Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG ASMA

DI RUANGAN CVCU RSUP M. DJAMIL PADANG

Disusun Oleh : Willy Febrianti, S.Kep (2014901046)

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

(Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep ) (Ns. Hendria Putra, M.Kep, Sp. Kep. MB)

Pembimbing Klinik

( Ns. Desi Mitra Budi Yanti, S.Kep, M.Kep )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020/2021
LAPORAN KASUS DENGAN ASMA PADA NY. J

DI RUANGAN CVCU RSUP M. DJAMIL PADANG

Disusun Oleh : Willy Febrianti, S.Kep (2014901046)

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

(Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep ) (Ns. Hendria Putra, M.Kep, Sp. Kep. MB)

Pembimbing Klinik

( Ns. Desi Mitra Budi Yanti, S.Kep, M.Kep )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

A. Definisi Asma

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang

mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara (Wahid &

Suprapto, 2013). Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermitten,

bersifat reversibel dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif

terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan atau inflamasi (Padila,

2013)

Menurut Murphy dan Kelly (2011) Asma merupakan penyakit

obstruksi jalan nafas, yang revelsibel dan kronis, dengan karakteristik adanya

mengi. Asma disebabkan oleh spasma saluran bronkial atau pembengkakan

mukosa setelah terpajam berbagai stimulus. Prevelensi, morbiditas dan

martalitas asma meningkat akibat dari peningkatan polusi udara.

Jadi asma atau reactive air way disease (RAD) adalah penyakit

obstruksi pada jalan napas yang bersifat reversible kronis yang ditandai

dengan bronchopasme dengan karakteristik adanya mengi dimana trakea dan

bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami

peradangan atau inflamasi.

Asma dibedakan menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi, 2016) yakni :

1. Asma bronkial

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan

dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain
penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga

gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Gangguan asma bronkial juga

bisa muncul lantaranadanya radang yang mengakibatkan penyempitan

saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan iniakibat berkerutnya otot

polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan

pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.

2. Asma kardial

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial

biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.

Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dispnea. Biasanya terjadi pada

saat penderita sedang tidur.

B. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi

Keterangan :

1. Hidung

2. Faring

3. Epiglotis

4. Pita Suara

5. Laring

6. Trakea

7. Bronkus

8. Diafragma

Gambar 1. Sistem pernapasan


Gambar 2. Keadaan bronkhus normal dan Asma

Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru-paru

adalah berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan

dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu,

paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan

paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi

beberapa sub-bagian, terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut

Bronchopulmonary Segments. Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri

dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut mediastinum (Evelyn, 2009).

Gambar 3. Anatomi paru-paru

Sumber : Hadiarto (2015)


Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama

pleura.Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental.Pleura

viseralis yaitu selaput tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan

pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua

pleura terdapat rongga yang disebut cavum pleura (Guyton, 2007).

Gambar 4. Paru-paru manusia

Sumber : Hedu (2016)

Menurut Juarfianti (2015) sistem pernafasan manusia dapat dibagi

ke dalam sistem pernafasan bagian atas dan pernafasan bagian bawah.

a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus

paranasal, dan faring.

b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus

dan alveolus paru.

Menurut Alsagaff (2015) sistem pernapasan terbagi menjadi dari

dua proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari
atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari

dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar

dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan

paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu :

a. Otot inspirasi yang terdiri atas oto-otot interkostalis eksterna,

sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.

b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.

2. Fisiologi

Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis.

Dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan

dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding

dada karena memiliki struktur yang elastis. Tekanan yang masuk pada

ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan

atmosfer (Guyton, 2007).

Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara

darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan

oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan

oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas

dan metabolisme seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat

berjalan agar pasokan kandungan oksigen dan karbon dioksida bisa

normal (Jayanti, 2013).

