Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN INTENSITAS SUARA MESIN PRODUKSI DAN

LAMA PAPARAN DENGAN AMBANG DENGAR PEKERJA


PENGGILING PADI DI DESA BANJARSARI KECAMATAN
SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2017

Agdatia Rakhmawati *), Djamaluddin Ramlan **), Yulianto ***)


JurusanKesehatanLingkungan, PoliteknikKesehatanKemenkes Semarang,
Jl. Raya Baturaden KM 12 Purwokerto, Indonesia

Abstrak
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi masa sekarang berpengaruh pada industri yang
sangat bergantung pada tenaga manusia dan mesin-mesin yang menimbulkan intensitas suara,
semakin lama paparan intensitas suara berpengaruh pada ambang dengar. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memperoleh gambaran intensitas suara mesin produksi dan lama paparan yang
dihubungkan dengan ambang dengar pekerja penggiling padi.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasi analitik dengan pendekatan
crossectional. Variabel yang diteliti adalah intensitas suara mesin produksi, lama paparan dan
ambang dengar. Penelitian dilakukan di 3 unit lokasi penggilingan padi. Populasi dan sampel dalam
penelitian ini adalah semua pekerja penggiling padi sebanyak 11 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 titik pengukuran intensitas suara yang tidak
memenuhi syarat (>85 dBA), yaitu titik A 1 sebesar 86,72 dBA , titik A 2 sebesar 86,61 dBA dan titik
C 3 sebesar 85,45 dBA. Pengukuran ambang dengar pekerja penggiling padi yaitu normal sebanyak 5
orang, tuli ringan sebanyak 5 orang dan tuli sedang 1 orang. Lama paparan pekerja terbanyak yaitu
6-8 jam/hari.

Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan intensitas suara mesin produksi dan lama paparan
dengan ambang dengar pekerja penggiling padi. Disarankan untuk pihak penggilingan padi
menyediakan APT (Alat Pelindung Telinga) untuk pekerja dan diharapkan penelitian lanjutan.

Kata kunci : intensitas suara, lama paparan, ambang dengar

Abstract
The advance science and technology of the year have an effect on a industry that relies heavily
on human resources and mechines which lead to the intensity of sound, the longer exposure of the
intensity of sound has an effect on the verge of a listen. The purpose of the research is to obtain an
estimation of the intensity of the sound from mechine production and the long exposure which is
associated with the brink heard workers rice mill.
The research method which used is the analytic observation with crossectional approach.
Variable which researched is the intensity of the sound from mechine production, the long exposure
and the brink heard. The reserach was done in 3 unit location of rice mill. Population and sample on
this research are all of the workers rice mill as many as 11 people.

*)Email: agdatiarakhmawati@gmail.com
**)Email:djamaluddinramlan@gmail.com
***)Email:yulianto_61@yahoo.com

The research shows that 3 points of the measurement of the intensity of sound that don’t fill the
requirement (>85 dBA) that are the point A as many as 86,72 d BA, the point A 2 as many as 86,61
dBA and the point of C 3 as many as 85,45 dBA. The measurement of the brink herad workers rice mill

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 245


are normal as many as 5 people, low deaf as many as 5 people, and middle deaf as many as 1 people.
The long exposure workers were 6 – 8 hour/day.
The conclusion of the research is a corelation of the intensity of the sound production and long
exposre with the brink heard workers rice mill. It is recomended to the rice mill to provide APT (ear
protective equipment) for workers and further research.

Keywords : The intensity of the sound, the long exposure, the brink heard

Pendahuluan: Perkembangan dunia akan dirasakan para tenaga kerja pada setiap
industri dewasa ini membawa suatu perubahan melakukan pekerjaan sehingga akan dapat
terhadap perekonomian negara maupun terhadap menimbulkan ketidaknyamanan kerja.
kesejahteraan pekerja. Dunia industri yang dahulu Daya dengar seseorang di dalam
hanya menggunakan peralatan sederhana dalam menangkap suara dipengaruhi oleh faktor internal
pekerjaannya, sekarang berkembang menggunakan maupun eksternal. Faktor internal meliputi kondisi
peralatan modern. Penggunaan peralatan yang kesehatan, maupun riwayat penyakit yang pernah
modern, selain dapat memberikan kemudahan diderita. Sedangkan faktor eksternal meliputi
terhadap proses produksi juga dapat meningkatkan tingkat intensitas suara disekitarnya, lama terpapar
produktivitas. (Koaguw, Supit & Rumampuk dalam dengan kebisingan, karakteristik kebisingan serta
Nurina Suciani Ma’ruf 2016). frekuensi suara yang ditimbulkan, dari berbagai
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi faktor yang mempengaruhi ambang dengar
masa sekarang berpengaruh pada industri. Hal ini tersebut, yang paling tinggi adalah lamanya
terbukti dengan bertambahnya jumlah dan jenis paparan terhadap kebisingan (Patrick dalam
industri yang masih sangat bergantung pada tenaga Tarwaka, dkk, 2004).
manusia. Masalah tenaga kerja dalam industri tidak Penggilingan padi adalah suatu tempat
lepas dari masalah keselamatan dan kesehatan. kerja di sektor informal. Usaha penggilingan padi
Risiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja dalam kegiatan produksinya menggunakan mesin-
adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat mesin kerja yang menimbulkan suara. Berdasarkan
kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu survei pendahuluan yang telah dilakukan di 3 unit
tenaga kerja dan lingkungan kerja (Suma’mur, industri penggilingan padi di Desa Banjarsari
2009). mempunyai jumlah tenaga sebesar 11 orang. Pada
Pengaruh utama kebisingan terhadap survei awal dilakukan pengukuran pada 2 titik.
kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengar Peneliti mengetahui mesin-mesin yang digunakan
yang dapat menyebabkan ketulian progresif. dalam kegiatan produksi mengeluarkan suara
Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan bising. Besarnya intensitas suara di dalam ruang
manusia. Pengaruhnya berupa peningkatan produksi yaitu titik A sebesar 79,73 dBA dan titik
sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem B 82,24 dBA, dari hasil pengukuran intensitas
kardiovaskuler dalam bentuk kenaikkan tekanan suara masih di bawah NAB (Nilai Ambang
darah dan peningkatan denyut jantung. Apabila Dengar) yaitu 85 dBA menurut Permenakertrans
kondisi tersebut tetap belangsung dalam waktu Nomor Per. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai
yang lama, akan muncul reaksi psikologis berupa Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
penurunan konsentrasi dan kelelahan (Budiman Tempat Kerja. Dalam proses produksi pekerja tidak
Chandra, 2007). menggunakan alat pelindung telinga (APT) seperti
Intensitas suara adalah besarnya tekanan ear plug atau ear muff.
(energi) yang dipancarkan oleh suatu bunyi. Upaya pencegahan bagi pekerja yang
Intensitas suara di tempat kerja bukan hanya melakukan aktivitas pada tempat kerja dengan
menyebabkan gangguan pendengaran seperti intensitas suara tinggi serta sifat suara kontinyu
penurunan nilai ambang batas dengar pekerja, dapat dilakukan dengan cara mengurangi waktu
namun juga dapat menyebabkan gangguan kontak, mengatur jarak paparan, menggunakan Alat
pendengaran yang tidak berpengaruh langsung Pelindung Telinga (ear plug atau ear muff) dan
pada pekerja yaitu dapat menyebabkan stress, melakukan pemeliharaan mesin produksi secara
gangguan komunikasi dan menyebabkan berkala untuk mengurangi intensitas dari sumber.
produktivitas pekerja menurun. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin
Pada industri penggilingan padi terdapat melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
suara yang ditimbulkan oleh mesin-mesin. Suara Intensitas Suara Mesin Produksi dan Lama
mesin ini cukup tinggi sehingga berpengaruh Paparan dengan Ambang Dengar Pekerja
langsung pada tenaga kerja maupun orang lain Penggiling Padi di Desa Banjarsari Kecamatan
yang berada di tempat kerja yaitu berupa gangguan Sumbang Kabupaten Banyumas Tahun 2017”
komunikasi, gangguan konsentrasi, gangguan dengan harapan hasil penelitian ini dapat
kenyamanan pendengaran, gangguan seperti ini

