Anda di halaman 1dari 13

TUGAS K3

Resiko faktor psikologis(penyebab stres,akibat


kerja,manajement stres dan perbaikan)

Oleh kelompok 5
Weni noprita sari
Dera sapera
Kikin hatmawati
Rahmat hariski putra

AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSANI SAKTI


KOTA SUNGAI PENUH
TAHUN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena
limpahanrahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentangWawasan Nusantara.shalawat serta salam juga kami
limpahkan kepada pahlawan revolusi Islamsedunia yaitu Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman cahaya yang terang benderang ini. Adapun tujuan
penyusunan makalah ini guna melengkapi nilai mata kuliah
Kewarganegaraan yang didasarkan pada penyusunan makalah
dikarenakan kewarganegaraan merupakan mata kuliah soft skill Pada
kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
telahmembantu dalam proses penyelesaian Makalah ini, baik yang terlibat
secara langsungmaupun tidak. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
memberikan kontribusi kepada mahasiswalain dan juga pembaca sebagai
acuan agar dapat mengetahui tentang pendidikankewarganegaraan secara
garis besar pada awalnya.makalah ini masih jauh darikesempurnaan,
karena itu segala saran dan kritik dari pembaca saya harapkan
gunaperbaikan dan penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Bekasi, Mei 2012 penulisMakalah Kewarganegaraan Wawasan Nusantara
Sebagai Wawasan Kewilayahan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB I
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumasan Masalah.......,......................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................1

BAB II
2.1 Pengertian...........................................................................................2
2.2Tingkat stres........................................................................................3
2.3Jangka waktu stres..............................................................................4
2.4Kemampuan mendeteksi gangguan psikologis...................................4
2.5mencari jalan keluar bagi sseorang yang mengalami stres.................5

BAB III
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….
3.2saran………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 1931, dalam penelitian yang dilakukan oleh  HW Heinrich mencatat
bahwa dua faktor dasar yang dapat menyebabkan kecelakaan yaitu  kondisi mekanis atau
fisik dan faktor manusia. Pada umumnya Program keselamatan kerja banyak berfokus
pada perlindungan fisikpekerja, dan mengabaikan faktormanusia yangdapatmenyebabkan ora
ng mengabaikan prosedur prosedur yang bisa mencegah kecelakaan terjadi, namun studi
menunjukkan bahwa untuk 50% dari semua kecelakaan terjadi karena kesalahan karyawan di
tempat kerja atau factor manusia.

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang yang sudah diungkapkan diatas, maka perumusan masalah nya
adalah”apakah ada hubungan antara tingkat stres dengan perilaku seseorang
1.3 Tujuan
1. tujuan umum
Mengetahui adanya hubungan antara tingkah laku seseorang
2.tujuan khusus
Mengetahui tingkat stres perilaku seseorang pekerja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Faktor risiko psikologis dalam kecelakaan adalah potensi pikiran, perasaan, dan
perilaku yang mungkin terjadi sebagai akibat dari peristiwa stres.
Permasalahan psikologis ataupun stress yang terjadi pada seseorang digolongkan kedalam 4
bidang kehidupan yaitu :
1) Pribadi
• terjadi masalah keluarga misalnya perceraian, sakit, kematian dalam keluarga,
kehilanganpekerjaan,kecelakaan,pindahketempatang baru
• Alkohol /penyalahgunaanobat
• Masalahkeuangan
• Pernikahan
• Kelahiran anak
• Sekolah / kelulusan
2) Pekerjaan
• Pekerjaan Baru / transfer pekerjaan / promosi peker;jaan
• Adanya tanggung jawab Baru / harapan  baru yang harus dipenuhi
• Adanya Pemotongan / perampingan tenaga kerja yang membuat beberapa teman
kehilangan pekerjaannya
• Masalah dengan rekan kerja atau supervisor (pelecehan, perbedaan budaya)
3) Sosial
• Bencana alam: Api, banjir, gempa bumi, dll
• Terjadi Pencurian, perampokan, kerusuhan, penculikan
• terjadinya depresi    
4) Penularan:
Penularan adalah Reaksi terhadap suatu peristiwa yang tidak berhubungan dengan diri
sendiri seperti : Membaca tentang bencana / cakupan televisi yang membuat seseorang
menjadi sangat khawatir, Bencana yang menimpa teman atau saudara,  melaporkan bencana

Stres ini terjadi di empat bidang kehidupan kita: pribadi, pekerjaan, sosial, dan
penularan. Peristiwa empat kategori ini adalah ujian dari banyak stres yang kita alami. Ketika
tingkat stres meningkat dan sangat mempengaruhi seseorang, maka keterampilan
dapat menguras tenaga dan pikiran yang dapat berakibat terhadap hilangnya konsentrasi dan
kemampuan yang mempengaruhi untuk melakukan tugas dengan aman.
Selain itu, Ada banyak alasan mengapa kecelakaan terjadi. Kebanyakan industi orang
cenderung melihat sesuatu untuk disalahkan ketika terjadinya kecelakaan, karena lebih
mudah dibandingkan mencari penyebab kecelakaan seperti daftar dibawah ini.

