TUGAS MAKALAH
ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Disusun Oleh :
Juni 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Melalui dunia internet atau disebut juga cyber space, apapun dapat dilakukan. Segi
positif dari dunia maya ini tentu sajamenambah trend perkembangan teknologi dunia dengan
segala bentuk kreatifitas manusia. Namun dampak negaif pun tidak bisa dihindari. Tatkala
pornografi marak dimedia internet, masyarakat pun tak bisa berbuat banyak.
Sehingga dalam kejahatan computer dimungkinkan adanya delik formil dan delik
materil. delik formil adalah perbuatan seseorang yang memasuki Komputer orang lain tanpa
ijin, sedangkan delik materil adalah perbuatan yang menimbulkan akibat kerugian bagi orang
lain. adanya cyber crime telah menjadi ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit
mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi computer, khususnya
jaringan internet dan intranet.
Cybercrime merupakan gabungan dari dua kata dari Bahasa Inggris, yaitu cyber yang
bermakna dunia maya dan crime yang bermakna criminal atau perbuatan yang melanggar
norma. Namun, istilah cyber crime menurut Crime-research.org dalam Juju Dominikus
(2010:73) didefinisikan sebagai suatu tindak kriminal yang dilakukan melalui media internet
melalui komputer dan dapat mempengaruhi keadaan peralatan komputer maupun si pemakai
yang dituju.
Dari definisi diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa cybercrime merupakan sebuah
tindakan yang dianggap merugikan orang lain, dikarenakan ia dikategorikan sebagai tindak
kriminal oleh definisi tersebut.Namun, berdasarkan dari definisi tersebut, kita dapat
mengambil pelajaran bahwa seseorang yang berusaha melakukan berbagai kegiatan yang
ditujukan untuk melakukan tindak kriminal, maka digolongkan sebagai Cyber Crime.
Perkembangan teknologi yang pesat pada zaman ini, membuat berbagai kegiatan yang
tergolong cyber crime makin marak dan tak terkandali. Oleh karenanya, Pemerintah membuat
suatu aturan yang disebut dengan Cyber Law. Cyber law menurut Sunarto (2006:42) adalah
upaya untuk melindungi secara hukum yang berkaitan dengan dunia maya atau internet.
Tujuan dari dibentuknya cyber law sendiri menurut Sunarto (2006:42) adalah :
Cybercrime merupakan kejahatan dimana tindakan kriminal hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan teknologi cyber dan terjadi di dunia cyber.
Sedangkan, pengertian cyber law yang lain adalah hukum yang digunakan di dunia cyber
(dunia maya) yang umumnya diasosiasikan dengan internet. Dari kedua pengertian cyber law
diatas, kita simpulkan bahwa setiap kegiatan yang melanggar ketentuan hukum di dunia
maya, maka kegiatan tersebut dapat dipidanakan alias pelakunya dapat diberi hukuman
tertentu.
Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindakan (prilaku) seseorang
dan masyarakat dimana akan ada sangsi bagi yang melanggar. Alasan cyberlaw itu
diperlunya menurut Sitompul (2012:39) sebagai berikut :
1. Masyarakat yang ada di dunia virtual ialah masyarakat yang berasal dari dunia nyata
yang memiliki nilai dan kepentingan
2. Meskipun terjadi di dunia virtual, transaksi yang dilakukan oleh masyarakat memiliki
pengaruh dalam dunia nyata.
BAB III
PEMBAHASAN / ANALISA KASUS
Cybercrime merupakan salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa kini
yang mendapat perhatian luas dunia internasional. Dalam arti sempit cybercrime adalah
computer crime yang ditujukan terhadap sistem atau jaringan komputer, sedangkan dalam arti
luas, cybercrime mencakup seluruh bentuk baru kejahatan yang ditujukan pada komputer,
jaringan komputer dan penggunaanya serta bentuk-bentuk kejahatan tradisional yang
sekarang dilakukan dengan menggunakan atau dengan bantuan peralatan komputer (computer
related crime).
Dengan demikian cybercrime meliputi kejahatan, yaitu yang dilakukan:
1. Dengan menggunakan saranasarana dari sistem atau jaringan komputer (by means of a
computer system or network).
2. Di dalam sistem atau jaringan komputer (in a computer system or network)
3. Terhadap sistem atau jaringan komputer (against a computer system or network).
Kegiatan yang kedua yaitu perbankan online (online banking). Modus yang pernah
muncul di Indonesia dikenal dengan istilah typosite yang memanfaatkan kelengahan nasabah
yang salah mengetikkan alamat bank online yang ingin diaksesnya.
Adapun cara Kerja Modus Pencurian Data Kartu kredit / credit card
1. Membeli data nasabah dari oknum Bank senilai 20.000 rupiah.
2. Kemudian si pelaku menelpon satu persatu nasabah kartu kredit dengan mengatas
namakan pihak bank dengan alasan penawaran upgrade paket.
3. Kemudian apabila si korban sudah setuju maka mereka akan mendatangkan kurir ke
pihak korban.
4. Kemudian setelah kurir datang mereka akan meminta data lengkap, seperti KTP, dan
kartu kredit yang nantinya akan di scan atau bahasa umumnya di foto copy secara bolak
balik ktp dan kartu kredit.