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 246


memberikan informasi bagi pekerja di Industri beberapa hari (3 – 7 hari), namun yang
Penggilingan Padi. paling lama tidak lebih dari sepuluh hari.
Tujuan dari penelitian ini adalah 3) Ketulian permanen (Permanent Threshold
mengukur intensitas suara mesin penggiling padi Shift/PTS), bilamana seseorang pekerja
saat berproduksi, mengukur ambang dengar mengalami TTS dan kemudian terpajan
pekerja, mengetahui lama paparan terhadap bising kembali sebelum pemulihan secara
pekerja, mengetahui alat pelindung telinga yang di lengkap terjadi, maka akan terjadi
pakai, mengetahui keluhan pendengaran yang “akumulasi” sisa ketulian (TTS) dan bila hal
dialami pekerja, menganalisis hubungan intensitas ini berlangsung secara berulang dan
suara mesin produksi dengan ambang dengar menahun, sifat ketuliannya akan berubah
pekerja penggiling padi, menganalisis hubungan menjadi menetap (permanen). PTS sering
lama paparan dengan ambang dengar pekerja juga disebut NIHL (Noise Induced Hearing
penggiling padi dan menganalisis hubungan Loss) dan NIHL terjadi umumnya setelah
intensitas suara mesin produksi dan lama paparan terpajan 10 tahun atau lebih.
dengan ambang dengar pekerja penggiling padi.
Tinjauan Pustaka: Bunyi atau suara b. Efek kebisingan bukan pada indera
adalah pemampatan mekanis atau gelombang pendengaran (Non Audiotory Effect):
longitudinal yang merambat melalui medium. Gangguan komunikasi, kebisingan dapat
Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, mengganggu percakapan sehingga dapat
padat dan gas (Wikipedia). menimbulkan salah pengertian dari penerimaan
Menurut Soeripto M (2008, h. 323) pembicaraan. Gangguan tidur (Sleep
mendefinisikan bunyi atau suara sebagai berikut: Interference), menurut EPA (1974), manusia
“Bunyi atau suara didefinisikan sebagai dapat terganggu tidurnya pada intensitas suara
serangkaian gelombang yang merambat dari suatu 33 – 38 dBA dan keluhan ini akan semakin
sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan banyak ditemukan bila tingkat intensitas suara
dan juga tekanan suara”. di ruang tidur mencapai 48 dBA. Gangguan
Menurut Soeripto M (2008, h. 325) pelaksanaan tugas (Task Interference), terutama
menjelaskan bahwa pengertian intensitas suara pada tugas-tugas yang membutuhkan ketelitian
adalah: “Intensitas bunyi/suara adalah besarnya atau pekerjaan yang rumit dan pekerjaan yang
tekanan (energi) yang dipancarkan oleh suatu membutuhkan konsentrasi tinggi. Perasaan
sumber bunyi”. tidak senang / mudah marah (Annoyance).
Dampak kebisingan bersumber dari (Heru Stress, pengalaman pada pemeriksaan di
Subaris, dkk., 2007): perusahaan menunjukkan beberapa tahapan
a. Pada Indera Pendengaran (Audiotory Effect) akibat stress kebisingan, yaitu menurunnya
Telinga siap untuk menyesuaikan diri daya konsentrasi, cenderung cepat lelah,
dengan perubahan-perubahan terhadap tingkat gangguan komunikasi, gangguan fungsi
suara atau bising, tetapi setelah terlalu sering pendengaran secara bertahap, ketulian /
mengalami perubahan yang berulang-ulang penurunan daya dengar yang menetap.
lama-kelamaan daya akomodasinya akan
menjadi lelah dan gagal dalam memberikan Pengukuran kebisingan dilakukan dengan
reaksi. Dalam keadaan ini pendengaran timbul maksud yaitu untuk memperoleh data tentang
akibat pekerjaan (occupational deafness), tidak frekuensi dan intensitas kebisingan di tempat
hanya terdapat pada pekerja pabrik saja tetapi kerja atau dimana saja, menggunakan data hasil
juga pada pekerjaan-pekerjaan luar, seperti pengukuran kebisingan untuk mengurangi
supir taksi atau alat transportasi, polisi lalu intensitas kebisingan dalam rangka upaya
lintas dan sebagainya. konservasi pendengaran atau perlindungan
Efek kebisingan pada indera pendengaran dapat tenaga kerja atau masyarakat (Suma’mur, 2009,
diklasifikasikan menjadi: h. 118).
1) Trauma akustik, gangguan pendengaran Pelaksanaan Kegiatan Pengukuran Tingkat
yang disebabkan oleh pemaparan tunggal Kebisingan. Langkah-langkah dalam
terhadap intensitas kebisingan yang sangat pelaksanaan kegiatan pengukuran tingkat
tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Sebagai intensitas kebisingan di tempat kerja menurut
contoh ketulian yang disebabkan oleh suara Soeripto M (2008, h. 359) adalah sebagai
ledakan bom. berikut:
2) Ketulian sementara (Temporary Threshold 1) Melakukan survei pendahuluan (preliminary
Shift/TTS), gangguan pendengaran yang survey) untuk mengadakan pengenalan
dialami seseorang yang sifatnya sementara. terhadap permasalahan intensitas kebisingan
Daya dengarnya sedikit demi sedikit pulih yang ada.
kembali, waktu untuk pemulihan kembali
adalah berkisar dari beberapa menit sampai

