
didirikannya green roof.

Waterproof Membrane

Selanjutnya seluruh permukaan atap dak beton harus dilapisi oleh waterproof
membrane agar ruangan di bawahnya tak terkena rembesan air. Lapisan ini sangat
menentukan keberhasilan pembangunan green roof, karena seringkali air hujan
merembes dan membuatnya gagal.

Lapisan Drainase

Lapisan ini berguna sebagai tempat bergeraknya aliran air yang berasal dari air
penyiraman dan atau air hujan menuju pembuangan. Air tidak akan tergenang di atap
dengan adanya lapisan drainase, bahan untuk membuatnya yaitu lapisan kerikil dan batu
apung.

Filter

Saat air disalurkan menuju pembuangan maka harus melalui filter, lapisan ini harus
memiliki sistem penyaringan yang kuat meskipun tipis. Filter harus mampu menahan
tanah, kerikil, atau batuan agar tak ikut tersaring, bahan yang dapat digunakan
diantaranya polyester ataupun polypropylene.
Media Tanam

Media tanam yang digunakan biasanya tanah liat atau pasir yang ditambahkan dengan
humus atau lapisan tanah yang paling atas. Media tanam tersebut dipilih karena mampu
menahan pertumbuhan rumput liar dan mengandung nutrisi yang baik untuk tumbuhan.

Install Drip

Lapisan selanjutnya adalah install drip yang berguna  untuk menyediakan air secara
merata pada seluruh tanaman khususnya pada bagian akar. Install drip juga dapat
dimanfaatkan untuk menyalurkan pupuk pada saat tanaman baru selesai ditanam pada
green roof.

Tanaman

Terakhir adalah lapisan tanaman atau rumput yang harus dipertimbangkan secara
matang dalam pemilihannya agar tahan cuaca. Memilih tanaman atau rumput yang tepat
akan memudahkan Anda dalam perawatan green roof, juga supaya terhindar dari
kerumitan.

Cara Membuat Atap Beton untuk Green Roof

Sebagai penopang green roof dak beton harus memenuhi empat syarat utama
yaitu solid atau kuat, rata, efisien dan ekonomis. Nah, untuk memenuhi kriteria yang
disebutkan di atas, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan saat membuat dak
beton yaitu sebagai berikut.

Perhitungan Besi Tulangan dengan Tepat

Jangan menggunakan besi yang berlebihan, karena akan menambah bobot struktur dak
beton dan menguras biaya pembuatan. Sebaiknya hitung terlebih dahulu dimensi dan
jumlah besi tulangan yang pas untuk membuat dak beton sesuai dengan ukuran
ruangan.

Perhatikan Ketebalan Dak Beton

Pada umumnya dak beton untuk atap bangunan yang mengaplikasikan green roof dibuat
dengan ketebalan rata-rata 12 sampai 8 cm. Ketebalan dak beton ini harus cukup untuk
menahan gaya tekan yang dinamis karena keberadaan green roof memungkinkan
aktivitas di atap bangunan.

Sesuaikan Kualitas dan Kebutuhan Struktur

Kualitas dak beton dengan kebutuhan struktur harus disesuaikan, terutama apabila di
atas dak beton akan diletakkan benda-benda dalam ukuran bobot yang tidak lazim.
Seperti halnya lapisan benda-benda dalam pembuatan green roof sehingga kualitas dan
kebutuhan struktur wajib diperhatikan.

Perhatikan Pengadukan Bahan Dak Beton

Bahan untuk membuat dak beton harus benar-benar homogen (merata), komposisinya
juga tidak boleh terlalu cair maupun kental. Selain itu, jangan sampai muncul segregasi
atau butiran terpisah pada bahan dak beton karena akan berpengaruh pada kualitas
pengerjaan.

Anda mungkin juga menyukai