DOKTER INTERNSHIP
APENDISITIS AKUT
Disusun Oleh:
KOTA GORONTALO
2021
0
LAPORAN KASUS
Telah diajukan, dikoreksi, dan dinyatakan telah memenuhi syarat laporan internship
Gorontalo, Januari2021
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITASPASIEN
Nama : Nn. R
Umur : 16 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Alamat : Buladu, Kota Barat
Agama : Islam
StatusPerkawinan : Belum Kawin
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk : 11 Desember 2020
No.RM : 049685
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah
b. Riwayat PenyakitSekarang
Nn. R, 16 tahun datang ke UGD RSUD Otanaha dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah sejak 3 hari SMRS. Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu
berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri yang dirasakan tajam seperti ditusuk
jarum dan sepanjang hari. Nyeri memberrat 1 hari SMRS ,keluhan di sertai
mual (+), muntah (+), 2 hari SMRS pasien mengalami demam. Pasien
merasakan nyeri dengan skala 5 dari 10. Sejak timbulnya gejala, nafsu makan
pasien berkurang. Tidak ada riwayat penurunan berat badan drastis dalam
beberapa bulanterakhir. BAK (+) lancar, BAB (+) baik.
c. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Lamanya haid : 5-7hari
Siklus : Teratur, 27-29hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut/hari
Nyerihaid : Tidakada
d. Riwayat Pengobatan
Pasien belum memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan manapun.
e. Riwayat PenyakitDahulu
Riwayat sakit serupa disangkal
Riawayat asma :disangkal
Riwayat operasi :disangkal
f. Riwayat keluarga
Keluarga tidak ada yang mengeluhkan hal serupa seperti yang di keluhkan
pasien
g. Kondisi ekonomi, lingkungan social danfisik:
Pasien belum menikah dan tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya
III. PEMERIKSAANFISIK
a. KesanUmum
Keadaan umum :lemah.
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 ( E4 V5 M6 ).
Status gizi : status gizi normal, BB: 45 kg ,TB:156 cm
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/80mmHg
Nadi : 80x/mnt,regular, isi dan tegangan kuat
RR : 20x/mnt
Suhu : 36,8oC
VAS : 5/10
SaO2 :99%
c. KeadaanTubuh
Kepala :Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil+/+
Hidung : Septum deviasi (-), mukosa normal, hipertrofi konka (-),
sekret(-)
Telinga : Normotia, sekret (-), serumen -/-, liang telingalapang
Tenggorokan: Faring hiperemis (-), tonsilT1-T1
Leher : Bentuk normal, KGB tidak teraba, kelenjar tiroid
tidakterabaInspeksi :penderita berjalan sambil bungkuk dan
memegang perut kanan bawah, Penderita tampak kesakitan. Abdomen
tampak datar.
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris kanan-kiri
Palpasi : Taktil vokal fremitus teraba simetris
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Abdomen
- Inspeksi : Penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang
perut kanan bawah, Penderita tampak kesakitan.
Abdomen tampak datar.
- Auskultasi : Bising usus (+) 8x/menit (menurun)
- Palpasi : Nyeri tekan titik Mc Burney (+), nyeri lepas titik
Mc Burney (+), Rovsing sign (+), blumber sign
(+), Psoas sign (+), Obturator sign (+), nyeri
epigastrik (+).
- Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Eksremitas
Capillaryrefill < 2"/< 2" < 2"/< 2"
Kekuatan 5/5 normotonus 5/5 normotonus
Tonus
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-
Sensibilitas +N/+N +N/+N
Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
2. Gastritis akut
3. PID
VI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan di UGD :
- IVFD RL 20tpm.
- Pro appendictomi
Plan:
Subyektif lemah, nyeri perut kanan bawah lemah, nyeri pada luka post OP
Obyektif - KU: tampak lemah, composmentis - KU:composmentis
- T :120/70 - T :110/80
- Rr : 20x/menit - Rr :20x/menit
- N : 88x/menit
- Suhu :37,5°C - N :94x/menit
- SaO2 :100%
- Suhu : 37,5°C
- Mata: CP (-/-), mata cowong(-/-)
- Leher: KGB tidak membesar. - SaO2 :100%
- Cor:ICtdktampak,ICtdkkuat - Mata: CP (-/-), mata cowong-/-)
angkat, Batas jantung kesan tidak
melebar, BJ I-II murni, intensitas - Leher: KGB tidak membesar.
