Anda di halaman 1dari 18

Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 73

BAB III
SISTEM PERPIPAAN

A. SISTEM PERPIPAAN

Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari sistem pipa
tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat kompleks. Contoh
sistem perpipaan adalah, sistem distribusi air minum pada gedung atau kota. sistem
pengangkutan minyak dari sumur bor ke tandon atau tangki penyimpan, sistem
distribusi udara pendingin pada suatu gedung, sistem distribusi uap pada proses
pengeringan dan lain sebagainya.

Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan lokasi
tujuan antara lain, saringan (strainer), katup atau kran, sambungan, nosel dan
sebagainya. Untuk sistem perpipaan yang fluidanya liquid, umumnya dari lokasi awal
fluida, dipasang saringan untuk menyaring kotoran agar tidak menyumbat aliran fuida.
Saringan dilengkapi dengan katup searah (foot valve) yang fungsinya mencegah aliran
kembali ke lokasi awal atau tandon. Sedangkan sambungan dapat berupa sambungan
penampang tetap, sambungan penampang berubah, belokan (elbow) atau sambungan
bentuk T (Tee).

Perencanaan maupun perhitungan desain sistem perpipaan melibatkan persamaan


energi dan perhitungan head loss serta analisa tanpa dimensi yang telah dibahas pada
bab sebelumnya. Perhitungan head loss untuk pipa tunggal adalah dengan persamaan
Darcy-Weisbach yang mengandalkan Diagram Moody untuk penentuan koefisien
geseknya. Untuk keperluan analisa jaringan perpipaan umumnya dipergunakan
persamaan Hazen-Williams.

A.1. Sistem Pipa Tunggal

Penurunan tekanan (pressure drop) pada sistem pipa tunggal adalah merupakan fungsi
dari laju aliran, perubahan ketinggian, dan total head loss. Sedangkan head loss
merupakan fungsi dari faktor gesekan, perubahan penampang, dll atau dapat
dinyatakan dengan persamaan :

p = f ( L,Q, D, e, z, konfigurasi sistem, , )

Untuk aliran tak mampu mampat, sifat fluida diasumsikan tetap. Pada saat
sistem telah ditentukan, maka konfigurasi sistem, kekasaran permukaan pipa,
perubahan elevasi dan kekentalan fluida bukan lagi merupakan variabel bebas.
Persamaan akan menjadi :

p = f ( L,Q, D)
74 Mekanika Fluida

Empat kasus yang mungkin timbul pada penerapan di lapangan adalah :


1. L, Q, D diketahui, p tidak diketahui
2. p , Q, dan D diketahui, L tidak diketahui
3. p , L dan D diketahui, Q tidak diketahui
4. p , L dan Q diketahui, D tidak diketahui

Penjelasan masing-masing kasus tersebut adalah sebagai berikut :