5. Kemudian setelah selesai si pelaku akan membuat duplikat kartu kredit anda dan
mereka akan datang kembali kepada anda dan memberikan kartu kredit yang baru
dengan datang ke tempat anda tinggal, dan si pelaku akan datang dan mengunting kartu
kredit anda agar anda terlihat lebih percaya.
6. Apa yang mereka gunting itu adalah kartu kredit yang palsu dan yang asli sudah mereka
kantongi.
Sedangkan yang dimaksud dengan fraud dalam kartu kredit, adalah Fraud berarti
tindakan melanggar hukum yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk
mendapatkan keuntungan finansial dari penggunaan kartu kredit yang bukan menjadi hak
miliknya.
terdapat empat teknik yang umum atau sering dilakukan pelaku pencurian data kartu
kredit, yaitu sebagai berikut:
1. Menelpon untuk memperbaharui data diri kartu kredit Pelaku akan menelpon dan
mengaku sebagai perwakilan dari pihak Bank atau surveyor yang ingin memperbaharui
data kartu kredit. Modus ini juga bisa dilakukan via EMail, dimana pelaku menanyakan
hal yang sama seperti diatas.
2. Transaksi di toko online palsu Modus lain yang sering digunakan adalah membuat situs
belanja online palsu. Karena apabila melakukan pembayaran kartu kredit pada situs
online yang tidak terpercaya, kemungkinan tujuan mereka adalah mencuri data kartu
kredit.
3. Skimming Teknik skimming dilakukan dengan menggunakan alat penyalin informasi.
Umumnya, alat ini ditempelkan pada mesin ATM Bank. Namun juga dapat dilakukan
pada mesin EDC kartu kredit dengan metode yang sama.
4. Menggunakan koneksi Wi-Fi palsu. Pelaku menggunakan sebuah alat seperti reuter
internet, yang dapat menciptakan koneksi internet Wi-Fi palsu di gadget calon korban.
Ketika calon korban telah terkoneksi dengan koneksi ini, si pelaku dapat dengan mudah
melihat informasi yang tersimpan dalam browsing history korban. Salah satu informasi
yang biasanya dicari pelaku adalah informasi transaksi kartu kredit.
Kejahatan pencurian data kartu kredit, pencucian uang dan kejahatan terorisme, yaitu
antara lain:
1. Pertama, terkait tanggung jawab penyelenggara sistem elektronik, perlu dilakukan
pembatasan atau limitasi atas tanggungjawab sehingga tanggungjawab penyelenggara
tidak melampaui kewajaran.
2. Kedua, seluruh informasi elektronik dan tanda tangan elektronik yang dihasilkan oleh
suatu system informasi, termasuk print out-nya harus dapat menjadi alat bukti di
pengadilan.
3. Ketiga, perlunya aspek perlindungan hukum terhadap Bank Sentral, dan lembaga
perbankan/keuangan, penerbit kartu kredit/kartu pembayaran dan lembaga keuangan
lainnya dari kemungkinan adanya gangguan dan ancaman kejahatanelektronik. Dalam
UU ITE ini, perlindungan tersebut dapat dilakukan dengan mengkriminalisasi setiap
penggunaan dan akses yang dilakukan secara illegal terhadap komputer institusi/lembaga
tersebut, mengingat peranan yang sangat vital dari lembaga-lembaga keuangan dalam
perekonomian dan dalam rangka menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga keuangan.
4. Keempat, perlunya ancaman pidana yang bersifat deterren terhadap tindak kejahatan
elektronik (Cybercrime), sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap integritas
sistem dan nilai investasi yang telah dibangun dengan alokasi sumber daya yang cukup
besar.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil pemaparan dari semua bab-bab di atas kita bisa menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Unauthorized Access to Computer System and Service merupakan kejahatan yang timbul
dari dampak negative perkembangan dunia internet.
2. Sarana yang dipakai tidak hanya computer melainkan juga melalui smartphone dan
teknologi lainnya, sehingga yang melakukan kejahatan ini perlu proses belajar, motif
melakukan kejahatan ini disamping karena uang juga karena iseng.
3. Cybercrime sangat berbahaya dan merugikan bagi sisem informasi.
4. Unauthorized Access to Computer System and Service merupakan sebuah kejahatan
dunia maya (cybercrime) yang sangat berbahaya.
5. Kejahatan Unauthorized Access to Computer System and Service adalah Kejahatan yang
dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara
tidak sah.
6. Kejahatan Unauthorized Access to Computer System and Service berpengaruh terhadap
keamanan Negara dalam negeri.
4.2. Saran
1. Mempertimbangkan penerapan alat bukti elektronik dalam hukum pembuktian.
2. Segera membuat regulasi yang berkaitan dengan Unauthorized Access to Computer
System and Service pada umumnya dan kejahatan pada khususnya.
3. Tingkatkan keamanan system informasi bagi masing-masing user atau pengguna.
4. Jangan memberikan kesempatan pada pelaku kejahatan cyberercrime untuk melakukan
aksi nya.
5. Membatasi domanin atau nomer IP yang dapat diakses.
6. Menggunakan pasangan user ID dan password.
7. Mengenkripsi data sehingga hanya dapat dibuka (dideskripsi) oleh orang yang memiliki
kunci pembukanya.