normal, reguler, bising (-)
- Pulmo: retraksi intercostal (-/-), - Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat
retraksi suprasternal (-/-), angkat, Batas jantung kesan tidak
Pengembangan dada kanan=kiri, melebar, BJ I-II murni, intensitas
fremitus raba kanan=kiri,
normal, reguler, bising(-)
sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
- Pulmo: retraksi intercostal (-/-),
- Abdomen: DP//DD, bising usus(+)
menurun, tympani, supel,nyeri retraksi suprasternal (-/-),
tekan (+) kanan bawah, hepar lien
Pengembangan dada kanan=kiri,
tidak teraba, area Troube timpani
fremitus raba
kanan=kiri,
sonor/sonor, SDV(+/+),ST(-/-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus
(+) menurun, tympani, supel, nyeri
tekan (+) kanan bawah, hepar lien
tidak teraba, area Troubetimpani
BAB IV
DISKUSI
TEORI KASUS
Epidemiologi :
Pada remaja dan dewasa muda rasio Seorang pasien perempuan dengan
perbandingan antara laki-laki dan perempuan usia 16 tahun.
sekitar 3 : 2. Setelah usia 16 tahun, rasionya
menurun sampai pada usia pertengahan 30
tahun menjadi seimbang antara laki-laki dan
perempuan.
Diagnosis :
-Pada anamnesis dapat ditemukan :
1. Nyeri perut adalah gejala utama dari 1. Keluhanutamapasiennyeriperut.
apendisitis. 2. Berawaldari epigastrium,
2. Gejala klasik nyeri viseral samar- semakinmenjalarkeperutkananba
samar dan tumpuldi daerah wah.
epigastrium sekitar umbilikus. 3. Mualdijumpai, muntahdijumpai.
3. Nyeri perutdisertai mual serta satu 4. Nafsumakanmenurun.
atau lebih episode muntah dengan
rasa sakit, dan setelah beberapa jam,
nyeri akan beralih ke perut kanan
bawah pada titik McBurney.
4. Nafsumakan akanmenurun.
Diagnosis :
-Pada pemeriksaanfisik dapat ditemukan :
1. Blumberg sign (+) 1. Blumberg sign (+)
2. Rovsing sign (+) 2. Rovsing sign (+)
3. Rebound tenderness (+) 3. Rebound tenderness (-)
4. Psoas sign (+) 4. Psoas sign (-)
5. Obturator sign (+) 5. Obturator sign (+)
6. Defans muscular (+) untuk peritonitis 6. Defans muscular (-)
Diagnosis :
-Pemeriksaanpenunjang :
1. USG: pembesaranukuran appendix Tidak dilakukan
2. X-ray polos abdomen: terdapat gas
berlebih di titikMcBurney
3. CT-Scan lower abdomen:
pembesaranukuran appendix
(dapatdipertimbangkandilakukanjika
diagnosis kurangjelas)
Penatalaksanaan :
- Pembedahan di indikasikan bila Pada pasien telah dilakukan
diagnosa apendisitis telah ditegakkan. pemberiananalgetik, cairan IV,
- Antibiotik dan cairan IV diberikan serta danapendektomisegera.
pasien diminta untuk membatasi
aktivitas fisik sampai pembedahan
dilakukan.
- Analgetik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan.
- Apendiktomi (pembedahan untuk
mengangkat apendiks) dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan
resiko perforasi.
BAB V
ANATOMI, FISIOLOGI DAN HISTOLOGI APPENDIKS
A. Anatomi
B. FisiologiAppendiks(3)
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal
dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan
aliran lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis
appendisitis.
Awalnya, apendiks dianggap tidak memiliki fungsi. Namun akhir-akhir
ini, appendiks dikatakan sebagai organ imunologi yang secara aktif
mensekresikan Imunoglobulin A (IgA). Walaupun appendiks merupakan
komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT),
imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu
mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi
enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks
tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali
jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.
C. Histologi
Komposisi histologi serupa dengan usus besar, terdiri dari empat lapisan
yakni mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan lapisan serosa.
Permukaan dalam atau mukosa secara umum sama seperti mukosa colon,
berwarna kuning muda dengan gambaran nodular, dan komponen limfoid
yang prominen. Komponen limfoid ini mengakibatkan lumen dari appendiks
seringkali berbentuk irreguler (stelata) pada potongan melintang.
Gambar 5. Inflamasi Appendiks
a. EpidemiologiApendisitis
Insidens apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang, tetapi beberapa tahun terakhir angka kejadiannya menurun
bermakna.Hal ini disebabkan oleh meningkatnyapenggunaan makanan berserat
dalam menu sehari-hari.Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya
pada anak
kurangdarisatutahunjarangdilaporkan.Insidenstertinggipadakelompokumur20-30
tahun, setelah itu menurun.Insidens pada lelaki dan perempuan umumnya
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens pada lelaki lebih tinggi.