Udara yang dihirup dan masuk ke paru-paru melalui sistem

berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di

kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di

gelembung- gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong


udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari

tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam

paru-paru manusia dan bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara

dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat

menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis (Yunus, 2007).

Menurut Guyton (2007) untuk melaksanakan fungsi tersebut,

pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu :

a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya

udara antara alveoli dan atmosfer.

b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.

c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan

cairan tubuh ke dan dari sel.

d. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.

Pada waktu menarik nafas atau inspirasi maka otot-otot

pernapasan berkontraksi, tetapi pengeluaran udara pernafasan dalam

proses yang pasif. Ketika diafragma menutup, penarikan nafas melalui isi

rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak

hingga diafragma dan tulang dada menutup dan berada pada posisi

semula (Evelyn, 2009).

Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Selama

bernafas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5 mmHg relatif lebih

tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai -

6mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan

tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara

mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada


kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding

dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernafasan seimbang menjadi

sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru (Algasaff,

2015).

Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif

akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot

interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung

diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume

toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan

intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara

saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir

keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama

kembali pada akhir ekspirasi (Miller et al, 2011).

Proses setelah ventilasi adalah difusi yaitu, perpindahan oksigen

dari alveoli ke dalam pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk

karbondioksida. Difusi dapat terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke

tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada difusi gas

dalam paru yaitu, faktor membran, faktor darah dan faktor sirkulasi.

Selanjutnya adalah proses transportasi, yaitu perpindahan gas dari paru ke

jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah (Guyton,

2007).

Gambar 5. Fisiologi Penapasan Manusia

Sumber : Hedu (2016)


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi paru-paru manusia adalah

sebagai berikut :

a. Usia

Kekuatan otot maksimal paru-paru pada usia 20-40 tahun dan

dapat berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun. Selama proses

penuan terjadi penurunan elastisitas alveoli, penebalan kelenjar

bronkial, penurunan kapasitas paru.

b. Jenis kelamin

Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi sebesar 20-25%

dari pada funsgi ventilasi wanita, karena ukuran anatomi paru pada

laki-laki lebih besar dibandingkan wanita. Selain itu, aktivitas laki-

laki lebih tinggi sehingga recoil dan compliance paru sudah terlatih.

c. Tinggi badan

Seorang yang memiliki tubuh tinggi memiliki fungsi ventilasi

lebih tinggi daripada orang yang bertubuh kecil pendek (Juarfianti,

2015).

C. Etiologi Asma

Menurut (Putri, 2013) Etiologi asma dapat dibagi atas :

1. Asma Ekstrinsik/Alergik

Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sejak anak-

anak seperti alergi protein, serbuk sari, bulu halus, binatang, dan debu.

2. Asma Intrinsik/Idiopatik

Asma yang tidak diketahui faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya

faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik tau emosi yang sering

memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40 tahun
setelah menderita infeksi sinus/cabang trakeobronchial.

3. Asma Campuran

Asma yang terjadi karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik

D. Manifestasi Klinis

Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat

ditemui pada pasien asma diantaranya ialah :

1. Stadium Dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek

b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang

timbul

c. Wheezing belum ada

d. Belum ada kelainan bentuk thorak

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE

f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Wheezing

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan

d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)


e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus

g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80%

i. Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada

Ro paru

j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

E. Patofisiologi Asma

Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu,

asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda- benda

tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh

penderita sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu

kemudian memicu dikeluarkannya antibody yang berperan sebagai respon

reaksi hipersensitif seperti neutropil, basophil, dan immunoglobulin E.

masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan

reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok

dan kunci).

Ikatan antigen dan antibody akan merangsang peningkatan

pengeluaran mediator kimiawi seperti histamine, neutrophil chemotactic show

acting, epinefrin, norepinefrin, dan prostagandin. Peningkatan mediator kimia

tersebut akan merangsang peningkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan

pada mukosa saluran pernafasan (terutama bronkus). Pembengkakan yang

hampir merata pada semua bagian pada semua bagian bronkus akan

menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontrikis) dan sesak nafas.


Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang

masuk saat inspirasi sehingga menurunkan ogsigen yang dari darah. kondisi

ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita pucat

dan lemah. Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekres

mucus dan meningkatkan pergerakan sillia pada mukosa. Penderita jadi sering

batuk dengan produksi mucus yang cukup banyak (Harwina Widya Astuti

2010).
F. WOC Asma

EKSTRINSIK INTRINSIK CAMPURAN

Allergen : protein seperti


makanan, debu, bulu halus, Factor non spesifik :
spora jamur, serat kain flu, emosi, latihan fisik Tdr dr komponen
ekstrinsi dan intrinsik

antigen
Ujung syaraf di jalan Stimulasi Penyekatan reseptor b-
nafas terangsang syaraf adrenergik
Ikatan antigen Antibody simpatis

Stimulas reseptor α
Ig E System parasimpatis adrenergik

Sel Mast Syaraf vagus


Penurunan cAMP

Histamine, bradikinin,
prostaglandin Peningkatan pelepasan mediator kimiawi
oleh sel mast

Merangsang otot polos dan


kelenjar jalan nafas

Bronkospasme Pembengkakan
membrane muosa
MK : GANGGUAN
PERTUKARAN GAS Bronkokontriksi
Pembentukan mukus

MK : P0LA NAFAS Sesak nafas Batuk produktif


TIDAK EFEKTIF

Udara MK : BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK


terperangkap pd EFEKTIF
bag distal
Ekspirasi memanjang

Retraksi otot aksesori Turbulensi arus udara


pernafasan + getaran ke bronkus FEV rendah

wheezing

Putri, 2013
G. Penilaian Derajat Serangan Asma

Menurut (Wahid & Suprapto, 2013) penilaian derajat serangan asma yaitu :

Penilaian derajat serangan penyakit asma

Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman


Henti Napas
1 2 3 4 5
Aktivitas Berjalan Berbicara Istirahat
Bayi: Bayi: tangis Bayi:
menangis pendek & berhenti
Keras lemah Makan
Bicara Kalimat Penggal Kata-kata
kalimat
Posisi Bisa Lebih suka Duduk
berbaring duduk bertopeng
lengan
Kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya Kebingungan
Teragitasi teragitasi Teragitasi
Mengi Sedang, Nyaring, Sangat Sulit/ tidak
sering hanya sepanjang nyaring, terdengar
pada pada ekspirasi + terdengar
akhir inspirasi tanpa
Ekspirasi Stetoskop
Sesak napas Minimal Sedang Berat
Otot bantu Biasanya Biasanya ya Ya Gerakan
napas tidak paradoks
torako
abdominal
Retraksi Dangkal, Sedang Dalam Dangkal/hilang
retraksi ditambah ditambah
interkostal retraksi napas cuping
supertermal Hidung
Laju napas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun
Sumber: Wahid & Suprapto 2013
H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan untuk melihat adanya :

1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi

dan kristal eosinopil.

2) Spiral curshman, yakni merupakan castcell (sel cetakan) dari

cabang bronkus.

3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

4) Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya

bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang

terdapat muscus plug.

b. Pemeriksaan darah

1) Analisa Gas Darah pada umumnya normal akan tetapi dapat

terjadi hipoksemia, hipercapnia, atau sianosis.

2) Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH

3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang diatas 15.000/mm3

yang menandakan adanya infeksi.

