Anda di halaman 1dari 13

Pola Keberlangsungan Hidup Masyarakat Nelayan Miskin di Desa Tanjung

Luar, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur

Siti Mujibah
Program Studi Sosiologi Universitas Mataram, Mataram, Indonesia
Kata Kunci Abstrak
Kata kunci: strategi Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
penanggulangan memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
kemiskinan, ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.
masyarakat nelayan
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan. Budaya terkait kearifan lokal merupakan salah
satu faktor pendukung kesejahteraan masyarakat pesisir. Ironisnya nelayan hanya
menggantungkan perekonomiannya pada hasil laut, apalagi saat ini masyarakat sudah
tidak peduli lagi dengan kondisi laut yang sudah mengalami over fishing. Nelayan
cenderung menangkap semua hasil laut yang bisa ditangkap untuk menghasilkan
uang tanpa memikirkan kelestarian sumberdaya dan kehidupan laut. Kondisi tersebut
akan berdampak pada tangkapan hasil yang cenderung mengalami penurunan,
sehingga pendapatan nelayan menjadi rendah. Kemiskinan dicirikan oleh rendahnya
pendapatan dan cenderung tidak menentu setiap saat. Rendahnya pendapatan ini
berujung pada sulitnya mengakses pendidikan dan kesehatan yang layak. tingkat
pendapatan yang rendah menyebabkan kemampuan untuk melakukan akumulasi
modal menjadi sangat terbatas. Pada dinamika kemasyarakatan terjadi empat hal
yaitu, proses sosial, unsur-unsur sosial, sistem sosial dan perubahan sosial. Sangat
jelas eksistensi strategi keberadaan suatu masyarakat untuk mempertahankan hidup
sebagai tekad kuat dalam menghadapi permasalahan dengan penuh sugesti
adrenaline.

Keywords Abstract
Keyword: poverty Poverty is a condition of economic inability to meet the average standard of
reduction strategies, living of the people in an area. This condition of inability is indicated by the
fishing communities low ability of income to meet basic needs in the form of food, clothing and
shelter. This low income ability will also result in a reduced ability to meet
average living standards such as public health standards and education
standards. Culture related to local wisdom is one of the supporting factors for
the welfare of coastal communities. Ironically, fishermen only depend their
economy on marine products, especially now that people don't care anymore
about sea conditions that have experienced over fishing. Fishermen tend to
catch all the marine products they can catch to make money without thinking
about the sustainability of marine resources and life. This condition will have
an impact on the catch that tends to decrease, so that fishermen's income will
be low. Poverty is characterized by low income and tends to be erratic over
time. This low income has resulted in difficulties in accessing proper
education and health care. low level of income causes the ability to
accumulate capital to be very limited. In social dynamics, four things occur,
namely, social processes, social elements, social systems and social change. It
is very clear the existence of a strategy for the existence of a society to
survive as a strong determination to face problems with full adrenaline
suggestions.

1
Author: Siti Mujibah, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia;
Email: smujibah19@gmail.com

PENDAHULUAN dan tinggal. Pola relasi gender dalam masyarakat yang


Ketika memasuki kehidupan pernikahan, laki- bercorak patriarkhis, tentunya lebih didomiasi oleh
laki dan perempuan memiliki peran baru yang pihak laki-laki sebagai orang yang memiliki
merupakan konsekuensi dari pernikahan. Menurut kewenangan (kekuatan) lebih tinggi daripada
Undang – Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 perempuan. Sebaliknya dalam pola relasi gender yang
Pasal 1, pernikahan adalah ikatan lahir batin anatara bersifat matriarkhis, kewenangan lebih didominasi
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri oleh perempuan. Sedangkan dalam masyarakat liberal-
dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan demokratis yang cenderung egaliter, maka terjadi
kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Dari keseimbangan dalam pola relasi antara laki-laki dan
pengertian tersebut dapat dilihat bahwa laki-laki akan perempuan.