Meskipunjarang,pernahdilaporkankasusappendiksneonataldanprenatal.Pasien
dengan usia yang lebih dari 60 tahun dilaporkan sebanyak 50% meninggal akibat
apendisitis. (5)
b. EtiologiApendisitis
Appendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks
sehingga terjadi kongesti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.
Appendisitis akut dapat disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan
oleh beberapa faktor pencetus diantaranya hiperplasia jaringan limfa, fekalith,
tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat.
1. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%)
yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia
jaringan limfoid submukosa,35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing
dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.
Obstruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-
macam apendisitis akut diantaranya : 40% pada kasus apendisitis kasus
sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut gangrenosa tanpa ruptur dan
90% pada kasus apendisitis akut dengan ruptur.
2. Faktor bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis
akut. Adanya fekalith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi
memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi
feses dalam lumen apendiks. Pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan
adalah kombinasi antara Bacteriodes fragilis dan E.coli, Splanchicus, Lacto-
bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang
menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob
<10%.
Viridansstreptococci
Peptostreptococcusmicros
aeruginosa
Lactobacillusspecies
Enterococcus
Tabel 1. Spesies Bakteri Yang Dapat Diisolasi
c. Klasifikasi/tipeappendisitis
Ada beberapa jenis apendisitis yang memiliki perubahan yang berbeda
berhubungan dengan apendisitis, sehingga ada perbedaan gejala, pengobatan dan
prognosis. Appendisitis diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Appendisitisakut
a. Appendisitis akut sederhana ( CataralAppendicitis)
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa
disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen
appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang
mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema, dan
kemerahan.
c. Appendisitis akutgangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri
mulai terganggu sehingga terjadi infark dan gangren. Selain didapatkan
tanda- tanda supuratif, appendiks mengalami gangren pada bagian
tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah
kehitaman. Apada appendisitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi
dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen.
2. Appendisitisinfiltrat
Appendisitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang
penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan
peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat
erat satu dengan yang lainnya.
3. Appendisitisabses
Terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di
fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, sucaecal, dan pelvic.
4. Appendisitisperforasi
Adalah pecahnya appendiks yang sudah gangren yang menyebabkan
pus masuk kedalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada
dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan
nekrotik. (6)
5. Appendisitiskronis
Merupakan lanjutan appendisitis akut supuratif sebagai proses radang
yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi rendah,
khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosis appendisitis kronis
baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut
kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik appendiks secara
makroskopik dan mikroskopik. (7)
d. PatofisiologiApendisitis
Sebagian besar appendiks disebabkan oleh sumbatan yang kemudian diikuti
oleh infeksi. Beberapa hal ini dpat menyebabkan sumbatan, yaitu hiperplasia
jaringan limfoid, fekalith, benda asing, striktur, kingking, perlengketan. (4)
Proses tersebut berlangsung terus sehingga pada suatu saat aliran darah arteri
juga terganggu, terutama bagian ante mesenterial yang mempunyai vaskularisasi
minimal, sehingga terjadi infark dan gangren, stadium ini disebut Appendisitis
Gangrenosa. Pada stadium ini sudah terjadi mikroperforasi, karena tekanan
intraluminal yang tinggi ditambah adanya bakteri dan mikroperforasi,
mendorong pus serta produk infeksi mengalir ke rongga abdomen. Stadium ini
disebut Appendisitis Akut Perforasi, dimana menimbulkan peritonitis umum
dan abses sekunder. Tapi proses perjalanan appendisitis tidak mulus seperti
tersebut di atas, karena ada usaha tubuh untuk melokalisir tempat infeksi dengan
cara “Walling Off” oleh omentum, lengkung usus halus, caecum, colon, dan
peritoneum sehingga terjadi gumpalan massa plekmon yang melekat erat.
Keadaan ini disebut AppendisitisInfiltrate. )(6)
e. Manifestasi KlinisApendisitis(7)
1. Nyeri abdominal
nyeri viseraldi daerah epigastrium atau sekitar umbilicuskarena
appendix dan usus halus mempunyai persarafan yang sama. Setelah
beberapa jam (4-6 jam) nyeri berpindah dan menetap di abdomen
kananbawah (titik Mc Burney). Apabila terjadi inflamasi (>6 jam) akan
terjadinyeri somatik setempat yang berarti sudah terjadi rangsangan
pada peritoneum parietal dengan sifat nyeri yang lebih tajam,
terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan
kaki.