1. Untuk kasus ini, faktor gesekan f, dapat diperoleh dari diagram Moody ataupun dari
persamaan empiris perhitungan f dari Re dan e yang diketahui. Total head loss
dihitung dan penurunan tekanan dapat dihitung dari persamaan energi. Kasus ini
diilustrasikan pada contoh soal 3.1.
2. Hampir sama dengan kasus 1 maka total head loss dapat dihitung dari persamaan
energi, kemudian faktor gesekan diperoleh dari diagram Moody. L yang tidak
diketahui dapat dihitung dari persamaan mayor losses. Kasus seperti ini ditampilkan
pada contoh soal 3.2 dan 3.3.
3. Karena Q atau V belum diketahui maka faktor gesekan dinyatakan sebagai fungsi V
atau Q terlebih dahulu. Kemudian diasumsikan sebuah nilai f yang diambil dari
diagram Moody dengan kenyataan bahwa aliran dalam pipa, angka Reynoldnya
pasti cukup besar. Dari f asumsi tersebut diperoleh V asumsi yang dipergunakan
untuk menghitung angka Reynold asumsi. Dari angka Reynold yang baru ini dicari
nilai f yang baru untuk asumsi V yang kedua. Langkah ini diulangi sampai diperoleh
nilai yang sesuai. Karena f adalah fungsi yang lemah terhadap angka Reynold maka
2 atau 3 kali iterasi sudah diperoleh nilai V yang hampir benar seperti pada contoh
soal 3.4.
4. Apabila D pipa belum diketahui tentunya diinginkan diameter terkecil yang
memungkinkan agar ekonomis. Perhitungan dimulai dengan mengasumsikan nilai
D terlebih dahulu. Kemudian angka Reynold dan kekasaran relatif pipa dapat
dihitung demikian pula faktor gesekan. Total head loss dihitung dan juga penurunan
tekanan, dari persamaan energi. Hasil perhitungan penurunan tekanan ini
dibandingkan dengan penurunan tekanan yang disyaratkan. Jika perhitungan
pressure drop jauh lebih besar, maka perhitungan diulangi dengan mengasumsikan
nilai diameter pipa yang lebih besar atau sebaliknya. Iterasi diulangi sampai
ketelitian yang diharapkan.

Contoh Soal 3.1.

Pipa halus/smooth dipasang horisontal pada tandon air yang besar. Tentukan
kedalaman air yang harus dijaga tetap agar menghasilkan laju aliran volume sebesar
0,03 m3/dt. Diameter dalam pipa adalah 75 mm dan koefisien minor losses untuk
inletnya adalah 0,5. Air dibuang ke udara luar.
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 75

Penyelesaian :
Diketahui

d D= 75 mm

K= 0,5

Ditanya : kedalaman air, d

Jawab:
Persamaan dasar:
 p1 V1   p2
2
V2 
2

  gz1      gz2    hlt  hl  hlm


 2  2 
L V2 V2
hl  f dan h lm  K
D 2 2

Dari soal maka


p1 = p2 = patm,
V1  0, z2 = 0, z1 = d
sehingga:

V2 L V2 V2
gd  f k
2 D 2 2
1 L V V 2
V2 V2  L 
d =  f  k   =  f D  K  1
g D 2 2 2  2g 

Kecepatan dapat disubstitusikan dari

V = Q/A = 4Q/ D2


sehingga:

8 Q2  L 
d  2 4 f K 1
 D g D 

Untuk air pada suhu 200 C maka


76 Mekanika Fluida

 = 999 kg/m3
 = 1x10-3 kg/m.dt
sehingga

VD 4 Q
Re  
 D
4 9 9 9 kg 0 ,0 3m3 m. dt 1
= x x x x  5 x10 5
 m 3
dt 3
1x10 kg 0 ,0 75 m

Untuk pipa halus, dari Diagram Moody maka f = 0,0131 sehingga

8 Q2  L 
d  2 4 f K 1
 D g D 
8  0 ,0 3  m6
2
1 dt 2  10 0 m 
= x x x  0 ,0 131  0 ,5  1
 dt 2  0 ,0 75  4 m4 9 ,8 1m  0 ,0 75 m 
d  44 ,6 m

Contoh Soal 3.2.

Air dipompa melalui pipa diameter 0,25 dari discharge pompa yang tekanannya 1,42
MPa (gage) ke tandon yang terbuka. Apabila ketinggian air di tandon 7 m diatas
discharge pompa dan kecepatan air rata-rata di dalam pipa adalah 3 m/dt, perkirakan
jarak dari discharge pompa tersebut ke tandon apabila kekentalan air 1,4x 10 -3 kg/m.dt
dan koefisien gesek pipa adalah 0,015