memiliki peran baru sebagai seorang suami, sementara Kemiskinan adalah suatu kondisi
wanita akan berperan sebagai seorang istri. Selain ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi
peran tersebut, laki-laki dan perempuan juga berperan standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah.
sebagai ayah dan ibu ketika sudah memiliki anak. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan
Keluarga merupakan satu-satunya lembaga rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi
sosial yang diberi tanggung jawab untuk mengubah kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang,
organisme biologi menjadi manusia, sehingga dapat maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah
memberikan sebuah persamaan, bahwa untuk ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan
mengubah organisme biologis menjadi organisme untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti
sosiologis membutuhkan keluarga sebagai agen tempat standar kesehatan masyarakat dan standar
mengenal dan mempelajari prototype peran tingkah pendidikan.
laku yang dikehendaki dan modus orientasi Kondisi masyarakat yang disebut miskin
penyesuaian diri dengan yang dikehendaki dan modus dapat diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan
orientasi penyesuaian diri dengan lingkungan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995).
sosialnya. Pada prinsipnya, standar hidup di suatu masyarakat
Keluarga merupakan lembaga terkecil dari tidak sekedar tercukupinya kebutuhan akan pangan,
suatu masyarakat yang di dalamnya mempunyai akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan
beberapa anggota, biasanya terdiri dari ayah, ibu dan kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal
anak. Sama dengan institusi atau lembaga lainnya yang ataupun pemukiman yang layak merupakan salah
lebih besar, maka di dalam suatu keluarga, juga ada satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan
nilai-nilai yang dibangun dan disepakati bersama masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini,
antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya. suatu masyarakat disebut miskin apabila memiliki
Nilai-nilai tersebut, biasanya juga tidak jauh berbeda pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dimana pendapatan sehingga tidak banyak memiliki
keluarga tersebut tinggal. Misalnya, apabila kesempatan untuk mensejahterakan dirinya
masyarakat di lingkungan sekitar bernuansa (Suryawati, 2004). Kemiskinan juga dianggap
patriarkhis, maka nilai-nilai yang dibangun dalam sebagai bentuk permasalahan pembangunan yang
istitusi keluarga tersebut juga bersifat patriarkhis. diakibatkan adanya dampak negatif dari
Sebaliknya, apabila nilai yang dibangun dilingkungan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang sehingga
masyarakat bersifat matriarkhi, maka nilai-nilai yang memperlebar kesenjangan pendapatan antar
ada dalam keluarga tersebut juga cenderung ke masyarakat maupun kesenjangan pendapatan antar
matriarkhi. Sedangkan, apabila nila-inilai modern yang daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006).
bersifat liberal dan demokratis sudah menjadi tatanan Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai
umum di lingkungan suatu masyarakat, maka tidak kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam
bisa dipungkiri institusi keluarga tersebut juga akan mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang
mengikuti arus yang ada dalam suatu masyarakatnya mampu untuk menjamin kelangsungan hidup
tersebut. (Suryawati, 2004: 122). Kemampuan pendapatan
Pola relasi gender dalam suatu institusi untuk mencukupi kebutuhan pokok berdasarkan
keluarga juga akan mengikuti pola nilai dan tatanan standar harga tertentu adalah rendah sehingga kurang
yang sudah mengejawantah dan dibangun oleh menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada
masyarakat sekitar di mana keluarga tersebut hidup umumnya. Berdasarkan pengertian ini, maka
2
kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu 9,78 persen meningkat 0,56 poin persentase terhadap
kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam September 2019 dan meningkat 0,37 poin persentase
memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya terhadap Maret 2019. Penduduk miskin perkotaan
yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas meningkat dari 7,38% pada Maret 2020 menjadi
hidup. 7,88% pada September 2020. Sementara pada
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun periode yang sama penduduk miskin pedesaan
2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi meningkat dari 12,82% menjadi 13,20%.
seseorang atau sekelompok orang yang tidak (money.kompas.com 2020; wartaekonomi.co.id
terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk 2021).