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 247


2) Hasil survei digunakan untuk menentukan pembuangan, mengganti peralatan yang telah lama
langkah pemilihan alat pengukur intensitas dengan yang baru. Merawat peralatan, dengan
kebisingan . mengganti yang telah aus serta memberikan
3) Mengkalibrasikan alat pengukur kebisingan pelumas pada semua bagian yang bergerak.
sebelum digunakan di lapangan. Mengisolasi peralatan, dengan menjauhkannya dari
4) Melakukan pengukuran tingkat intensitas pekerja. Memasang peredam getaran, dengan
kebisingan yang disesuaikan dengan tujuan menggunakan bantalan karet, agar bunyi yang
pengukuran. ditimbulkan oleh getaran dapat dikurangi.

Tujuan Pengukuran Intensitas Kebisingan Beberapa upaya yang dapat dilakukan


antara lain: Mendapatkan data lingkungan tempat terhadap pekerjanya sendiri, yaitu (Anies, 2005):
kerja. Mengetahui atau menyakinkan efektifitas Menggunakan penyumbat dan pelindung telinga.
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan Cara ini kebisingan tetap ada karena hanya
dilaksanakan oleh perusahaan. Pemantauan di mengurangi jumlah suara yang masuk ke telinga.
tempat kerja. Mengetahui efektifitas alat-alat Bahkan sebagian pengguna peralatan pelindung
pengendali yang ada. Evaluasi kondisi tempat telinga mengalami infeksi telinga yang cukup
kerja, apakah terdapat tempat yang membahayakan serius dan pada akhirnya merusak pendengaran
pendengaran pekerja atau intensitas kebisingan mereka. Pekerja yang bekerja di tempat dengan
melampaui NAB. kebisingan tinggi, digilir, sehingga bukan pekerja
tertentu saja yang bekerja di lingkungan yang
Keperluan penelitian atau membantu berisiko tinggi tersebut.
penyelidikan apakah suatu kasus disebabkan oleh
kondisi tempat kerja dan untuk menegakkan Menurut Yulianto (2003) pengendalian
diagnose penyakit akibat kerja. kebisingan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Pengendalian pada sumber: Beberapa teknik yang
a. Alat Pengukur Kebisingan dapat dilakukan, yaitu meredam getaran yang ada,
Alat pengukuran kebisingan dapat dibedakan mengurangi luas permukaan yang bergetar,
menjadi 3 jenis oleh Soeripto M (2008, h. 360), mengatur kembali tempat / sumber bising,
yaitu: mengatur waktu operasi mesin sumber bising,
1) Pocket Sound Level Meter atau Survey merawat mesin-mesin dengan baik, merancang
Meter instalasi peredam bunyi yang tepat dan perlu
Pocket Sound Level Meter atau Survey adanya peraturan tentang tingkat kebisingan yang
Meter digunakan untuk mengukur tempat diperbolehkan.
kerja yang terpapar bising baik terdapat
sumber bising maupun tidak terdapat Pengendalian pada media bising: Langkah-
sumber bising. langkah yang dapat dilakukan, yaitu memperbesar
2) Sound Level Meter (SLM) Octave Band jarak sumber bising dengan pekerja, memasang
Analyzer peredam suara pada dinding dan langit-langit,
Sound Level Meter (SLM) Octave Band membuat ruang kontrol agar dapat dipergunakan
Analyzer adalah alat pengukur tekanan mengontrol pekerjaan dari ruang terpisah,
suara. Mekanisme kerja SLM yaitu benda membangun perintang kebisingan disekitar pabrik
yang bergetar akan menyebabkan terjadi dan menggunakan jendela dengan daun ganda.
perubahan tekanan udara yang dapat Pengendalian pada penerima: Pengendalian yang
ditangkap oleh alat tersebut dan diubah dapat dilakukan, yaitu memberi alat pelindung diri
menjadi energi yang akan menggerakkan seperti earplug, earmuff dan helmet, memberikan
meter petunjuk pada skala yang telah latihan dan pendidikan kesehatandan keselamatan
dikalibrasi menjadi desibel. kerja, khusunya tentang kebisingan dan
3) Noise Dose Meter pengaruhnya, memindahkan tenaga dari tempat
Noise Dose Meter dilakukan untuk kerja yang lebih aman dan pengaturan jadwal kerja
mengukur intensitas bising secara terus- yang baik.
menerus selama 8 jam kerja, menyimpan
data hasil pengukuran yang sewaktu-waktu Lamanya waktu paparan terhadap
dapat dilihat bila diperlukan. kebisingan dengan intensitas tinggi berpengaruh
terhadap penurunan daya dengar. Semakin lama
terpajan dengan kebisingan akan semakin tinggi
Upaya untuk mencegah penyakit akibat ambang dengar (dB) seseorang. Masa kerja
kerja karena kebisingan, tingkat kebisingan harus berpengaruh terhadap nilai ambang dengar tenaga
dikurangi dengan cara, yaitu (Anies, 2005): kerja. Kenaikan ambang dengar pada kelompok
Mendesain kembali peralatan, untuk mengurangi masa kerja >10 tahun juga lebih tinggi dari pada
kecepatan dan benturan dari bagian yang bergerak, kelompok masa kerja 6-10 tahun dan 1-5 tahun
memasang peredam pada lubang pemasukan dan (Tarwaka, dkk, 2004).