Penyelesaian :
Diketahui :
2

10 m
V= 3m/dt
1

L
pompa
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 77

Ditanya : Panjang pipa dari discharge pompa ke tandon, L

Jawab :
Persamaan dasar

 P1 V 1   P2
2
V2 
2

  gz 1  
   gz 2    hlt  hl  hlm
 2    2 
L V2 V2
hl  f dan hlm  K
D 2 2

Dengan kondisi head loss minor diabaikan dan V2  0 maka persamaan menjadi

L V12 p1  p2 V12
f   g  z2  z1  
D 2  2
D 2 V12 p2  p1 
L  2 
  g  z2  z1 
f V1  2  

p2 - p1 = 1,42 MPa (abs) dan z2 - z1 = 10 m serta air = 999 kg/m3 maka

0,25m 2dt 2  32 m2 1,42 x106 kg .m m3 9,8m 


L x x 2  x  2 x10m
0,015 32 m2  dt dt 2
999 kg dt 
L  -1750 m

Meskipun nilainya negatif namun karena untuk panjang pipa maka yang diambil adalah
nilai mutlaknya yaitu 1750 m

Contoh Soal 3.3.

Udara mengalir melalui saluran dengan panjang L dan diameter D = 40 mm dan


tekanan pada kondisi masuk adalah 690 kPa dan suhu T = 40 0 C. Bila tekanan pada
kondisi keluar 2 adalah 650 kPa dan m = 0,25 kg/dt, tentukan panjang saluran, L yang
dimungkinkan dari aliran udara tersebut.

Penyelesaian :
Diketahui :

T1 = 400 C
p1 = 690 kPa D = 40 mm p2 =650 kPa
78 Mekanika Fluida

m = 0,25 kg/dt

1 2
L

Ditanyakan : Panjang pipa, L

Jawab :
Persamaan dasar :

 P1 V 1   P2
2
V2 
2

  gz 1     gz 2    hlt  hl  hlm
 2    2 
L V2 V2
hl  f dan hlm  K
D 2 2

Dengan asumsi aliran tak mampu mampat sehingga  adalah tetap, V1 = V2, kerugian
minor diabaikan dan z1 = z2 maka:

p1  p2 L V2 p1  p2 2D
 f at au L =
 D 2  fV 2

Untuk menentukan massa jenis udara pada kondisi 1 digunakan persamaan gas ideal

p1 7,9 1x10 5 N kg. K 1 kg


  1   2
x x  8 ,8 1 3
RT1 m 28 7N. m 313K m

Dari persamaan kontinuitas maka :

m 4m 4 0 ,25 kg m3 1
V    x x x  22 ,6 m / dt
A D 2
 dt 8 ,8 1kg  0 ,0 4  2 m2

Untuk udara pada suhu 400 C maka  = 1,8x10-5 kg/m.dt sehingga

VD 8,81kg 22,6m m. dt


Re   x x 0,04 mx  4 ,42 x105
 m 3
dt 5
1,8x10 kg

Untuk pipa halus dari diagram Moody, maka f = 0,0134


Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 79

p1  p2 2 D
L =
 fV 2
0 ,4x10 5 N 0 ,0 4 m3 1 dt 2 kg. m
= x2x x x x x
m 2
8 ,8 1kg 0 ,0 134  2 ,26  m N. dt 2
2 2

L  53 ,1m

Contoh Soal 3.4.

Sistim pemadam kebakaran suatu pabrik, terdiri atas menara air setinggi 25 m dengan
pipa distribusi terpanjangnya 180 m diameter 10 cm, terbuat dari besi tuang. Pipa
distribusi tersebut berumur sekitar 20 tahun. Minor losses akan dipertimbangkan dari
sebuah katup gerbang saja. Tentukan kapasitas aliran air maksimum.