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan Secara geografis, Provinsi Nusa Tenggara
yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi Barat terletak antara 1150  46’ – 1190  5’ bujur timur 
hak seseorang atau sekelompok orang meliputi dan 8010’ – 9o5’ lintang selatan, dengan batas
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, wilayah di sebelah utara Laut Jawa dan Laut Flores,
perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya sebelah  selatan Samudra Hindia, sebelah barat Selat
alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan Lombok dan Provinsi Bali dan sebelah timurSelat
atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk Sape dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah salah
sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan satu provinsi yang terletak di kepulauan nusa
Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang tenggara. Terdapat dua pulau besar, yaitu Pulau
Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula Lombok seluas 4.738,70 Km 2 (23,51%) dan Pulau
bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku Sumbawa seluas 15.414,5 Km2. Selain dua
pada mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya pulau utama tersebut terdapat sekitar 378 pulau-pulau
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kecil yang mengitarinya. Dari 380 pulau yang
pokok/dasar. ada hanya 38 pulau yang berpenghuni, sedangkan
Salah satu penyebab kemiskinan yang tidak 342 sisanya belum berpenghuni. Pulau-pulau kecil
sering dibahas adalah bencana atau wabah penyakit. yang ada biasa disebut dengan gili, dimana gili ini
Wabah virus corona yang lebih dikenal dengan biasanya merupakan daerah obyek wisata, seperti :
pandemi Covid-19 telah mengguncang dunia sejak Pulau Moyo, Gili Trawangan, Gili Meno, Gili
akhir tahun 2019. Pandemi ini menyebar secara Air, Gili Gede, Gili Lontar, Pulau Bungin, dan
global meliputi area geografis yang luas. Pada awal beberapa gugusan pulau lainnya.
Maret 2020, Covid-19 masuk ke Indonesia dengan Kondisi geografis NTB sangat bervariasi.
jumlah terinfeksi yang terus meningkat dan wilayah Pulau Lombok terdiri atas perbukitan dengan
sebaran yang semakin meluas, sehingga dinyatakan pusat Gunung Rinjani, terletak di tengah-tengah
sebagai bencana nasional nonalam. Pulau Lombok, serta gugusan  pegunungan  yang
Pemberlakuan berbagai kebijakan dalam terletak  dibagian  Utara  dan  Selatan.  Sedangkan
rangka mengatasi penyebaran atau upaya memutus dataran rendah merupakan kawasan pertanian yang
rantai penyebaran Covid-19 mengakibatkan banyak terhampar dibagian tengah memanjang dari timur ke
kegiatan ekonomi yang mengalami kontraksi bahkan barat. Sedangkan di Pulau Sumbawa, gugusan
terhenti berproduksi. Hal ini mengakibatkan pegunungan terdapat disepanjang pulau dan dataran
terjadinya peningkatan pengangguran, penurunan rendah terletak antara bukit disepanjang pantai
tingkat produktivitas individu maupun perusahaan, utara Pulau Sumbawa.
dan mendorong munculnya orang miskin baru yang Dilihat dari komposisi wilayah per daerah
secara agregat meningkatkan jumlah penduduk kabupaten/kota, bahwa Pulau Sumbawa luasnya
miskin (Izzati 2020; Suryahadi et al. 2020). 25.385,46 km2, dengan luas daratan 15.414,50
Sehubungan dengan itu, pemerintah perlu km2 dan perairan laut 9.970,96 km2, merupakan 3,33
mengupayakan penanggulangan kemiskinan, baik kali dari luas Pulau Lombok yang luasnya mencapai
yang sifatnya jangka pendek, menengah, maupun 7.619,83 km2. Kabupaten yang terluas
jangka panjang (Yusuf 2020). wilayahnya adalah Kabupaten Sumbawa dengan
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, luas 11.556,44 km2 (32,97% dari luas NTB), dan
pada Maret 2020 terjadi peningkatan jumlah tersempit adalah Kota Mataram dengan luas 118,10
penduduk miskin sebanyak 1,63 juta orang km2 (0,30 % dari luas NTB). (ntbprov.go.id)
dibandingkan periode September 2019. Sehingga Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara
total jumlah penduduk miskin Indonesia tercatat Barat pada Maret 2020 tercatat sebesar 713,89 ribu
sebanyak 26,42 juta orang. Secara persentase orang (13,97 persen). Pada September 2019, jumlah
penduduk miskin pada Maret 2020 tercatat sebesar penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat sebesar
3
705,68 ribu orang (13,88 persen). Kenaikan persentase 2,7 juta nelayan di Indonesia turut menyumbang 25
penduduk miskin (P0) selama periode September 2019 persen angka kemiskinan nasional pada 2017, karena
– Maret 2020 yaitu sebesar 0,09 persen poin. Pada mayoritasnya hidup di ambang batas garis kemiskinan.