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 248


Risiko kerusakan pendengaran pada Kriteria Nilai Ambang Pendengaran
tingkat kebisingan ≤75 dB, rata-rata kebisingan Nilai
sesaat untuk paparan harian 8 jam dapat diabaikan, Ambang
bahkan pada tingkat paparan sampai 80 dB tidak Kriteria Keterangan
Dengar
ada peningkatan subyek dengan gangguan (dB)
pendengaran. Akan tetapi pada 85 dB ada
Normal ≤ 25 Dalam pembicaraan
kemungkinan bahwa setelah 5 tahun bekerja 1%
biasa tidak ada kesukaran
pekerja akan mengalami gangguan pendengaran,
mendengar suara
setelah 10 tahun bekerja 3% tenaga kerja
perlahan.
mangalami kehilangan pendengaran dan setelah 15
Tuli 25 – 40 Dalam pembicaraan
tahun meningkat menjadi 5% (Suyono dalam
Ringan biasa terdapat kesukaran
Turmaningsih Surya Pratama, 2010).
mendengar.
Ambang dengar adalah suara yang paling
Tuli 40 – 55 Seringkali terdapat
lemah yang masih dapat didengar telinga (Buchari,
Sedang kesukaran untuk
2007). Tingkat intensitas suara minimum yang
mendengar pembicaraan
dapat didengar oleh telinga orang muda sehat
biasa.
adalah 20 mikropaskal, hal ini dikenal sebagai Tuli 55 – 70 Kesukaran mendengar
tingkat akustik 0 dB, pada audiometri digunakan Sedang suara pembicaraan kalau
tingkat referensi lain yang dikenal sebagai tingkat Berat tidak dengan suara keras.
ambang dengar 0 dB, pada frekwensi ± 3000 Hz, Tuli 70 – 90 Hanya dapat mendengar
tingkat ambang dengar lebih tinggi 10 dB diatas Berat suara yang sangat keras.
tingkat akustik. Hasil pemeriksaan normal berada Tuli > 90 Sama sekali tidak
dalam kisaran ≤25 dB pada seluruh frekwensi. Bila Sangat mendengar pembicaraan.
terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan melebihi Berat
25 dB terutama pada frekwensi 500 atau 1000 Hz,
kemungkinan terdapat latar belakang kebisingan
ruang pemeriksaan yang terlalu bising. Bila Pengukuran ambang dengar dengan
terdapat perbedaan >40 dB antara telinga kanan menggunakan audiometri adalah suatu sistem uji
dan kiri, maka dilakukan prosedur masking untuk pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang
menentukan tingkat ambang dengar sebenarnya dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari
(Bashiruddin dkk dalam Andrians Wahyu berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000
Listyaningrum, 2011). Hz dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan dB.
Pengukuran ambang dengar dengan Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon
menggunakan audiometri adalah suatu sistem uji kepala dan vibrator tulang ke telinga orang yang
pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk
dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari mengukur ketajaman pendengaran melalui hantaran
berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 udara dan hantaran tulang pada tingkat nilai
Hz dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan dB. ambang, sehingga akan didapatkan kurva hantaran
Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon tulang dan hantaran udara. Dengan membaca
kepala dan vibrator tulang ke telinga orang yang audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan
diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk derajat kurang pendengaran seseorang.
mengukur ketajaman pendengaran melalui hantaran
udara dan hantaran tulang pada tingkat nilai Suara dengan intensitas tinggi dapat
ambang, sehingga akan didapatkan kurva hantaran merusak kokhlea telinga dalam sehingga
tulang dan hantaran udara. Dengan membaca menganggu fungsi pendengaran pekerja, sedangkan
audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan kerusakan yang ditimbulkan pada saraf vestibuler
derajat kurang pendengaran seseorang. di telinga dalam dapat menyebabkan gangguan
Menurut Permenakertrans Nomor keseimbangan terhadap pekerja. Gangguan
25/MEN/VII/2008 Kriteria Nilai Ambang pendengaran dan keseimbangan akibat kerja belum
Pendengaran: mendapat perhatian penuh, gangguan ini
menempati urutan pertama dalam daftar penyakit
akibat kerja di Amerika dan Eropa dengan proporsi
35%. Di berbagai industri di Indonesia, angka ini
berkisar antara 30-50% (Bashiruddin dalam
Andrians Wahyu Listyaningrum, 2011).
Organ pendengaran manusia hanya dapat
menerima suara pada batas tertentu saja, jika nilai
ambang batas dilampaui dan waktu pemaparan
lama, maka dapat mengakibatkan daya dengar
seseorang turun, penurunan pendengaran ini

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 249


ditandai dengan naiknya nilai ambang pendengaran Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
(Suharyana ,dkk dalam Ummi Ianatul Khakim, Kondisi ruang produksi ketiga unit Industri
2011). Penggilingan Padi sama yaitu hanya memiliki satu
Peningkatan ambang dengar tetap adalah pintu dan ruang produksi yang tertutup. Jumlah dan
keadaan terjadinya peningkatan ambang dengar jenis mesin yang digunakan pada setiap unit
menetap akibat suara dengan intensitas tinggi dan industri penggilingan padi yaitu Sumber Tani
berlangsung cepat atau lama. Kerusakan biasanya memiliki mesin peka sebanyak 1 unit, mesin
terdapat pada organ corti, sel-sel rambut, vaskularis polister sebanyak 1 unit dan mesin pengayak 1 unit,
dan lainnya. Gangguan pendengaran yang Aneka Tani memiliki mesin peka sebanyak 1 unit,
disebabkan oleh kebisingan berkaitan dengan lama mesin polister sebanyak 1 unit dan mesin pengayak
paparan. Pekerja yang pernah atau sedang bekerja 1 unit dan Barokah memiliki mesin peka sebanyak
di lingkungan bising dalam jangka waktu yang 1 unit, mesin polister sebanyak 1 unit dan mesin
cukup lama berisiko terhadap kejadian gangguan pengayak 1 unit.
pendengaran. Jika dilihat berdasarkan lama Mesin di Penggiingan Padi Sumber Tani
paparan, pekerja berisiko terkena gangguan 10 tahun, mesin tersebut belum pernah digantikan
pendengaran jika bekerja lebih dari 8 jam/hari sejak pertama digunakan dan jika mengalami
dengan intensitas suara yang melebihi 85 dB. kerusakan mesin hanya diperbaiki. Mesin di
Timbulnya risiko kerusakan pendengaran Penggilingan Padi Aneka Tani berumur 11 tahun,
pada tingkat kebisingan <80 dB untuk paparan mesin tersebut sudah pernah digantikan dengan
harian selama 8 jam dapat diabaikan dan tidak ada yang baru. Mesin di Penggilingan Padi Barokah
peningkatan persentase subjek dengan gangguan berumur sekitar 16 tahun, mesin tersebut belum
pendengaran. Paparan kebisingan >85 dB ada pernah digantikan dan jika mengalami kerusakan
kemungkinan bahwa setelah 5 tahun kerja, 1% mesin hanya diperbaiki. Pengumpulan data
pekerja akan memperlihatkan sedikit gangguan dilakukan dengan cara pengukuran intensitas suara
pendengaran (Suyono dalam Andrians Wahyu mesin produksi saat proses produksi berlangsung
Listyaningrum, 2011). selama 3 hari (tanggal 18 April- 20 April 2017),
Bahan dan Metode: Jenis penelitian yang pengukuran ambang dengar responden di
digunakan adalah observasi analitik dengan Laboratorium Kampus 7 Poltekkes Kemenkes
pendekatan crossectional. Semarang (tanggal 8 Mei- 10 Mei 2017) dan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah wawancara dengan responden.
intensitas suara mesin produksi dan lama paparan. Karakteristik pekerja meliputi umur, jenis
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ambang kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan dan
dengar. Variabel antara dalam penelitian ini adalah keluhan pendengaran. Responden penelitian ini
riwayat penyakit telinga, jarak mesin produksi dan adalah pekerja penggiling padi di Desa Banjarsari
APT (ear plug dan ear muff). Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas,
Waktu penelitian pada persiapan dan dengan total keseluruhan pekerja sebanyak 11
penyelesaian dilakukan bulan November 2016 orang yang menjadi responden. Karakteristik
sampai Juni 2017. Lokasi yang digunakan dalam pekerja meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja
penelitian ini yaitu di 3 unit industri penggilingan dan tingkat pendidikan. Data karakteristik pekerja
padi Desa Banjarsari Kecamatan Sumbang dikumpulkan melalui wawancara terhadap pekerja
Kabupaten Banyumas. penggiling padi. Berdasarkan hasil wawancara
Cara Pengumpulan Data: Melakukan diperoleh tabel sebagai berikut:
pengukuran intensitas suara, mengukur ambang
dengar, melakukan wawancara dengan Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur
menggunakan kuesioner mengenai lama paparan,
riwayat penyakit telinga, mengukur jarak mesin No Kelompok Umur Pekerja
dan mengamati ketersediaan APT (ear plug atau (Tahun)
Jumlah Persentase
ear muff).
(%)
Hasil dan Pembahasan: Penelitian ini
diharapkan untuk mengetahui hubungan intensitas 1 21-30 5 45,5
suara mesin produksi dan lama paparan dengan 2 31-40 2 18,2
ambang dengar pekerja penggiling padi. Penelitian
dilaksanakan pada 3 unit industri penggilingan padi 3 41-50 3 27,3
(Sumber Tani, Aneka Tani dan Barokah) yang
berada di Desa Banjarsari, Kecamatan Sumbang, 4 51-60 1 9,0
Kabupaten Banyumas. Responden yang menjadi
objek penelitian sebanyak: 11 orang dari 3 unit Total 11 100
Industri Penggilingan Padi (Sumber Tani sebanyak:
4 orang, Aneka Tani sebanyak: 3 orang dan
Barokah sebanyak: 4 orang) di Desa Banjarsari,