Penyelesaian :
Diketahui:

25 m
katup gerbang 2

Q
180 m

Ditanya: Kapasitas aliran, Q

Jawab:
Persamaan dasar

 p1 V1   p2
2
V2 
2

  gz1      gz2    hlt  hl  hlm


 2  2 
LV2 L V2
hl  f dan h lm  f e
D 2 D 2
80 Mekanika Fluida

Tandon terbuka maka p1 = p2 = patm dan V1  0 dan untuk katup gerbang terbuka maka
Le /D = 8, sehingga

L V22 V22 V22


hlT  f 8f  g  z1  z2  
D 2 2 2
V2   L
2
 
 f   8  1  g z1  z2 
2  D  
 2 g  z1  z2  
1/ 2

V2 = 
 f  L / D  8  1

Diasumsikan bahwa pipa vertikal diameternya sama dengan pipa horisontal sehingga

L 180 m  25 m
  2050
D 0,1 m

Iterasi kecepatan V2 diawali dengan mengasumsikan nilai koefisien gesek pada


diagram Moody karena angka Reynold tidak dapat ditentukan. Dengan mengambil
nilai e/D untuk pipa besi tuang yang tua adalah 0,005 maka perkiraan pertama misalkan
aliran mencapai fully rough zone maka f  0,03 sehingga

 2 9 ,8 m 25 m 1 
V2   x x x 
 dt 2
0,03 x  2050  8  1 
m
= 7,93
dt

Pencocokkan nilai koefisien gesek dengan menghitung angka Reynold

 VD VD 7,98m 0,1m dt 2
Re    x x  7,98 x105
  dt 1x106 m

Untuk e/D= 0.005 maka dari diagram Moody f = 0,0385. Dengan nilai ini maka
kecepatan dihitung kembali untuk iterasi kedua:

 2 9 ,8 m 25 m 1 
V2   x x x 
 dt 2
0,0385 x  2050  8  1 
m
= 6,2
dt
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 81

Pencocokkan nilai koefisien gesek dengan menghitung angka Reynold

 VD VD 6,2 m 0,1 m dt 2
Re    x x  6,2 x105
  dt 1x106 m

Untuk e/D= 0.005 maka dari diagram Moody, f = 0,04. Dengan nilai ini maka
kecepatan dihitung kembali untuk iterasi ketiga:

 2 9 ,8 m 25 m 1 
V2   x x x 
 dt 2
0,04 x  2050  8  1 
m
= 6
dt

Misalkan telah dianggap cukup konvergen maka kapasitas aliran dapat ditentukan dari

 D2 6 m  x 0,12 m2 m3
Q  V . A  V2  x  0,0471
4 dt 4 dt

Contoh Soal 3.5.

Sebuah sistim penyiram tanaman dirancang untuk mengalirkan air melalui pipa
aluminium dengan panjang 150 m. Pompa yang dipakai mampu mengalirkan air 0,1
m3/dt dengan tekanan pada discharge tidak melebihi 450 kPa. Sedangkan sprinklernya
beroperasi pada tekanan minimum 200 kPa. Dengan mengabaikan head loss minor dan
perubahan ketinggian, tentukan diameter minimum pipa agar sistim dapat bekerja
dengan baik.

Penyelesaian:
Diketahui :

Pompa
1 D 2

Q=0,1 m 3/dt

p1 < 450 kPa L=150 m p2 > 200 kPa


82 Mekanika Fluida

Ditanya : Diameter pipa minimum, D

Jawab:
Persamaan dasar

 p1 V1   p2
2
V2 
2

  gz1      gz2    hlt  hl  hlm


 2   2 
L V2 L V2
hl  f dan h lm  f e
D 2 D 2

Penurunan tekanan maksimum adalah :

pmaks = p1 maks - p2min = (450 -200) kPa = 250 kPa

Sehingga

2
L  V2 L   4Q  L Q 2
p  f  f    8f 5 2
D 2 D 2   D2  D 

Angka Reynold diperlukan untuk menentukan f. Karena D belum diketahui maka


angka Reynold dinyatakan dalam Q

 VD 4 QD 4Q
Re   
 D    D
2

Iterasi pertama dilakukan mengambil nilai D = 0,1 m, sehingga :