Maret 2020, jumlah penduduk miskin di daerah Data lain juga menyebutkan sekitar 53 persen keluarga
perkotaan tercatat sebesar 368,43 ribu orang atau 14,90 di wilayah pesisir hidup di bawah garis kemiskinan. 
persen, sedangkan penduduk miskin di daerah Kehidupan nelayan di Lombok Timur, Nusa
perdesaan sebesar 345,45 ribu orang atau 13,09 persen. Tenggara Barat melakukan barter demi memenuhi
(ntb.bps.go.id) kebutuhan pokok sehari-hari. Kesulitan ekonomi di
Sebagai provinsi kepulauan, Nusa Tenggara beberapa daerah membuat nelayan memilih untuk
Barat memiliki potensi sumberdaya kelautan dan tidak melaut lagi, dikarenakan tidak memiliki modal.
perikanan yang cukup besar. Dengan luas perairan laut Sebagaian besar dari mereka menjadi pengangguran
sebesar 29.159,04 km2 (59,13 %) yang lebih luas dari dan berdiam diri di rumah karena adanya
wilayah daratannya yang sebesar 20.153,15 km2 kebijakan physical distancing. Berbeda ketika masa
(40,87 %), Provinsi NTB mempunyai ekosistem paceklik atau angin kencang, beberapa dari mereka
perairan yang terbilang lengkap seperti perairan laut nekat tetap melaut dengan resiko kematian atau beralih
pelagis, laut demersal, ekosistem pesisir dan pulau- profesi menjadi buruh/kuli bangunan di daerah sekitar.
pulau kecil yang kaya akan terumbu karang, padang Hal tersebut kerupakan ikhtiar nelayan agar tetap
lamun, mangrove hingga perairan umum seperti mendapatkan penghasilan demi memenuhi kebutuhan
waduk, danau, sungai dan embung yang berlimpah sehari-hari. (knti.or.id)
sumberdaya perikanan dan kelautan. Oleh karenanya di Problema kemiskinan terus menjadi masalah
Provinsi NTB dapat dikembangkan kegiatan perikanan besar sepanjang sejarah Indonesia sebagai sebuah
tangkap di laut dan perairan umum; perikanan negara. Dalam negara yang salah urus, tidak ada
budidaya laut, air payau dan air tawar, pengolahan persoalan yang lebih besar, selain persoalan
produk hasil perikanan dan kelautan, tambak garam, kemiskinan. Kemis‐ kinan telah membuat jutaan anak‐
konservasi dan wisata bahari, hingga pemanfaatan anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkua‐
sumberdaya laut dalam sebagai bahan kosmetik, obat- litas, kesulitan membiayai kesehatan, kurang‐ nya
obatan maupun industri. tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses
Pengelolaan kelautan dan perikanan di ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan,
Indonesia mengacu pada peraturan kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap
perundangundangan yang berlaku seperti Undang- keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan
undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang rakyat memenuhi kebu‐ tuhan pangan, sandang dan
Nomor 45 Tahun 2009. Sedangkan Undangundang papan secara terbatas. Kemiskinan, menyebabkan
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah masya‐ rakat desa rela mengorbankan apa saja demi
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sebagaimana telah keselamatan hidup, safety life (James. C.Scott, 1981),
diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi
tentang Perubahan Undang-undang Nomor 27 Tahun keuntungan bagi tengkulak lokal dan menerima upah
2007 serta Undang-undang Nomor 32 Tahun 2014 yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang
tentang Kelautan. Undang-undang Nomor 7 Tahun dikeluarkan. Para buruh tani desa bekerja sepanjang
2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan hari, tetapi mereka menerima upah yang sangat sedikit
Nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam. (Sahdan, 2005).