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 250


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 2 Tidak ada 5 45,5
11 responden, jumlah responden terbanyak berada keluhan
pada kelompok umur 21-30 tahun dengan jumlah Total 11 100
yaitu 5 responden (45,5%), sedangkan pada
kelompok umur 41-50 tahun dengan jumlah yaitu 3
responden (27,3%), pada kelompok umur 31-40
tahun dengan jumlah yaitu 2 responden (18,2%)
dan pada kelompok umur 51-60 tahun dengan Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
jumlah yaitu 1 responden (9,0%). dari 11 responden, jumlah responden yang
memiliki keluhan pendengaran yaitu 6 responden
Distribusi Responden Menurut Masa Kerja (54,5%) dan responden yang tidak memiliki
keluhan pendengaran sebanyak 5 responden
No Masa Pekerja (45,5%).
Kerja
Jumlah Persentase 1. Analisis Univariat
(Tahun)
(%) a. Hasil Pengukuran Intensitas Suara
1 1-5 5 45,5
2 6-10 5 45,5 Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.
3 11-15 1 9,0 13/Men/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
Total 11 100 menyebutkan bahwa intensitas suara mesin yang
diperbolehkan 85 dB selama 8 jam/hari.Pengukuran
intensitas suara pada setiap titik sampel dilakukan
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa selama 10 menit.
dari 11 responden, jumlah responden dengan masa
kerja 1-5 tahun yaitu 5 responden (45,5%), Hasil Pengukuran Intensitas Suara Mesin Produksi
sedangkan masa kerja 6-10 tahun sebanyak 5 di Industri Penggilingan Padi Desa Banjarsari
responden (45,5%) dan jumlah responden dengan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas Tahun
masa kerja 11-15 tahun sebanyak 1 responden 2017
(9,0%).
No Titik Intensitas Keterangan
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Pengukuran Suara (dBA)
No Tingkat Pekerja
Pendidikan 1 A1 86,72 TMS
Jumlah Persentase
2 A1 86,72 TMS
(%)
1 SD 4 36,3 3 A2 86,61 TMS
2 SMP 7 63,7 4 A3 79,94 MS
Total 11 100 5 B1 81,96 MS
6 B2 84,96 MS

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 7 B3 78,82 MS


dari 11 responden, jumlah responden terbanyak
8 C1 81,5 MS
dengan tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 7
responden (63,7%), sedangkan jumlah responden 9 C2 83,83 MS
terkecil dengan tingkat pendidikan SD yaitu 4
responden (36,3%). 10 C3 85,45 TMS

Distribusi Responden Menurut Keluhan 11 C3 85,45 TMS


Pendengaran Sumber: Data Primer Diolah
No Keluhan Pekerja Hasil pengukuran intensitas suara mesin
Pendengaran produksi pada titik A1, titik A2 dan A3 tidak
Jumlah Persentase
(%) memenuhi syarat (>NAB = 85 dBA). Hal ini
1 Ada Keluhan 6 54,5 disebabkan karena:

