Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIK

STUDI BIOEKIVALENSI OBAT

Disusun oleh:
Denis Munandar
191FF04012
Matrikulasi FA 1

LABORATORIUM FARMAKOKINETIK FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

MODUL
STUDI BIOEKIVALENSI OBAT

I. Tujuan
 Menentukan status bioekivalensi obat suatu produk obat yang diuji.
 Merancang penelitian uji bioavailabilitas dan bioekivalensi suatu produk obat

II. Prinsip Percobaan


Mampu rencang penelitian bedasarkan uji bioekivalensi suatu produk obat.

III. Dasar Teori


Uji Bioekivalensi (BE) merupakan data ekivalensi untuk melihat kesetaraan
sifat dan kerja obat didalam tubuh suatu obat “copy” dibandingkan dengan obat
innovator sebagai pembanding. Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya
mempunyai bioekivalensi farmaseutik dan alternatif farmaseutik dan pada pemberian
dengan dosis yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebanding sehingga
efek dalam efikasi maupun keamanan akan sama. Bioavailabilitas (BA) adalah
persentase dan kecepatan zat aktif dalam produk obat yang mencapai atau tersedia
dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh / aktif, setelah pemberian obat diukur dari
kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam urin. (BPOM,
2004., BPOM, 2006).
Uji bioekivalensi merupakan data ekivalensi untuk melihat kesetaraan sifat
dan kerja obat didalam tubuh, suatu obat “copy” dibandingkan dengan obat innovator
sebagai pembanding dua produk obat disebut bioekivalen. Jika keduanya mempunyai
bioekivalensi farmasetika dan alternative farmasetik daripada pemberian dosis yang
sama akan menghasilkan bioavabilitas yang sebanding, sehingga efek dalam efikasi
maupun keamanan akan sama.
Uji bioekivalensi juga dilakukan pada periode pengembangan suatu produk,
adanya perubahan metode atau tempat manufaktur, adanya pergantian peralatan
manufaktur ataupun adanya perubahan sumber bahan baku yarg digunakan.

Parameter farmakokinetik yang digunakan untuk evaluasi status bioekivalen suatu


produk adalah:

2|Page
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

a. AUC (area under the curve concetration – time relationship) luas daerah dibswah
kurva hubungan konsentrasi dan waktu.
b. Cmaks (konsentrasi maksimum).
c. Tmaks (waktu untuk mencapai kensentrasi maksimum).
Dalam praktek, Cmaks dan Tmaks diperoleh dari hasil konsentrasi maksimum
hasil pengukuran konsentrasi dalam sampel yang diperolah dan waktu tercapainya
konsentrasi maksimum tersebut. Perlu diperhatikan dalam penetapan Tmaks bahwa
pada daerah puncak kurva hubungan konsentrasi dari waktu profil kurva relatif
mendatar sehingga dengan adanya variabilitas metode penetapan kadar yang
digunakan maka nilai Tmaks yang diperoleh mungkin bukan merupakan Tmaks yang
sebenarnya. Tidak optimalnya frekuensi pengambilan sampel dapat menyebabkar
penetapan nilai Tmaks yang tidak akurat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian bioekivalensi agar hasil yang
diperoleh dapat digunakan antara lain adalah:
a. Subyek, yang meliputi penetapan kriteria inklusi dar ekslusi pada saat seleksi
subyek penelitian, perlakuan awal yang perlu dilakukan terhadap subyek sebelum
uji bioekivalensi dilaksanakan.
b. Rancangan, antara lain berapa jumlah subyek yang akan digunakan, jenis
kelamin, dan rancangan penelitian.
c. Perlakuan yang akan diberikan, yang meliputi dosis obat yang digunakan, cara
pemberian, rancangan pengambilan sampel seperti sampel apa yang akan
dikumpulkan (darah, plasma atau urin) dan waktu pengambilan sampel evaluasi
hasil yang diperoleh, antara lain uji statistik yang akan digunakan dan penetapan
definisi dan bioekivalen sebelum uji dimulai.
Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi (BABE) mensyaratkan pelaksanaan
sesuai dengan pedoman praktek laboratorium yang benar (Good Laboratory Practice)
dan pedoman cara uji klinik yang baik (Good Clinical Practice). Setiap laboratorium
pengujian, untuk menyusun proposal uji BABE diharuskan melakukan penelitian dan
kajian pustaka, karena dalam pedoman uji bioekivalensi tidak menentukan produk
yang harus diuji maupun inovator ataukomparatornya demikian pula dengan metode
yang digunakan. (BPOM, 2004., BPOM, 2006).
Bioavailabilitas suatu obat mempengaruhi daya terapetik, aktivitas klinik, dan
aktivitas toksik obat, maka biofarmasetika menjadi sangat penting. Biofarmasetika
bertujuan mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar

3|Page
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu (Shargel dan Andrew,
2005).

Bioavailabilitas terbagi menjadi dua, yaitu :

 Bioavailabilitas absolut : bioavailabilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi


sistemik dari suatu sediaan obat dibandingkan dengan bioavailabilitas zat aktif
tersebut dengan pemberian intra vena.
 Bioavailabilitas relatif : bioavailabilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik
dari suatu sediaan obat dibandingkan dengan bentuk sediaan lain selain intra vena.
Bioavailabilitas suatu produk obat dibandingkan dengan produk standar.

Biovailabilitas adalah presentasi dan kecepatan zat aktif dalam produk obat
yang mencapai atau tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau aktif,
setelah pemberian obat diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari
ekskresinya dalam urine.
Bioavailabilitas suatu obat mempengaruhi daya terapeutik aktifitas klinik dan
aktifitas toksik obat maka biofarmasetiks menjadi sangat penting. Biofarmasetika
bertujuan mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi agar diperoleh
pengobatan yang optimal pada kondisi teknik tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas:
1. Disintegrasi Sebelum absorpsi terjadi, suatu produk obat harus mengalami
disintegrasi kedalam partikel kecil dan melepaskan obat.
2. Pelarutan Pelarutan merupakan proses dimana suatu bahan kimia menjadi terlarut
dalam suatu pelarut. Laju pelarutan adalah jumlah obat yang terlarut persatuan
luas perwaktu. Laju pelarutan dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat, formulasi,
dll.
3. Sifat Fisikokimia Obat
Untuk mengetahui perbandingan kualitas obat sediaan generik dengan sediaan
paten perlu diketahui bioekuivalensi antara dua sediaan tersebut. Masing-masing
sediaan diukur bioavailabilitasnya. Perbandingan bioavailabilitas ini disebut
bioekivalansi obat. ( Stoklosa, 1991).
Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi
farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis

4|Page
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

molar yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebanding sehingga


efeknya akan sama, dalam hal efikasi maupun keamanan (BPOM RI, 2004).
IV. Prosedur Percobaan

Dari percobaan sebelumnya,


susun data AUC dari masing-
masing obat yang telah diuji.
Tentukan obat yang akan
dijadikan sebagai standar.

Hitung Fabs dan Frel.

Simpulkan status bioekivalensi


dari produk yang diuji.

V. Data Pengamatan
1. Hitunglah bioavailabilitas (F) suatu sediaan obat berupa suspensi oral (konsentrasi
zat aktif 50 mg/mL) apabila dibandingkan dengan sediaan injeksi intravena
(konsentrasi zat aktif 100 mg/mL), dimana dosis yang diberikan untuk suspensi
oral adalah 2 sendok the sedangkan dosis injeksi IV adalah 2 mL. Data kadar obat
dalam plasma terhadap waktu adalah sebagai berikut:
Kadar (µg/ml)
T (jam)
Suspensi Oral Injeksi Intravena
0,5 2,75 5,31
1 6,24 4,62
1,5 8,5 4,02
2 9,81 3,50
3 7,43 2,65
4 5,6 2,01
6 3,19 1,16
8 1,91 0,66

Jawaban :

5|Page
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

Waktu vs Kadar Injeksi IV


6

5 f(x) = 6.1 exp( − 0.28 x )