4) Pemeriksaan alergi menunjukkan peningkatan IgE pada waktu

serangan dan menurun pada saat bebas serangan asma

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien asma dapat dilakukan

berdasarkan manifestasi klinis yang terlihat, riwayat, pemeriksaan

fisik, dan tes laboratorium (Wahid & Suprapto, 2013). Adapun

pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah :


1) Tes Fungsi Paru

Menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara tepat

diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan

bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum atau

sesudah pemberian aerosol bronkodilator (inhaler atau nebulizer),

peningkatan FEV1 atau FCV sebanyak lebih dari 20%

menunjukkan diagnosis asma. Dalam spirometry akan

mendeteksi :

a. Penurunan forced expiratory volume (FEV)

b. Penurunan paek expiratory flow rate (PEFR)

c. Kehilangan forced vital capacity (FVC)

d. Kehilangan inspiratory capacity (IC) (Wahid & Suprapto,

2013)

2) Pemeriksaan Radiologi

Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflamasi

paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga

intercostalis, serta diagfragma yang menurun. Pada penderita

dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut:

a. Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus

akan bertambah Bila ada empisema (COPD), gambaran

radiolusen semakin bertambah

b. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrase

paru.

c. Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru

d. Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen


pada paru.

3) Pemeriksaan Tes Kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergen yang dapat bereaksi

positif pada asma secara spesifik

4) Elektrokardiografi

a. Terjadi right axis deviation

b. Adanya hipertropo otot jantung Right Bundle Branch Bock

c. Tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES, atau

terjadi depresi segmen ST negati

5) Scanning paru

Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama

serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru (Wahid &

Suprapto, 2013)

I. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk pasien asma yaitu:

1. Prinsip umum dalam pengobatan asma :

a. Menghilangkan obstruksi jalan napas.

b. Menghindari faktor yang bisa menimbulkan serangan asma.

c. Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma

dan pengobatannya.

2. Pengobatan pada asma

a. Pengobatan farmakologi

1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi

menjadi dua golongan, yaitu:

a. Adrenergik (Adrenalin dan Efedrin)


b. Santin/teofilin (Aminofilin)

2) Kromalin

Bukan bronkhodilator tetapi obat pencegah seranga asma pada

penderita anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti

asma dan efeknya baru terlihat setelah satu bulan.

3) Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam

dosis dua kali 1mg/hari. Keuntungannya adalah obat diberikan

secara oral.

4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon

maka segera penderita diberi steroid oral.

b. Pengobatan non farmakologi

1) Memberikan penyuluhan

2) Menghindari faktor pencetus

3) Pemberian cairan

4) Fisioterapi napas (senam asma)

5) Pemberian oksigen jika perlu

(Wahid & Suprapto, 2013)

c. Pengobatan selama status asmathikus

1) Infus D5:RL = 1 : 3 tiap 24 jam

2) Pemberian oksigen nasal kanul 4 L permenit

3) Aminophilin bolus 5mg/ KgBB diberikan pelan-pelan selama 20 menit

dilanjutkan drip RL atau D5 mentenence (20 tpm) dengan dosis 20 mg/kg

bb per 24 jam

4) Terbutalin 0.25 mg per 6 jam secara sub kutan Dexametason 10-2- mg per
6 jam secara IV

5) Antibiotik spektrum luas

(Padila, 2013)

J. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan karena penyakit asma menurut

(Wahid & Suprapto, 2013) yaitu:

1. Status Asmatikus: suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma

akut yang bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

2. Atelektasis: ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis

3. Hipoksemia

4. Pneumothoraks

5. Emfisema

6. Deformitas Thoraks

7. Gagal Jantung
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan pasien sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan untuk

perawatan. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan gambaran

secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan pasien yang

memungkinkan perawat melakukan asuhan keperawatan (Nursalam, 2015).

B. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no. Register, dan diagnosa

medis. Sedangkan identitas bagi penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan klien.

C. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah

dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi

(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah,

pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas. Sesak

setelah melakukan aktivitas/menghadapi suatu krisis emosional. Sesak

nafas karena perubahan udara dan debu. Batuk dan susah tidur karena
nyeri dada.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi

timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat

penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat keluarga dengan Asma dan riwayat keluarga yang

menderita penyakit alergi, seperti rinitis alergi, sinusitis, dan dematitis.