4 0,1m3 1 dt
Re  x x x  1,27 x106
 dt -6 2
0,1m 1x10 m

Dari diagram Moody, untuk pipa jenis aluminum (drawn tubing) e/D= 0,000016 maka
f  0,012. Sehingga:

8 fL Q 2 8 0,012 150m 999 kg 0,12 m6


p   x x x x
 2 D5  2 0,15 m5 m3 dt 2
= 1205 kPa > p maks

Dicoba dengan D = 0.15 m maka


Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 83

4 0,1m3 1 dt
Re  x x x  8,49 x105
 dt 0,15m 1x10-6 m2

Sehingga, e/D = 0,00001 dan f = 0,013

8 fL Q 2 8 0,013 150m 999 kg 0,12 m6


p   x x x x
 2 D5  2 0,155 m5 m3 dt 2
= 267,2 > p maks

Diambil nilai D = 0,18 m sehingga angka Reynoldnya adalah :

0,1m3
4 1 dt
Re  x x x  7,07 x105
 dt -6 2
0,18m 1x10 m

Sehingga, e/D = 0,0000085 dan f  0,0125

8 fL Q 2 8 0,0125 150m 999 kg 0,12 m6


p   2 x x x x
 2 D5  0,185 m5 m3 dt 2
= 110 kPa < p maks

Karena dengan D= 0,18 m terlalu jauh dari pmaks maka dicoba dengan D = 0,17

4 0,1m3 1 dt
Re  x x x  7,38 x105
 dt -6 2
0,17m 1x10 m

Sehingga, e/D = 0,000009 dan f  0,0126

8 fL Q 2 8 0,0127 150m 999 kg 0,12 m6


p   2 x x x x
 2 D5  0,175 m5 m3 dt 2
= 167 kPa < p maks

Dengan demikian maka diameter pipa yang sebaiknya dipergunakan untuk sistem ini
adalah D= 0,17 m
84 Mekanika Fluida

A. 2. Sistem Pipa Majemuk (Multipath)


Pada kenyataannya kebanyakan sistem perpipaan adalah sistem pipa majemuk, yaitu
rangkaian pipa seri, paralel maupun berupa jaringan perpipaan. Untuk rangkaian pipa
seri atau paralel, penyelesaiannya adalah serupa dengan perhitungan tegangan dan
tahanan pada Hukum Ohm. Penurunan tekanan dan laju aliran identik dengan tegangan
dan arus pada listrik. Namun persamaannya tidak identik seperti hukum Ohm, karena
penurunan tekanan sebanding dengan kuadrat dari laju aliran. Semua sistim pipa
majemuk lebih mudah diselesaikan dengan persamaan empiris.

Pada sistem pipa seri maka semua pipa akan dialiri kapasitas aliran yang sama, dan
head loss total adalah jumlah aljabar dari masing-masing head loss pipa. Apabila setiap
pipa diberikan simbul 1,2 dan seterusnya, maka persamaan kapasitas aliran dan
persamaan head loss total adalah :

Q1 = Q 2 = Q 3 = . . . = Q n (3.1)

atau V1 A1 = V2 A2 = V3 A3 =. . . = Vn An

hl = hl1 + hl2 hl3 +. . . + hln (3.2)

Pada sistem pipa paralel maka total laju aliran adalah sama dengan jumlah
aljabar kapasitas masing-masing aliran dalam setiap pipa dan rugi atau head loss pada
sebuah cabang adalah sama dengan rugi pada pipa cabang yang lain. Persamaannya
adalah :

Q = Q1 + Q2 + Q3 +. . . +Qn (3.3)

atau V. A = V1 A1 + V2 A2 + V3 A3 +. . . + Vn An

hl1 = hl2 = hl3 =. . . = hln (3.4)

Dengan menyatakan head loss sebagai persamaan Darcy-Weisbach maka persamaan


3.4. akan menjadi :

 L1 V2  L V2  L V2


 f1   k1  1   f 2 2   k2  2   f 3 3   k3  3 . . .
 D1  2 g  D2  2 g  D3  2g

V2  f1 L1 / D1    k1

V1 f 2 L2 / D2   k2
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 85

Perbandingan kecepatan yang lain juga bisa ditentukan untuk dimasukkan ke


persamaan 3.3. menjadi :

V2 V
Q  V1 A1  V1 A2  3 V1 A3  . . .
V1 V1

Contoh Soal 3.6.