R² = 1
4

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Regresi eksponensial Semua titik:


a = 6,099  Cmax  Co= 6,10 µg/mL
b = -0,278  k
R=1

Waktu vs Kadar Injeksi IV


2.5

2
f(x) = 6.14 exp( − 0.28 x )
R² = 1
1.5

0.5

0
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5

Regresi eksponensial 3 titik terakhir:


a = 6,136
b = -0,278
R = 0,999
Kesimpulan: model 1 kompartemen terbuka karena nilai R pada reg. exp dari
semua titik dan 3 titik terakhir nilainya sama2 mendekati 1
1
Perhitungan AUC Injeksi Intravena (a + b) (t)
2
 AUC 1 = AUC 0-0,5
= ½ (6,10+5,31) (0,5-0)
= 2,85 µg. jam/mL
 AUC 2 = AUC 0,5-1

6|Page
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

= ½ (5,31+4,62) (1-0,5)
= 2,48 µg. jam/mL
 AUC 3 = AUC 1-1,5
= ½ (4,62+4,02) (1,5-1)
= 2,16 µg. jam/mL
 AUC4 = AUC 1,5-2
= ½ (4,02+3,50)(2-1,5)
= 1,88 µg. jam/mL
 AUC 5 = AUC 2-3
= ½ (3,50+2,65)(3-2)
= 3,08 µg. jam/mL
 AUC 6 = AUC 3-4
= ½ (2,65+2,01)(4-3)
= 2,37 µg. jam/mL
 AUC 7 = AUC 4-6

= ½ (2,01+1,16)(6-4)

= 3,17 µg. jam/mL

 AUC 8 = AUC 6-8


= ½ (1,16+0,66)(8-6)
= 1,82 µg. jam/mL
C akhir 0,66
 AUC 9 = =
K 0,278
= 2,374 µg. jam/mL
AUC Total = 2,85+2,48+2,16+1,88+3,08+2,37+3,17+1,82+2,374
= 22,144 µg. jam/mL
Bioavaibilitas Absorpsi (Fabs)
[ AUC ] uji dosis iv
Fabs = x x 100 %
[ AUC ] iv dosis uji
47,37 µg . jam/mL 200 mL
Fabs = x x 100 %
22,14 µg . jam/mL 500 mg
= 85,58%

7|Page
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

8|Page
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

2. Nyatakan status bioekivalensi dari ketiga sediaan kapsul uji (A, B, C) terhadap sediaan standar (STD) dengan data sebagai berikut:
AUC (µg/mL.jam) ln AUC ln AUCuji - ln AUCstd
Sukarelawan Kapsul Kapsul Kapsul Kapsul ln kapsul ln kapsul ln kapsul ln Kapsul Kapsul Kapsul kapsul
A B C STD A B C STD A B C
1 14,1 19,1 9,6 15,8 2,65 2,95 2,26 2,76 -0,11 -0,19 -0,50
2 20,2 20,0 10,6 19,0 3,00 2,99 2,36 2,94 0,06 0,05 -0,50
3 19,0 17,5 1,6 19,3 2,94 2,86 0,47 2,96 -0,02 -0,10 -2,49
4 13,2 20,3 13,1 18,4 2,58 3,01 2,57 2,91 -0,33 0,10 -0,34
5 13,5 17,3 10,4 17,2 2,60 2,85 2,34 2,84 -0,24 0,01 -0,50
6 17,9 17,4 8,3 16,5 2,88 2,85 2,11 2,80 0,08 0,05 -0,69
7 12,4 17,2 14,5 17,9 2,51 2,84 2,67 2,88 -0,37 -0,04 -0,21
8 15,8 16,9 11,4 17,5 2,76 2,83 2,43 2,86 -0,10 -0,03 -0,43
Ⴟ -0,13 0,03 -0,72
SD 0,17 0,09 0,73
t0,1 (n-2) x
0,33 0,18 1,42
SD