5. Demam
Demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,5 0 – 38,50C
tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadiperforasi.
f. Diagnosis Apendisitis(8)
a. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis pada apendisitis didasarkan atas anamnesis
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium sarta pemeriksaan penunjang
lainnya. Gejala appendisitis ditegakkan dengan anamnesis, ada 4 hal penting
yaitu :
o Nyeri mula – mula di epigastrium ( nyeri visceral ) yang
beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kananbawah.
o Muntah oleh karena nyeri visceral
o Demam
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Obturator sign
Dilakukan dengan menyuruh pasien tidur telentang, lalu dilakukan
gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul atau articulation coxae.
Obturator sign (+) bila terasa nyeri di perut kanan bawah.
i. Pemeriksaanpenunjang
1) Pemeriksaanlaboratorium
o Pemeriksaan darah : pada laboratorium darah terdapat
leukositosi ringan ( 10.000 – 18.000/mm3) yang didominasi
>75% oleh sel Polimorfonuklear (PMN), netrofil (shift to the
left) dimana terjadi pada 90% pasien. Hal ini biasanya terdapat
pada pasien dengan akut appendisitis dan apendisitis tanpa
komplikasi. Sedangkan leukosit >18.000/mm3meningkatkan
kemungkinan terjadinya perforasi apendiks dengan atau tanpa
abses.
2) Foto polosabdomen
Radiologi polos tidak spesifik, umunya tidak efektif untuk
biaya, dan dapat menyesatkan dalam stuasi tertentu. Dalam <5%,
suatu fekalith buram mungkin tidak terlihat di kuadran kanan
bawah. Foto polos abdomen dapat digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis banding. Pada appendisitis akut dapat terlihat abnormal
“gas pattern” dari usus,
3) USG
Merupakan pemeriksaan yang akurat untuk menentukan
diagnosis appendisitis. Tekniknya tidak mahal, dapat dilakukan
dengan cepat, tidak invasif, tidak membutuhkan kontras dan dapat
digunakan pada pasien yang sedang hamil karena tidak
mengganggu paparan radiasi.
4) BariumEnema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium
ke colon melalui anus. Barium enema merupakan kontra indikasi
pada suspek appendisitis akut sebab pada apendisitis akut ada
kemungkinan sudah terjadi mikroperforasi sehingga kontras dapat
masuk ke intraabdomen menyebabkan penyebaran kuman ke
intraabdomen. Barium enema indikasi untuk apendisitis kronik.
Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4
serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1 : 3 secara
peroral dan diminum sebelum kurang lebih8 – 10 jam untuk anak –
anak atau 10 – 12 jam untuk dewasa. Pemeriksaan ini dikatakan
positif bila menunjukkan appendiks yang non-filling dengan
indentasi dari caecum menunjukkan adanya appendisitis kronis. Hal
ini menunjukkan adanya inflamasi pericaecal.
5) CTScan
Sangat berguna pada pasien yang dicurigai mengalami
proses inflamasi pada abdomen dan adanya gejala tidak khas untuk
appendisitis. Appendiks normal akan terlihat struktur tubular tipis
pada kuadran kanan bawah yang dapat menjadi opak dengan
kontras. Appendicolith terlihat sebagai kalsifikasi homogenus
berbentuk cincin (halo sign), dan terlihat pada 25% populasi. (7)
ii. Scoring(9)
Semua penderita dengan suspek appendisitis akut dibuat skor alvarado
dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu : skor <6 dan skor >6.
Selanjutnya dilakukan apendiktomi, setelah operasi dilakukan
pemeriksaan PA terhadap jaringan apendiks dan hasilnya
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu : radang akut dan bukan
radang akut.
KeteranganAlvaradoscore :
Interpretasi dari Modified Alvarado Score:
a. 1-4 sangatmungkin bukan appendicitis
b. 5-7 sangat mungkin appendicitis akut
c. 8-10 pasti appendicitis akut
Penanganan berdasarkan scor :
a. 1-4 observasi
b. 5-7 antibiotik
c. 8-10 operasi dini.
Pada anak – anak dan balita : intususepsi, diverkulitis dan gastroenteritis akut
Peradanganpelvis
Tuba Fallopi kanan dan ovarium terletak dekat appendiks. Radang kedua organ ini
sering bersamaan sehingga disebut salpingo-ooforitis atau adnesitis. Untuk
menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan riwayat kontak seksual. Suhu
biasanay lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih
difus. Biasanya disertai dengan keputihan. Pada colok vaginal jika uterus
diayunkan maka akan terasa nyeri(4)
Kehamilan Ektopik
Adanay riwayat terhambat menstruasi denga keluhan yang tidak menentu.