Pipa baja komersial baru, berdiameter 200 mm dan panjang 1000 m dipasang paralel
dengan pipa jenis yang sama berdiameter 300 mm dan panjang 3000 m. Total laju
aliran dalan kedua pipa adalah 0,2 m3/dt. Hitunglah head loss melalui sistem tersebut
dengan menganggap air yang mengalir bersuhu 200 C (= 10-6 m2/dt) dan head loss
minor diabaikan.

Penyelesaian:

Kekasaran relatif pipa adalah berturut-turut adalah 0,000225 dan 0,00015. Pada angka
Reynold yang besar maka koefisien gesek masing-masing adalah 0,014 dan 0,013.
Kedua harga ini adalah nilai pendekatan dan penyelesaian coba-coba untuk
menghitung kecepatan dalam setiap pipa dilakukan berdasarkan data ini. Selanjutnya
angka-angka Reynold dan faktor gesekan yang lebih teliti dapat ditentukan secara
iteratif. Dengan subskrip 1 dan 2 untuk pipa kecil dan besar maka :

V2 f 1 L1 D2 0,014 1000 300


  x x  0,734
V1 f 2 L2 D1 0,013 3000 200

Luas penampang pipa adalah 0,0314 m2 dan 0,0707 m2 Kemudian dari persamaan
kontinuitas Q = V1 A1 + V2 A2 atau 0,2 = 0,0314 V1 + (0,734 V1 ) (0,0707) dan V1 =
2,4 m/dt dan V2 = 1,76 m/dt . Angka-angka Reynold yang bersangkutan adalah :

2 ,4 x 0,2
Re1  6
 4 ,8x105 dan f1  0,0156
10
1,76x 0,3
Re2  6
 5,3x105 dan f2  0,0150
10

Setelah itu perhitungan iterasi selanjutnya akan menghasilkan V 2 / V1 =0,721, sehingga


V1 = 2,43 m/dt. Head loss untuk kedua pipa sama besar dan untuk pipa 1
86 Mekanika Fluida

 f L   V 2  0,0156x1000 / 0,2 x2 ,432


hl   1 1   1    23,5 m
 D1   2 g  2g

Jaringan perpipaan akan lebih mudah dihitung dengan persamaan empiris yang
tidak memerlukan tabel maupun diagram Moody untuk menentukan nilai koefisien
geseknya. Persamaan empiris yang paling banyak dipergunakan adalah persamaan
Hazen-Wiliams yaitu :

V = 1,318 C(Rh)0,63 S0,54 ( ft/dt) (3.5)

Q = 1,318 C(Rh)0,63 S0,54 A ( ft3/dt) (3.6)


dimana :
Rh : jari-jari hidrolik pipa(ft)
S : condong garis total head
A : luas penampang pipa
C : koefisien kekasaran

Dalam satuan Sistem Internasional maka persamaan Hazen-Williams adalah :

V = 0,850 C Rh0,63 S0,54 m/dt (3.7)

Q= 0,850 C Rh0,63 S0,54 A (m3/dt) (3.8)

Harga kekasaran C dapat dilihat pada tabel 3.1. Persamaan Hazen-William


didasarkan pada kenyataan bahwa angka Reynold nilainya cukup besar dan pipa-pipa
umumnya kasar sehingga jenis aliran yang masuk digolongkan sebagai aliran turbulen
berkembang penuh. Dalam hal ini koefisien gesekan tidak tergantung kepada angka
Reynold.