1. Mengambil Jalan Pintas


Tiap hari kita mengambil keputusan dan berharap akan membuat pekerjaan
lebih cepat dan lebih efisient. Tetapi apakah waktu yang mengamankan tiap resiko
keselamatan Anda, atau apakah anggota yang lain? Jalan pintas menurunkan
keselamatan ada dalam bekerja tetapi meningkatkan kemungkinan Anda cidera.
2. Percaya diri yang berlebih
 percaya diri itu bagus. Terlalu percaya diri telalu bagus. ‘ini tidak pernah
terjadi ke saya” perilaku seperti ini dapat menyebabkan prosedur, perkakas atau
metode kerja yang tidak benar dalam pekerjaan Anda, Hal ini dapat menyebabkan
Anda cidera.
3. Memulai tugas dengan instruksi yang tidak tuntas
Untuk melakukan pekerjaan dengan aman dan benar pertama kali Anda perlu
informasi yang tuntas. peringatan keselamatan. Hal ini tidaklah membuat Anda bodoh
bertanya tentang hal ini tetapi Anda salah jika tidak bertanya.
4. Kerapian yang buruk
ketika klien, manajer, atau petugas keselamatan melewati area kerja Anda,
kerapian adalah indikator yang akurat menilai perilaku seseorang tentang qualitas,
produktifitas dan keselamatan. Kerapihan yang buru membuat berbagai tipe bahaya.
Area yang rajin dirawat membuat standar untuk yang lain ikuti. kerapihan yang baik
meliputi kebanggaan dan keselamatan.
5. Tidak memperdulikan prosedur keselamatan
Dengan senganja tidak memperdulikan prosedur keselamatan dapat
membahayakan Anda dan rekan kerja Anda. Anda digaji untuk mengikuti kebijakan
keselamatan perusahaan bukan membuat aturan Anda sendiri.
6. Ganguan mental dari pekerjaan
memiliki hari yang buru di rumah dan cemas dengan permasalahan dirumah
ketika di tempat kerja adalah kombinasi yang berbahaya. Mental yang jatuh dapat
membuat fokus anda buyar untuk mengikuti prosedur kerja aman. Anda juga dapat
terganggu ketika anda sibuk bekerja dan teman anda lewat sambing berbicara ke adan
saat Anda sedang melakukan pekerjaan.
7. Gagal merencanakan pekerjaan
Banyak pembicaraan hari ini tentang analisa bahaya kerja JSA (job safety
analisis) adalah cara yang efektif untuk menemukan cara yang pintar untuk bekerja
dengan aman dan efisien. Bekerja dengan tergesa-gesa saat memulai pekerjaa, atau
tidak berfikir tentang proses kerja dapat menempatkan anda melakukan cara yang
berbahaya. Lebih baik rencanakan pekerjaan anda kemudian bekerjalah sesuai recana
tersebut.

2.2 Tingkat stres

Pada tahun 1967, Indeks Mengubah Hidup diformulasikan oleh TH Holmes dan RH
Rahe.
Mengingat daftar 43 peristiwa kehidupan, individu diminta untuk memeriksa
jumlah kejadian dari setiap peristiwa sepanjang tahun lalu. Setiap
kejadian dirangking menurut dampak nilai numerik stres, dari yang rendah 11 sampai
yang tertinggi 100. Menjumlahkan skor menyediakan jumlah total stres yang dialami.
Indeks ini berisi banyak peristiwa yang yang dapat menjadi kontributor yang kuat
untuk faktor manusia stres dalam pekerjaan yang dapat mengakibatkan kecelkaan
dalam bekerja. Namun, penentu utama dalam mengevaluasi dampak dari stres pada
perilaku adalah reaksi setiap individu terhadap situasi stres yang terjadi.

Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan
perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga
kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang
tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan
menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.