(kkp.go.id). kemiskinan merupakan persoalan yang sangat
Nelayan dan pembudidaya memiliki peran kompleks dan kronis. Karena sangat kompleks dan
penting dan menjadi andalan dalam menopang kronis, maka cara penanggulangan kemiskinan pun
kedaulatan pangan nasional. Di Indonesia, produk mem‐ butuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua
perikanan menyediakan 54 persen dari seluruh protein komponen permasalahan, dan diper‐ lukan strategi
hewani yang dikonsumsi masyarakat. Kontribusinya penanganan yang tepat, berkelanjutan dan tidak
dalam penciptaan lapangan pekerjaan juga sangat bersifat temporer. Sejumlah variabel dapat dipakai
penting. Pelaku usaha perikanan, langsung maupun untuk mela‐ cak persoalan kemiskinan, dan dari
tidak langsung, jumlahnya sangat besar. Sektor variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebi‐
perikanan tangkap diperkirakan menyediakan lapangan jakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran
kerja langsung lebih dari enam juta orang dan lapangan dan berkesinambungan. Dari dimensi pendidikan
kerja tidak langsung bagi jutaan lainnya. 97 persen dari misalnya, pendidikan yang rendah dipandang sebagai
total jumlah nelayan di Indonesia, jika dilihat dari penyebab kemiskinan. Dari dimensi kesehatan, rendah‐
ukuran kapal < 10 GT merupakan nelayan skala kecil. nya mutu kesehatan masyarakat menyebab‐ kan
4
terjadinya kemiskinan. Dari dimensi ekonomi, (dengan segala potensi ekonomi yang dikandungnya)
kepemilikan alat‐alat produktif yang terbatas, dimana- mana dari dahulu hingga sekarang, ialah
penguasaan teknologi dan kurangnya keterampilan, bahwa laut memiliki kekayaan bersama umat manusia
dilihat sebagai alasan mendasar mengapa terjadi common property. Bagi siapa saja yang menguasai
kemiski‐ nan. Faktor kultur dan struktural juga sering faktor- faktor produksi (modal, teknologi, tenaga kerja
dilihat sebagai elemen penting yang menen‐ tukan keterampilan dan pengetahuan managerial yang tinggi)
tingkat kemakmuran dan kesejah‐ teraan masyarakat. merekalah yang mempunyai akses memanfaatkan
Tidak ada yang salah dan keliru dengan pendekatan kekayaan laut semaksimal mungkin. Akibat dari
tersebut, tetapi dibutuhkan keterpaduan antara berbagai karakteristik laut seperti itu ialah terjadinya persaingan
faktor penyebab kemiskinan yang sangat banyak dan konflik antara para pengelolah sumber daya laut
dengan indikator‐indikator yang jelas, sehingga yang menjurus pada munculnya kelas kaya dan miskin
kebijakan penanggulangan kemiskinan tidak bersifat pada masyrakat nelayan; merosotnya persediaan
temporer, tetapi permanen dan berkelanjutan. sumber daya biotik laut; terjadinya kerusakan ekologi
Selama tiga dekade, upaya penanggula‐ ngan laut (Lampe, dkk., 1996).