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 251


1) Titik A 1 dan titik A 2 merupakan mesin No Responden Umur Ambang Keterangan
penggiling padi yang sudah berumur 10 tahun, Dengar
mesin tersebut belum pernah digantikan sejak (dB)
pertama digunakan dan jika mengalami
1 A1 25 36,25 Tuli
kerusakan mesin hanya diperbaiki.
Ringan
2) Titik C 3 merupakan mesin yang berumur
2 A1 44 41,68 Tuli
sekitar 16 tahun, mesin tersebut belum pernah
Sedang
digantikan dan jika mengalami kerusakan mesin
3 A2 52 37,87 Tuli
hanya diperbaiki.
Ringan
3) Titik A 1 , titik A 2 dan titik C 3 berada di ruang
4 A3 21 16,87 Normal
produksi yang tertutup dan hanya memiliki satu
pintu sehingga menyebabkan intensitas suara 5 B1 43 17,75 Normal
mesin yang dihasilkan tinggi dan menggema.
6 B2 21 18,75 Normal
b. Hasil Pengukuran Ambang Dengar 7 B3 29 21,25 Normal
Ambang dengar adalah suara yang paling
8 C1 27 25,93 Tuli
lemah yang masih dapat didengar telinga
Ringan
(Buchari, 2007). Tingkat intensitas suara
9 C2 36 28,75 Tuli
minimum yang dapat didengar oleh telinga
Ringan
orang muda sehat adalah 20 mikropaskal,
10 C3 37 21,87 Normal
hal ini dikenal sebagai tingkat akustik 0 dB,
pada audiometri digunakan tingkat referensi 11 C3 49 35,12 Tuli
lain yang dikenal sebagai tingkat ambang Ringan
dengar 0 dB, pada frekwensi ± 3000 Hz, Sumber: Data Primer Diolah
tingkat ambang dengar lebih tinggi 10 dB
diatas tingkat akustik. Rata-rata Ambang Dengar Pekerja Penggiling
Hasil pemeriksaan normal berada dalam Padi di Desa Banjarsari Kecamatan Sumbang
kisaran ≤25 dB pada seluruh frekwensi. Bila Kabupaten Banyumas Tahun 2017
terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan
melebihi 25 dB terutama pada frekwensi No Ambang Pekerja
500 atau 1000 Hz, kemungkinan terdapat Dengar (dB)
latar belakang kebisingan ruang
Jumlah Persentase(%)
pemeriksaan yang terlalu bising. Bila
terdapat perbedaan >40 dB antara telinga
kanan dan kiri, maka dilakukan prosedur 1 Normal 5 45,5
masking untuk menentukan tingkat ambang 2 Tuli Ringan 5 45,5
dengar sebenarnya (Bashiruddin dkk dalam
Andrians Wahyu Listyaningrum, 2011). 3 Tuli Sedang 1 9,0
Total 11 100
Hasil Pengukuran Ambang Dengar Pekerja
Penggiling Padi di Desa Banjarsari
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
Tahun 2017 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari
11 jumlah responden, jumlah responden dengan
ambang dengar normal yaitu sebanyak 5 responden
(45,5%), sedangkan jumlah responden mengalami
tuli ringan sebanyak 5 responden (45,5%) dan
jumlah responden yang mengalami tuli sedang
sebanyak 1 responden (9,0%).

Dalam penelitian ini, untuk melihat ambang


dengar pekerja peneliti mengukur tingkat
pendengaran pekerja menggunakan audiometri
dengan mengukur pada berbagai frekuensi yaitu
500, 1000, 2000 dan 4000. Persiapan pengukuran
audiometri meliputi menghindarkan paparan
intensitas suara selama 16 jam sebelum dilakukan
pengukuran. Peneliti menganalisis hasil
pengukuran audiometri pekerja untuk menghitung
nilai Hearing Threshold Level (HTL) rata-rata atau

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 252


ambang dengar rata-rata yang nantinya akan Rata-rata Lama Paparan Pekerja Penggiling Padi di
digunakan sebagai acuan untuk mengkategorikan Desa Banjarsari Kecamatan Sumbang Kabupaten
pekerja yang pendengaran normal atau tidak. Banyumas Tahun 2017
Sedangkan untuk mengetahui tingkat cacat peneliti
berpacuan pada Permenakertrans No. 25 tahun No Lama Pekerja
2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Paparan
Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Jumlah Persentase (%)
Kerja.
1 6-8 8 72,7
Menurut Mahdi (2015) orang yang berumur jam/hari
lebih dari atau 40 tahun akan lebih mudah tuli
2 4-6 3 27,3
akibat bising, karena umur mempunyai hubungan
jam/hari
dengan besarnya risiko terhadap terjadinya
gangguan kesehatan. Secara normal semakin Total 11 100
bertambah umur seseorang, maka semakin rendah
kemampuan imun atau kekebalan manusia terhadap
berbagai serangan atau paparan dari luar tubuh.
Dari hasil analisis, diketahui bahwa responden Lamanya waktu paparan intensitas suara
mengalami tuli ringan sebanyak 5 orang, perhari dapat berpengaruh terhadap penurunan
mengalami tuli sedang sebanyak 1 orang. Hal ini ambang dengar karena lama paparan perhari
terjadi karena responden terpapar intensitas suara merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
mesin produksi melebihi NAB (>85 dBA) secara timbulnya gangguan pendengaran yang didasarkan
terus-menerus selama 8 jam/hari. pada lamanya paparan intensitas suara yang
diterima tenaga kerja secara terus menerus dalam
c. Lama Paparan jangka waktu waktu yang lama. Paparan intensitas
suara yang melebihi 85 dB secara terus menerus
Lama paparan responden dikategorikan akan mengakibatkan rusaknya sel-sel rambut yang
menjadi 3 yaitu kelompok dengan lama kerja 4 semula tersusun tegak sekarang sudah tidak lagi
jam/hari, 6 jam/hari dan 8 jam/hari. seperti pagar bambu, tetapi memperlihatkan
Pengkategorian lama paparan tersebut robekan-robekan dan perlekatan-perlekatan satu
dikarenakan pekerja berisiko mengalami sama lain. Kerusakan ini akan menetap (tidak pulih
gangguan pendengaran jika bekerja lebih dari 8 kembali). Untuk itu perlu adanya pembatasan
jam/hari dengan intensitas suara melebihi 85 waktu paparan terhadap intensitas suara sehingga
dB. tidak mengakibatkan gangguan pendengaran secara
Distribusi Responden Menurut Lama permanen.
Paparan di Industri Penggilingan Padi Desa
Banjarsari Kecamatan Sumbang Kabupaten Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
Banyumas Tahun 2017 dari 11 jumlah responden, jumlah responden
dengan lama paparan 6-8 jam/hari yaitu sebanyak 8
No Responden Masa Lama responden (72,7%), sedangkan jumlah responden
Kerja Paparan dengan lama paparan 4-6 jam/hari sebanyak 3
(Tahun) (Jam/hari) responden (27,3%). Lama paparan berkaitan erat
1 A1 6 8 dengan masa kerja, faktor masa kerja ini pun
2 A1 7 8 berkaitan dengan aspek durasi terhadap paparan
3 A2 7 8 intensitas suara. Semakin lama durasi seseorang
4 A3 2 8 terkena paparan intensitas suara, maka
5 B1 10 6 kemungkinan orang tersebut mengalami gangguan
6 B2 2 6 juga semakin tinggi.
7 B3 5 6
8 C1 2 8 d. Riwayat Penyakit Telinga
9 C2 5 8 Infeksi telinga tengah yang terjadi
10 C3 15 8 berulang-ulang dapat menyebabkan
11 C3 10 8 pembentukan jaringan parut di gendang
telinga dan hilangnya pendengaran secara
permanen (Otitis medis). Suara berdengung
di satu atau kedua telinga akibat
penimbunan kotoran pada telinga (Tunitis)
dapat menyebabkan gangguan pada daya
dengar. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan selama penelitian diketahui
bahwa semua responden tidak pernah