2.3 Jangka waktu stres

Stres dapat menimpa siapa saja bila seseorang tlidak dapat mengendalikan diri dan
menyerah terhadap keadaan. Gempa bumi atau banjir mungkin berlangsung hanya
sebentar bukanlah stress yang sebenarnya , tetapi stress yang sebenarnya adalah
pengaruhnya terhadap psikologis maupun emosional yang dapat bertahan lebih lama
dan lebih mendalam serta memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan
seseorang. Selain itu,merawat individu yang berpenyakit kronis akan
memberikan pengalaman stres lebih konsisten, namun pengasuh dapat
menyesuaikan diri dengan baik dengan belajar yang sehat dalam mengatasinya dan
bila tidak dapat diatasi, dapat meminta sumber daya untuk bantuan. Stres pasca-
trauma yang dihasilkan dari reaksi emosional terhadap gempa bumi atau banjir,
akibatnya secara  berkala, akan lebih signifikan menjadi faktor risiko
psikologis dalam kecelakaan di tempat kerja.

Sebagai individu dengan gaya kepribadian khas, masing-masing dari kita akan merespon
stresr yang ada dengan cara yang beraneka ragam. Secara umum, bagaimanapun, masalah
jangka pendek tidak akan berdampak besar pada tingkat kinerja sebagai kekhawatiran jangka
panjang. Jika sebuah kecelakaan mobil kecil dapat mengganggu perhatian
sementara waktu. Tetapi masalah yang Sedang berlangsung yang lebih berat, seperti
kecanduan narkoba atau alkohol, dapat menciptakan kerugian konsentrasi yang lebih
kritis dan menghadirkan risiko yang lebih mendalam terhadap kinerja kerja yang aman di
tempat kerja.

2.4 Kemampuan mendeteksi gangguan psikologis


Setiap orang berbeda beda  dalam hal menangani situasi stres dan menyertai pesan
internal stres. Faktor yang paling menonjol yang mengganggu dengan berhasil mengelola
stres adalah rasa kehilangan kontrol. Semakin seseorang merasa kehilangan kontrol, semakin
besar tingkat stres. Perasaan out-of-kontrol dapat mengakibatkan kebingungan dan keasyikan
dengan tres, yang mengakibatkan peningkatan bicara diri yang negatif serta
timbulnya kecemasan. Rasa frustrasi dan meningkatnya kerugian yang menyertai konsentrasi
dapat menyebabkan pengambilan risiko yang tidak perlu atau untuk overcompensation
kurangnya perhatian dengan menjadi terlalu berhati-hati dan ragu-ragu. Keraguan,
ketidakpastian, dan tingkat kecemasan kemudian dapat meningkat lebih lanjut, mempercepat
siklus stres yang tidak sehat dan meningkatkan kontribusi terhadap risiko kecelakaan. Karena
banyak orang merasa tidak nyaman membahas masalah-masalah yang mungkin mengganggu
mereka, metode penelitian karyawan diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh seorang
karyawan mengalami stress yang dapat  menjadi risiko kecelakaan. Penilaian dalam
penelitian yang dilakukan yang paling efektif berasal dari pengamatan perilaku atau tingkat
kinerja.
Ketika seseorang terganggu, kinerja dan produktivitas turun. Stres memicu perubahan
perilaku. Beberapa perubahan ini dapat terlihat dan jelas, dan ada yang tidak dapat
terdeteksi . oleh karena itu diperlukan kesediaan untuk mengenal karyawan dan untuk
mempelajari kebiasaan mereka dalam rangka untuk melihat perubahan dalam fungsi, cara
bicara, kinerja pekerjaan, maupun kebiasaannya. perubahan yang terus terjadi, semakin
beresiko terhadap individu . Sekali Anda telah mengidentifikasi karyawan sebagai risiko
kecelakaan, masalah ini harus kemudian disampaikan secara langsung. Ada tiga tingkat
konfrontasi: pribadi, performance- performance sports, dan kebijakan
 Tanda yang mungkin terjadi ketika seseorang berada dalam lingkaran stress yaitu
• adanya perasaan ketakutan Kebingungan dan kecemasan
•  Terlalu sibuk dengan masalah sehingga mengabaikan rekan kerja yang lain
• Proses Duka pada diri sendiri yang disebabkan oleh masalah keluarga dll
• negative thinking
• merasa terisolasi terasing sehingga membutuhkan perhatian yang lebih banyak
• Takut akan pembalasan
• Takut menunjukkan kelemahan
 Reaksi mungkin terjadi ketika seseorang berada dalam lingkaran stress yaitu :
• Trauma yang berkepanjangan
- terkurasnya energy dan pikiran sehingga membuat tubuh menjadi lemah
- kecemasan,  Apatis, mati rasa emosional
- Timbulnya berbagai macam penyakit akibat kebanyakan pikiran misalnya Sakit
kepala, mual, pusing ataupun  Penyakit ringan lainnya.
- Sulit berkonsentrasi terhadap sustu pekerjaan
- Kebingungan, pelupa, insomnia
- mimpi buruk
- penggunaan Obat- obatan yang  meningkat dan penggunaan alkohol
- kecerobohan,  sering marah  Merasa kewalahan,  Gugup ataupun sering ketiduran.
2.5 Mencari Jalan Keluar pada seseorang yang mengalami stress