9|Page
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

Penyelesaian:
 Menghitung ln nilai AUC
 Menghitung ln AUCuji – AUCstandar
Kapsul A Kapsul B Kapsul C
1. 2,65 – 2,76 = -0,11 1. 2,95 – 2,76 = 0,19 1. 2,26 – 2,76 = -0,50
2. 3,00 – 2,94 = 0,06 2. 2,99 – 2,94 = 0,05 2. 2,36 – 2,94 = -0,58
3. 2,94 – 2,96 = -0,02 3. 2,86 – 2,96 = -0,10 3. 0,47 – 2,96 = -2,49
4. 2,8 – 2,91 = -0,33 4. 3,01 – 2,91 = 0,10 4. 2,57 – 2,91 = -0,34
5. 2,60 – 2,84 = -0,24 5. 3,01 – 2,91 = 0,10 5. 2,34 – 2,84 = -0,50
6. 2,88 – 2,80 = 0,08 6. 2,85 – 2,80 = 0,05 6. 2,11 – 2,80 = -0,69
7. 2,51 – 2,88 = -0,37 7. 2,84 – 2,88 = -0,04 7. 2,67 – 2,88 = -0,21
8. 2,76 – 2,86 = -0,10 8. 2,83 – 2,86 = -0,03 8. 2,43 – 2,86 = -0,43

 Memasukkan nilai SD
 Mencari Confident Interval 90%
10% tabel t
t0,1 (n – 2) = t0,1 (8-2) = t0,1 (6) = 1,943
 t0,1 (n – 2) x SD
a. Kapsul A = 1,943 x 0,17 = 0,33
b. Kapsul B = 1,943 x 0,09 = 0,18
c. Kapsul C = 1,943 x 0,73 = 1,42
 Mencari Confident Interval 90% diff = Ⴟ ± t0,1 (n – 2) x SD
a. Kapsul A = -0,13 ± 0,33
Batas atas = -0,13 + 0,33 = 0,20
Batas bawah = -0,13 – 0,33 = -0,46
b. Kapsul B = 0,03 ± 0,18
Batas atas = 0,03 + 0,18 = 0,20
Batas bawah = 0,03 – 0,18 = -0,15
c. Kapsul C = -0,72 ± 1,42
Batas atas = -0,72 + 1,42 = 0,70
Batas bawah = -0,72 – 1,42 = -2,14
 Mencari Confident Interval 90% diff = Ⴟ ± t0,1 (n – 2) x SD
a. Kapsul A
Batas atas = 0,20 1,23 x 100% = 123%
Batas bawah = -0,47 0,63 x 100% = 63%
Jadi Kapsul A, 63 – 123%

10 | P a g e
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

b. Kapsul B
Batas atas = 0,20 1,23 x 100% = 123%
Batas bawah = -0,15 0,86 x 100% = 86%
Jadi Kapsul B, 86 – 123%
c. Kapsul C
Batas atas = 0,70 2,02 x 100% = 202%
Batas bawah = -2,14 0,12 x 100% = 12%
Jadi Kapsul C, 12 – 202%
 Syarat BE: 80 – 125%
 Kapsul yang memenuhi syarat yaitu Kapsul B 86 – 123%

3. Sebutkan dan jelaskan secara lengkap faktor-faktor yang mempengaruhi


ketersediaan suatu obat/produk obat!
Jawaban :
1. Sifat Fisikokimia Obat:
 pKa dan derajat ionisasi
 Koefisien partisi lemak air
 Ukuran partikel, Kecepatan disolusi obat berbanding lurus dengan luas
permukaan yang kontak dengan cairan. Semakin kecil partikel semakin luas
permukaan obat dan semakin mudah larut.
2. Subjek
Karakteristik subjek (umur, bobot badan) kondisi patologis posisi dan aktivitas
tubuh pada subjek yang sama.
3. Bahan – bahan pembantu
Dapat merubah secara drastis pada absorbannya dan oleh karena itu efek terapi
dan toksisitasnya
4. Rute pemberian
5. Interaksi obat dan makanan

VI. Pembahasan
Percobaan kali ini dilakukan studi bioekivalensi obat. Biasanya uji
bioekivalensi ini dilakukan pada obat generik, agar dapat dipastikan apabila obat