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 253


mengalami riwayat penyakit telinga. Hubungan Intensitas Suara Mesin Produksi dengan
Keadaan telinga menyebabkan pengaruh Ambang Dengar
yang berbeda terhadap pergeseran ambang
dengar. Telinga yang sudah tuli, menjadi
kurang peka, sehingga pergeseran ambang Variabel r R2 Ρ value
dengar sementara dan menetap tidak besar.
Intensitas 0,722 0,521 0,012
Demikian pula menyebabkan pergeseran
Suara
ambang dengar sementara dan menetap
Mesin
kecil (Soeripto, 2008). Dalam penelitian ini
Produksi
semua responden tidak memiliki riwayat
penyakit telinga.
Semakin tinggi intensitas suara mesin
e. Jarak Mesin Produksi produksi di tempat kerja, maka semakin besar pula
Jarak Mesin Produksi di Industri potensi bahaya yang dapat ditimbulkan bagi
Penggilingan Padi Desa Banjarsari pekerja. Intensitas suara mesin produksi yang
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas melebihi NAB mengakibatkan pengaruh yang
Tahun 2017 bersifat non auditoir atau pengaruh yang bukan
pendengaran dan pengaruh auditoir atau pengaruh
No Jarak Pekerja terhadap pendengaran yang dapat berlangsung atau
Mesin menetap.
Produksi Jumlah Persentase
(%)
Hubungan intensitas suara mesin produksi
1 >1 m 3 27,3
dengan ambang dengar menggunakan uji statistik
2 <1 m 8 72,7 Regresi Sederhana untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan tersebut. Berdasarkan pengujian
Total 11 100 diperoleh nilai hitung (r = 0,722>0,5) menunjukkan
hubungan intensitas suara mesin produksi dengan
ambang dengar kuat dan berpola positif artinya
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan semakin tinggi intensitas suara mesin produksi,
bahwa 27,3% yaitu 3 responden dengan jarak maka semakin besar penurunan ambang dengar.
mesin produksi >1m dan jarak mesin produksi Nilai koefisien determinasi 0,521 artinya, intensitas
<1 m yaitu 8 responden (72,7%). suara yang ditimbulkan mempengaruhi ambang
dengar sebesar 52,1% dan sisanya 47,9% ambang
dengar dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil uji
f. APT (Alat Pelindung Telinga) statistik terlihat bahwa intensitas suara memiliki (p
Pengamatan yang dilakukan di Industri value = 0,012) artinya ada hubungan antara
Penggilingan Padi di Desa Banjarsari intensitas suara mesin produksi dengan ambang
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas dengar.
jenis alat pelindung telinga yang berupa alat
pelindung telinga seperti ear plug tidak Hasil penelitian ini sejalan dengan
disediakan. penelitian yang dilakukan oleh Andrias Wahyu
Listyaningrum (2011), menyatakan bahwa hasil uji
2. Analisis Bivariat statistik pengaruh intensitas kebisingan terhadap
Analisis bivariat akan menggambarkan ambang dengar pada tenaga kerja di PT Sekar
hubungan variabel bebas berupa intensitas suara Bengawan Kabupaten Karanganyar diperoleh nilai
mesin produksi dan lama paparan dengan (p= 0,019 ≤0,05) yang menunjukkan hasil uji
variabel terikat berupa ambang dengar. signifikan, jadi semakin tinggi intensitas kebisingan
semakin naik nilai ambang dengar yang artinya
a. Hubungan Intensitas Suara Mesin Produksi ambang dengar menurun dari normal. Dapat
dengan Ambang Dengar Pekerja Penggiling disimpulkan bahwa ada pengaruh intensitas
Padi kebisingan terhadap ambang dengar pada tenaga
kerja PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar.

b. Hubungan Lama Paparan dengan Ambang


Dengar Pekerja Penggiling Padi

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 254


Hubungan Lama Paparan dengan Ambang pemaparan lama, maka dapat mengakibatkan daya
Dengar dengar seseorang turun, penurunan pendengaran ini
ditandai dengan naiknya nilai ambang pendengaran
Variabel r R2 Ρ (Suharyana ,dkk dalam Ummi Ianatul Khakim,
value 2011).

Lama Paparan 0,589 0,37 0,057 Peningkatan ambang dengar tetap adalah
4 keadaan terjadinya peningkatan ambang dengar
menetap akibat suara dengan intensitas tinggi dan
berlangsung cepat atau lama. Kerusakan biasanya
terdapat pada organ corti, sel-sel rambut, vaskularis
Semakin lama terpapar intensitas suara, dan lainnya. Gangguan pendengaran yang
maka akan semakin meningkat ambang dengarnya. disebabkan oleh kebisingan berkaitan dengan lama
Peningkatan ambang dengar disetiap pertambahan paparan. Pekerja yang pernah atau sedang bekerja
lama paparan, membuktikan bahwa ambang dengar di lingkungan bising dalam jangka waktu yang
menurun akibat pertambahan lama paparan cukup lama berisiko terhadap kejadian gangguan
(Turmaningsih Surya Pratama, 2010). pendengaran. Jika dilihat berdasarkan lama
paparan, pekerja berisiko terkena gangguan
Hubungan lama paparan dengan ambang pendengaran jika bekerja lebih dari 8 jam/hari
dengar menggunakan uji statistik Regresi dengan intensitas suara yang melebihi 85 dB.
Sederhana untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan tersebut. Berdasarkan pengujian Timbulnya risiko kerusakan pendengaran
diperoleh nilai hitung (r = 0,589 <0,5) pada tingkat kebisingan <80 dB untuk paparan
menunjukkan hubungan lama paparan dengan harian selama 8 jam dapat diabaikan dan tidak ada
ambang dengar kuat dan berpola positif artinya peningkatan persentase subjek dengan gangguan
semakin lama paparan, maka semakin besar pendengaran. Paparan kebisingan >85 dB ada
penurunan ambang dengar. Nilai koefisien kemungkinan bahwa setelah 5 tahun kerja, 1%
determinasi 0,347 artinya, lama paparan yang pekerja akan memperlihatkan sedikit gangguan
ditimbulkan mempengaruhi ambang dengar sebesar pendengaran (Suyono dalam Andrians Wahyu
34,7% dan sisanya 65,3% ambang dengar Listyaningrum, 2011).
dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil uji statistik
terlihat bahwa lama paparan memiliki (p value = Hasil uji statstik dengan Regresi Ganda
0,057) artinya tidak ada hubungan antara lama untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
paparan dengan ambang dengar. Hal ini terjadi intensitas suara mesin produksi dan lama paparan
dikarenakan pekerja memiliki waktu istirahat dengan ambang dengar pekerja penggiling padi
sehingga terdapat jeda waktu paparan intensitas diperoleh (p value = 0,022<0,05) maka H0 ditolak,
suara selama 1 jam. yang berarti ada hubungan intensitas suara mesin
produksi dan lama paparan dengan ambang dengar
3. Analisis Multivariat pekerja penggiling padi.
Hubungan Intensitas Suara Mesin Produksi dan
Lama Paparan dengan Ambang Dengar Pekerja Simpulan dan Saran: Berdasarkan
Penggiling Padi penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan, sebagai berikut: Hasil pengukuran
Variabel r R2 Ρ value intensitas suara mesin produksi di industri
Penggilingan Padi Desa Banjarsari Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas berkisar antara
Intensitas Suara 0,784 0,615 0,022
(78,82-86,72 dBA).
Mesin Produksi
Hasil pengukuran ambang dengar pekerja
dan Lama
penggiling padi diketahui bahwa terdapat 5
Paparan
responden dengan ambang dengar <25 dB
(normal), 5 responden dengan ambang dengar 26-
40 dB (tuli ringan) dan ambang dengar 41-55 dB
(tuli sedang) sebanyak 1 responden. Responden
Suara dengan intensitas tinggi dapat yang terpapar intensitas suara mesin produksi
merusak kokhlea telinga dalam sehingga dengan waktu paparan 4-6 jam/hari sebanyak: 8
menganggu fungsi pendengaran pekerja, sedangkan orang dan waktu paparan 6-8 jam/hari sebanyak: 3
kerusakan yang ditimbulkan pada saraf vestibuler orang. Tidak tersedia APT (Alat Pelindung
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan Telinga) pada 3 unit lokasi penggilingan padi. Hasil
terhadap pekerja. Organ pendengaran manusia wawancara menunjukkan bahwa 6 orang
hanya dapat menerima suara pada batas tertentu mengalami keluhan pendengaran. Intensitas suara
saja, jika nilai ambang batas dilampaui dan waktu mesin produksi dengan ambang dengar pekerja

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 255


penggiling padi ada hubungan yang signifikan. Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Lama paparan dengan ambang dengar pekerja Kerja
penggiling padi tidak ada hubungan yang
signifikan. Intensitas suara mesin produksi dan Kusumawati, 2012, Hubungan Tingkat Kebisingan
lama paparan dengan ambang dengar pekerja di Lingkungan Kerja dengan Kejadian
penggiling padi ada hubungan yang signifikan. Gangguan Pendegaran pada Pekerja di PT.X,
Saran : Sebaiknya pihak penggilingan padi Skripsi, Depok: Fakultas Kesehatan
menyediakan alat pelindung telinga seperti ear plug Masyarakat Universitas Indonesia
atau penyumbat telinga lain seperti kapas.
Diharapkan penelitian lanjut tentang ketersediaan Nurina Suciani Ma’ruf, 2016, Hubungan Intensitas
alat pelindung telinga. Suara dengan Gangguan Pendengaran
Daftar Pustaka: Pekerja di Bagian Produksi PT. Harapan
A. M Sugeng Budiono, 2009, Bunga Rampai Jaya Globalindo Purwokerto Kabupaten
Hiperkes dan KK, Semarang: UNDIP Banyumas, Skripsi, Purwokerto: Poltekkes
Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan
Andrias Wahyu Listyaningrum, 2011, Pengaruh Lingkungan Purwokerto
Intensitas Kebisingan Terhadap Ambang
Dengar Pada Tenaga Kerja di PT Sekar Soeripto M, 2008, Hygiene Industri, Jakarta:
Bengawan Kabupaten Karanganyar, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Surakarta: Program Diploma IV Kesehatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Suma’mur PK, 2009, Higiene Perusahaan dan
Sebelas Maret Surakarta Kesehatan Kerja (Hiperkes), Jakarta: CV
Agung Seto
Anies, 2005, Seri Kesehatan Umum PAK, Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo Kelompok Tambunan, Sihar Tigor Benjamin, 2005,
Gramedia Kebisingan di Tempat Kerja (Occupational
Noise), Yogyakarta: Penerbit Andi
Budiman Chandra, 2007, Pengantar Kesehatan
Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi Untuk
Kedokteran EGC Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas, Surakarta: UNIBA PRESS
Departemen Kesehatan RI, 2004, Modul Pelatihan
Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja (Dasar), Turmaning Surya Pratama, 2010, Analisis
Jakarta: Depkes RI Hubungan Umur dan Lama Pemajanan
dengan Daya Dengar Berdasarkan Hasil
Friandini Bayu Purwanintyas, 2015, Hubungan Pemeriksaan Audiometri Tenaga Kerja di
Intensitas Suara Mesin Penggilingan Padi Unit Produksi Central Processing Area Job
dengan Keluhan Gangguan Pendengaran P-Pej Tuban Jawa Timur, Skripsi, Surakarta:
Pekerja di Desa Kuripan Kecamatan Program Diploma IV Kesehatan Kerja
Kesugihan Kabupaten Cilacap, Karya Tulis Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Ilmiah, Purwokerto: Poltekkes Kemenkes Maret Surakarta
Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan
Purwokerto Tyas Lilia Wardani, 2010, Pengaruh Intensitas
Kebisingan Terhadap Kelelahan Kerja Pada
Heru Subaris, Haryono, 2007, Hygiene Lingkungan Tenaga Kerja Penggilingan Padi di
Kerja, Jogjakarta: Mitra Cendikia Kecamatan Mojolaban Sukoharjo, Skripsi,
Surakarta: Program Diploma IV Kesehatan
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bunyi diakses pada Kerja Fakultas Kedokteran Universitas
tanggal 15 Desember 2016 pukul 10:00 WIB Sebelas Maret Surakarta

Idhayu Oktarini, 2010, Pengaruh Kebisingan Ummi Ianatul Khakinm, 2011, Hubungan Masa
Terhadap Stress Kerja Tenaga Kerja Kerja dengan Nilai Ambang Dengar Tenaga
Penggilingan Padi CV Padi Makmur Kerja yang Terpapar Bising pada Bagian
Karanganyar, Skripsi, Surakarta: Program Weaving di PT.Triangga Dewi, Skripsi,
Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Surakarta: Program Diploma IV Kesehatan
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Kerja Fakultas Kedokteran Universitas
Surakarta Sebelas Maret Surakarta

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, WHO, Penuaan dan Kapasitas Kerja, 1996,
2011, Permenakertrans No.13/MEN/X/2011 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 256


Yulianto, 2003, Kebisingan dan Getaran, Bulletin
Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat No.
79 dan 80 Tahun XXI Januari 2003,
Purwokerto: Departemen Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan
Kesehatan Lingkungan

Keslingmas Vol. 37 No. 3 Hal. 240-404 | 257

Anda mungkin juga menyukai