Jika pribadi Anda bersedia untuk meninggalkan kapasitas dunia profesional Anda,
mencoba pendekatan individu sebagai teman yang peduli. Tanyakan jika ada
masalah dan apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu. Mencoba
untuk memberi dukungan aktif bagi individu jika ia menginginkannya dengan upaya harus
tulus,. para
kontak tingkat pribadi mungkin sangat bermanfaat  bagi orang yang dapat menghargai
ketulusan Anda, mengetahui kerahasiaan yang akan dihormati, dan kepercayaan Anda untuk
mendengarkan, Empati, dan membantu. Risiko Anda dalam menjalankan ini adalah bahwa
masalah dapat ditolak, atau Anda mungkin harus ditolak dan dianggap mengganggu karena
pada saat tersebut jiwanya masih tergolong kacau. Kebijaksanaan ekstrim diperlukan jika
Anda memutuskan untuk campur tangan pada tingkat pribadi. Anda dapat memilih untuk
tetap di arena profesional.

Perilaku yang berkontribusi terhadap terjadinya  kecelakaan
 Perubahan dapat mempengaruhi sikap
1) Mood perubahan, perubahan suasana hati
2) Penarikan diri lingkungan  sosial
3) memaksakan keceriaan dalam kehidupan sehari – hari
4) reaksi berlebihan terhadap situasi serta kemarahan yang berlebihan
5) kelesuan
6) melamun
7) Kelambatan tanpa adanya alasan yang jelas
8) penggunaan hari libur yang berlebihan
9) menggunakan jam  makan siang yang lebih dan kembali dengan bau minuman
keras
10) panggilan telepon pribadi; konduksi bisnis pribadi yang mengganggu pekerjjaan
11) bekerja dengan berlebihan

Pendekatan Yang Dapat Dilakukan Dalam Membantu Meringankan Stres


a) Pribadi
• Kesadaran akan perbedaan gender dan pola perilaku karyawan '
• Didekati ("pintu terbuka" kebijakan)
• Kesediaan untuk mengambil risiko
• Kepedulian terhadap keamanan (harus tulus)
• Privasi harus dipastikan terjjaga sehingga seseorang yang menceritakan masalahnya
menjadi lebih tenang karena rahasianya terjaga
• Peningkatan kerjasama antara para pekerlja dengan pimpinan
• Kerahasiaan terhadap masalah yang mengakibatkan seseorang stres
• Keterbukaan, kesediaan untuk mendengarkan keluhan ataupun permasalahan
seseorang
b) kinerja
• Peninjauan terhadap  Kinerja serta penelitian terhadap sikap dan kebiasaan tenaga
kerja
• memberikan alternatif perubahan Perilaku untuk berubah kearah yang lebih baik
• Negosiasi, keterampilan mediasi
• Cross-training karyawan luntuk mengenalkan segala sesuatu yang penting agar
resiko kecelakaan dapat diminimalisir
c) kebijakan
• memberikan  kebijakan secara tertulis
• Memberikan kelas, informasi program Pelatihan dan kesehatan,
•  memberikan Pedoman untuk perilaku yang aman
Dari sikap profesional, harus memperhatikan  tingkat kinerja dan perubahan perilaku.
Perhatikan masalah daerah dan alamat mereka secara khusus.

Menemukan alasan di balik penurunan produktivitas atau perubahan perilaku. Jika Anda


mengalami penolakan bahwa ada masalah, menjaga percakapan difokuskan pada perilaku
yang spesifik, menginformasikan karyawan tersebut bagaimana ia dapat meningkatkan
kinerja dan bagaimana perbaikan akan didokumentasikan. Mengungkapkan keprihatinan
Anda tentang isu-isu keselamatan. Cross-training karyawan akan memastikan bahwa tugas
pekerjaan yang tercakup jika harus menjadi perlu untuk menghapus seseorang dari situasi
yang berpotensi berbahaya. Anda mungkin melihat perbedaan gender yang terjadi pada
pribadi dan tingkat kinerja. Perempuan pada umumnya, lebih cenderung bersedia untuk
membahas masalah pribadi dan menerima solusi dan menawarkan bantuan. Mereka
cenderung untuk merespon positif terhadap belas kasih dan keinginan yang jujur untuk
mendengarkan. Pria, yang sering dibesarkan di sebuah Atmo- lingkup yang menekankan
pemecahan masalah dan privasi, mungkin percaya bahwa UCAPAN- pemerintah hanyalah
kicauan belaka atau pengakuan stres merupakan kelemahan. Mereka biasanya akan
merespon lebih positif untuk intervensi pada tingkat kinerja, dengan tujuan yang jelas dan
pedoman untuk perbaikan.
d) Kebijakan
Kebijakan dan kinerja berjalan seiring. Sebaiknya
menuliskan harapan tentang perilaku yang aman, dengan pedoman kebijakan yang
disebarluaskan , merupakan persyaratan hukum. Sebuah kebijakan khusus, gabungan
dengan program pelatihan komprehensif, menyiapkan perusahaan untuk mengambil
tindakan ketika melakukan hal yang melewati batas dan menjadi tidak aman. Seiring
dengan peraturan keamanan, kebijakan dapat mengatasi masalah perilaku lain seperti
keterlambatan, hari pribadi dan sakit, panggilan telepon pribadi, dan makan siang dan
waktu istirahat. Sebuah kebijakan tertulis yang baik mendorong perilaku aman. Dalam
hal ini, tindakan terbaik adalah pencegahan. Skenario kasus terbaik adalah
untuk kecelakaan tidak pernah terjadi. Jika kecelakaan harus terjadi, wawancara
langsung diperlukan untuk mencegah penularan yang dapat menciptakan suasana
kondusif untuk lebih kecelakaan. Jujur dan terbuka dalam diskusi di acara
penting; kerahasiaan melahirkan kecemasan. Meskipun kebutuhan untuk konseling
tidak selalu segera memberikan jalan keluar yang cepat, namun berbagi
perasaan dapat membantu untuk menghilangkan rasa tidak
berdaya. tambahan pelatihan keselamatan sehubungan dengan kecelakaan akan
membantu karyawan lain merasa lebih sadar dan dalam kendali. Tidak ada hal seperti
terlalu banyak informasi.

Ketika kecelakaan terjadi.


• untuk mencegah penularan berdiskusi; memberikan konseling jika diperlukan
• Mempromosikan  secara terbuka, diskusi yang jujur dan pendidikan
• Berbagi pengetahuan dan informasi
• Memastikan kerahasiaan

Intervensi dikatakan berhasil dalam mengendalikan kecelakaan tergantung pada sifat


dari budaya perusahaan. Penyebaran informasi, pelatihan yang menyeluruh, dan program
kesehatan memberikan kesempatan bagi budaya perusahaan untuk mendorong nilai-
nilai yang mempromosikan kinerja yang aman. Penekanan pada komunikasi,
akuntabilitas, keterlibatan, fleksibilitas, prioritas yang menempatkan karyawan pertama, dan
persepsi positif  di tempat kerja semua berkontribusi untuk mencegah masalah-masalah
emosional dari Mempengaruhi kinerja. Bila digabungkan dengan pengamatan yang tajam
perilaku dan intervensi tepat waktu, maka menciptakan citra nilai perusahaan yang sehat yang
dapat menciptakan lingkungan yang aman dan bertanggung jawab

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Faktor risiko psikologis dalam kecelakaan adalah potensi pikiran, perasaan, dan


perilaku yang mungkin terjadi sebagai akibat dari peristiwa stres. Setiap orang
berbeda beda  dalam hal menangani situasi stres dan menyertai pesan internal stres. Faktor
yang paling menonjol yang mengganggu dengan berhasil mengelola stres adalah rasa
kehilangan kontrol. Semakin seseorang merasa kehilangan kontrol, semakin besar tingkat
stres. Perasaan out-of-kontrol dapat mengakibatkan kebingungan dan keasyikan dengan
stres, yang mengakibatkan peningkatan bicara diri yang negatif serta timbulnya kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Holmes dan Rahe T. H., R. H. Kehidupan perubahan indeks. J. Psychosomatic Res. 11:213-
218, 1967.
Jones, J. W. Breaking siklus setan stres. Best Rev 88 (3): 74, 1988.
Scherer, R., Brodzinski, JD, dan Crable, EA Faktor manusia (manusia sebagai kegagalan
utama penyebab kecelakaan kerja). HR Mag. 38 (4): 92, 1993.Blanchard, M. dan Tager, M.
New York: Simon & Schuster, 1985.
O'Donnell, P. dan M. Ainsworth, T., Eds. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja. New York:
John Wiley & Sons, 1986.

Anda mungkin juga menyukai