Serta Klien dengan asma sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit

turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya

penyakit yang sama pada anggota keluarganya.

D. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan

klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga

diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma

atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau

tampak tidak sakit.

2) Tanda-tanda vital

Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder

akibat gangguan hemodinamik atau terapi farmakologi

3) Pemeriksaan head to toe

 Kepala

Perhatikan adanya kelaina pada kepala, ada benjolan atau tidak, ada

nyeri tekan atau tidak


 Leher

Kaji ada pembesaran kelenjer tyroid atau tidak, ada bekas luka atau

tidak, ada nyeri tekan atau tidak.

 Thorak

Bunyi jantung normal atau tidak atau terdapat bunyi jantung ekstra

S3/S4 menunjukkan gagal jantung atau tidak

 Paru-paru:

Suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat batuk

dengan atau tanpa sputum, terdapat sputum bersih, kental ataupun

merah muda.

 Abdomen

Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus normal/menurun.

 Ekstremitas

Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema perifer dan

udema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis, kuku

datar, pucat pada membran mukosa dan bibir.

E. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan unruk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(Nanda, 2017).

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul diantaranya sebagai berikut:

1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidaksamaan


perfusi-ventilas

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi,

peningkatan produksi lender, batuk tidak efektif dan infeksi

bronkopulmonal.

3. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, lender,

bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas.

F. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan untuk menghilangkan

atau mencegah permasalah kesehatan yang dihadapi klien dengan berdasarkan

prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil dengan melihat acuan teori

kebutuhan dasar manusia (Nanda Nic-Noc, 2017).

N Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi


O Hasil
1 Gangguan pertukaran gas yang NOC : NIC :
berhubungan dengan v  Respiratory Status : Airway Management
ketidaksamaan perfusi- Gas exchange ·   Buka jalan nafas,
ventilasi v  Respiratory Status : guanakan teknik chin lift
ventilation atau jaw thrust bila perlu
v  Vital Sign Status ·   Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
v Mendemonstrasikan ·   Identifikasi pasien
peningkatan ventilasi dan perlunya pemasangan alat
oksigenasi yang adekuat jalan nafas buatan
v Memelihara kebersihan ·   Pasang mayo bila perlu
paru paru dan bebas dari ·   Lakukan fisioterapi
tanda tanda distress dada jika perlu
pernafasan ·   Keluarkan sekret
v Mendemonstrasikan dengan batuk atau suction
batuk efektif dan suara ·   Auskultasi suara nafas,
nafas yang bersih, tidak catat adanya suara
ada sianosis dan dyspneu tambahan
(mampu mengeluarkan ·   Lakukan suction pada
sputum, mampu bernafas mayo
dengan mudah, tidak ada ·   Berika bronkodilator
pursed lips) bial perlu
v Tanda tanda vital dalam ·   Barikan pelembab
rentang normal udara
·   Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
·  Monitor respirasi dan
status O2 Respiratory
Monitoring
·   Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
·   Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
·   Monitor suara nafas,
seperti dengkur
·   Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
·   Catat lokasi trakea
·   Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
·   Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
·   Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
·   auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

Bersihan jalan nafas tidak efektif NOC : NIC :


berhubungan dengan v Respiratory status : Airway Management
bronkokonstriksi, peningkatan Ventilation ·   Buka jalan nafas,
produksi lender, batuk tidak v Respiratory status : guanakan teknik chin lift
efektif dan infeksi Airway patency atau jaw thrust bila perlu
bronkopulmonal. v Aspiration Control ·   Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil : ·   Identifikasi pasien
vMendemonstrasikan perlunya pemasangan alat
batuk efektif dan suara jalan nafas buatan
nafas yang bersih, tidak ·   Pasang mayo bila perlu
ada sianosis dan dyspneu ·   Lakukan fisioterapi
(mampu mengeluarkan dada jika perlu
sputum, mampu bernafas ·   Keluarkan sekret
dengan mudah, tidak ada dengan batuk atau suction
pursed lips) ·   Auskultasi suara nafas,
vMenunjukkan jalan catat adanya suara
nafas yang paten (klien tambahan
tidak merasa tercekik, ·   Lakukan suction pada
irama nafas, frekuensi mayo
pernafasan dalam rentang ·   Berikan bronkodilator
normal, tidak ada suara bila perlu
nafas abnormal) ·   Berikan pelembab
vMampu udara Kassa basah NaCl
mengidentifikasikan dan Lembab
mencegah factor yang ·   Atur intake untuk
dapat menghambat jalan cairan mengoptimalkan
nafas keseimbangan.
·   Monitor respirasi dan
status O2