11 | P a g e
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

tersebut beredar dimasyarakat telah memenuhi syarat dan bioekivalen, yang berarti
ketika seorang menkonsumsi suatu obat baik yang berupa produk orisinil maupun
generiknya, maka pasien akan mendapat efek yang sama.
Studi bioekibalensi obat penting dilakukan karena pada kenyataannya obat
tidak hanya terdiri dari zat berkhasiat saja, melainkan ditambahkan dengan bahan-
bahan lain. Selain itu, adanya perbedaan dalam proses pembuatan juga akan
memengaruhi suatu obat, sehingga pada pengujian ini harus dilakukan karena untuk
mengetahui apakah obat yang diuji memiliki khasiat yang sama dengan obat
standarnya.
Uji bioekivalensi ini belum menjadi syarat utama suatu produk obat, terutama
di Indonesia. Alasan utamanya yaitu biaya yang dibutuhkan oleh produsen obat untuk
melakukan pengujian ini cukup besar. Pengujian ini melibatkan manusia sebagai
objek percobaan. Hasil pengukuran dari kedua sampel (obat uji dan obat standar)
dibandingkan. Apabila hasilnya sama maka obat tersebut dapat dinyatakan
bioekivalen dengan obat orisinilnya dan tentunya akan memberikan efek yang sama
saat digunakan.
Pertama, dilakukan perhitungan AUC pada sediaan intravena dan mencari
nilai regresi eksponensial, dari data mendapatkan hasil AUC tak hingga sebesar 2,374
μg/mL.jam dan AUC total sebesar 22,144 μg/mL.jam serta mendapatkan nilai Fabs
sebesar 85,58%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan baik karena
ketersediaannya dalam darah cukup tinggi.
Percobaan selanjutnya yaitu dilakukan uji bioekivalensi pada 3 kapsul uji
dibandingkan dengan kapsul standar, untuk memastikan obat yang diuji memiliki efek
yang sama dengan obat standar. Pengujian ini dilakukan pada 8 relawan yang
mendapat pengobatan dengan obat uji dan obat standar pada waktu yang berbeda,
kemudian mengambil sampel dan mengukur AUC obat uji dan standar dari setiap
sukarelawan. Nilai AUC dari tiga sampel kapsul di ln kan, kemudian hasil ln AUC uji
dikurangi dengan ln AUC standar, setelah itu akan mendapatkan nilai rata-rata dan
nilai SD dari setiap masing-masing sampel kapsul.
Berdasarkan data yang diperoleh setelah dilakukan perhitungan untuk nilai
rata-rata kapsul, pada kapsul A yaitu sebesar -0,13; kapsul B sebesar 0,03 dan kapsul
C sebesar -0,72. Untuk mengetahui BE kapsul uji yang memenuhi syarat, kita harus
menghitung nilai consident interval 90% yang kemudian akan dihitung dengan nilai

12 | P a g e
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

dari masing-masing kapsul. Nilai confident interval 90% dapat dicari pada tabel t
statistik.
Selanjutnya dilakukan perhitungan BE kapsul dari masing-masing sampel
untuk mengetahui sampel mana yang memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi
syarat. Kriteria BE yang baik suatu obat harus memiliki nilai BE 80–125 %.
Berdasarkan data hasil perhitungan untuk kapsul A diperoleh persentase sebesar 63-
123%, kapsul B diperoleh nilai persentase sebesar 86–123%, dan untuk kapsul C
diperoleh nilai persentase sebesar 12-202%. Maka dapat disimpulkan bahwa kapsul B
memenuhi syarat karena kriteria BE yang baik berada dalam rentang 80-125 %.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
uji bioekuivalensi dapat dilakukan dengan membandingkan obat yang akan di uji
dengan obat standarnya. Kriteria obat yang memiliki BE yang  baik adalah dengan
nilai 80-125%. Kapsul B memenuhi syarat karena kriteria BE yang baik berada dalam
rentang 80-125 %.

Daftar Pustaka
Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Badan POM. 2004. Pedoman Uji Bioekivalensi. cetakan I. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia
Shargel, L. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Surabaya: Airlangga
University Press
Stoklosa MJ, Ansel HC. 1991.  Pharmaceutical Calcutations 9th. London: Lea &
Febige

13 | P a g e
Siti Aisyah Aprilia-11171069-4 FA 2

Anda mungkin juga menyukai