kemiskinan dilakukan dengan penye‐ diaan kebutuhan Melimpahnya potensi hayati yang dikandung
dasar seperti pangan, pelayanan kesehatan dan oleh laut di sekitar tempat nelayan bermukim
pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan seharusnya dapat menjadi suatu aset besar bagi nelayan
pertanian, pemberian dana bergulir melalui sistem setempat dalam upaya 10 memperbaiki taraf hidup
kredit, pembangunan prasarana dan pendampingan, mereka secara ekonomi. Namun, kenyataanya sampai
penyuluhan sanitasi dan sebagainya. Dari serangkaian saat ini kehidupan nelayan tetap saja masih berada
cara dan strategi penanggulangan kemiskinan terse‐ dalam ketidakmampuan secara finansial dan belum
but, semuanya berorentasi material, sehingga sejahtera. Sehubungan dengan itu, komunitas nelayan
keberlanjutannya sangat tergantung pada ketersediaan bisa miskin bukan karena kesalahan nelayan itu sendiri
anggaran dan komitmen peme‐ rintah. Di samping itu, misalnya mereka malas bekerja, tetapi lebih
tidak adanya tatanan pemerintahan yang demokratis disebabkan oleh adanya sebuah struktur yang timpang
menyebab‐ kan rendahnya akseptabilitas dan inisiatif kemudian di legitimasi dengan suatu peraturan,
masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan dengan sehingga membuat para nelayan tetap berada pada
cara mereka sendiri. kubangan kemiskinan secara struktural
Tujuan dari penelitian berbasis narative review Berbagai hasil kajian penelitian selama ini
ini dapat memetakan kemiskinan yang terjadi pada tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan
masyarakat nelayan dan bagaimana cara telah mengungkapkan bahwa sebagian besar mereka
menanggulanginya sehingga terwujudnya masyarakat tergolong nelayan buruh atau nelayan-nelayan kecil
nelayan yang sejahtera. Adapun manfaat dari tulisan yang hidup dalam kubangan. Kemampuan mereka
narative review ini diharapkan implementasi dari pihak memenuhi kehidupan dasar minimal kehidupan sehari-
pemerintah terkait penanggulangan kemiskinan pada hari sangat terbatas. Bagi masyarakat nelayan, diantara
masyarakat nelayan dan penulis dan/atau pembaca beberapa jenis kebutuhan pokok kehidupan, kebutuhan
sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. yang paling penting adalah pangan. Adanya jaminan
pemenuhan kebutuhan pangan setiap hari sangat
TINJAUAN PUSTAKA berperan besar untuk menjaga kelansungan hidup
mereka (Muyarto dkk, 1984; Kusnadi, 2002).
Indonesia merupakan negara kepulauan karena
Kemiskinan masyarakat pesisir disebabkan
terdiri dari banyak pulau yang mencakup laut, danau
oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat,
dan selat. Oleh karena itu, Indonesia juga disebut
antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan,
sebagai negara maritim. Bahkan ada sebuah anekdot
pendidikan, pekerjaan, infrastruktur. Di samping itu,
yang menyebutkan bahwa nenek moyang Indonesia
kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses
adalah seorang pelaut. Hal tersebut kemudian menjadi
terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya
wajar mengingat dua pertiga wilayah Indonesia
dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan
didominasi oleh perairan atau laut, sehingga
posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada
mengakibatkan masyarakat Indonesia yang tinggal di
saat yang sama, kebijakan Pemerintah selama ini
sepanjang pantai bermata pencaharian sebagai nelayan.
kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagai salah
(Iriani,dkk, 2001).
satu pemangku kepentingan di wilayah pesisir.