Jika terjadi ruptur tuba atau abortus diluar rahim dengan perdarahan akan
timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin akan
terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan colok vaginal didapatkan nyeri
dan penonjolan kavum douglas, dan pada kuldosentesis akan di
dapatkandarah. (6)
Diverticulitis
Meskipun diverculitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi kadang-
kadang dapat juga terjadi di sebelah kanan. Jika terjadi peradangan dan
ruptur pada diverticulum gejala klinis akan sukar dibedakan dengan gejala-
gejala appendisitis. (7).
h. KomplikasiAppendisitis
Apendikular infiltrat : infiltrat atau massa yang terbentuk akibat mikro
atau makro perforasi dari appendiks yang meradang kemudian ditutupi
oleh omentum, usus halus atau usus besar.
Ileus
i. PenatalaksanaanApendisitis
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendektomi
dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan appendiktomi
sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi.
Insidensi appendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%. Pada
appendisitis akut tanpa komplikasi tidak banyak masalah. Pada apendisitis akut,
abses, dan perforasi diperlukan tindakan operasi apendiktomi cito.
j. PrognosisAppendisitis
Mortalitas adalah 0,1% jika appendisitis akut tidak pecah, dan 15% jika pecah
pada orang tua. Kematian biasanya akibat dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi.
Prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum perforasi terjadi dan dengan
antibiotik yang adekuat. Morbiditas meningkat seiring dengan perforasi dan usia tua.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada hari operasi penderita diberikan infus menurut kebutuhan sehari kurang
lebih 2 – 3 liter cairan Ringer Laktat dan Dekstrosa. Pada appendisitis tanpa
perforasi : antibiotik diberikan hanya 1 x 24 jam. Pada appendisitis dengan
perforasi : antibiotik diberikan hingga jika gejala klinis infeksi reda dan
laboratorium normal. Mobilisasi secepatnya setelah penderita sadar dengan
menggerakkan kaki miring ke kiri dan ke kanan bergantian dan duduk. Penderita
boleh berjalan pada hari pertama pasca operasi. Pemberian makan peroral di mulai
dengan memberikan minum sedikit-sedikit (50 cc) tiap jam apabila sudah ada
aktifitas usus yaitu adanya flatus dan bising usus. Bilamana dengan pemberian
minum bebas penderita tidak kembung maka pemberian makanan peroral dimulai.
Jahitan diangkat pada hari kelima sampai hari ke tujuh pasca bedah.
BAB VI
KESIMPULAN
Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang
paling penting dalam menegakkan diagnosis appendisitis. Gejala awal yang khas, yang
merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah
epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikalis. Dalam pemeriksaan fisik dapat
ditemukan tanda peritonitis lokal pada titik Mcburney, dan rangsangan
kontralateral;blumbergdanrovsingsign.Pemeriksaanlainyangdaptmendukung
diagnosa yaitu psoas sign, obturator sign, dan nyeri tekan pada rectal toucher . Upaya
mempertajam diagnosis sudah banyak dilakukan, antara lain dengan menggunakan
sarana diagnosis penunjang: laboratorium (darah, urin, CRP), foto polos abdomen,
pemeriksaan barium-enema, USG dan CT scan abdomen. Diagnosis jugadapat dibantu
dengan skoring alvarado, ohmann, dan skoring apendisitis padaanak.
Bila diagnosa klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah
appendiktomi,dapat dilakukan secara open surgery atau laparascopic appendictomy.
DAFTAR PUSTAKA
6. Brunicardi C, Anderson DK, Billiar T, Duhn DL, Hunter JG, Mathews JB,
Pallock RC. 2010. The Appendix on Chapter 30 in Schwartz’s Principles of
Surgery 9ed ebook. New York:McGraw-Hills.
7. Annonymmous. Appendicits
Type.http://www.appendicitissymptoms.org.uk/appendicitis-types.htm.
9. VanjakD.AnalysisofScoresinDiagnosisofAcuteAppendicitisinwomen.Available
at :www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10356580.
10. Dudley H.A.F. apendisitis akut dalam Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat
Darurat edisi 11. Gajah Mada Unv Press. 1992. Hal441-452
12. Eylin. (2015). Karakteristik Pasien dan Histologi Diagnosis Pada Kasus
apendisitis Berdasarkan Data Registrasi di Departemen Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional Cipto Mangunkusumo pada tahun 2003-2007. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.