Tabel 3.1. Nilai kekasaran Hazen-Williams

Jenis pipa C

Pipa sangat mulus 140


Pipa baja atau besi tuang baru 130
Pipa kayu atau beton biasa 120
Pipa baja berkeling baru, pipa gerabah 110
Pipa besi tuang lama, pipa bata 100
Pipa baja berkeling lama 95
Pipa besi tuang berkarat 80
Pipa besi atau baja sangat berkarat 60
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 87

Aliran pada rangkaian pipa paralel dapat diselesaikan dengan persamaan


empiris ini karena Rh = D/4 untuk pipa bundar maka persamaan 3.8 menjadi :

0 ,54
0,850 C D2,63  hl 
Q   (3.9)
41,63  L

Sehingga persamaan 3.3. menjadi :


Q  hl0,54 C1'  C2' '  C3' . . . + C 'n  (3.10)

0,850CD2 , 63
dengan C '  yang mempunyai harga yang tetap untuk setiap pipa,
41, 63 L0,54

maka semua nilai yang awalnya diandaikan untuk perhitungan head loss pada sistim
paralel akan menghasilkan aliran dengan perbandingan yang tepat dalam tiap pipa,
meski harga total mungkin tidak tepat. Aliran dalam setiap cabang dapat dikoreksi
dengan faktor yang sama yang dibutuhkan untuk mengoreksi total aliran, Q.

Contoh Soal 3.7.

Dari contoh soal 3.6. selesaikanlah dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams

Penyelesaian :

Dari tabel 3.1. maka nilai kekasaran, C adalah 130. Asumsikan head loss, h l = 20 m.
Kemudian untuk pipa 200 mm, hl/L = 20/1000 sehingga

0 , 63 0 ,54
 0,200   20  
Q200   0,850130   0,200
2
  
 4   1000   4
= 0,0636 m3 / dt

Untuk pipa 300 mm maka hl /L=20/3000 dan

0 , 63 0 ,54
 0,300   20   
  0,850130    0,300
2
Q300   
 4   3000   4
= 0,1021 m3 / dt

Total aliran untuk head loss yang diasumsikan 20 m adalah 0,1657 m 3/dt, sedangkan
aliran sesungguhnya adalah 0,200 m3/dt. Jadi sebuah faktor pengali harus digunakan
88 Mekanika Fluida

untuk tiap cabang yaitu 0,200 m3/dt /0,1657 m3/dt = 1,27 agar diperoleh aliran
sesungguhnya pada tiap cabang.

Q200 = 0,0636 x 1,207 = 0,0768 m3/dt

Q300 = 0,1021 x 1,207 = 0,1232 m3/dt

Hasil-hasil ini tidak terlalu berbeda dengan hasil pada penyelesaian contoh soal 3.6.

Pada jaringan pipa yang kompleks pemakaian persamaan Hazen Williams


sangat mempermudah dibandingkan dengan persamaan lain. Perhitungan jaringan pipa
menjadi rumit karena umumnya arah aliran dalam pipa tidak bisa ditentukan dam
terdapat persyaratan yang harus dipenuhi pada sebuah lokasi serta proses interasi
penentuan head loss pada tiap pipa. Sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa pipa
mungkin membentuk beberapa loop dan sebuah pipa mungkin dipakai secara bersama-
sama oleh dua loop. Seperti Hukum Kirchoff pada rangkaian listrik, maka pada
jaringan pipa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi :

1. Aliran netto ke sebuah titik pertemuan harus sama dengan nol atau laju aliran ke
arah titik pertemuan harus sama dengan laju aliran dari titik pertemuan yang sama
2. Head loss netto di seputar sebuah loop harus sama dengan nol

Metode iterasi untuk perhitungan loop jaringan pipa disebut metode Hardy-Cross.
Metode ini memberikan nilai koreksi kapasitas aliran pada tiap pipa dari perbandingan
head loss yang diasumsikan sebelumnya. Langkah perhitungan dengan metode Hardy-
Cross adalah sebagai berikut :