3 Pola pernafasan tidak efektif NOC : NIC :


berhubungan dengan nafas v  Respiratory status : Airway Management
pendek, lender, bronkokonstriksi Ventilation ·   Buka jalan nafas,
dan iritan jalan nafas. v  Respiratory status : guanakan teknik chin lift
Airway patency atau jaw thrust bila perlu
v  Vital sign Status ·   Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
v  Mendemonstrasikan ·   Identifikasi pasien
batuk efektif dan suara perlunya pemasangan alat
nafas yang bersih, tidak jalan nafas buatan
ada sianosis dan dyspneu ·   Pasang mayo bila perlu
(mampu mengeluarkan ·   Lakukan fisioterapi
sputum, mampu bernafas dada jika perlu
dengan mudah, tidak ada ·   Keluarkan sekret
pursed lips) dengan batuk atau suction
v  Menunjukkan jalan ·   Auskultasi suara nafas,
nafas yang paten (klien catat adanya suara
tidak merasa tercekik, tambahan
irama nafas, frekuensi ·   Lakukan suction pada
pernafasan dalam rentang mayo
normal, tidak ada suara ·   Berikan bronkodilator
nafas abnormal) bila perlu
v  Tanda Tanda vital ·   Berikan pelembab
dalam rentang normal udara Kassa basah NaCl
(tekanan darah, nadi, Lembab
pernafasan) ·   Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
·   Monitor respirasi dan
status O2
Terapi Oksigen
vBersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
vPertahankan jalan nafas
yang paten
vAtur peralatan oksigenasi
vMonitor aliran oksigen
vPertahankan posisi
pasien
vOnservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
vMonitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
§ Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
§ Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
§ Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
§ Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
§ Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
§ Monitor kualitas dari
nadi
§ Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
§ Monitor suara paru
§ Monitor pola pernapasan
abnormal
§ Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
§ Monitor sianosis perifer
§ Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
§ Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

G. Implementasi

Menurut Nursalam (2015) disebutkan implementasi adalah tahap

ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi

adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan

hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik

psikomotor, kemampuan melakukan obsevasi sistematis, kemampuan

memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan

evaluasi. Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan,

dimana rencana keperawatan dilaksanakan; melaksanakan intervensi atau

aktivitas yang telah ditentukan.

H. Evaluasi

Menurut Nursalam (2015), evaluasi merupakan tahap akhir dari proses

keperawatan, proses yang kontinue yang penting untuk menjamin kualitas dan

ketepatan perawatan yang diberikan, yang dilakukan dengan meninjau respon

pasien untuk menentukan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi


kebutuhan klien. Tujuan dari evaluasi adalah menilai keberhasilan dari

tindakan perawatan, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan dan

mencegah masalah-masalah yang mungkin timbul lagi.

Menurut Nursalam (2015), ada dua evaluasi yang ditemukan yaitu:

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk

menilai hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi sumatif adalah

evaluasi akhir dari keseluruhan tindakan yang dilakukan dan disesuaikan

dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood & Mukty, Abdul (Editor). 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan
kesepuluh, Airlangga University Press. Surabaya.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep & Praktik. Jakarta
Salemba Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta :Nusa Medika
Wahid danSuprapto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada Gangguan
Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai