Anda di halaman 1dari 138

HASIL PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN


MUSCOLUSKELETAL DISORDERS PADA PEGAWAI
YANG MENGGUNAKAN PERSONAL KOMPUTER
DI PT PLN ULP PANAKUKKANG
MAKASSAR SELATAN
TAHUN 2021

Oleh:

Firka Wafiq Nurul Haq

14120170037

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
PERSETUJUAN

Hasil penelitian ini telah telah disetujui untuk disajikan pada

Seminar Hasil Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim

Indonesia.

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ikhram hardi S, SKM., M.Kes Mansur Sididi., SKM., M.Kes

Makassar, 2021
Diketahui,

Dr. Arman, SKM., M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, syukur yang tak akan pernah terhingga penulis

haturkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat, berkah

dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Faktor yang Berhubungan

dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pegawai yang

Menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang

Makassar Selata” dapat terselesaikan dengan baik. Teriring salam serta

sholawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

sahabatnya yang telah membawa kita ke alam penuh dengan ilmu

pengetahuan seperti sekarang ini.

Secara khusus penghargaan yang setinggi-tingginya peneliti

persembahkan kepada Ibunda tercinta Dra. Hawasia yang selalu

memberikan kasih sayang, perhatian, semangat serta do’anya untuk

keberhasilan ananda dan kepada Ayahanda tercinta Rustam yang selalu

mendukung dan mendoakan setiap langkah saya walaupun kondisi saya

yang jauh dengan beliau serta kesibukannya menyempatkan waktu untuk

selalu memberi perhatiannya kepada saya. Terima kasih atas doa dan

dukungan kalian yang tak pernah berhenti untuk saya tanpa dorongan dan

sumbangsih pemikiran dari berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak bisa

berjalan dengan baik.

iii
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga ingin menyampaikan

terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda Prof. Dr. H. Basri Modding, SE,. M.Si selaku Rektor

Universitas Muslim Indonesia.

2. Ibu Dr. Suharni Andi Fachrin, S.Pd., M.Kes selaku selaku Dekan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

3. Ayahanda Dr. A. Surahman Batara, SKM., M.Kes selaku ketua Prodi

dan Ibu Hj. Hasriwiani Habo, SKM., M.Kes., Ph.D selaku Sekretaris

Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia.

4. Bapak Dr. dr. A. Muh.Multazam, S.Ked.,M.Kes selaku Pembimbing

Akademik penulis.

5. Bapak.Ikhram Hardi S, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing I dan

Bapak Mansur Sididi., SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang sangat

banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan, arahan dan motivasi dalam peyusunan skripsi ini.

6. Dosen Penguji Ibu Dr.Nur Ulmy Mahmud., SKM., M.Kes dan Bapak

Chaeruddin Hasan., SKM., MKes yang telah memberikan bimbingan,

saran, arahan, serta motivasi sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Mayarakat atas bekal ilmu

pengetahuan yang telah diberikan selama di bangku kuliah.

iv
8. Staff sub bagian akademik, kemahasiswaan dan perlengkapan

Fakultas Kesehatan Masyarakat atas bantuan dan kerja sama selama

masa kuliah saya.

9. Para Pegawai yang menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan yang telah bersedia dengan ikhlas

membantu menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Teman-teman Pengurus SEMA FKM UMI yang selama ini

memberikan dukungan dan semangat.

11. Tema-teman Pengurus SAPMA UMI KOM.UMI yang selama ini

memberikan dukungan dan semangat.

12. Teman-teman PH17SCO angkatan 2017 yang kusayangi memberikan

semangat.

13. Sahabat-sahabat saya Anah Silmy Bakri, Rasmi Utami Basri, Wafika

Azizah Nasir, Afiyah Mahdiyah yang selalu ada menyamangati saya

untuk menyelesaikan Skripsi ini.

14. Sahabat Seperjuangan K3 2017 Anugrah Awaliah Julianti, Dienda

Ardiyani, dan Namira Ilham yang telah menjadi support system dalam

setiap langkah penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian.

15. Sahabat Seperjuangan di FKM Aulia Al-Muqarramah, Andi Dianita,

Andi Nurrahma, Sukmawati, Wafika Azizah Nasir, Rasmi Utamy Basri,

Anugrah Awaliah Julianti, Namira Ilham, Dienda Ardiyani dan Nur

alam Riani yang selalu memberikan motivasi dan bantuan dalam

menyelesaikan hasil penelitian.

v
16. Sahabat Seperjuangan di Belopa Hafriyanti, Felti Vera, Hiriah Amran,

Aulia Sari, Alvin Alwi, Muh Rifaldi Alimuddin yang telah menjadi

support system dalam setiap langkah penulis dalam menyelesaikan

hasil penelitian.

17. Terkhusus kepada kakakku tercinta Saripah Khadijah Rahmat terimah

kasih banyak sudah membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Akhirnya kepada Allah jugalah kiranya penulis memohon dan

berdoa semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan oleh semua pihak

kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda. Aamiin

Allahumma Aamiin

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Mei 2021

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... vivii

DAFTAR TABEL ................................................................................. ix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii

RINGKASAN........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10

A. Tinjauan Umum Tentang Keluhan Musculoskeletal Disoreders10


B. Tinjauan Umum tentang Umur ............................................ 18
C. Tinjauan Umum tentang Masa Kerja ................................... 19
D. Tinjauan Umum tentang Postur Kerja ................................. 20
E. Tinjauan Umum tentang Indeks Masa Tubuh (IMT) ............ 21
F. Tinjauan Umum tentang Lama Kerja................................... 22
G. Kerangka Teori ................................................................... 22
H. Tabel Sintesa ...................................................................... 24
BAB III KERANGKA KONSEP ........................................................... 29

A. Dasar Pemikiran Variable yang Mau di Teliti ...................... 29


B. Kerangka Konsep Penelitian ............................................... 32
C. Hipotesis Penelitian............................................................. 33

vii
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif............................ 34
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 37

A. Jenis Penelitian ................................................................... 37


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 37
C. Populasi dan Sampel .......................................................... 37
D. Instrument Penelitian .......................................................... 38
E. Cara Pengambilan Sampel ................................................. 39
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 39
G. Sumber Data ....................................................................... 40
H. Pengolahan den Penyediaan Data...................................... 41
I. Analisis Data ....................................................................... 42
J. Penyajian Data .................................................................... 44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 46
A. Gambaran Umum Lokasi .................................................... 46
B. Hasil .................................................................................... 47
C. Pembahasan ....................................................................... 63
D. Keterbatasan Peneliti .......................................................... 79
BAB VI PENUTUP............................................................................... 80
A. Kesimpulan ......................................................................... 80
B. Saran .................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTARTABEL

No. Tabel Judul Halaman


2.1 Tabel Sintesa 24

5.1 Distribusi Jenis Kelamin pada Pegawai yang 49


menggunakan Personal Komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar Selatan

5.2 Distribusi Umur pada Pegawai yang 50


menggunakan Personal Komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar Tahun 2021

5.3 Distribusi Indeks Masa Tubuh pada Pegawai 50


yang menggunakan Personal Komputer di PT
PLN ULP Panakukkang Makassar Tahun 2021

5.4 Distribusi Masa Kerja pada Pegawai yang 51


menggunakan Personal Komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar Tahun 2021

5.5 Distribusi Postur Kerja pada Pegawai yang 52


menggunakan Personal Komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar Tahun 2021

5.6 Distribusi Lama Kerja pada Pegawai yang 53


menggunakan Personal Komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar Tahun 2021

5.7 Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders 53


(MSDS) pada Pegawai yang menggunakan
personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang
Makassar Tahun 2021

5.8 Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders 54


(MSDs) Per Bagian Tubuh pada Pegawai yang
menggunakan personal komputer di PT PLN ULP
Panakukkang Makassar Selatan Tahun 2021

5.9 Distribusi Tingkat Kesakitan Musculoskeletal 55


Disorders (MSDs) pada Pegawai yang
menggunakan personal komputer di PT PLN ULP
Panakukkang Makassar Selatan Tahun 2021

ix
5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan 58
Umur dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorder (MSDs) pada Pegawai yang
menggunakan personal Komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar SelatanTahun 2021

5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan 59


IMT dengan Keluhan Musculoskeletal Disorder
(MSDs) pada Pegawai yang menggunakan
personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang
Makassar SelatanTahun 2021

5.12 Distribusi Responden Berdasakan Hubungan 60


Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorder (MSDs) pada Pegawai yang
menggunakan Personal Komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar SelatanTahun 2021

5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan 61


Lama Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorder (MSDs) pada Pegawai yang
menggunakan Personal Komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar SelatanTahun 2021

5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan 63


Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorder (MSDs) pada Pegawai yang
menggunakan Personal Komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar SelatanTahun 2021

x
DAFTAR SINGKATAN

ILO : International Labour Organization

WHO : World Health Organization

GBD : Studi Global Burden of Disease

MSDs : Musculosceletal Disorders

RISKESDAS : Risat Kesehatan Dasar

BPS : Badan Pusat Statistik

GCG : Good Corporate Governance

IMT : Indeks Masa Tubuh

NBM : Nordic Body Map

REBA : Rapid Entire Body Assessment

PLN : Perusahaan Listrik Negara

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

ULP : Unit Layanan Pelanggan

BPU-PLN : Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara

PGN : Perusahaan Gas Negara

UP3 : Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan

xi
DAFTAR ISTILAH

Reversible : keluhan Sementara

Persistent : Keluhan Menetap

Work Related Factors : Faktor Pekerjaan

Awkward Posture : Postur Janggal

Twisting : Berputar

Informed Consend : Persetujuan menjadi Responden

Editing : Penyuntingan

Coding : Pengkodean

Entry : Memasukkan

Cleaning : Pembersihan

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Hasil Analisis Penelitian

Lampiran 3 : Dokumentasi

Lampiran 4 : SK Pembimbing

Lampiran 5 : SK Pengajuan Judul

Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Konfirmasi Izin Turun Penelitian

xiii
RINGKASAN

Universitas Muslim Indonesia


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Firka Wafiq Nurul Haq
14120170037
“Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada Pegawai yang Menggunakan Personal
Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan”
(84 Halaman + 17 Tabel + 10 Lampiran)

Musculoskeletal Disorders merupakan masalah kesehatan kerja yang


sering menyebabkan disabilitas mayor dikalangan pekerja. Pekerja yang
berpotensi mengalami keluhan MSDs yaitu pegawai yang menggunakan
personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.
Setiap harinya rata-rata pelanggan masuk di ruangan pelayanan 30 orang
yang bisa berpengaruh pada lama kerja pada pegawai. Terdapat pegawai
saat diwawancara mengeluhkan adanya nyeri leher atas dan gangguan
nyeri pada pinggul.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan
keluhan MSDs pada Pegawai yang menggunkan Personal computer di PT
PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan cross
sectional study. Populasi sebanyak 44 pegawai pada bagian pelayanan
jumlah sampel sebanyak 44 pegawai. Penarikan sampel diambil secara
keseluruhan (total sampling). Pengujian hipotesis dengan uji Chis Square.
Instrumen penelitian yang digunakan kuesioner, REBA, Nordic Body Map,
microtoice dan timbangan.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23,2% yang tingkat keluhan
Musculoskeletal Disorders tinggi, 45,5% yang sedang dan 52,3% yang
rendah. Terdapat hubungan postur kerja (p=0,036) dan lama kerja
(p=0,008) dengan keluhan musculoskeletal disorders pada Pegawai yang
menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang
Makassar Selatan. Sedangkan umur (p=0,392), IMT (p=0,311) dan masa
kerja (p=0,489) tidak terdapat hubungan dengan keluhan musculoskeletal
disorders pada Pegawai yang menggunakan Personal Komputer di PT
PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan. Kesimpulan dari penelitian
bahwa terdapat hubungan postur kerja dan lama kerja dengan keluhan
musculoskeletal disorders pada pegawai
Penelitian ini menyarankan kepada pegawai yang menggunakan personal
komputer agar melakukan peregangan sebelum dan sesudah kerja serta
bekerja sesuai kemampuan dan pihak kantor harus mengadakan
sosialisasi kepada pegawai terkait posisi kerja yang baik agar
meminimalisir adanya keluhan MSDs.

Jumlah Pustaka : 56 (2000-2020)


Kata kunci : Musculoskeletal disorders, pegawai, postur kerja

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluhan sistem musculoskeletal atau diistilahkan dengan

keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) adalah masalah ergonomi

yang sering dijumpai ditempat kerja. Seperti pada pekerja yang

menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama dapat

menyebabkan suatu keluhan pada bagian otot-otot skeletal, keluhan

sangat ringan sampai dengan keluhan berat (Tarwaka, 2015).

World Health Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan

bahwa kondisi musculoskeletal disorders adalah penyebab tertinggi

kedua di dunia, dengan nyeri punggung bawah menjadi penyebab

utama kecacatan secara global. Studi Global Burden of Disease

(GBD) memberikan bukti dampak kondisi musculoskeletal disorders,

menyoroti beban disabilitas yang signifikan yang terkait dengan

kondisi ini. Sementara itu, prevalensi kondisi muskuloskeletal

disorders bervariasi yaitu berdasarkan usia dan diagnosis, antara

20%– 33% orang di dunia mengalami sakit karena kondisi

musculoskeletal.

International Labour Organization (ILO) melaporkan bahwa

gangguan musculoskeletal saat ini mengalami peningkatan kasus di

banyak negara, contohnya di Negara Republik Korea, gangguan

musculoskeletal mengalami peningkatan sekitar 4.000 kasus dalam

1
2

kurun waktu 9 tahun dan di Inggris, 40% kasus penyakit akibat kerja

merupakan gangguan musculoskeletal (Larenggam,dkk 2018).

International Labour Organization (ILO) (2013), dalam

program pencegahan penyakit akibat kerja menjelaskan bahwa

musculoskeletal disorders termasuk carpal tunnel syndrome, 59% dari

semua catatan penyakit yang ditemukan pada tahun 2005 di negara

Eropa. Laporan Komisi Pengawas Eropa menghitung kasus

musculoskeletal disorders menyebabkan 49,9% ketidakhadiran kerja

lebih dari tiga hari dan 60% kasus ketidakmampuan permanen dalam

bekerja. Pada tahun 2010 di Argentina dilaporkan sebanyak 22.013

kasus dari penyakit akibat kerja, dengan musculoskeletal disorders

merupakan kejadian yang paling sering terjadi. Musculoskeletal

disorders di Korea mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari

1.634 pada tahun 2001 menjadi 5.502 pada tahun 2010 (Evadarianto,

2019).

Berdasarkan data dari Kemenkes (2018) dalam RISKESDAS

2018, prevalensi penyakit musculoskeletal yang di Indonesia yaitu

sebanyak 7,9%. Prevalensi berdasarkan diagnosis tertinggi berada di

Aceh (13,3%) diikuti oleh Bengkulu (10,5%), dan Bali (8,5%). Menurut

Kemenkes dalam RISKESDAS (2013), prevalensi penyakit

muskuloskeletal tertinggi berdasarkan pekerjaan yaitu pada petani,

nelayan dan buruh yang mencapai angka 31,2% (Riskesdas, 2018).

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 dalam Info

DATIN Kesehatan dan keselamatan Kerja 2018 menyatakan jumlah


3

usia kerja 193,55 juta jiwa dimana 133,94 juta jiwa termasuk angkatan

kerja dan 59,61 juta jiwa bukan angkatan kerja. Berdasarkan data

yang didapatkan melalui Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) 2018

didapatkan bahwa sebanyak 9.1% penduduk Indonesia mengalami

cedera di tempat kerjanya dan mengakibatkan kegiatan sehari-harinya

terganggu (Kemenkes, 2018).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2018 jumlah penyakit muculoskeletal disorders sebanyak

41.211 kasus, yaitu di kota Palu sebanyak 11.303 kasus, kabupaten

Sigi 14.815 kasus dan kabupaten Parigi sebanyak 15.093 kasus (Data

Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah. 2018) (Triastuti, dkk

2020).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gowi (2018),

didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara postur kerja

terhadap kejadian MSDs pada perawat IGD RSUD Bayu Asih

Purwakarta dengan hasil yang memiliki tingkat risiko tinggi terhadap

kejadian MSDs terdapat 13 responden dengan 9 responden

diantaranya yang perlu melakukan perbaikan postur kerja dan 4

responden lainnya tidak melakukan perbaikan postur kerja. Perbaikan

postur kerja perlu dilakukan untuk mengurangi terjadinya keluhan

MSDs.

Hasil penelitian yang di lakukan Muliati (2020), ditemukan

bahwa pekerja tenun ulos mengalami keluhan sakit terbanyak pada


4

bagian pinggang sebanyak 26 orang (86,7%). Dapat disimpulkan

sebagai berikut: Dari 30 penenun ulos yang mengalami keluhan sakit

musculoskeletal disorders sebanyak 16 orang (53,3%) dan yang tidak

mengalami keluhan sakit musculoskeletal disorders sebanyak 46,7%;

adanya hubungan yang bermakna faktor masa kerja terhadap keluhan

musculoskletal disorders dan adanya hubungan faktor lama kerja

terhadap keluhan musculoskeletal disorders; adanya pengaruh masa

kerja terhadap keluhan musculoskeletal disorders terhadap keluhan

musculoskeletal disorders di Kecamatan Siantar Selatan Kota

Pematangsiantar Tahun 2016.

Penelitian lain Atthariq dkk (2018), menyatakan bahwa pekerja

yang mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun mempunyai risiko

2.775 kali dibandingkan pekerja dengan masa kerja ≤ 4 tahun.

Penelitian Ristiani dkk (2019), yang diketahui dari 76 orang

yang memiliki IMT berisiko, sebanyak 67 pekerja (88,0%) mengalami

keluhan MSDs ringan dan 9 pekerja (12,0% ) mengalami keluhan

MSDs sedang. Kesimpulan bahwa tidak ada hubungan IMT dan

kesegaran jasmani dengan keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) pada pekerja bagian pengamplasan pengrajin kayu di

Kecamatan Dlingo.

Penelitian yang dilakukan Komaling dkk (2018), menunjukkan

bahwa responden yang berumur kurang dari 30 tahun dan lebih dari

30 tahun sama sama menunjukkan keluhan musculoskeletal disorders


5

yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang bisa

diambil ialah Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan

muskuloskeltal pada Pekerja Aviation Security di Bandar Udara Sam

Ratulangi Manado.

PT. PLN (Persero) merupakan BUMN yang mengurusi

segala aspek kelistrikan di Indonesia. Dalam melaksanakan

tugasnya PT. PLN (Persero) menerapkan tata kelola perusahaan

atau Good Corporate Governance (GCG). Aspek kunci prinsip GCG

meliputi adil, responsibilitas, transparansi, independensi,

akuntabilitas, keselarasan dan kewajaran serta tanggung jawab

untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu sebagai perusahaan

kelas dunia yang dapat memberikan layanan terbaik kepada

konsumennya (Chan dkk, 2018).

PT PLN (Persero) Unit Layana Pelanggan yang biasa disebut

(ULP) dimana sub unit ini dibawah UP3 yang membantu pengurusan

pelayanan pelanggan dan pelayanan jaringan listirk distribusi lebih

dekat dengan ruang lingkup wilayah. PT PLN (Persero) UP3 Makassar

memiliki 4 rayon, yaitu Rayon ULP Daya, Rayon ULP Panakukkang,

Rayon ULP Karebosi, Rayon ULP Mattoanging. Dan dimana masing-

masing ULP memiliki jumlah pegawai yang menngunakan personal

komputer ULP Daya memiliki pegawai berjumlah (32), ULP

Panakukkang memiliki pegawai berjumlah (44), ULP Karebosi memiliki

pegawai berjumlah (49), dan ULP Mattoanging memiliki pegawai (35)


6

pegawai. Dari hal di atas, peneliti sudah melakukan observasi di PT

PLN ULP Panakukkang selama magang saya dapat mengambil judul

tersebut karena kurangnya pengetahuannya untuk mengatur jam kerja

dan pegawai di PT PLN ULP Panakukkang sangat tertarik dengan

judul penelitian tersebut.

Pada survei awal peneliti mendapatkan beberapa data

seperti, pertama jumlah pegawai keseluruhan di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan sebanyak 44 orang, dimana mereka

menghasbiskan waktu untuk bekerja rata-rata 8 jam sehari atau 40

jam seminggu, kedua jumlah jam istirahat 1 jam dalam sehari dan ada

6 orang tenaga kerja mengalami beberapa keluhan nyeri punggung,

gemetar dan mengakibatkan pekerja mengalami musculoskeletal

disorders dampak yang dirasakan adalah terjadinya keluhan

musculoskeletal disorders pada pegawai yang menggunakan personal

komputer sehinggah saya tertarik untuk meneliti musculoskeletal

disorders di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.

Berdasarkan hal tersebut, penulis pun tertarik untuk

mengkaji lebih dalam tentang “Faktor yang berhubungan dengan

keluhan musculoskeletal disorders pada pegawai yang menggunakan

personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang diteliti adalah “Bagaimana faktor yang


7

berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders pada

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan”

1. Apakah ada hubungan antara Umur dengan keluhan

muskuloskeletal disorders pada pegawai bagian yang

menggunakan personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang

Makassar Selatan ?

2. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada pegawai yang menggunakan

personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar

Selatan ?

3. Apakah ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan

mosculoskeletal disorders pada pegawai yang menggunakan

personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar

Selatan ?

4. Apakah ada hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan

keluhan muskuloskeletal disrorders pada pegawai yang

menggunakan personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang

Makassar Selatan ?

5. Apakah ada hubungan antara postur kerja dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada pegawai personal komputer di PT

PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan ?


8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada pegawai yang menggunakan personal

komputer di PT. PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui hubungan antara umur dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada pegawai yang menggunakan

personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar

Selatan.

b. Untuk Mengetahui hubungan masa kerja dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada pegawai yang menggunakan

personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar

Selatan.

c. Untuk Mengetahui hubungan antara lama kerja dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada pegawai bagian yang

menggunakan personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang

Makassar Selatan.

d. Untuk Mengetahui hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT)

dengan keluhan mussculoskeletal disorders pada pegawai

yang menggunakan personal komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan.


9

e. Untuk Mengetahui hubungan antara postur kerja dengan

keluhan musculoskeletal disorders pada pegawai yang

menggunakan personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang

Makassar Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapakan dapat memberikan:

1. Manfaat Ilmiah

a. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan teori yang telah

didapatkan selama perkuliahan.

b. Menambah wawasan, memberikan pengalaman, dan

mempertajam kemampuan analitik peneliti dalam hal kajian

ergonomi.

2. Manfaat Institusi

a. Menjadi suatu masukan dalam pengetahuan keilmuan K3,

khususnya mengenai faktor risiko ergonomi terhadap keluhan

musculoskeletal disorders.

b. Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut terkait risiko

ergonomi.

3. Manfaat Praktis

Sebagi bahan acuan bagi penulis lain dalam melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai keluhan musculoskeletal disorders.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keluhan Musculoskeletal Disoreders

1. Definisi Musculoskeletal Disorders

Keluhan pada sistem musculoskeletal adalah keluhan yang

dirasakan seseorang pada bagian otot-otot rangka dari keluhan

yang bersifat ringan sampai yang bersifat sangat sakit. Keluhan

musculoskeletal disorder (MSDs) merupakan keluhan yang

dirasakan apabila otot menerima beban statis secara berulang

dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan keluhan berupa

kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Artha, dkk 2017).

Musculoskeletal disoreders adalah risiko kerja mengenai

gangguan otot yang disebabkan oleh kesalahan posturkerja dalam

melakukan suatu aktivitas kerja. Keluhan musculoskeletal

disoreders adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang

dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai

sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang

dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan

berupa kerusakan padasendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga

kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada system

musculoskeletal disorders. Secara garis besar keluhan otot dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2010):

10
11

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi

pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan

tersebut akan namun demikian keluhan tersebut akan segera

hilang apabila pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun

rasa sakit pada otot masih terus berlanjut (Sulaiman,dkk 2018).

2. Gejala Keluhan Musculoskletal Disorders

Musculoskeletal disorders ditandai ditandai dengan adanya

gejala sebagai berikut yaitu : nyeri, bengkak, kemerah-merahan,

panas, mati rasa, retak, atau patah pada tulang dan sendi dan

kekakuan, rasa lemas atau kehilangan daya koordinasi tangan,

susah untuk digerakkan (Aghania dkk, 2017).

3. Penyebab Keluhan Musculoskeletal disorders

Menurut Penelitian Surya (2017). (Peter, 2000)

menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya keluhan musculoskeletal disorders, yaitu:

a. Penegangan Otot yang Berlebihan

Penegangan otot yang berlebihan pada umumnya sering

dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut

pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat,

mendorong, menarik dan menahan beban yang berat.

Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan


12

tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.

b. Aktivitas Berulang

Aktivitas Berulang adalah pekerjaan yang dilakukan

secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah

kayu besar, angkat-angkut dan lain –lain. Keluhan otot terjadi

karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-

menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

c. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang

menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi

alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu

membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh

posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh,maka akan

semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.

d. Faktor-faktor Penyebab Sekunder Terjadinya Keluhan

Musculoskeletal disorders.

Adapaun faktor penyebab terjadinya Keluhan

Musculoskeletal disorders yaitu terjadinya tekanan langsung

pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan

harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak

akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan

apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot

yang menetap. Getaran juga menjadi salah satu frekuensi tinggi


13

yang menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini

menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam

laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma‟mur,

1995).

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan

kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan

pekerja menjadi lamban, sulit bergerak disertai dengan

menurunnya kekuatan otot (Beyninda, 2016).

Bahwa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) terdiri dari faktor

pekerjaan, faktor individu, faktor lingkungan dan faktor

psikososial, yang diantaranya meliputi sikap tubuh dalam bekerja

(Utami, dkk 2017).

e. Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders

1) Faktor Individu

Faktor individu sangat berpengaruh pada kejadian

keluhan musculoskeletal disorders yaitu:

1) Masa Kerja

Masa kerja yang lama dan dengan postur kerja

yang salah akan mengakibatkan keluhan musculoskeletal

disorders yang semakin hari semakin memburuk.

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga berpengaruh pada tingkat

resiko terjadinya musculoskeletal disorders. Hal ini


14

diakibatkan massa otot wanita lebih 16> rendah

dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini mengakibatkan

kejadian musculoskeletal disorders lebih banyak terjadi

pada wanita dibanding pria.

3) Usia

Semakin tua seseorang, semakin tinggi resiko

mengalami muskuloskeletal disorders. Hal ini terjadi akibat

degenerasi tulang yang mulai terjadi sejak usia 30 tahun

yang mengakibatkan penurunan elastisitas tulang.

4) Kebiasaan Olahraga

Tingkat kesegaran tubuh yang rendah memiliki

angka kejadian musculoskeletal disorders sekitar 3,2%,

sedangkan untuk tingkat kesegaran tubuh yang tinggi

memiliki angka kejadian musculoskeletal disorders sekitar

0,8%. Tingkat kesegaran tubuh dipengaruhi oleh kebiasaan

olahraga.

5) Indeks Masa Tubuh

Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah hasil adalah

hasil pengukuran antara berat badan dan tinggi badan,

dimana pengukuran ini merupakan suatu para meter untuk

opermantauan status gizi orang dewasa yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelibihan berat badan.


15

2) Faktor Pekerjaan

Faktor Pekerjaan (Work related factors) Faktor

pekerjaan dipengaruhi oleh:

1. Postur Tubuh

Postur tubuh yang tidak ergonomis akan

mengakibatkan kejadian musculoskeletal disorder semakin

meningkat. Postur tubuh yang ergonomis adalah postur

tubuh yang tidak mengakibatkan perubahan sudut tubuh

(Ide, 2007).

2. Repetisi

Repetisi adalah pola gerakan kerja yang

mengulang- ulang gerakan pada pola yang sama. Hal ini

meningkatkan kejadian Muskuloskeletal Disorders akibat

kelelahan yang timbul yang dapat mengakibatkan

kerusakan tiba- tiba (Marras & Karwowski, 2006).

3. Pekerjaan yang statis

Pekerjaan dengan keadaan statis yang dominan

memiliki frekuensi kejadian Musculoskeletal Disorders lebih

tinggi, dibandingkan gerakan yang dinamis (Marras &

Karwowski, 2006).

3) Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Postur Tubuh dalam

Bekerja

Faktor lingkungan kerja yang bepengaruh pada

kekuatan otot antara lain temperatur, alat kerja, dan luas


16

wilayah kerja (Sihawong et al., 2015; Shin & Yoo,2015)

(Simanjuntak, 2017).

6. Cara Pengukuran Keluhan Musculoskeletal Disorders

Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang

sudah dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu :

a. Leher (Bagian tubuh nomor 0 dan 1)

b. Bahu (bagian tubuh nomor 2 dan 3)

c. Lengan (bagian tubuh nomor 4 dan 6)

d. Punggung bagian atas (bagian tubuh nomor 5)

e. Siku (bagian tubuh nomor 10, dan 11)

f. Punggung bagian bawah (bagian tubuh nomor 7 dan 8

g. Pergelangan tangan/tangan (bagian tubuh nomor 14, 15, 16,

dan 17)

h. Pinggul/paha (bagian tubuh nomor 9, 18, dan 19)

i. Lutut (bagian tubuh nomor 20, 21, 22, dan 23)

j. Tumit/kaki (bagian tubuh nomor 24, 25, 26, dan 27)


17

Gambar 2.1
Bagian Tubuh Utama

Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk

menunjukkan ada atau tidaknya gangguan pada bagian-bagian

tubuh tersebut dan menentukan tingkat keluhan yang dirasakan.

Setelah menentukan tingkat keluhan, kemudian dilakukan scoring,

dimana dalam scoring keluhan atau nyeri dikategorikan menjadi 4

yaitu tidak sakit mendapatkan nilai 0, agak sakit mendapatkan nilai

1, sakit mendapatkan nilai 2, dan sangat sakit mendapatkan nilai

3. Tingkat keluhan MSDs dikatakan rendah apabila total skor NBM

28-49. Dikatakan sedang jika skor NBM 50-70, tinggi jika skor NBM

71-91dan sangat tinggi jika skor NBM 92-112. (Tarwaka, 2015).


18

E. Tinjauan Umum tentang Umur

Umur adalah pekerja dengan usia lebih dari 30 atau 40 tahun

memiliki risiko musculoskeletal disorders yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pekerja dengan usia yang lebih muda

degenerasi pada tulang dan keadaan tersebut mulai terjadi pada umur

30 tahun. Pada umur 30 tahun terjadi degenerasi berupa kerusakan

jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, dan

pengurangan cairan (Bridger, 2003) (Jusman & Nurhamidah, 2018).

Faktor kombinasi antara umur dan faktor pekerjaan yang

sangat berisiko menyebabkan kelelahan musculoskeletal, Selain itu

sebagian besar pekerja berumur di atas 35 tahun dimana responden

yang berumur lebih atau sama dengan 35 tahun memiliki risiko 9 kali

untuk mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Berbagai jenis

keluhan musculoskeletal disorders banyak ditemukan pada kelompok

pekerja usia tua, hasilnya bervariasi, dari sakit sederhana, nyeri,

ketidak nyamanan dan kesemutan (8-10).Prevalensi keluhan

muskuloskeletal meningkat sebesar 15% pada pekerja dengan

rentang usia antara 51 sampai 62 tahun khususnya pada pekerja yang

mengandalkan fisik (Hidayat,dkk 2016).

Usia yang telah lanjut kemampuan fisiknya juga menurun.

Semakin tua usia disertai kurangnya kemampuan kerja karena

perubahan fungsi tubuh, sistem kardiovaskuler dan hormonal.

Semakin tua umur seseorang, kebutuhan energi semakin menurun.


19

Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada fungsi

alat-alat tubuh. Umunya diketahui beberapa kapasitas fisik menurun

sesudah usia 40 tahun (Suma’mur, 2009).

B. Tinjauan Umum tentang Masa Kerja

Masa kerja adalah faktor risiko yang dapat mempengaruhi

individu akan terjadinya risiko keluhan musculoskeletal disorders. Jika

pekerja mengalami posisi janggal dalam waktu yang lama akan

terjadinya peningkatan risiko karena otot mendapatkan beban yang

statis secara repetitive dan waktu yang cukup lama, sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya keluhan seperti kerusakan pada sendi,

ligamen dan otot (Rahayu, 2020).

Masa kerja erat hubungannya dengan kemampuan adaptasi

antara seorang pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja.

Proses adaptasi dapat memberikan efek positif seperti dapat

menurunkan ketegangan dan peningkatan aktivitas atau performa saat

kerja. Efek negatifnya jika batas ketahanan tubuh yang berlebihan

akibat tekanan yang diperoleh pada saat proses kerja. Hal ini menjadi

sebab timbulnya kelelahan pada penurunan fungsi psikologi dan

fisiologi (Marif, 2013). Masa kerja yang lama akan mengakibatkan

perasaan jenuh dan bosan apabila pekerjaan yang dilakukan tersebut

monoton. Lamanya masa kerja ditentukan oleh tingkat kelelahan dan

keluhan otot yang dirasakan oleh pekerja. Apabila semakin lama

seseorang bekerja maka akan semakin lama pula melakukan kegiatan


20

yang berulang-ulang. Hal ini dapat meningkatkan risiko kelelahan dan

keluhan musculoskeletal disorders (Prastuti, dkk 2017).

C. Tinjauan Umum tentang Postur Kerja

Postur kerja merupakan posisi tubuh selama melakukan

aktivitas kerja yang berhubungan dengan rancangan area kerja dan

task requirement. Posisi tubuh tidak alamiah atau menyimpang secara

signifikan dari posisi normal tubuh saat aktivitas kerja disebut postur

janggal (awkward posture). Kebutuhan jumlah energi meningkat pada

saat tubuh bekerja dalam posisi janggal. Postur janggal mudah

menimbulkan lelah bagi tubuh dikarenakan kondisi perpindahan

tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien. Kondisi aktivitas yang

termasuk postur janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam

posisi menggapai, berputar (twisting), memiringkan badan, berlutut,

jongkok, memegang dalam kondisi statis dan menjepit dengan tangan

(Purbasari, dkk 2019).

Menurut Penelitian Syarifa dkk (2019), metode REBA dalam

ergonomi digunakan untuk menilai postur kerja dengan syarat

(Stanton et al, 2005):

1. Seluruh tubuh digunakan untuk bekerja

2. Postur tubuh statis, dinamis atau sering berubah

3. Dengan atau tanpa beban yang sering atau tidak

4. Modifikasi tempat kerja, peralatan, pelatihan, atau risiko dari sikap

bekerja tenaga kerja dipantau sebelum dan sesudah perubahan.


21

D. Tinjauan Umum tentang Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah sebuah pendekatan yang

tergolong praktis dan sederhana untuk menilai status gizi

seseorang. Penghitungan indeks massa tubuh (Body Mass Index)

digunakan untuk menemukan atau mendeteksi orang-orang

dengan berat badan lebih dan obes karena melakukan

pengukuran proporsi lemak tubuh secara langsung dalam

praktiknya sulit dilakukan. Quetelet, seorang ahli statistik Belgia,

merupakan orang yang pertama kali menemukan cara

pendekatan terhadap status gizi melalui indeks massa tubuh.

Indeks massa tubuh diperoleh berdasarkan perhitungan

sederhana yaitu berat badan dengan satuan kilogram (kg)

dibagi tinggi badan yang dikuadratkan (dalam meter) (Tandirerung,

dkk 2019).

Indeks masa tubuh (IMT) yang mempengaruhi terjadinya

keluhan nyeri bahu adalah IMT berlebihan atau obesitas. Pekerja

yang memiliki IMT obesitas dan melakukan pekerjaan dengan

tangan menyebabkan peningkatan kekuatan otot dan tulang pada

bahu untuk menyangga tangan sehingga hal tersebut dapat

mengakibatkan peradangan otot atau saraf pada bagian bahu

yang akhirnya dapat menimbulkan keluhan nyeri bahu. Oleh sebab

itu untuk mengurangi risiko pekerja mengalami keluhan nyeri

bahu maka pekerja dapat menyadari pentingnya menjaga


22

kesehatan atau keseimbangan gizi pekerja agar terhindar dari indeks

masa tubuh yang obesitas (Simarmata, 2020).

E. Tinjauan Umum tentang Lama Kerja

Pada umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8

jam dan sisanya 14-18 jam untuk beristirahat. Dalam seminggu orang

bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu

kecenderungan menimbulkan hal-hal yang kurang baik. Makin

panjang waktu kerja makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang

tidak diinginkan. Lama kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan

keluhan otot sehingga dapat meningkatkan risiko keluhan

musculoskeletal terutama pada pekerjaan yang menggunakan

kekuatan kerja yang tinggi. Durasi pekerjaan digolongkan menjadi

durasi singkat (2 jam/hari) (Wahyuni, 2018).

Berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan lamanya seseorang bekerja dalam sehari adalah 8

(delapan) jam atau 40 jam dalam seminggu. Sedangkan untuk lembur,

waktu yang diperbolehkan adalah 3 jam/hari. Semakin lama jam kerja

yang ditentukan, maka peluang untuk munculnya penyakit dan

kecelakaan kerja akan semakin tinggi.

F. Kerangka Teori

Berdasarkan penjelasan diatas yang disertai beberapa teori-

teori maka dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berisiko


23

terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja terbagi atas

faktor risiko indivu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Kerangka

teori tersebut adalah sebagai berikut:

Faktor Individu :

1. Jenis Kelamin
2. Umur
3. Kebiassan Merokok
4. Indeks Masa Tubuh
(IMT)
5. Postur Kerja
6. Kekuatan Fisik

Faktor Pekerjaan :

1. Lama Kerja
2. Masa Kerja
3. Beban Kerja musculoskeletal
4. Postur kerja Tidak disorders
Alamiah
5. Aktivitas Berulang
6. Peregangan Otot yang
Berlebihan

Faktor Lingkungan :

1. Getaran
2. Pencahayaan

Gambar 2.2 Kerangka Teori


Sumber: Modifikasi Teori Tarwaka (2004) dan Suma’mur (2009)
24

H. Tabel Sintesa

Nama
Desain
No Peneliti/ Judul peneliti Variabel Hasil
Studi
Tahun
1. VinaRara Faktor-Faktor Yang - keluhan Cross Kategori beban kerja beban kerja ringan
swati Berhubungan musculoskeletal Sectional sebanyak 48,6%, sedangkan yang
Sugiarto, Dengan Keluhan - Manual Handling bekerja dengan tingkat beban kerja
Melda Muskuloskeletal Pada - Frekuensi Angkut sedang sebanyak 51,4%. Hal ini
Yenni. Pekerja Angkat - Beban Kerja memungkinkan bahwa keluhan
2020 Angkut Di Pasar musculoskeletal tidak disebabkan dari
Angso Duo Jambi." kelelahan otot akibat tuntutan terhadap
kebutuhan energi hasil metabolisme
untuk otot yang bekerja melebihi
kapasitas yang ada karena tersedianya
waktu rileks dan pemulihan.
2. Ria Hubungan Antara -Sikap Kerja Cross Sikap kerja (p=0,005) dan masa kerja
Avilia Sikap Kerja Dan -Masa Kerja Sectional (p=0,044)berhubungan secara signifikan
Oley, Masa Kerja Dengan -Keluhan dengan keluhan musculoskeletal.
Lery F. Keluhan musculoskeletal
Suoth, Musculoskeletal Pada
Afnal Nelayan Di Kelurahan
Asrifuddi Batukota Kecamatan
n 2019 Lembeh Utara Kota
Bitung Tahun 2018
3. Marinaw Faktor Faktor Yang -Usia cross Ada hubungan bermakna antara usia
ati, Siti Berhubungan -Beban Kerja Sectional dengan keluhan muskuloskeletal pada
2016 Dengan Keluhan -Durasi pekerja pemanen kelapa sawit dengan
25

Nama
Desain
No Peneliti/ Judul peneliti Variabel Hasil
Studi
Tahun
Muskuloskeletal Pada nilai p-value 0,023 ,ada hubungan
Pekerja Pemanen bermakna antara beban kerja dengan
Kelapa Sawit Di Desa keluhan muskuloskeletal pada pekerja
Rantau Rasau pemanen kelapa sawit dengan p-value
Kecamatan Rantau 0,002, dan tidak ada hubungan
Rasau Kabupaten bermakna antara durasi dengan keluhan
Tanjung Jabung muskuloskeletal dengan p-value 0,772.
Timur Tahun 2016
4. Anastas Hubungan Antara -Umur Cross Posisi kerja duduk dengan keluhan
ya Posisi Kerja Duduk -Jenis Kelamin Sectional. muskuloskeletal menunjukkanterdapat
Jessica Dan Indeks Masa -Keluhan hubungan dengan nila p=0,000 dengan
Gloria Tubuh Dengan Musculoskeletal dan nilai r=0,565 yang berarti memiliki
Sigar,Le Keluhan -Posisi kerja keeratan hubungan sedang dan
ry F. Musuloskeletal Pada -Indeks Masa searah, dan tidak terdapa hubungan
Suoth, Karyawan Di Bank Tubuh antara indeks masa tubuh dengan
Joy A.M. Sulutgo Cabang keluhan muskuloskeletal dengan nilai
Rattu Utama Manado p=0,793 dan nilai r=0,565.
2019
5. Jerro H. Hubungan Antara -Usia Cross 17 responden berusia ≥30dengan
Tambuw Usia dan Masa Kerja -Masa Kerja Sectional keluhan sedang dan 36 responden
un, dengan Keluhan dengan keluhan berat; 12 responden
Nancy Muskuloskeletal pada yang berusia <30 tahun dengan keluhan
S. H. Pekerja Mebel di sedang dan 3 responden dengan
Malonda Desa Leilem Dua keluhan berat. Terdapat 21 responden
, Paul A. Kecamatan Sonder dengan masa kerja <10 tahun mengalami
26

Nama
Desain
No Peneliti/ Judul peneliti Variabel Hasil
Studi
Tahun
T. keluhan sedang dan 10 responden
Kawatu mengalami keluhan berat; 8 responden
2020 dengan masa kerja ≥10 tahun mengalami
keluhan sedang dan 29 responden
mengalami keluhan berat.
6. Muham Hubungan Postur -Usia Cross Ada hubungan antara variabel
mad Kerja, Repetisi Dan -Jenis Kelamin Sectional pengulangan pada pergelangan tangan
Viki, Tekanan Panas -Masa Kerja (p = 0,049). Tidak ada hubungan antara
Daru Dengan Keluhan -Postur Kerja postur kerja dengan keluhan MSDs di
Lestanty Musculoskeletal -Repetisi leher atas (p = 0,441), bahu (p = 0,992),
o, Siswi Disorder Pada Tubuh -Tekanan Panas lengan atas (p = 0,416), lengan bawah
Jayanti Bagian Atas (Studi (p = 0,552) dan pergelangan tangan (p
2018 Kasus Pada Pekerja = 0,529). Juga tidak ada korelasi antara
Pabrik Kue Jipang heat stress dengan keluhan MSD di
Bagian Pembentukan leher bagian atas (p = 0.528), bahu (p =
Di Kecamatan 0.904), lengan atas (p = 0.487), lengan
Ambarawa, bawah (p = 0.380) dan pergelangan
Kabupaten Semarang tangan (p = 0.429).
Jawa Tengah).
7. Intan Hubungan Antara -Keluhan Cross Responden memiliki sikap kerja
Yahya Lama Kerja Dan Musculoskeletal Sectional dikategori risiko sedang sebesar 42%
Male,Gr Sikap Kerja Dengan -Sikap Kerja dan sikap kerja dengan kategori tinggi
ace Keluhan -Lama Kerja sebesar 58%. Responden yang
Debbie Muskuloskeletal Pada mempunyai lama kerja ≤8 jam 24% dan
Kandou, Pekerja Lapangan Di lama kerja >8 jam sebesar 76%. Juga
27

Nama
Desain
No Peneliti/ Judul peneliti Variabel Hasil
Studi
Tahun
Lery Proyek Jalan Tol responden yang memiliki keluhan
Fransil Manado – Bitung muskuloskeletal dengan kategori risiko
Suoth Tahun 2018 tinggi sebesar 26% dan responden yang
2019 memiliki keluhan muskuloskeletal pada
kategori sangat tinggi sebanyak 74%.
8. Abdul Faktor-Faktor yang -Postur Kerja Cross Terhadap kejadian muskuloskeletal
Gowi Berhubu -Beban kerja Sectional yaittu faktor postur kerja dengan nilai
2018 ngan dengan -Frekuensi Kerja p value 0,038 dan faktor masa kerja
Kejadian Musku -Masa Kerja dengan nilai p value 0,004. Lalu untuk
loskeletalDisorders variable yang tidak bermakna signifikan
(MSDs)Pada yaitu faktor beban kerja value 0,415
Perawat IGD dan faktor frekuensi dengan nilai p
Tahun 2018 value 0,903.
9. Sherli Faktor Risiko -Umur Cross Nilai masing-masing variabel terhadap
Shobur, Musculoskeletal -Jenis Kelamin Sectional umur (p=0,012), lama kerja (p=0,027),
Maksuk Disorders (Msds) -Lama kerja masa kerja (p=0,027), aktivitas
Fenti Pada -Masa kerja berulang (p=0,012), kesegaran fisik
Indah Pekerja Tenun Ikat -Aktifitas Berulang (p=0,027), jenis kelamin. Sehingga
Sari, DiKelurahan Tuan -Latihan Fisika dapat disimpulkan bahwa ada
2019 Kentang Kota hubungan antara umur, lama kerja,
Palembang masa kerja, aktivitas berulang dan
kesegaran fisik serta tidak ada
hubungan jenis kelamin dengan MSDs.
10 Queena Hubungan sikap - Jenis kelamin Cross Hampir sebagian besar pekerja(91.7%)
Raihan tubuh saat bekerja - Masa kerja Sectional mengalami keluhan muskuloskeletal dan
28

Nama
Desain
No Peneliti/ Judul peneliti Variabel Hasil
Studi
Tahun
Salsabil dengan keluhan - Risiko sikap sebagian besar di antaranya adalah
a dan muskuloskeletal tubuh saatbekerja pekerja laki-laki (96.9%). Keluhan
Magdale akibat kerja pada -Keluhan muskuloskeletal yang tinggi didapatkan
na karyawan musculoskeletal pada pekerja yang sudah bekerja lebih
Wartono dari 4 tahun (96.7%) dan juga pada
2020 pekerja dengan sikap kerja berisiko tinggi
(90%) namun berdasarkan hasil
ujistatistik tidak didapatkan hubungan
antara jenis kelamin, masa kerja dan
tingkat risiko sikap tubuh dengan keluhan
muskuloskeletal (p> 0.005).
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variable yang Mau di Teliti

Musculoskeletal disorders (MSDS) merupakan salah satu

gangguan yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik atau

tidak sesuai tindakan yang mesti dilakukan. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keluhan MSDS diantaranya Umur, masa kerja, postur

kerja, lama kerja, indeks masa tubuh. Secara sistematis uraian

variabel berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Musculoskeletal Disorders

Musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan salah satu

penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat timbul

akibat tidak terselenggaranya upaya keselamatan dan kesehatan

kerja dengan baik. Konfeksi merupakan salah satu industri yang

bergerak di sektor usaha informal yang memiliki upaya kesehatan

kerja dan kesejahteraan tenaga kerja yang masih terbilang rendah

(Livandy, dkk 2018).

2. Umur

Gangguan muskuloskeletal disorders adalah salah satu

masalah kesehatan yang paling umum dan dialami oleh usia

menengah ke atas (Buckwalter et all., 1993). Beberapa studi

menemukan usia menjadi faktor penting terkait dengan MSDs.

Prevalensi MSDs meningkat ketika orang memasuki masa kerja

29
30

mereka. Pada usia 35 tahun, kebanyakan orang mulai merasakan

peristiwa atau pengalaman pertama mereka dari sakit punggung.

Meskipun demikian, kelompok usia dengan tingkat tertinggi dari

nyeri punggung adalah kelompok usia 20-24 tahun untuk pria, dan

30 -34 kelompok usia bagi perempuan (Hasrianti & Yulvi, 2016).

3. Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai

pertama kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian mulai

berlangsung. Masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan

keluhan otot dan meningkatkan risiko musculoskeletal disorders

(MSDs), terutama untuk pekerjaan yang menggunakan kekuatan

kerja yang tinggi (Septiani & Anissa, 2017).

4. Postur Kerja

Postur kerja merupakan posisi segmen tubuh dan sendi

ketika melakukan tugas kerja (ISO, 2000). Menurut Kuswono

(2016), postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisis

keefektifan dari suatu pekerjaan. Posisi kerja yang baik adalah

dimana jangkauan gerakan dari batang tubuh tidak dipaksakan

(bebas bergerak ke depan ataupun ke belakang). Postur kerja yang

tidak baik dapat menyebabkan risiko keluhan musculoskeletal.

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat

ringan sampai sakit (Grandjean, 1993 dalam Tarwaka, 2015)

(Indriaswari, dkk 2018).


31

5. Lama Kerja

Pada umumnya pekerjaan dilakukan selama 6-8 jam dalam

sehari dan 14- 18 jam sisanya digunakan untuk istirahat. Menurut

undang-undang yag terdapat pada No. 13 Tahun 2003 pasal 77

tentang waktu kerja, mangatakan bahwasannya waktu kerja yang

diberlakukan yaitu selama 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam

satu minggu dan 6 hari kerja dalam seminggu, atau 40 jam dalam

seminggu untuk 5 hari kerja dan 8 jam dalam sehari kerja.

Penambahan jam kerja dapat mempertingkat waktu istirahat dan

dapat menurunkan produktivitas dan efesiensi pekerja, timbulnya

kelelahan dan mengakibatkan penyakit serta kecelakaan lama kerja

memiliki kaitan yang kuat dengan keluhan otot yang dirasakan oleh

pekerja dan menyebabkan meningkatnya risiko keluhan

musculoskeletal disoeders terutama pada pekerjaan yang

menggunakan tenaga yang berlebih (Sari, 2020).

6. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Menurut Suma’mur (2009) kesehatan dan daya kerja

sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Pemeliharaan

tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan memerlukan zat-zat

dari makanan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja

dan meningkat sesuai pekerjaan yang lebih berat.


32

B. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan diatas,

maka muncullah kerangka konsep. Kerangka konsep terdiri dari

variable independen dan variable dependen. Variabel independen

terdiri dari umur, masa kerja, postur kerja, lama kerja, IMT. Sedangkan

variabel dependen MSDs. Dibawah ini gambaran hubungan antara

variabel dependen dan variabel independen.

Umur

Masa Kerja

Musculoskelel
Postur Kerja Disorders

Lama Kerja

Indeks Masa Tubuh


(IMT)

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

Ket:

: Variabel Independen

: Arah Penghubung

: Variabel Dependen
33

C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (H0)

a. Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan MSDs pada

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN Ulp

Panakukkang Makassar Selatan.

b. Tidak ada hubungan antara IMT dengan keluhan MSDs pada

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN Ulp

Panakukkang Makassar Selatan.

c. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs

pada pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN

Ulp Panakukkang Makassar Selatan.

d. Tidak ada hubungan antara postur kerja dengan keluhan MSDs

pada pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN

Ulp Panakukkang Makassar Selatan.

e. Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan MSDs

pada pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN

Ulp Panakukkang Makassar Selatan.

2. Hipotesis Altenatif (Ha)

a. Ada hubungan antara umur dengan keluhan MSDs pada

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN Ulp

Panakukkang Makassar Selatan.

b. Ada hubungan antara IMT dengan keluhan MSDs pada pegawai

yang menggunakan personal komputer di PT PLN Ulp

Panakukkang Makassar Selatan.


34

c. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN Ulp

Panakukkang Makassar Selatan.

d. Ada hubungan antara postur kerja dengan keluhan MSDs pada

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN Ulp

Panakukkang Makassar Selatan.

e. Ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan MSDs pada

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN Ulp

Panakukkang Makassar Selatan.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Musculoskeletal Disorders

Musculoskeletal Disorders yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah keluhan gerak atau fungsi gerak pada bagian otot-otot

skeletal, berupa rasa sakit atau nyeri diotot, pegal-pegal dan kram

yang dirasakan oleh responden yang dapat diukur dengan alat ukur

yaitu Nordic Body Map (NBM).

Kriteria Objektif :

a. Rendah: skor akhir NBM 0-20

b. Sedang: skor akhir NBM 21-41

c. Tinggi: skor akhir NBM 42-62

d. Sangat tinggi: skor akhir NBM 63-83

(Tarwaka, 2014)
35

2. Umur

Umur yang dimaksud dalam penelitian ini dalah usia

pekerja yang dihitung dari tanggal pekerja dilahirkan sampai ulang

tahun terakhir, dinyatakan dalam tahun.

Kriteria Objektif :

a. Pekerja Tua : Jika umur responden ≥ 35 Tahun

b. Pekerja Muda : Jika umur responden < 35 Tahun

(Depkes RI, 2009)

3. Masa Kerja

Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

waktu bekerja pegawai yang dihitung pada saat mulai bekerja

sampai dengan penelitianini dilakukan dalam satuan tahun.

Kriteria objektif :

a. Baru : Jika pekerja bekerja selama < 3 tahun

b. Lama : Jika pekerja bekerja selama ≥ 3 tahun

(UU Tenaga Kerja N0. 13 Tahun 2003 pasal 59)

4. Lama Kerja

Dalam penelitian ini, lama kerja di lingkungan kerja di hitung

dalam satuan jam per hari berdasarkan Undang-Undang Tenaga

Kerja Nomor 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat 2.

Kriteria objektif:

a. Memenuhi syarat : bekerja selama ≤ 8 jam/hari

b. Tidak memenuhi syarat : bekerja selama 8 jam/hari


36

5. Postur Kerja

Posisi tubuh pada saat pekerja melakukan aktivitasnya.

Posisi tubuh yang dinilai pada penelitian ini adalah saat bekerja.

Kriteria Objektif:

a. Ergonomi : apabila skor akhir REBA < 4

b. Tidak Ergonomi: apabila skor akhir REBA ≥ 4

(Hignett & McAtamney, 2000).

6. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan penilaian status gizi

pekerja untuk menilai komponen tubuh tersebut sesuai dengan

standar normal atau ideal (WHO, 2000).

Kriteria Objektif :

a. Sangat Kurus : <17,0

b. Kurus : 17,0-18,4

c. Normal : 18,5-25,0

d. Gemuk : 25,1-27,0

c. Sangat Gemuk : >27,0


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah wawancara dan

kuesioner dengan rancangan cross sectional study untuk melihat

adaya kolerasi atau hubugan antara variabel. Pada penelitian ini

peneliti hanya melakukan observasi dan pengisian quesioner pada

responden.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT PLN ULP Panakukkang

Makassar Selatan dengan waktu penelitian dari bulan Februari hingga

Maret 2021. Alasan peneliti mengambambil tempat tersebut karena

belum ada orang yang melalukan penelitian tersebut sebelumnya di

PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan jadi saya tertarik utuk

meneliti ditempat tersebut.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang

merupakan pegawai yang menggunakan personal computer di PT

PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan sebanyak 44 orang.

2. Sampel

Sampel diambil dengan teknik total sampling. Sampel

merupakan pegawai yang menggunakan personal komputer di PT

PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.

37
38

D. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk

mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian

ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta

pendukungnya yaitu:

1. Kuesioner

Kuesioner sebagai alat yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden. Kuesioner berisikan informasi tentang

identitas responden, umur, masa kerja dan musculoskeletal

disorders.

2. Lembar penilaian Nordic Body Map

Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi

yang di check list dengan metode NBM, yaitu mendeteksi nyeri

pada 28 daerah muskuloskeletal. Kuesioner NBM ini telah secara

luas digunakan oleh para ahli ergonomik untuk menilai tingkat

keparahan gangguan pada sistem muskuloskeletal, dikeluarkan

oleh OSHA (Tarwaka, 2010).

3. Lembar penilaian Rapid Entire Body Assessment (REBA).

Dalam penggunaan lembar penilaian REBA, mula-mula

setelah proses kerja direkam dan diambil gambar dengan

menggunakan kamera digital dan postur kerja yang telah ditentukan

kemudian diukur dengan menggunakan busur derajat untuk

mengetahui sudut dan menentukan besar posisi leher, punggung,


39

kaki dan lengan. Kemudian melakukan pengisian skor pada form

REBA.

4. Microtoice

Microtoice digunakan untuk mengukur tinggi badan

responden.

5. Timbangan

Timbangan digunakan untuk mengukur berat badan (kg)

responden.

6. Alat Tulis

Alat tulis adalah alat untuk mencatat hasil pengukuran

selama penelitian. Alat tulis yang digunakan berupa pensil atau

pulpen dan lembar pengukuran.

7. Kamera

Kamera adalah alat yang digunakan untuk merekam

kegiatan penelitian sebagai bukti penelitian.

E. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dengan

teknik total sampling. Teknik total sampling yaitu setiap subyek dalam

populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data mengenai faktor yang

berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders pada


40

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan dengan pelaksanaan penelitian

meliputi :

1. Peneliti meminta izin kepada responden agar dapat melakukan

penelitian, dengan cara menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

2. Responden yang ditetapkan sebagai sampel harus sesuai dengan

kriteria penelitian yaitu pegawai yang terdata dalam PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan.

3. Memberikan informasi dan tekhnis penelitian dan persetujuan

menjadi responden (informed consent).

4. Responden mengisi kuesionerdan pengisian kuesioner ditunggu

oleh peneliti.

5. Peneliti kembali mengecek semua pertanyaan sebelum mengakhiri

wawancara, untuk menghindari pertanyaan yang belum ditanyakan,

maka peneliti kembali menanyakan kepada responden untuk

mendapatkan data yang lengkap dan akurat.

G. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian

langsung terhadap obyek yang diteliti. Data tersebut diperoleh

melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dibuat

berdasarkan tujuan penelitian, kemudian pertanyaan tersebut

ditanyakan kepada responden.


41

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai

sumber antara lain arsip atau dokumen instansi terkait seperti

jumlah keseluruhan pegawai serta rekam medik mengenai

kesehatan pegawai PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.

H. Pengolahan den Penyediaan Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan

diolah dengan menggunakan program SPSS untuk menghasilkan

informasi yang benar sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan

meliputi langkah-langkah berikut:

a. Penyuntingan Data (Editing)

Sebelum diolah, data diperiksa kelengkapannya dan

melihat konsistensi jawaban masing-masing item pertanyaan dari

kuesioner penelitian.

b. Pengkodean Variabel (Coding)

Data yang sudah dikumpulkan diberi kode pada setiap

variabel untuk memudahkan pemasukan, pengelompokan dan

pengolahan data.

c. Memasukkan Data (Entry)

Data selanjutnya diinput kedalam lembar kerja SPSS

untuk masing-masing variabel. Urutan input data berdasarkan

nomor responden dalam kuesioner.


42

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Pembersihan data dilakukan pada semua lembar kerja

untuk membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama

proses input data. Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi

pada semua variabel. Data yang hilang akan dibersihkan dengan

menginput data yang benar.

2. Penyediaan Data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk table dan

narasi untuk membahas hasil penelitian yang dilakukan.

I. Analisis Data

Setelah data terkumpul, data tersebut di analisis menggunakan

uji statistik. Setelah dilakukan analisis data kemudian ditarik kesimpulan

untuk mengetahui Faktor yang berhubungan dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada pegawai yang menggunakan personal

komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.

1. Analisis Distribusi Presentasi Variabel (Univariat)

Analisis univariat yaitu analisis untuk melihat distribusi

frekuensi dan presentasi dari tiap variabel guna mendapatkan

gambaran jawaban responden dan untuk menjelaskan karakteristik

dari responden.

2. Analisis Tabulasi Silang (Bivariat)

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variable

independen, maka digunakan uji chi square dengan rumus:


43

X2 = ∑ (0-E)2
E

E
Keterangan :

O : Frekuensi observasi

E : Frekuensi data yang diharapkan

X2: ukuran mengenai perbedaan yang terdapat antara frekuensi

observasi dan frekuensi yang diharapkan.

Interpretasi:

a. Hipotesis nol diterima jika p > 0,05

b. Hipotesis nol ditolak jika p ≤ 0,05

Jika ada sel yang mempunyai nilai harapan < 5, maka

digunakan rumus Fisher Exact dimana uji ini juga reliable untuk

jumlah sampel kecil dengan rumus sebagai berikut:

P = (a + b)! (c + d)! (b + d)!


N! a! b! c! d!

Keterangan:

P = Nilai Fisher Exact

! = Faktorial

Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis

berdasarkan tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95%. Jika P=

value > 0,05, hipotesis penelitian ditolak. Sebaliknya, jika

P=value ≤ 0,05, hipotesis penelitian diterima.


44

J. Penyajian Data

Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan narasi untuk membahas hasil peneliti.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

PT. PLN (Persero) Rayon Makassar Selatan. PLN adalah

singkatan dari Perusahaan Listrik Negara. PLN adalah sebuah BUMN

yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia.

Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika

beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkitan tenaga listrik

untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik untuk kepentingan

umum di mulai sejak perusahaan swasta Belanda NV.NIGM

memperluas usahanya di bidang tenaga listrik, yang semula hanya

bergerak di bidang gas. Kemudian meluas dengan berdirinya

perusahaan swasta lainnya. Setelah diproklamirkannya kemerdekaan

Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan listrik yang dikuasai

Jepang direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan

September 1945, lalu diserahkan kepada pemerintah Republik

Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik

dan Gas oleh Presiden Soekarno. Waktu ini kapasitas pembangkit

tenaga listrik hanyalah sebesar 157,5 MW.

45
46

Tanggal 1 januari 1961, dibentuk BPU-PLN (Badan Pimpinan

Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik,gas

dan kokas.

Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2

perusahaan Negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang

mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang

mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN

sebesar 300 MW.

Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status

Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara

(PLN). Tahun 1990 melalui peraturan pemerintah No. 17, PLN

ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenaglistrikan.

Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada

sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenag listrik.

Sejalan dengan kebijakan di atas maka pada bulan Juni 1994 status

PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero).

Visi : Menjadi perusahaan listrik yang terkemuka dan pagar satu pilihan

pelanggan untuk solusi energi.

Misi :

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan

dan pemegang saham.


47

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Motto : Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik. (Electricity For a Better

Life).

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT PLN ULP Panakukkang

Makassar Selatan. Pengumpulan data dimulai pada tanggal 18 April

2021 – 20 April 2021 terhadap 44 responden yang merupakan

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan sebagai sampel yang diambil.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan

wawancara secara langsung untuk mengetahui data umur pegawai,

lama kerja dan masa kerja. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat

microtoise untuk mengukur tinggi badan dan timbangan untuk

mengukur berat badan yang kemudian digunakan untuk memperoleh

data mengenai IMT, kuesioner Rapid Entire Body Assessment (REBA)

dan menggunakan mistar busur untuk mengetahui dan mempermudah

perhitungan skor postur kerja dan kuesioner Nordic Body Map (NBM)

untuk mengetahui keluhan MSDs pegawai.


48

Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program

SPSS komputer dan kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi dan tabulasi silang (crosstab) dari responden yang telah

diperoleh peneliti yaitu 44 responden. Adapun hasil penelitian

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menganalisis setiap variabel

secara deskriptif. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

karakteristik responden dan distribusi variabel. Adapun variabel

terdiri dari variabel independen yaitu umur, IMT, masa kerja, postur

kerja dan lama kerja serta variabel dependen yaitu keluhan

Musculoskeletal Disorders.

a. Karakteristik Responden

1) Jenis Kelamin

Jenis kelamin pegawai yang menggunakan personal

komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan

laki-laki dan perempuan. Gambaran responden

berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1
Distribusi Jenis Kelamin pada Pegawai yang menggunakan
Personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang
Makassar Tahun 2021
Frekuensi
Jenis Kelamin
Jumlah Persen
Laki-laki 26 36.4
Perempuan 18 63.6
Total 44 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
49

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah

responden terbanyak terdapat pada kategori jenis kelamin

perempuan sebanyak 63,6% sedangkan jumlah responden pada

kategori jenis kelamin laki- laki sebanyak 36,4%.

b. Distribusi Responden berdasarkan Umur

Umur pegawai yang menggunakan personal komputer di

PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan terbagi atas dua

berumur muda dan berumur tua.

Tabel 5.2
Distribusi Umur pada Pegawai yang menggunakan Personal
Komputer di PT PLN ULP Panakukkang
Makassar Tahun 2021
Frekuensi
Umur
Jumlah Persen
Tua (≥35 Tahun) 16 36.4
Muda (<35 Tahun) 28 63.6
Total 44 100,0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 44 responden

diperoleh sebagian besar responden berumur muda yaitu

sebanyak 63,6% sedangkan responden yang berumur tua yaitu

sebanyak 36,4%.

c. Distribusi Responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh

Penyajian data IMT responden berdasarkan karakteristik

dalam tabel berikut:


50

Tabel 5.3
Distribusi Jenis Indeks Masa Tubuh pada Pegawai yang
menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP
Panakukkang Makassar Tahun 2021
Frekuensi
IMT Jumlah Persen
Normal 22 50.0
Gemuk 8 18.2
Sangat Gemuk 14 31.8
Total 44 100,0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 44

responden diperoleh sebagian besar responden indeks massa

tubuh normal yaitu sebanyak 50,0% responden indeks masa

tubuh gemuk yaitu sebanyak 18,2% sedangkan responden

yang indeks massa tubuh yang sangat gemuk yaitu sebanyak

(31,8%).

d. Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja

Penyajian data berdasarkan masa kerja responden

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dikategorikan masa kerja lama

apabila perawat bekerja selama >3 tahun dan dikategorikan

masa kerja baru apabila perawat bekerja selama ≤3 tahun.

Distribusi responden menurut masa kerja dapat dilihat pada

tabel 5.4
51

Tabel 5.4
Distribusi Masa Kerja pada Pegawai yang menggunakan
Personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang
Makassar Tahun 2021
Frekuensi
Masa Kerja
Jumlah Persen
Lama (>3 Tahun) 42 95,5
Baru (≤3 Tahun) 2 4,5
Total 44 100,0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 44

responden diperoleh sebagian besar responden masa kerja

yang sudah lama yaitu sebanyak 95,5% sedangkan responden

yang masa kerja yang masih baru yaitu sebanyak 4,5%.

e. Distribusi Responden berdasarkan Postur Kerja

Penyajian data berdasarkan masa kerja responden dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu dikategorikan postur kerja tidak

ergonomi apabila skor akhir REBA selama ≥4 dan dikategorikan

postur kerja ergonomi apabila skor akhir REBA <4. Distribusi

responden menurut postur kerja dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5.5
Distribusi Postur Kerja pada Pegawai yang menggunakan
Personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang
Makassar Tahun 2021
Frekuensi
Sikap Kerja
Jumlah Persen
Tidak Ergonomis 9 79.5
Ergonomis 35 20.5
Total 44 100,0
Sumber:Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 44

responden diperoleh bahwa responden yang memiliki postur


52

kerja yang tidak ergonomi yaitu sebanyak 20,5% sedangkan

responden yang sikap kerjanya ergonomi yaitu sebanyak

79,5%8.

f. Distribusi Responden berdasarkan Lama Kerja

Penyajian data berdasarkan lama kerja responden dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu Memenuhi Syarat (<= 8 Jam / Hari)

dan Tidak Memenuhi Syarat (>8 Jam / Hari). Distribusi

responden menurut lama kerja dapat dilihat pada tabel 5.6

Tabel 5.6
Distribusi Lama kerja pada Pegawai yang menggunakan
personal komputer di PT PLN ULP Panakukkang
Makassar Tahun 2021
Lama Kerja Frekuensi
Jumlah Persen
Memenuhi Syarat (<= 8 7 15.9
Jam / Hari)
Tidak Memenuhi Syarat 37 84,1
(>8 Jam / Hari)
Total 44 100,0
Sumber:Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 44

responden diperoleh sebagian besar responden Memenuhi

Syarat (<= 8 Jam/ Hari) yaitu sebanyak 15,9% sedangkan

responden yang Tidak Memenuhi Syarat (>8 Jam / Hari) yaitu

sebanyak 84,1%.
53

g. Distribusi Responden berdasarkan Keluhan Muscuoskeletal

Disorders (MSDS)

Tabel 5.7
Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada
Pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN
ULP Panakukkang Makassar Tahun 2021
Keluhan Musculoskeletal Frekuensi
Disorders (MSDs) Jumlah Persen
Tinggi 1 23,2
Sedang 20 45,5
Rendah 23 52,3
Total 44 100,0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 44 jumlah

responden, distribusi responden berdasarkan keluhan MSDs yang

diukur menggunakan kuesioner Nordic Body Map menunjukkan

bahwa terdapat 23,2% yang mengalami keluhan MSDs tinggi,

45,5% yang mengalami keluhan MSDs sedang dan 52,3%

mengalami keluhan MSDs rendah.

Berikut adalah tabel distribusi keluhan MSDs perbagian

tubuh berdasarkan jumlah responden:


54

Tabel 5.8
Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Per
Bagian Tubuh pada Pegawai yang menggunakan personal
komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar
Selatan Tahun 2021
Frekuensi
Bagian Tubuh Jumlah Persen
Leher Atas 44 7,31%
Leher Bawah 32 5,32%
Bahu Kiri 31 5,15%
Bahu Kanan 33 5,48%
Lengan Kiri Atas 13 2,16%
Punggung Atas 22 3,65%
Lengan Kanan Atas 12 1,99%
Punggung Bawah 27 4,49%
Pinggang 42 6,98%
Bokong 43 7,14%
Siku Kiri 14 2,33%
Siku Kanan 18 2,99%
Lengan Kiri Bawah 8 1,33%
Lengan Kanan Bawah 16 2,66%
Pergelangan Tangan Kiri 13 2,16%
Pergelangan Tangan 15 2,49%
Kanan
Tangan Kiri 11 1,83%
Tangan Kanan 19 3,16%
Paha Kiri 15 2,49%
Paha Kanan 20 3,32%
Lutut Kiri 27 4,49%
Lutut Kanan 18 2,99%
Betis Kiri 27 4,49%
Betis Kanan 17 2,82%
Pergelangan Kaki Kiri 22 3,65%
Pergelangan Kaki Kanan 13 2,16%
Telapak Kaki Kiri 12 1,99%
Tekapak Kaki Kanan 18 2,99%
Total 602 100,00%
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa keluhan

MSDs tertinggi terjadi pada leher atas yaitu sebanyak 44

keluhan (7,31%). Sedangkan keluhan MSDs terendah terjadi

pada lengan kiri bawah (1,33%).

Berikut adalah tabel distribusi kejadian MSDs

berdasarkan tingkat kesakitan yang dialami responden:


55

Tabel 5.9
Distribusi Tingkat Kesakitan Musculoskeletal Disorders
(MSDs) pada Pegawai yang menggunakan personal
komputer di PT PLN ULP Panakukkang
Makassar Selatan Tahun 2021
Tingkat Kesakitan
Bagian Tubuh Jum
A B C D Persen
lah
Leher Atas 16 15 7 7 44 100
Leher Bawah 17 15 8 4 44 100
Bahu Kiri 20 17 7 0 44 100
Bahu Kanan 21 17 2 4 44 100
Lengan Kiri Atas 35 5 4 0 44 100
Punggung Atas 29 9 5 1 44 100
Lengan Kanan Atas 34 6 3 1 44 100
Punggung Bawah 23 16 4 1 44 100
Pinggang 17 17 4 6 44 100
Bokong 20 10 9 5 44 100
Siku Kiri 36 4 2 2 44 100
Siku Kanan 31 9 3 1 44 100
Lengan Kiri Bawah 39 3 1 1 44 100
Lengan Kanan Bawah 34 5 4 1 44 100
Pergelangan Tangan Kiri 35 6 2 2 44 100
Pergelangan Tangan Kanan 32 9 2 1 44 100
Tangan Kiri 37 3 4 0 44 100
Tangan Kanan 31 8 4 1 44 100
Paha Kiri 35 4 4 1 44 100
Paha Kanan 31 7 5 1 44 100
Lutut Kiri 27 7 9 1 44 100
Lutut Kanan 32 6 6 0 44 100
Betis Kiri 28 8 5 3 44 100
Betis Kanan 33 7 2 2 44 100
Pergelangan Kaki Kiri 27 12 5 0 44 100
Pergelangan Kaki Kanan 33 9 2 0 44 100
Telapak Kaki Kiri 34 9 1 0 44 100
Tekapak Kaki Kanan 31 9 3 1 44 100
Sumber: Data Primer, 2021
Keterangan:

A: tidak sakit

B: sedikit sakit

C: sakit

D: sangat sakit
56

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bagian tubuh yang

merasakan tingkat kesakitan A (tidak sakit) paling tinggi berada

pada bagian tubuh yaitu lengan kiri bawah semua responden

sebanyak 39 sedangkan bagian tubuh yang merasakan tingkat

kesakitan A (tidak sakit) paling rendah berada pada bagian

tubuh leher atas yaitu sebanyak 16 responden. Bagian tubuh

yang merasakan tingkat kesakitan B (sedikit sakit) paling tinggi

berada pada bahu Kiri, bahu kanan dan pinggang yaitu

sebanyak masing-masing 17 responden sedangkan bagian

tubuh yang merasakan tingkat kesakitan B (sedikit sakit) paling

rendah berada pada bagian lengan kiri bawah dan tangn kiri

yaitu sebanyak masing- masing 3 responden.

Bagian tubuh yang merasakan tingkat kesakitan C (sakit)

paling tinggi berada pada bagian tubuh bokong dan lutut kiri

yaitu sebanyak 9 responden sedangkan bagian tubuh yang

merasakan tingkat kesakitan C (sakit) paling rendah berada

pada bagian tubuh lengan kiri bawah dan telapak kaki kiri yaitu

sebanyak masing-masing 1 responden. Bagian tubuh yang

merasakan tingkat kesakitan D (sangat sakit) paling tinggi

berada pada bagian tubuh leher atas yaitu sebanyak masing-

masing 7 responden sedangkan bagian tubuh yang merasakan

tingkat kesakitan D (sangat sakit) paling rendah berada pada

bagian tubuh bahu kiri, lengan kiri atas, tangan kiri, lutu kanan,
57

pergelangan kaki kiri, pergelangan kaki kanan dan telapak kaki

kiri yaitu sebanyak masing-masing 0 responden.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan uji statistik yang digunakan

untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu umur,

IMT, masa kerja, postur kerja dan lama kerja terhadap variabel

dependen yaitu musculoskeletal disorders. Hasil tabulasi silang

(crosstab) antara variabel independen dengan variabel dependen

adalah sebagai berikut:

a. Hubungan antara Umur dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs)

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka

diperoleh data mengenai hubungan umur dengan MSDs. Berikut

adalah hasil analisis hubungan umur dengan MSDs dapat dilihat

dalam tabel berikut ini


58

Tabel 5.10
Hubungan Umur dengan Keluhan Musculoskeletal Disorder
(MSDs) pada Pegawai yang menggunakan personal Komputer
di PT PLN ULP Panakukkang Makassar SelatanTahun 2021
Musculoskeletal Disorder (MSDs)
Umur Sedang Rendah Total P-Value
N % N % N %
Tua 9 56,3 7 43,8 16 100,0
p=0,392
Muda 12 42,9 16 57,1 28 100,0
Total 30 23 44 100,0
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang

mengalami tingkat keluhan MSDs tinggi dengan kategori umur

tua sebanyak 56,3% dan tingkat keluhan MSDs rendah dengan

kategori umur tua sebanyak 43,8%. Sedangkan yang mengalami

tingkat keluhan MSDs sedang dengan kategori umur muda

sebanyak 42,9% dan tingkat keluhan MSDs sedang dengan

kategori umur muda sebanyak 57,1%.

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai p=0.392 (p<0.05), ini berarti Ha ditolak dan H0 diterima maka

dapat disimpulkan bahwa umur tidak memiliki hubungan dengan

keluhan MSDs pada Pegawai yang menggunaakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.

Berdasarkan hasil obervasi peneliti yang dilakukan pada

pegawai menggunakan personal komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan, disebabkan karena dimana

lebih banyak pekerja yang mengambil peran itu adalah umur

muda. Hal ini disebabkan karena dimana umur muda lebih


59

banyak mengambil peran di bandingkan umur tua mengerjakan

aktivitas di kantor sehingga lebih banyak pekerja muda yang

mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Sehingga pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara

umur dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

pegawai yang pegawai yang menggunakan personal komputer di

PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.

b. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh

data mengenai hubungan indeks massa tubuh dengan keluhan

MSDs. Berikut adalah hasil analisis hubungan indeks massa

tubuh dengan MSDs dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.11
Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada Pegawai yang
menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP
Panakukkang Makassar SelatanTahun 2021
Musculoskeletal Disorder (MSDs)
Indeks Massa
Sedang Rendah Total P-Value
Tubuh n % n % N %
Normal 8 36,4 14 63,6 22 100,0
p=0,311
Gemuk 5 3,8 3 4,2 8 100,0
Sangat
8 57,1 6 42,9 14 100,0
Gemuk
Total 22 23 44
Sumber: Data Primer,2021

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang

mengalami tingkat keluhan MSDs sedang dengan kategori IMT

normal sebanyak 36,4% dan tingkat keluhan MSDs rendah


60

dengan kategori IMT normal sebanyak 63,6% yang mengalami

tingkat keluhan MSDs sedang dengan kategori IMT gemuk

sebanyak 3,8% tingkat keluhan MSDs rendah dengan kategori

IMT gemuk sebanyak 42,9%. Sedangkan yang mengalami

tingkat keluhan MsDs sedang dengan kategori IMT sangat

gemuk sebanyak 57,1% tingkat keluhan MsDs rendah dengan

kategori IMT sangat gemuk sebanyak 42,9%.

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai p=0.311 (p>0.05), ini berarti Ha ditolak dan Ho diterima

maka dapat disimpulkan bahwa IMT tidak memiliki hubungan

dengan keluhan MSDs pada Pegawai yang menggunakan

Personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar

Selatan.

Berdasarkan hasil obervasi peneliti yang dilakukan pada

pegawai menggunakan personal komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan, karena mayoritas pegawai

yang dengan IMT gemuk dan sangat gemuk menyebabkan

ketidaksanggupan tubuh dalam menopang beban tubuh yang

dapat membuat tubuh merasakan nyeri. Sehingga pada

penelitian ini tidak terdapat hubungan antara imt dengan

keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pegawai yang

pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN

ULP Panakukkang Makassar Selatan.


61

c. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh

data mengenai hubungan masa kerja dengan keluhan MSDs.

Berikut adalah hasil analisis hubungan masa kerja dengan MSDs

dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.12
Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorder (MSDs) pada Pegawai yang menggunakan Personal
Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar
SelatanTahun 2021
Musculoskeletal Disorder (MSDs)
Masa
Sedang Rendah Total P-Value
Kerja N % n % N %
Lama 21 20,0 21 22,0 42 100,0
p=0,489
Baru 0 0,0 2 8,7 2 100,0
Total 21 24 44 100,0
Sumber: Data Primer, 2021
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang

mengalami tingkat keluhan MSDs rendah dengan kategori

masa kerja lama sebanyak 2,0% dan tingkat keluhan MSDs

rendah dengan kategori masa kerja lama sebanyak 22,0%

sedangkan dengan kategori masa kerja baru yaitu 0,0% dan

tingkat keluhan MSDs rendah dengan kategori masa kerja baru

sebanyak 8,7%.

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai p=0,489 (p>0.05), ini berarti Ha ditolak dan Ho diterima

maka dapat disimpulkan bahwa Masa Kerja tidak memiliki

hubungan dengan keluhan MSDs pada Pegawai yang


62

menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan.

Berdasarkan observasi peneliti mengenai masa kerja di

lakukan pada pegawai yang menggunakan Personal Komputer

di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan. Lebih banyak

pekerja yang lama ≥ 3 tahun dibandingkan dengan pegawai

baru. Hal tersebut disebabkan karena penyusaian yang dialami

oleh pegawai yang memiliki masa kerja lama sudah bisa

menyesuaikan dengan aktivitas pekerja. Sehingga pada

penelitian ini tidak terdapat hubungan antara masa kerja

dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

pegawai yang pegawai yang menggunakan personal komputer

di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.

d. Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh

data mengenai hubungan lama kerja dengan keluhan MSDs.

Berikut adalah hasil analisis hubungan masa kerja dengan

MSDs dapat dilihat dalam tabel berikut ini.


63

Tabel 5.13
Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorder (MSDs) pada Pegawai yang menggunakan personal
komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar
SelatanTahun 2021

Musculoskeletal Disorder (MSDs)


Lama
Sedang Rendah Total P-Value
Kerja N % N % N %
Memenuhi
Syarat (<= 8 2 15.4 11 84.6 13 100,0
Jam / Hari)
Tidak p=0,008
Memenuhi
19 61.3 12 38.7 31 100,0
Syarat (>8
Jam / Hari)
Total 21 23 44 100,0
Sumber:Data Primer, 2021

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang

mengalami tingkat keluhan MSDs rendah dengan kategori lama

kerja memenuhi syarat <=8 jam/hari sebanyak 84.6% dan tingkat

keluhan MSDs sedang dengan kategori lama kerja memenuhi

syarat <=8 jam/hari sebanyak 15.4% sedangkan dengan kategori

lama kerja tidak memenuhi syarat >8 Jam / Hari yaitu 61.3% dan

tingkat keluhan MSDs sedang dengan kategori lama kerja

sebanyak 38.7%.

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai p=0,008 (p<0.05), ini berarti Ha ditolak dan Ho diterima maka

dapat disimpulkan bahwa Lama Kerja memiliki hubungan dengan

keluhan MSDs pada Pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.


64

Berdasarkan observasi peneliti bahwa pegawai yang

menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang

Makassar Selatan. Hasil penelitian risiko terjadinya keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pegawai yang mempunyai

lama kerja 8 jam lebih besar di bandingkan pegawai dengan lama

kerja ≤ 8 jam dan istirahat yakni 1 jam pada saat jam waktu makan

siang, setelah itu responden langsung melanjutkan aktivitasnya

diruangan. Hal ini menyebabakan peningkatan beban kerja otot

skeletal persendian akan meningkat karena tidak seimbangnya

waktu kerja dengan waktu istirahat. Jika pekerjaan berlangsung

dalam waktu yang lama tanpa istirahat, kemampuan tubuh akan

menurun dan dapat menyebabkan kesakitan pada anggota tubuh.

pada pegawai yang bekerja 41-48 jam/minggu atau rata-rata7-8

jam perhari menyebabkan waktu istirahat yang berkurang dan kerja

otot lebih berat sehingga risiko kejadian nyeri punggung meningkat.

Sehingga pada penelitian ini terdapat hubungan antara lama kerja

dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pegawai

yang pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN

ULP Panakukkang Makassar Selatan.


65

e. Hubungan Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh

data mengenai hubungan postur kerja dengan keluhan MSDs.

Berikut adalah hasil analisis hubungan masa kerja dengan MSDs

dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.14
Hubungan Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorder (MSDs) pada Pegawai yang menggunakan personal
komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar
SelatanTahun 2021
Musculoskeletal Disorder (MSDs)
Postur
Sedang Rendah Total P-Value
Kerja N % N % n %
Ergonomi 2 18.2 9 81.8 11 100,0
Tidak p=0,036
19 57.6 14 42.4 33 100,0
Ergonomi
Total 21 23 44 100,0
Sumber:Data Primer,2021

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang

mengalami tingkat keluhan MSDs sedang dengan kategori postur

kerja tidak ergonomi sebanyak 57,6% dan tingkat keluhan MSDs

rendah dengan kategori postur kerja tidak ergonomi sebanyak

42,4%. Sedangkan yang mengalami tingkat keluhan MSDs

sedang dengan kategori postur kerja ergonomi sebanyak 57,6%

tingkat keluhan MSDs rendah dengan kategori postur kerja

ergonomi sebanyak 42,4%.


66

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh

nilai p=0,036 (p<0.05), ini berarti Ha ditolak dan Ho diterima maka

dapat disimpulkan bahwa postur kerja memiliki hubungan dengan

keluhan MSDs pada Pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan.

Berdasarkan observasi peneliti bahwa pegawai yang

menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang

Makassar Selatan. Hasil perhitungan akhir dari penilaian dengan

menggunakan metode REBA, diperoleh hasil bahwa lebih banyak

responden dengan risiko pekerjaan sangat tinggi yang mengalami

risiko tinggi akibat pegawai yang terlalu lama duduk sehingga

mengalami Musculoskeletal Disorders (MSDs). dibandingkan

pegawai yang tingkat risikonya rendah. Dan aksi yang dianjurkan

dari risiko pekerjaan berdasarkan metode REBA pada pekerjaan

yang termasuk risiko tinggi harus diubah secepatnya karena

semakin jauh posisi bagia tubuh dari pusat gravitasi maka semikin

tinggi pula risiko otot skeletal. Sehingga pada penelitian ini

terdapat hubungan antara Postur kerja dengan keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pegawai yang pegawai

yang menggunakan personal komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan.


67

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur,

indeks massa tubuh, masa kerja, postur kerja dan lama kerja dengan

keluhan MSDs pada Pegawai yang Menggunakan Personal Komputer

di PT PLN ULP Panakakukkang Makassar Selatan. Adapun

pembahasan dari hasil analisis data variabel-variabel penelitian

dinarasikan sebagai berikut.

1. Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau nyeri punggung

merupakan gangguan dari jaringan lunak serta sistem saraf yang

dapat mempengaruhi hampir semua jaringa dan yang paling sering

melibatkan lengan dan punggung. MSDs dapat menyebabkan

kondisi yang mengganggu seperti nyeri, kesemutan, mati rasa, rasa

kaku, gemetar, gangguan tidur bahkan kadang-kadang dapat

menyebabkan kelumpuhan. MSDs merupakan cidera dan dapat

melumpuhkan yang kadang perkembangannya dapat diketahui

secara bertahap (OSHA, 2000).

Keluhan MSDs adalah keluhan yang dirasakan pada bagian-

bagian otot skeletal mulai dari keluhan sangat ringan sampai

sangat sakit. Otot yang menerima beban statis secara berulang dan

durasi yang lama, akan dapat mengakibatkan timbulnya keluhan

pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan sampai pada terjadinya

cedera berat inilah yang biasa diistilahkan keluhan MSDs (Tarwaka,


68

2004). Timbulnya keluhan MSDs bisa disebabkan karena faktor

pekerjaan seperti masa kerja, postur kerja dan beban kerja, juga

karena faktor pekerja seperti umur dan status gizi.

Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2016) dengan

judul Hubungan Risiko Patient Handling dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Perawat IGD diperoleh dari hasil dengan

menggunakan kuesioner Nordic Body Map bahwa dari 20

responden sebagian besar dalam kategori risiko tinggi yaitu 14

responden, risiko sedang 4 responden dan risiko rendah 2

responden.

Keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan personal

komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan dalam

penelitian ini ditinjau dari adanya keluhan yang oleh pegawai dan

bagian tubuh yang dirasakan keluhan berdasarkan kuesioner

Nordic Body Map (NBM). Berdasarkan hasil penelitian mengenai

keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan personal

komputer di PT PLN ULP Paakukkang Makassar Selatan

didapatkan bahwa terdapat 1 (23,2%) responden yang mengalami

keluhan MSDs kategori tinggi, 20 (45,5%) responden dalam

kategori sedang dan 23 (52,3%) responden dalam kategori rendah.

Keluhan MSDs yang terjadi pada pekerja ditempat kerja

dipicu dari intensitas pekerjaan dan kondisi pekerjaan. Aktivitas

yang dilakukan perawat dengan banyak bergerak dapat


69

menimbulkan keluhan MSDs. Sebanyak 52,3 % pegawai yang

mengalami keluhan MSDs rendah, rendahnya keluhan yang

dirasakan karena intensitas pekerjaan yang tidak berat seperti

aktivitas pelayanan yang sedikit, kemudian diselingi istirahat

dengan duduk ketika tidak melakukan aktivitas. Selain itu beberapa

pegawai melakukan aktivitas olahraga diluar waktu kerjanya

sehingga relaksasi otot yang baik sebelum melakukan pekerjaan

selanjutnya.

Keluhan otot yang dirasakan pegawai pada bagian tubuh

lebih banyak pada bagian leher atas sebanyak 44 responden,

bokong sebanyak 43 responden dan pinggang sebanyak 42

responden. Pada bagian leher atas terjadi keluhan otot karena

ditinjau dari aktivitas pegawai seperti duduk dalam jangka waktu

yang lama. Kondisi duduk yang bisa menyebabkan terjadinya

keluhan otot karena posisi duduk yang tidak ergonomis seperti

leher yang tegang sehingga hanya leher yang menerima beban

pada saat duduk terlalu lama , maka tidak seimbang otot pada

leher. Hal tersebut seperti pada penelitian yang dilakukan Safitri,

dkk (2017) 13 orang hasil dari Nordic Body Map dominan pada

bagian leher atas 5%, bahu kiri 5%, dan punggung 5%. Keluhan

MSDs pada bagian tersebut adalah bagian tubuh yang sering

timbul pada pekerja yang pekerjaannya lebih banyak dilakukan

dengan posisi berdiri dan mempunyai siklus pengulangan pendek

dan cepat sehingga menyebabkan timbulnya MSDs.


70

2. Hubungan Umur dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs)

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik seseorang

yang merupakan variabel untuk bisa melihat kondisi kesehatan

pada tingkatan usia. Pada usia 25-65 tahun umumya keluhan

muskuloskeletal mulai dirasakan. Pada umur 35 tahun keluhan

muskuloskeletal biasa dirasakan dan tingkat keluhan akan semakin

meningkat seiring bertambahnya usia. Hal tersebut terjadi karena

kekuatan dan ketahanan otot pada umur setengah baya mulai

menurun sehingga risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal

meningkat (Tarwaka, 2004).

Umur dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu

kategori umur tua dan muda. Responden yang berumur 35 tahun

keatas maka disebut umur tua sedangkan responden yang berumur

dibawah 35 tahun maka disebut umur muda. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan sebanyak 16 orang (36,4%) yang

termasuk kategori umur tua dan sebanyak 28 orang (63,6%) yang

termasuk kategori umur muda.

Hasil penelitian didapatkan 8,4% yang mengalami keluhan

MSDs rendah pada kategori umur tua. Terdapat pula umur kategori

muda dengan keluhan MSDs sedang sebanyak 7,6%, keluhan yang

dialami dikarenakan 9 diantaranya adalah jenis kelamin laki-laki

pegawai yang berumur muda lebih aktif mengambil peran dalam


71

memberikan pelayanan dan tugas yang diberikan lebih dominan

dikerjakan seperti halnya bagi mahasiswa yang sedang magang,

sehingga aktivitas tubuhnya lebih banyak bergerak yang lebih

memicu otot mengalami kelelahan.

Hasil uji statistik data diperoleh nilai p=0.392 (p<0.05), ini

berarti umur tidak memiliki hubungan dengan keluhan MSDs pada

Pegawai yang menggunaakan Personal Komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan. Hal tersebut terjadi bisa

dikarenakan pekerjaan yang dilakukan sedikit dan umur kategori

umur tua lebih mengambil peran mengontrol pegawai yang lebih

muda atau menduduki jabatan ketua dalam kelompok kerja.

Kemudian keluhan yang rendah tersebut karena semua yang

mengalami dengan jenis kelamin perempuan yang tidak banyak

mengambil aktivitas pelayanan seperti mengangkat benda yang

berat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rosadi (2015) yang menyatakan tidak terdapat hubungan

antara usia dengan MSDs pada Pada Pekerja Greasing Unit Truck

Di Pt. Harmoni Panca Utama Site Damai. Hal ini disebabkan karena

perusahaan tidak mengadakan penerimaan karyawan baik teknisi

ataupun staff selama 3 tahun pada kurun waktu tahun 2013 hingga

2015. Sehingga kondisi ini menyebabkan sebaran distribusi umur


72

yang tidak normal, dimana umur responden lebih dominan pada

usia <30 tahun, sedangkan sebaran usia >30 tahun sangat sedikit.

Hasil uji statistik nilai p = 0,169 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan MsDs pada Pekerja Greasing Unit

Truck Di Pt. Harmoni Panca Utama Site Damai.

Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang

bermakna dikarenakan faktor umur pekerja yang mengalami

keluhan MSDs lebih banyak pada kategori pekerja muda yaitu

berada pada kelompok umur <35 tahun yaitu sebanyak 63,6%

responden sedangkan keluhan MSDs pada kategori pekerja tua

yaitu pada kelompok umur ≥35 tahun yaitu sebanyak 36,4%

responden. Lebih banyak pekerja muda yang mengalami keluhan

MSDs dari pada pekerja tua dan keluhannya pada tingkatan

keluhan rendah.

Berdasarkan hasil penelitian diatas yaitu tidak adanya

hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan MSDs

maka hasil tersebut sejalan dengan apa dikemukakan Tarwaka dkk

(2004), bahwa keluhan biasanya dirasakan pada umur 35 dan

semakin bertambahya usia tingkat keluhan semakin meningkat. Hal

tersebut terjadi karena kekuatan dan ketahanan otot pada umur

setengah baya mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan

musculoskeletal meningkat. Adanya gangguan pada sistem


73

muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot sehingga

fungsinya dapat menurun.

3. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Kesehatan dan kemampuan kerja sangat berhubungan

dengan tingkat gizi seseorang. Dalam pemeliharaan tubuh,

perbaikan kerusakan sel dan jaringan, tubuh memerlukan zat-zat

yang bergizi dari makanan. Zat makanan tersebut diperlukan untuk

bekerja sebagai pemenuhan energi (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara indeks massa

tubuh dengan keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan

Personal Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar

Selatan, menyebutkan bahwa 44 total responden kategori IMT

tertinggi pada kategori normal yaitu 22 responden (50,0%),

distribusi responden kategori IMT sedang pada kategori sangat

gemuk yaitu 14 responden (31,8%). Sedangkan distribusi

responden kategori IMT terendahpada kategori gemuk yaitu 8

responden (18,2).

Hasil penelitian didapatkan sebanyak 4,2% responden yang

mengalami keluhan MSDs rendah denga kategori IMT gemuk. Hasil

penelitian mengenai tabulasi IMT dengan keluhan MSDs pada

pegawai menunjukkan bahwa dari 44 responden yang mengalami

tingkat keluhan MSDs sedang dengan kategori IMT normal


74

sebanyak 8 responden, tingkat keluhan MSDs rendah dengan

kategori IMT tidak normal sebanyak 14 responden. Sedangkan

yang mengalami tingkat keluhan MSDs sedang dengan kategori

IMT gemuk sebanyak 5 responden, tingkat keluhan MSDs rendah

dengan kategori IMT gemuk sebanyak 3 responden dan tingkat

keluhan MSDs sedang dengan kategori IMT sangat gemuk

sebanyak 8 responden dan tingkat keluhan MSDs rendah dengan

kategori IMT sangat gemuk sebanyak 6 responden. Pada kategori

umur lebih banyak yang mengalami keluhan MSDs rendah.

Penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna

dikarenakan faktor indeks massa tubuh pegawai yang mengalami

keluhan MSDs lebih banyak terdapat pada kategori IMT normal

yaitu 50,0% responden, distribusi responden kategori IMT terendah

pada kategori IMT gemuk yaitu 18,2% responden sedangkan

distribusi responden kategori IMT sedang pada kategori IMT sangat

gemuk yaitu 31,8. Dari 22 responden dalam kategori IMT normal

terdapat 21 responden diatas batas normal atau bisa dikatakan

memiliki berat badan lebih. Keluhan MSDs yang dialami responden

lebih banyak pada tingkat rendah karena aktivitas pelayanan tidak

begitu padat dan perilaku konsumsi makanan yang dilakukan yakni

berupa camilan dan minum secukupnya serta menjaga kebugaran

tubuhnya dengan berolahraga.


75

Dari hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji chi-

square diperoleh nilai p=0.311 (p>0.05). maka dapat disimpulkan

bahwa indeks massa tubuh tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan. Hal

tersebut terjadi disebabkan karena pekerja yang memiliki berat

badan diatas normal atau berat badan lebih dalam melakukan

aktivitas pekerjaannya yang normal dan lebih lamban seperti

berjalan dan istirahat yang lebih banyak sebab mengikuti kondisi

tubuh yang sulit bergerak dan kebanyakan yang masuk kategori

tersebut adalah laki-laki yang tidak bisa terlalu banyak melakukan

aktivitas gerakan tubuh.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Septiani (2017),

peneliti mengkategorikan IMT kedalam 2 kategori, yaitu berisiko

dan tidak berisiko. Kategori berisiko adalah pekerja dengan IMT

gemuk, sedangkan kategori tidak berisiko yaitu pekerja dengan IMT

normal atau IMT kurus. Diketahui bahwa sebagian pekerja dengan

IMT berisiko memiliki keluhan sedang sedangkan pada pekerja

dengan IMT tidak berisiko diketahui sebagian besar pekerja

memiliki keluhan rendah, hanya sedikit yang merasakan keluhan

sedang. Dari hasil analisis bivariat didapatkan ρ value sebesar

0,229 (>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan keluhan MSDs pada


76

pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun

2017.

Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian Hardianto

(2015), responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (>25kg/m²)

cenderung mengalami MSDs dengan keluhan berat sebesar

(14,3%) lebih besar dari pada respon den yang Indeks Massa

Tubuhnya (≤25 kg/m²) yaitu sebesar (10,4%). Hasil uji

Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai p value = 1,000 lebih besar dari

α=0,05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak ), jadi dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara indeks masa

tubuh dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

karyawan pengguna komputer PC di Kantor Pusat Bank X.

Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Icsal (2016), berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat secara

statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman diperoleh

hasil ρ = 0,012 (p>0,05) yang berarti ada hubungan antara

indeks masa tubuh (IMT) dengan keluhan muskuloskeletal

disorderspada penjahit wilayah pasar panjang.

4. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Muculoskeletal

Disorders (MSDs)

Masa kerja adalah lamanya tenaga kerja bekerja ditempat

kerja. Masa kerja dapat berdampak pada kinerja positif maupun

negatif, bertambahnya masa kerja maka pengalaman dalam


77

melaksanakan tugasnya semakin bertambah merupakan pengaruh

positif pada kinerja personal. Sebaliknya akan memberi pengaruh

negatif ketika semakin bertambahnya masa kerja maka akan

muncul kebiasaan pada tenaga kerja (Suma’mur, 2014). Masa kerja

dalam penelitian ini merupakan masa kerja pegawai dimulai dari

awal bekerja di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan

sampai penelitian ini dilakukan.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara masa kerja

dengan keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan, bahwa

dari 44 total responden yang mengalami keluhan MSDs kategori

tertinggi berada pada masa kerja (lama) yaitu sebanyak 42

responden (95,5%) sedangkan kategori terendah berada pada

masa kerja (baru) yaitu hanya 2 responden (4,5%). Hasil penelitian

didapatkan sebanyak 22,0% responden yang mengalami keluhan

MSDs rendah dengan kategori masa kerja lama.

Hasil penelitian mengenai tabulasi masa kerja dengan

keluhan MSDs pada pekerjaan pegawai, menunjukkan bahwa dari

44 responden yang mengalami tingkat keluhan MSDs rendah

dengan kategori masa kerja lama sebanyak 21 responden, tingkat

keluhan MSDs sedang dengan kategori masa kerja lama sebanyak

21 responden dan tingkat keluhan MSDs rendah dengan kategori

masa kerja lama sebanyak 42 responden. Sedangkan yang


78

mengalami tingkat keluhan MSDs rendah dengan kategori masa

kerja baru sebanyak 2 responden (8,7%).

Masa kerja dapat mempengaruhi terhadap keluhan MSDs,

namun hasil dari penelitian ini diperoleh hasil yang berbeda.

terdapat 24 responden yang termasuk kategori umur tua dan 20

responden yang mengalami keluhan MSDs tingkat rendah.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji chi-

square diperoleh nilai p=0.489 (p>0.05), maka dapat disimpulkan

bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan. Hal ini

bisa terjadi karena keluhan MSDs yang dirasakan oleh pegawai

merupakan keluhan yang dirasakan pada saat bekerja atau bersifat

sementara sehingga akumulasi waktu kerja tidak berpengaruh

secara langsung terhadap keluhan MSDs. Pada saat bekerja

pelayanan tidak begitu padat dan pada saat bekerja diselingi waktu

beristirahat dengan duduk. Waktu kerja pegawai dalam sehari

termasuk normal 8 jam sehari.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hardianto dkk (2015), mengenai faktor yang berhubungan

dengan keluhan MSDs pada karyawan Bank X, bahwa dari hasil 84

responden diperoleh nilai p=1.000 (p>0.05) maka dapat

disimpulkan bahwa pada penelitian ini masa kerja tidak memiliki


79

hubungan yang signifikan terhadap keluhan MSDs pada karyawan

bank X.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sari (2017) mengenai hubungan antara umur dan masa kerja

dengan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja laundry

yang menyatakan bahwa dari 30 responden yang memiliki masa

kerja tidak berisiko ( α= 0,05 yang berarti bahwa tidak ada

hubungan antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal

disorders pada pekerja laundry di jalan Prof. Dr. Soepomo Janturan

Yogyakarta.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dikemukakan oleh Rahman (2017) mengenai analisis postur kerja

dan faktor yang berhubungan dengan keluhan musculoskeletal

disorders pada pekerja beton sektor informal di Kelurahan Samata

Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2017 yang

menyatakan bahwa sebanyak 25 responden (56,8%) dengan masa

kerja ≥ 2 tahun yang mengalami 73 keluhan sedang, 7 responden

(15,9%) mengalami keluhan ringan. Dari hasil uji statistic Chi-

square diperoleh nilai p=0,021 yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal

disorders.
80

5. Hubungan Lama Kerja dan Keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs)

Pada umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8

jam dan sisanya 14-18 jam untuk beristirahat. Dalam seminggu

orang bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu

kecenderungan menimbulkan hal-hal yang kurang baik. Makin

panjang waktu kerja makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal

yang tidak diinginkan. Lama kerja mempunyai hubungan yang kuat

dengan keluhan otot sehingga dapat meningkatkan risiko keluhan

musculoskeletal terutama pada pekerjaan yang menggunakan

kekuatan kerja yang tinggi. Durasi pekerjaan digolongkan menjadi

durasi singkat (2 jam/hari) (Wahyuni, 2018).

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara lama kerja

dengan keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan, bahwa

dari 44 total responden yang mengalami keluhan MSDs kategori

memenuhi syarat < 8 jam/hari yaitu sebanyak 7 responden (15,9%)

sedangkan kategori tidak memenuhi syarat > 8 jam/hari yaitu 37

responden (84,1%). Hasil penelitian didapatkan sebanyak 38,7%

responden yang mengalami keluhan MSDs rendah dengan kategori

lama kerja tidak memenuhi syarat > 8 jam/hari.

Hasil penelitian lama kerja dengan keluhan MSDs pada

pekerjaan pegawai, menunjukkan bahwa dari 44 responden yang


81

mengalami tingkat keluhan MSDs rendah dengan kategori masa

kerja lama sebanyak 12 responden (38,7%) dengan lama kerja > 8

jam/hari yang mengalami sedang 19 responden (61,3%).

Sedangkan lama kerja yang memenuhi syarat yang mengalami

tingkat keluhan MSDs ringan 11 responden (84,6%) dan tingkat

keluhan MSDs sedang dengan kategori lama kerja sebanyak 2

responden (15,4%).

Dari hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji chi-

square diperoleh nilai p=0.008 (p>0.05), maka dapat disimpulkan

bahwa lama kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan

keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan. Hal

tersebut terjadi karena pekerja yang telah lama mengalami keluhan

MSDs rendah telah mampu mengetahui dan mengontrol dirinya

menyesuaikan aktivitas pekerjaan dengan kondisi tubuhnya yang

bagaimana mestinya bekerja dengan baik dari pengalaman bekerja

yang dialami.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Adriansyah (2018), mengenai faktor yang berhubungan

dengan keluhan musculoscletal disorders (MSDs) pada penenun

lipa’sa’be mandar di desa karama kecamatan tinambung kabupaten

polewali mandar, bahwa dari hasil 42 responden diperoleh nilai

p=0.000 (p>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian

ini lama kerja memiliki hubungan yang signifikan terhadap keluhan


82

MSDs pada penenun lipa’sa’be mandar di desa karama kecamatan

tinambung kabupaten polewali mandar. Hasil juga ini di pengaruhi

bahwa semakin lama sesorang bekerja maka semakin tinggi pula

ketertaparan risiko kesehatan maupun keselamatan saat ataupun

sesudah bekerja, sehingga akan menimbulkan keluhan-keluhan

fisik akibat pekerjaanya sendiri.

Penelitian ini sejalan juga dengan hasil penelitian ini

yang dilakukan oleh Utami dkk (2017), berdasarkan analisis

bivariat lama kerja dengan Kejadian Muskuloskeletal Disorders

dengan kriteria tidak Normal (>8 jam) terdapat 33

responden (78.6%) yang mengalami msds, sedangkan yang

tidak mengalami Muskuloskeletal Disorders (MSDs) terdapat 9

responden (21.4%), sedangan kriteria normal (< 8 jam)

terdapat 9 responden (45.0%) yang mengalami Muskuloskeletal

Disorders, sedangkan yang tidak mengalami MSDs terdapat 11

responden (55.0%). Berdasarkan Dari uji chi square bahwa

lama kerja dengan keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs)

memenuhi syarat Chi square, menunjukan ρ value (0,019) <

0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama

kerja dengan muskuloskeletal disorders pada petani padi di

Desa Ahuhu tahun 2017.

Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Cindyastira (2014), Hasil tabulasi menggunakan uji


83

chi-square antara lama kerja dengan keluhan MSDs

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan lama kerja yang

signifikan terhadap keluhan MSDs, yang membuat lama kerja tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs bisa saja

disebabkan oleh aspek lain misalnya frekuensi kerja yang berbeda

dan dari segi waktu istirahat tiap pekerja. Hasil observasi,

sebagian pekerja menggunakan alat bantu kerja seperti

gerobak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nurwahyuni untuk responden yang tidak

mengalami keluhan nyeri punggung bawah, persentase tertinggi

juga terdapat pada kategori lama kerja <8 jam sehari yakni

sebanyak 13 responden (18,3%). Hasil analisis uji statistik

Fisher’s Exact Test tentang hubungan antara lama kerja

dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tingkat kemaknaan

0,05 (95%) diperoleh nilai p=0.254 yang berarti nilai p>0,05 maka

Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara

lama kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tenaga

kerja bongkar muat barang di pelabuhan Nusantara Kota Pare-

Pare dikarenakan semakin lama waktu yang diperlukan dalam

melakukan pekerjaan maka akan semakin tinggi resiko yang

akan diterima dan semakin lama waktu yang diperlukan

untuk pemulihan tenaga, sehingga kesesuaian antara waktu

bekerja dengan waktu istirahat harus sesuai agar mengurangi

risiko MSDs.
84

6. Hubungan Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs)

Postur kerja merupakan posisi tubuh selama melakukan

aktivitas kerja yang berhubungan dengan rancangan area kerja dan

task requirement. Posisi tubuh tidak alamiah atau menyimpang

secara signifikan dari posisi normal tubuh saat aktivitas kerja

disebut postur janggal (awkward posture) Purbasari dkk, (2019).

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara postur kerja

dengan keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang makassar Selatan.

Menyebutkan bahwa dari 44 responden yang mengalami keluhan

MSDs kategori postur kerja yang tidak ergonomi yaitu 9 responden

(79,5%) sedangkan kategori postur kerja yang ergonomi yaitu 35

responden (20,5%). Hasil penelitian didapatkan sebanyak 17,3%

atau 9 responden yang mengalami keluhan MSDs rendah dengan

kategori postur kerja tidak ergonomis. Kemudian adapun terdapat 2

responden (5,3%) yang mengalami keluhan MSDs sedang dengan

kategori postur kerja ergonomi.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 33 responden yang

mengalami keluhan MSDs rendah dengan kategori postur kerja

ergonomi, hal itu dikarenakan posisi kerja yang cukup sesuai

dengan pekerjaan pemberian pelayanan yang mengharuskan


85

bergerak cepat seperti berjalan, duduk yang cukup lama didepan

komputer sehingga bisa memicu keluhan MSDs.

Dalam penelitian ini ada hubungan yang bermakna

dikarenakan faktor postur kerja yang mempengaruhi keluhan

MSDs. Kategori postur kerja tidak ergonomi terdapat 9 responden

(79,5%) dengan tingkat keluhan MSDs sedang 19 responden dan

rendah 14 responden sedangkan kategori postur kerja ergonomi

terdapat 35 responden (20,5%) dengan tingkat keluhan MSDs

sedang 11 responden dan rendah 34 responden. Banyak pegawai

yang mengalami keluhan MSDs yang rendah dan postur kerja yang

ergonomi.

Keluhan MSDs dengan kategori rendah yang dirasakan bisa

disebabkan sistem kerja yang cukup sesuai dan posisi kerja yang

selalu tetap dalam artian pegawai yang memberikan pelayanan

kepada palanggan bergantian dan diselingi istirahat dengan duduk.

Posisi kerja pegawai yang memberikan pelayanan seperti berdiri

dalam keadaan terlalu membungkuk dan posisi kerja pada saat

duduk yang memasukkan data pelanggan di komputer dalam

keadaan tegap dan meja kerja yang tidak terlalu tinggi. Kemudian

saat duduk didepan komputer menginput data posisi punggung

yang bungkuk dan kaki yang menyilang. Hal tersebut

mengakibatkan kondisi tubuh yang tidak seimbang sehingga ada

bagian otot yang mendapat beban lebih sehingga memicu

munculnya keluhan MSDs.


86

Dari hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji chi-

square diperoleh nilai p=0.036 (p<0.05), maka dapat disimpulkan

bahwa postur kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan

keluhan MSDs pada pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan. Hal

tersebut bisa terjadi karena posisi tubuh saat bekerja yang tidak

terlalu tinggi tingkat ketidak ergonomisnya namun dapat memicu

ketegangan otot saat bekerja seperti posisi memberikan pelayanan

kepada pelanggan yang tidak terlalu lama.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjanny (2018),

dapat dilihat dari 74 responden, yang posisi duduk dengan risiko

rendah dan mengalami keluhan MSDs kategori rendah sebanyak

35 orang (47,3%), posisi duduk risiko rendah dan keluhan MSDs

kategori sedang sebanyak 7orang (9,5%) dan posisi duduk risiko

rendah dan sebanyak 15 orang (20,3%), posisi duduk risiko sedang

dan keluhan MSDs kategori sedang sebanyak 12 orang (16,2%)

dan posisi duduk risiko sedang dan keluhan MSDs kategori tinggi

sebanyak 2 orang (2,7%). Berdasarkan hasil statistik Chi-square di

dapatkan p value sebesar 0,042 dan oleh karena nilai ρ value

(0,042<0,005). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara posisi duduk denganKeluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja pengguna

komputernon-struktural diBadan Pusat Statistik Provinsi Sumatera

UtaraTahun2018.
87

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ariyanto, 2012 bahwa tidak ada hubungan

bermakna antara posisi tubuh saat bekerja dengan kejadian

musculoskeletal disorders pada aktivitas manual handling yang

dikarenakan faktor lingkungan kerja yang terhindar dari terik

matahari dan dimungkinkan karena karyawan yang tidak 62

memiliki kegiatan olahraga rutin melakukan peregangan otot

dengan melakukan aktivitas kerjanya

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena terdapat

beberapa kekurangan dalam metode maupun pembahasan hasil

penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Data keluhan MSDs hanya berdasarkan keluhan yang dirasakan

responden, tanpa didukung dari data pegawai di PLN yang dapat

memastikan bahwa responden menderita MSDs.

2. Pengambilan gambar responden saat bekerja yang digunakan

untuk penilaian dalam REBA tidak dari segala arah tapi hanya yang

memungkinkan saja, sehingga hasil yang didapatkan mungkin

kurang akurat. Namun hal tersebut tidak mengurangi esensi

penilaian metode REBA karena postur kerja responden masih

dapat dinilai dari sisi yang dapat terlihat ketika melakukan penelitian
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis variabel yang diteliti

tentang faktor yang berhubungan dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) pada pegawai yang menggunakan Personal

Komputer di PT PLN ULP Panakukkang Makassar Selatan, maka

dapat ditarik kesimpulan:

1. Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan MSDs pada

pegawai yang menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP

Makassar Selatan

2. Tidak ada hubungan antara IMT dengan keluhan MSDs pegawai

yang menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP Makassar

Selatan

3. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs

pegawai yang menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP

Makassar Selatan

4. Ada hubungan antara postur kerja dengan keluhan MSDs pegawai

yang menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP Makassar

Selatan

5. Ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan MSDs pegawai

yang menggunakan Personal Komputer di PT PLN ULP Makassar

Selatan
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah

disajikan maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran yang kiranya

dapat memberikan manfaat peneliti berikutnya. Adapun saran yang

ingin disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Umur adalah pekerja dengan usia lebih dari 30 atau 40 tahun

memiliki risiko musculoskeletal disorders yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pekerja dengan usia yang lebih muda

degenerasi pada tulang dan keadaan tersebut mulai terjadi pada

umur 30 tahun. Diharapkan kepada pegawai yang berumur muda

atau tua agar selalu melakukan gerakan tubuh seperti peregangan

sebelum dan sesudah bekerja untuk meregangkan otot yang

tegang.

2. Indeks masa Tubuh (IMT) merupakan kesehatan dan kemampuan

kerja sangat berhubungan dengan tingkat gizi seseorang. Zat

makanan tersebut diperlukan untuk bekerja sebagai pemenuhan

energi di harapkan kepada pegawai untuk memperhatikan aktivitas

olahraga secara rutin dan memakan makanan yang bergizi.

3. Masa kerja yang dimilki akan mempengaruhi lamanya tenaga kerja

bekerja ditempat kerja. Masa kerja dapat berdampak pada kinerja

positif maupun negatif, bertambahnya masa kerja maka

pengalaman dalam melaksanakan tugasnya semakin bertambah

merupakan pengaruh positif pada kinerja personal. Diharapakan


kepada pegawai PLN agar rutin melakukan gerakan-gerakan tubuh

seperti pergangan sebelum dan sesudah bekerja untuk

meregangkan otot yang tegang.

4. Lama kerja pada umumnya dalam sehari seseorang bekerja

selama 6-8 jam dan sisanya 14-18 jam untuk beristirahat. Dalam

seminggu orang bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih

dari itu kecenderungan menimbulkan hal-hal yang kurang baik.

Makin panjang waktu kerja makin besar kemungkinan terjadinya

hal-hal yang tidak diinginkan, maka dari itu pekerja agar kiranya

mengatur shift kerjanya agar seimbang dengan jam kerjanya dan

waktu istirahat.

5. Postur kerja merupakan posisi tubuh selama melakukan aktivitas

kerja yang berhubungan dengan rancangan area kerja dan task

requirement. Diharapkan kepada pegawai sebaiknya

memperhatikan postur tubuhnya selama bekerja sebagai langkah

awal mencegah adanya keluhan Muskuloskeletal Disorders

(MSDs). Adapun untuk pekerja yang mengalami keluhan sebaiknya

tetap menjaga sikap kerjanya agar tidak menambah risiko keluhan

yang dialami.
DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, M. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan


Musculoscletal Disorders (MSDs) pada Penenun Lipa’Sa’be Mandar di
Desa Karama Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Antara, H., Kerja, P., Keluhan, D., Pada, M., Larenggam, A. K., Kawatu, P.
A. T., Adam, H., Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi, S.
(2018). Hubungan Antara Posisi Kerja Dengan Keluhan
Mukuloskeletal Pada Nelayan Di Desa Alo Utara Kecamatan Rainis
Kabupaten Kepulauan Talaud. Kesmas, 7(4).
Atthariq, A., & Putri, M. E. (2018). Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Myalgia pada Nelayan di Desa Batukaras
Pangandaran Jawa Barat. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 14(1),
74.
Bintang, A. N., Dewi, S. K., Menggunakan, D., & Reba, M. (2012).
Susihono. Jurnal Teknik Industri, 18(1), 43.
Cindyastira, D., Russeng, S. S., & Wahyuni, A. (2014). Hubungan
Intensitas Getaran Dengan Keluhan Muskuloskeletal Disorders
(MSDs) Pada Tenaga Kerja Unit Produksi Paving Block CV. Sumber
Galian Makassar Univ Hasanuddin.
Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Indonesia: Departemen
Kesehatan.
Evadarianto, N. (2017). Postur Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorders Pada Pekerja Manual Handlingbagian Rolling Mill. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 6(1), 97.
Fatmawati, A. Z. (2016). Hubungan Risiko Patient Handling dengan
Keluhan Muskuloskeletal Pada Perawat Bagian IGD RSUD DR.
Moewardi di Surakarta. Kesehatan Masyarakat.
Gowi, A. G. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Perawat IGD Tahun 2018.
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 8(1).
Hardianto; Trisnawati, E., & Rossa, I. (2015). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Pada Karyawan Bank X. Jumantik, 2(2).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29406/jjum.v2i2.328
Hasrianti, Y. (2016). Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan
Musculoskeletal pada Pekerja di PT. Maruki International Indonesia
Makassar. Universitas Hasanudin, Makasar: Skripsi Dipublikasikan.
Hidayat, R., Hariyono, W., & Sutomo, A. H. (2016). Penyebab Keluhan
Muskuloskeletal pada Perajin Mebel Ukir di Bantul Causes of
Musculoskeletal Complaint on Carving Crafters in Bantul. Jurnal
Kedokteran Masyarakat (BKM Journal of Community Medicine and
Public Health), 32(8), 251–256.
Icsal, M., Sabilu, Y., & Pratiwi, A. D. (2016). Faktor yang berhubungan
dengan keluhan musculoskeletal disorders (msds) pada penjahit
wilayah pasar panjang kota kendari tahun 2016. (Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat), 1(2).
Indraswari, A., Werdani, K. E., & KM, S. (2018). Hubungan Postur Kerja
dengan Risiko Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada
Pengayuh Becak di Wilayah Kecamatan Delanggu (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Kesmas, J., Jessica, A., Sigar, G., Suoth, L. F., Rattu, J. A. M., Kesehatan,
F., & Sam, M. (2019). Hubungan Antara Posisi Kerja Duduk Dan
Indeks Masa Tubuh Dengan Keluhan Musuloskeletal Pada Karyawan
Di Bank Sulutgo Cabang Utama Manado. Kesmas, 8(7), 380–387.
Kemenkes, Hasil Utama RISKESDAS 2018, Badan Penelitian dan
Pengembangankesehatan, Jakarta, 2018.
Kemenkes, Info DATIN Keselamatan dan kesehatan Kerja, Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Jakarta 2018.
Komalig, M. R., Pegi, & Kantohe, M. (2018). Hubungan antara Umur dan
Indeks Massa Tubuh dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja
Aviation Security ( AVSEC ) di Bandar Udara. Journal of Commmunity
and Emergency, 6(1), 13–17.
Livandy, V., & Setiadi, T. H. (2018). Prevalensi Gangguan Muskuloskeletal
pada Pekerja Konfeksi Bagian Penjahitan di Kecamatan Pademangan
Jakarta Utara periode Januari 2016. Tarumanagara Medical Journal,
1(1), 183–191.
Male, I. Y., Kandou, G. D., Suoth, L. F., Kesehatan, F., Universitas, M., &
Ratulangi, S. (2019). Hubungan Antara Lama Kerja Dan Sikap Kerja
Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Lapangan Di Proyek
Jalan Tol Manado – Bitung Tahun 2018. Kesmas, 7(5).
Manengkey, O. K., Josephus, J., & Pinontoan, O. R. (2016). Analisis
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Keluhan
Muskuloskeletal Pada Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP
Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Kesehatan Masyarakat.
Oley, R. A., Suoth, L. F., & Asrifuddin, A. (2018). Hubungan Antara Sikap
Kerja dan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskleletal pada
Nelayan di Kelurahan Batukota Kecamatan Lembeh Utara Kota
Bitung Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(5).
OSHA. Ergonomic: The Study of work. US Departement of Labor
Occupational Safety and Health Administration. , Pub. L. No. 3125
(2000).
Pasien, P., Dan, P., Di, L., & Kamonji, P. (2019). 1* , 1 , 2. 5(2), 9–17.
Prastuti, T. N., & Martiana, T. (2017). t. The Indonesian Journal of Public
Health, 12(1), 64.
Prawira, M. A., Yanti, N. P. N., Kurniawan, E., & Artha, L. P. W. (2017).
Factors Related Musculoskeletal Disorders on Students of Udayana
University on 2016. Journal of Industrial Hygiene and Occupational
Health, 1(2), 101.
Purbasari, A. (2019). Analisis Postur Kerja Secara Ergonomi Pada
Operator Pencetakan Pilar Yang Menimbulkan Risiko
Musculoskeletal. Sigma Teknika, 2(2), 143.
Purba, N. P., Kalsum, & Eka Lestari Mahyuni. (2015). Keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Sales Promotion Girl (SPG)
Pengguna Sepatu Hak Tinggi Di Suzuya Medan Plaza Pada Tahun
2015. Lingkungan Dan Kesehatan Kerja, 4.
Puteri, A. D., & Afrianti, S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Unit Pelayanan Teknik Di
Pt . Pln Bangkinang Kota. PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat,
3(1), 23–34.
Raraswati, V., Sugiarto, & Yenni, M. (2020). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Angkat
Angkut Di Pasar Angso Duo Jambi. Journal of Healthcare Technology
and Medicine, 6(1), 441–448.
Rahman, A. 2017. Analisis Postur Kerja dan Faktor yang Berhubungan
dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Beton
Sektor Informal di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa Tahun 2017. Skripsi. Makassar: Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Ristiani, D. A. (2019). Analisa Faktor Resiko Penyebab Keluhan
Muskuloskeletal Disorders pada Pengamplas Pengrajin Kayu di
Kecamatan Dlingo.
Rosadi, D. (2015). Hubungan Postur Kerja terhadap Keluhan
Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Pelumasan (Greasing) Unit
Truck di PT. Harmoni Panca Utama (Doctoral dissertation, Universitas
Binawan).
Salsabila, Q. R., & Wartono, M. (2020). Hubungan sikap tubuh saat
bekerja dengan keluhan muskuloskeletal akibat kerja pada karyawan.
Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 3(4), 169–175.
Safitri, A., & Prasetyo, E. (2017). Faktor €“Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Musculoskeletal Disorders (Msds) Di Bagian
Finishing Unit Coating Pt. Pura Barutama Kudus. Jurnal Keperawatan
dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 6(1).
Shobur, S., Maksuk, M., & Sari, F. I. (2019). Faktor Risiko Musculoskeletal
Disorders (Msds) Pada Pekerja Tenun Ikat Di Kelurahan Tuan
Kentang Kota Palembang. Jurnal Medikes (Media Informasi
Kesehatan), 6(2), 113–122.
Sari, E.N. 2017. Hubungan Antara Umur dan Masa Kerja dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Laundry.Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan
Sari, M. I. (2020). Hubungan Postur Kerja dan Faktor Individu Dengan
Keluhan Musculoskeletal DisordersPada Pekerja Nelayan Di Desa
Nenassiam Kecamatan Medang Deras (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
Septiani, A. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja bagian meat
preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017
(Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2017).
Suma’mur, P. (2009). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja
(HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto.
Suma’mur, P. (2014). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes) (2nd ed.). Jakarta: Sagung Seto.
Siantar, K., Kota, S., & Tahun, P. (2020). Faktor yang Berhubungan
Dengan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Tenun Ulos
di Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar Tahun 2016
Muliati. 10, 132–145.
Simanjuntak, desindah loria. (2019). Hubungan Postur Kerja Dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorder Pada Perawat Di Instalasi Rawat
Inap Rsud Abdul Moeloek. 1689–1699.
Simarmata, Rosa, M., Wahyuni, I., & Ekawati. (2020). Literature Review :
Indeks Masa Tubuh, Durasi Dan Postur Kerja Berdiri Dengan Keluhan
Nyeri Bahu Dan Kaki Pada Pekerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 8(6).
Surya, R. Z. (2017). Pemetaan Potensi Muskuloskletal Disorders (MSDs)
pada Aktivitas Manual Material Handling (MMH) Kelapa Sawit. JIEMS
(Journal of Industrial Engineering and Management Systems), 10(1),
25–33.
Tambuwun, J. H., Malonda, N. S. H., & Kawatu, P. A. T. (2020). Hubungan
Antara Usia dan Masa Kerja dengan Keluhan Muskulo-skeletal pada
Pekerja Mebel di Desa Leilem Dua Kecamatan Sonder. Medical
Scope Journal, 1(2), 1–6.
Tarwaka. 2004. Ergonomi industri. Surakarta : Harapan Press
Tarwaka, Bakri, S. H., & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi Untuk
Keselamatan, Kesehatan Dan Produktivitas Kerja (1st ed.; J. H.
Santosa, Ed.). Retrieved from http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-
content/uploads/2016/03/Buku- Ergonomi.pdf
Tarwaka. (2010). Ergonomi Industri: SHA Ergonomic Untuk Kesehatan,
and Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta.
Tarwaka. (2014). Ergonomi Industri: Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi
dan Aplikasi di Tempat Kerja (2nd ed.). Surakarta: Harapan Press
Surakarta.
Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri: Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi
dan Aplikasi di Tempat Kerja Revisi Edisi II. Surakarta: Harapan
Press
Tarwaka, 2015. Ergonomi Industri : Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi
dan Aplikasi di Tempat Kerja. Solo: Harapan Press Solo. Revisi Edisi:
2
Triastuti, D., Afni, N., Reza, A., & Chairin, A. (n.d.). Kerja Bongkar Muat.
153–164.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat
2 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta. Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Jakarta. Indonesia.
Utami, U., Karimuna, S., & Jufri, N. (2017). Hubungan Lama Kerja, Sikap
Kerja Dan Beban Kerja Dengan Muskuloskeletal Disorders (Msds)
Pada Petani Padi Di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten
Konawe Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Unsyiah, 2(6), 198186.
Viki, M., Lestantyo, D., & Jayanti, S. (2018). Hubungan Postur Kerja,
Repitisi dan Tekanan Panas Dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorder Pada Tubuh Bagian Atas. Jurnak Kesehatan Masyarakat
FKM UNDIP, 53(9), 1689–1699.
Wahyuni, S. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan
Subyektif Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pekerja Pembuat
Bakso (Studi Pada Pekerja Pembuat Bakso Kelurahan Gayamsari
Kota Semarang) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang).
WHO. (2020). Preventing and Managing The Global Epidemic. Genava:
Word Health Organization.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
MUSKULOSKELETAL DISORDERS PADA PEGAWAI YANG
MENGGUNAKAN PERSONAL KOMPUTER DI PT PLN ULP
PANAKUKKANG MAKASSAR SELATAN
Bismillahirrahmanirrahim
Saya adalah mahasiswa jurusan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia yang

sedang menyusun tugas akhir skripsi. Kuesioner ini mengenai Faktor yang

Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

Pegawai yang menggunakan personal komputer di PT PLN ULP

Panakukkang Makassar Selatan. Mohon kesediaannya untuk mengisi

kuesioner ini sesuai kondisi anda yang sebenarnya.

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


1. Jawablah pertanyaan dengan runtut, singkat, benar dan jujur.
2. Terima kasih anda mengisi dengan apa adanya
3. Data ini dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Hari / Tanggal :

Nomor responden :

I. Identitas responden

1. Nama :
2. Tempat / tanggal lahir :
3. Jenis kelamin :
4. Umur : Tahun
5. Alamat :
II. Data Pekerjaan
1. Lama Kerja : Jam/hari
2. Masa Kerja : Tahun
III. Indeks Massa Tubuh

1. Berat badan : Kg
2. Tinggi badan : Cm
3. IMT : Kg/m2
IV. Keluhan Musculoskeletal Disorders

Lampiran Nordic Body Map

Sebutkan nomor pada bagian tubuh yang anda rasakan keluhan !


Lampiran Kuesioner Nordic Body Map

Keluhan
No Lokasi Rasa Tingkat
yang
Sakit dirasakan Keluhan
0. Leher atas 1234567 0123
1. Leher bawah 1234567 0123
2. Bahu kiri 1234567 0123
3. Bahu kanan 1234567 0123
4. Lengan kiri atas 1234567 0123
5. Punggung atas 1234567 0123
6. Lengan kanan atas 1234567 0123
7. Punggung bawah 1234567 0123
8. Pinggang 1234567 0123
9. Bokong 1234567 0123
10. Siku kiri 1234567 0123
11. Siku kanan 1234567 0123
12. Lengan kiri bawah 1234567 0123
13. Lengan kanan 1234567 0123
bawah
14. Pergelangan tangan 1234567 0123
kiri
15. Pergelangan tangan 1234567 0123
kanan
16. Tangan kiri 1234567 0123
17. Tangan kanan 1234567 0123
18. Paha kiri 1234567 0123
19. Paha kanan 1234567 0123
20. Lutut kiri 1234567 0123
21. Lutut kanan 1234567 0123
22. Betis kiri 1234567 0123
23. Betis kanan 1234567 0123
24. Pergelangan kaki kiri 1234567 0123
25. Pergelangan kaki 1234567 0123
kanan
26. Telapak kaki kiri 1234567 0123
27. Telapak kaki kanan 1234567 0123

Keterangan:

Keluhan: 1. Sakit/Nyeri 2.Panas 3. Kramp. 4.Mati Rasa 5. Bengkak 6.


Kaku/Kesemutan 7.Pegal-Pegal.

Tingkat Keluhan: 0. Tidak Sakit,1. Sedikit Sakit 2. Sakit. 3. Sangat Sakit


Pengukuran Sikap Kerja Dengan Metode

REBA (Rapid Entry Body Assesment)

Tabel A.

1. Pergerakan Leher
Pergerakan Nilai Penambahan Nilai

Fleksi 00-200 1 +1 Jika leher memutar Skor:


atau miring
Fleksi/ekstens 2
i>200

2. Pergerakan Punggung
Pergerakan Nilai Penambahan skor:
Skor Nilai
Tegak Lurus 1 +1 Jika Posisi
Fleksi/Ekstensi 2 punggung
0
0 -20 0 memutar atau
Fleksi 200-600 3 miring
Ekstensi > 20 0

Fleksi > 600 4


3. Pergerakkan Kaki

Pergerakan NilaiSkor Penambahan


Nilai
Skor:
Posisi Kaki Stabil 1 +1 Jika lutut
atau tegak lurus, ditekuk 300-600
berdiri,berjalan Fleksion
atau duduk

Posisi Kaki tidak 2


+2 jika lutut
stabil atau tidak
ditekuk sebesar >
tegak lurus, pada
600(tidak dalam
postur yang tidak
posisi duduk)
stabil

Tabel B

1. Pergerakan Lengan Atas

Pergerakan Nilai Penambahan Nilai


Skor
Ekstensi 1 +1 jika lengan Skor:
200 atas abduksi
Fleksi 200 atau berputar
Ekstensi 2 +1 Jika bahu naik
>200 atau mengangkat
Fleksi 200- -1 jika lengan atas
450 mendapat sokongan
Fleksi 450- 3 atau tumpuan
900
Fleksi >900 4
2. Pergerakan lengan Bawah

Pergerakan Nilai Skor:


Skor
Fleksi 600- 1
1000
Fleksi <600 2
Fleksi >1000

3. Pergerakan Pergelangan

Pergerakan Nilai Penambahan Skor:


Skor Nilai
Fleksi/Ekstensi 1 +1 jika posisi
00-150 pergelangan
Fleksi/Ekstensi 2 tangan berputar
>150 atau
menyimpang
TABEL SKOR REBA

Skor Tabel A

Leher
Badan 1 2 3
Kaki Kaki Kaki
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Beban
0 1 2 +1
Penambahan beban
<5kg 5-10kg >10kg secara tiba-tiva
atau secara cepat
Skor Tabel B

Lengan
Bawah
Lengan 1 2
Pergelangan Tangan Pergelangan Tangan
1 2 3 1 2 3
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Genggam
an
0 - Baik 1 – Kurang Baik 2 - Buruk 3 – Tidak Dapat
Diterima
Peganga Pegangan tangan Pegangan Dipaksakan,
n pas bisa diterima tapi tangan tidak genggaman yang
dan tepat tidak ideal/coupling bisa diterima tidsk aman, tanpa
ditengah lebih sesuai walaupun pegangan cuopling
genggama digunakan oleh memungkinka tidak sesuai
n kuat bagian lain dari n digunakan oleh
tubuh bagian lain dari
tubuh
Skor Tabel C

Tabel C
Skor Skor A
B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 8 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Aktivitas
+1 = jika 1 atau +1=jika +1 = Jika gerakan
lebih bagian tubuh pengulangan menyebabkan
statis, ditahan >1 gerakan dalam perubahan atau
menit rentang waktu pergeseran postur
singkat, diulang yang cepat dari posisi
lebih dari 4x awal
pemenit
(tidak termasuk
berjalan)
Action Skor Tingkat Tindakan Pengendalian
Level REBA Risiko Lebih Lanjut
0 1 Tidak ada Tidak Perlu Tindakan Lebih
Risiko Lanjut
1 2-3 Risiko Mungkin Perlu Tindakan
Rendah
2 4-7 Risiko Sedang Perlu Tindakan
3 8-10 Risiko Tinggi Perlu Tindakan Secepatnya
4 11-15 Risiko Sangat Perlu Tindakan Sekarang
Tinggi Juga
Lampiran 2 Hasil Analisis Penelitian

A. Analisis Univariat

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Pekerja Tua (>= 35 Tahun) 16 36.4 36.4 36.4


Va
Pekerja Muda (< 35 Tahun) 28 63.6 63.6 100.0
lid
Total 44 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 26 59.1 59.1 59.1


Va
Perempuan 18 40.9 40.9 100.0
lid
Total 44 100.0 100.0

Lama Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Memenuhi Syarat (<= 8 Jam / 13 29.5 29.5 29.5


Hari)
Va
Tidak Memenuhi Syarat (>8 31 70.5 70.5 100.0
lid
Jam / Hari)

Total 44 100.0 100.0

Masa Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baru (< 3 Tahun) 2 4.5 4.5 4.5


Va
Lama (>= 3 Tahun) 42 95.5 95.5 100.0
lid
Total 44 100.0 100.0
Postur Kerja

Frequen Percent Valid Cumulative Percent


cy Percent

V
Ergonomi 11 25.0 25.0 25.0
aTidak Ergonomi 33 75.0 75.0 100.0
l
44 100.0 100.0
iTotal
d

Indeks Masa Tubuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Normal 22 50.0 50.0 50.0

Gemuk 8 18.2 18.2 68.2


Valid
Sangat Gemuk 14 31.8 31.8 100.0

Total 44 100.0 100.0

Muskuloskeletal Disorder

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rendah 23 52.3 52.3 52.3

Valid Sedang 21 47.7 47.7 100.0

Total 44 100.0 100.0


B. Analisis Bivariat
1. Umur * Muskuloskeletal Disorder

Crosstab

Muskuloskeletal Disorder Total

Rendah Sedang

Count 7 9 16

Expected Count 8.4 7.6 16.0

% within Umur 43.8% 56.3% 100.0%


Pekerja Tua (>= 35 Tahun)
% within Muskuloskeletal 30.4% 42.9% 36.4%

U Disorder

m % of Total 15.9% 20.5% 36.4%


u Count 16 12 28
r Expected Count 14.6 13.4 28.0

% within Umur 57.1% 42.9% 100.0%


Pekerja Muda (< 35 Tahun)
% within Muskuloskeletal 69.6% 57.1% 63.6%
Disorder

% of Total 36.4% 27.3% 63.6%


Count 23 21 44

Expected Count 23.0 21.0 44.0

% within Umur 52.3% 47.7% 100.0%


Total
% within Muskuloskeletal 100.0% 100.0% 100.0%
Disorder

% of Total 52.3% 47.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .732a 1 .392


Continuity Correctionb .294 1 .588
Likelihood Ratio .733 1 .392
Fisher's Exact Test .533 .294
Linear-by-Linear .715 1 .398
Association
N of Valid Cases 44

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.64.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Umur (Pekerja .583 .169 2.014


Tua (>= 35 Tahun) / Pekerja
Muda (< 35 Tahun))
For cohort Muskuloskeletal .766 .403 1.454
Disorder = Rendah
For cohort Muskuloskeletal 1.313 .715 2.411
Disorder = Sedang
N of Valid Cases 44

2. Lama Kerja * Muskuloskeletal Disorders

Crosstab

Muskuloskeletal Disorder Total

Rendah Sedang

Count 11 2 13

Expected Count 6.8 6.2 13.0

Memenuhi Syarat (<= 8 Jam / % within Lama Kerja 84.6% 15.4% 100.0%
Hari) % within Muskuloskeletal 47.8% 9.5% 29.5%
Disorder

Lama % of Total 25.0% 4.5% 29.5%


Kerja Count 12 19 31

Expected Count 16.2 14.8 31.0

Tidak Memenuhi Syarat (>8 % within Lama Kerja 38.7% 61.3% 100.0%
Jam / Hari) % within Muskuloskeletal 52.2% 90.5% 70.5%
Disorder

% of Total 27.3% 43.2% 70.5%


Count 23 21 44

Expected Count 23.0 21.0 44.0

% within Lama Kerja 52.3% 47.7% 100.0%


Total
% within Muskuloskeletal 100.0% 100.0% 100.0%
Disorder

% of Total 52.3% 47.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.736a 1 .005


Continuity Correctionb 6.006 1 .014
Likelihood Ratio 8.363 1 .004
Fisher's Exact Test .008 .006
Linear-by-Linear Association 7.561 1 .006
N of Valid Cases 44

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.20.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Lama Kerja 8.708 1.638 46.307


(Memenuhi Syarat (<= 8 Jam /
Hari) / Tidak Memenuhi Syarat
(>8 Jam / Hari))
For cohort Muskuloskeletal 2.186 1.326 3.604
Disorder = Rendah
For cohort Muskuloskeletal .251 .068 .926
Disorder = Sedang
N of Valid Cases 44
3. Masa Kerja * Muskuloskeletal Disorder

Crosstab

Muskuloskeletal Disorder Total

Rendah Sedang

Count 2 0 2

Expected Count 1.0 1.0 2.0

% within Masa Kerja 100.0% 0.0% 100.0%


Baru (< 3 Tahun)
% within Muskuloskeletal 8.7% 0.0% 4.5%
Disorder

Masa % of Total 4.5% 0.0% 4.5%


Kerja Count 21 21 42

Expected Count 22.0 20.0 42.0

% within Masa Kerja 50.0% 50.0% 100.0%


Lama (>= 3 Tahun)
% within Muskuloskeletal 91.3% 100.0% 95.5%
Disorder

% of Total 47.7% 47.7% 95.5%


Count 23 21 44

Expected Count 23.0 21.0 44.0

% within Masa Kerja 52.3% 47.7% 100.0%


Total
% within Muskuloskeletal 100.0% 100.0% 100.0%
Disorder

% of Total 52.3% 47.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.913a 1 .167


Continuity Correctionb .434 1 .510
Likelihood Ratio 2.682 1 .102
Fisher's Exact Test .489 .267
Linear-by-Linear Association 1.870 1 .172
N of Valid Cases 44

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .95.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Muskuloskeletal 2.000 1.478 2.706


Disorder = Rendah
N of Valid Cases 44

4. Postur Kerja * Muskuloskeletal Disorder

Crosstab

Muskuloskeletal Disorder Total

Rendah Sedang

Count 9 2 11

Expected Count 5.8 5.3 11.0

% within Postur Kerja 81.8% 18.2% 100.0%


Ergonomi
% within Muskuloskeletal 39.1% 9.5% 25.0%
Disorder

% of Total 20.5% 4.5% 25.0%


Postur Kerja
Count 14 19 33

Expected Count 17.3 15.8 33.0

% within Postur Kerja 42.4% 57.6% 100.0%


Tidak Ergonomi
% within Muskuloskeletal 60.9% 90.5% 75.0%
Disorder

% of Total 31.8% 43.2% 75.0%


Count 23 21 44

Expected Count 23.0 21.0 44.0

% within Postur Kerja 52.3% 47.7% 100.0%


Total
% within Muskuloskeletal 100.0% 100.0% 100.0%
Disorder

% of Total 52.3% 47.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.132a 1 .023


Continuity Correctionb 3.674 1 .055
Likelihood Ratio 5.488 1 .019
Fisher's Exact Test .036 .026
Linear-by-Linear Association 5.015 1 .025
N of Valid Cases 44

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.25.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Postur Kerja 6.107 1.138 32.785


(Ergonomi / Tidak Ergonomi)
For cohort Muskuloskeletal 1.929 1.187 3.134
Disorder = Rendah
For cohort Muskuloskeletal .316 .087 1.144
Disorder = Sedang
N of Valid Cases 44
5. Indeks Masa Tubuh * Muskuloskeletal Disorder

Crosstab

Muskuloskeletal Disorder Total

Rendah Sedang

Count 14 8 22

Expected Count 11.5 10.5 22.0

% within Indek Masa Tubuh 63.6% 36.4% 100.0%


Normal
% within Muskuloskeletal 60.9% 38.1% 50.0%
Disorder

% of Total 31.8% 18.2% 50.0%

Count 3 5 8

Expected Count 4.2 3.8 8.0

% within Indek Masa Tubuh 37.5% 62.5% 100.0%


Indeks Masa Tubuh Gemuk
% within Muskuloskeletal 13.0% 23.8% 18.2%
Disorder

% of Total 6.8% 11.4% 18.2%

Count 6 8 14

Expected Count 7.3 6.7 14.0

% within Indek Masa Tubuh 42.9% 57.1% 100.0%


Sangat Gemuk
% within Muskuloskeletal 26.1% 38.1% 31.8%
Disorder

% of Total 13.6% 18.2% 31.8%


Count 23 21 44

Expected Count 23.0 21.0 44.0

% within Indek Masa Tubuh 52.3% 47.7% 100.0%


Total
% within Muskuloskeletal 100.0% 100.0% 100.0%
Disorder

% of Total 52.3% 47.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)

Pearson Chi-Square 2.336a 2 .311


Likelihood Ratio 2.358 2 .308
Linear-by-Linear Association 1.653 1 .199
N of Valid Cases 44

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.82.

Risk Estimate

Value
a
Odds Ratio for Indek Masa
Tubuh (Normal / Gemuk)

a. Risk Estimate statistics cannot be


computed. They are only computed for a 2*2
table without empty cells.
Lampiran 3 Dokumentasi

Pengisian Kuesioner Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran Berat Badan


Lampiran 4 SK Pembimbing
Lampiran 5 SK Pengajuan Judul
Lampiran 6 Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Konfirmasi Izin Turun Penelitian
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Belopa pada tanggal 27

Januari 2000, sebagai anak tunggal dari

Ayahanda Rustan Taruk, SE dan Ibunda

Dra.Hawasia. Penulis menempuh pendidikan

formal di SDN 306 Pasamai pada Tahun 2005-

2011. Kemudian melanjutkan di tingkat Madrasah

Tsanawiyah Belopa pada tahun 2012-2014 dan

melanjutkan di tingkat SMA pada tahun 2014-2017 di SMAN 01 Belopa.

Kemudian pada Tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan

tinggi Universitas Muslim Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Terakhir penulis membuat skripsi dengan judul “FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL

DISORDERS PADA PEGAWAI YANG MENGGUNAKAN PERSONAL

KOMPUTE DI PT PLN ULP PANAKUKKANG MAKASSA SELATAN”.

Anda mungkin juga menyukai