1. Mengasumsikan besar dan arah kapasitas aliran pada tiap pipa dengan berpedoman
pada syarat 1, yaitu total aliran pada tiap titik pertemuan mempunyai jumlah aljabar
sama dengan nol.
2. Membuat tabel perhitungan untuk analisa tiap loop tertutup.
3. Menghitung head loss dalam setiap pipa
4. Menentukan arah aliran dan head loss, yaitu positif untuk arah aliran yang searah
jarum jam dan negatif untuk arah aliran yang berlawanan dengan jarum jam
5. Menghitung jumlah aljabar head loss pada setiap loop
6. Menghitung total head loss per laju aliran, hl /Q untuk setiap pipa dan menentukan
jumlah a;jabar dari perbandingan tersebut untuk tiap loop.
7. Menentukan koreksi aliran untuk tiap loop dengan rumus

Q 
 hl (3.11)
1,85 hl / Q
Sistem Perpipaan dan Mesin-mesin Fluida 89

Koreksi ini diberikan pada setiap pipa dalam loop dengan ketentuan ditambahkan
untuk aliran yang searah jarum jam dan di kurangkan untuk aliran yang berlawanan
dengan jarum jam. Untuk pipa yang digunakan secara bersama dengan loop lain,
koreksi aliran untuk pipa tersebut adalah harga total dari koreksi-koreksi untuk
kedua loop.
8. Mengulangi langkah 1 sampai dengan langkah ke 7 sampai nilai koreksi aliran
sekecil mungkin.

Contoh Soal 3.8.

Sebuah jaringan pipa seperti gambar di bawah dengan C bernilai 100. Pipa 1,3,5,7,
panjangnya 300 m dan pipa 2,4,6 panjangnya 250 m. Diameter pipa 1,4 adalah 25 cm
dan pipa 2,3,5,6 diameternya 20 cm. Pipa 7 diameternya 15 cm Tentukan laju aliran
pada tiap pipa.

1 5
125 12
4 63 2 38 6

62 25 26
Loop I Loop II

3 7
37 37 63
25 25

Jawab :

Iterasi I
Mengasumsikan kapasitas aliran di pipa 1 sampai dengan pipa 7 dengan berpedoman
kepada syarat no 1. yaitu jumlah aljabar kapasitas pada tiap titik pertemuan adalah sama
dengan nol.
Pada pipa 1,4 125 = 62 +63
Pada pipa 1,2,5 63 = 25 + 38
Pada pipa 3,4 62 = 25 +37
Pada pipa 2,3,7 25 +37 = 25 +37
Pada pipa 5,6 38 = 12 + 26
Pada pipa 6,7 26+37 =63

Menghitung head loss pada tiap pipa, yaitu :


Pada pipa 1
90 Mekanika Fluida

V1 D1 4 Q1 D1 4Q
Re1   
 D1  D1
2

4 x 63 x 10-3 m3 dt
= x
dt  x 0,25 m x10-6 m2
= 3,21 x105

Sehingga f1  0,03 dan head loss dihitung sebagai berikut :

L1   4 Q  1 
2
L1  V12  L1  16Q 2 
hl  f 1    f 1    f  
D1   D12  2 g  2g   2 D15 
1
D1  2 g 

 
3 3 2 2
300mxdt 2 16x 63x10 ( m ) 1
= 0,03x x x 2
2x9,8m dt 2
 x 0,255 m5
= 3,3 m

Perhitungan seterusnya, hasilnya ditabelkan pada tabel di bawah ini.

Setiap Loop diiterasi sampai perbedaan kapasitas aliran sebelum iterasi dan sesudah
iterasi cukup kecil.

Tabel hasil perhitungan contoh soal 3.8

Anda mungkin juga menyukai