Secara geografis Indonesia merupakan negara
Menurut Akhmad Fauzi (2005) bahwa sektor
laut terbesar di dunia. Luas wilayah lautnya 3,1 juta
perikanan memang sangat unik karena beberapa
Km 2, dengan panjang garis pantai 81.000 Km. di
karakteristik yang melekat didalamnya tidak dimiliki
tengah laut tersebut ditaburi 17.508 pulau besar dan
oleh sektorsektor lain seperti pertanian maupun
kecil (Hamid, AR. 2015). Salah satu karakteristik laut
5
pertambangan. Jika demikian tidaklah mengherankan satu faktor pendukung kesejahteraan masyarakat
kalau penanganan disektor ini tentu memerlukan pesisir. Ironisnya nelayan hanya menggantungkan
pendekatan tersendiri. Selain berhadapan dengan perekonomiannya pada hasil laut, apalagi saat ini
sumberdaya yang bergerak terus dan kompleksitas masyarakat sudah tidak peduli lagi dengan kondisi laut
biologi dan fisik perairan, pengelolaan sumberdaya yang sudah mengalami over fishing. Nelayan
perikanan juga dihadapkan pada masalah peliknya hak cenderung menangkap semua hasil laut yang bisa
kepemilikan. Interaksi dari faktor ini kemudian ditangkap untuk menghasilkan uang tanpa memikirkan
melahirkan kompleksitas yang berakibat pada kelestarian sumberdaya dan kehidupan laut. Kondisi
terjadinya penangkapan ikan yang berlebihan yang tersebut akan berdampak pada tangkapan hasil yang
kemudian akan menurunnya stock produksi dibidang cenderung mengalami penurunan, sehingga pendapatan
perikanan. Penurunan terhadap produksi dibidang nelayan menjadi rendah.
perikanan juga akan turut mempengaruhi Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan
pengembangan usaha bagi masyarakat nelayan yang dialami oleh golongan masyarakat karena
khususnya dalam menangkap ikan. Salah satu faktor struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut
yang mendapatkan sorotan adalah pola hidup menggunakan sumber-sumber pendapatan yang
masyarakat nelayan dalam menangkap ikan. Pola sebenarnya tersedia bagi mereka, dapat di lihat dari
hidup masyarakat nelayan akan sangat berkaitan pola hubungan masyarakat atau jalinan sosial nelayan
dengan pola dan tradisi sesuai dengan kepercayaan itu sendiri dalam kehidupan sesamanya. Pada pola
bagi masyarakat nelayan. hubungan itu dapat dijabarkan secara vertikal dan
Umumnya masyarakat nelayan miskin tidak horizontal. Pola vertikal terbentuk karena adanya
tersentuh oleh teknologi modern, sehingga kualitas ketergantungan ekonomi terhadap nelayan miskin dan
sumberdaya manusia rendah yang dapat nelayan kaya. Sedangkan pola horizontal ini tidak
mempengaruhi tingkat produktivitas hasil tangkapan mencerminkan adanya perbedaan status yang tajam
juga sangat rendah. Tingkat pendidikan nelayan antara si kaya dengan si miskin, karena dalam
berbanding lurus dengan teknologi yang dapat pemenuhan modal usaha masyarakat nelayan dapat
dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini teknologi di meminta bantuan dari kerabat atau tetangga yang bisa
bidang penangkapan dan budidaya. Mayoritas tingkat di andalkan.
pendidikan masyarakat Desa Tanjung adalah hanya Dari berbagai penelitian dan pengamatan
sebatas lulusan Sekolah Dasar, dan tidak sedikit juga perempuan yang melakukan usaha atau bisnis mikro
masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan sama dan usaha kecil sering kali kurang mendapatkan akses
sekali. pasar, yang meliputi keinginan, kebutuhan dan
Pendidikan bisa sangat mempengaruhi pola kesukaan konsumen yang kemudian biasanya
pikir nelayan dalam pengambilan keputusan, dalam hal berhubungan dengan aspek kualitas atau mutu produk
ini terkait tingkat adopsi teknologi yang akan yang dihasilkan dan dipengaruhi oleh teknologi yang
diterapkan dalam menangani hasil tangkapan laut. dipergunakan. Hasil pemetaan ADB (2001) terhadap
Pada sisi lain ikan hasil tangkapan cepat mengalami perempuan pengusaha menunjukkan hasil yang sedikit
proses pembusukan dibandingkan dengan makanan berbeda, mungkin karena tingkat pendidikan kelompok
lain, hal itu disebabkan oleh adanya bakteri dan yang diteliti lebih tinggi. ADB menemukan bahwa
perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu, perempuan pengusaha tidak mempermasalahkan
diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik. kualitas produknya, tapi informasi pasar juga masih
Selama ini, masyarakat Desa Tanjung hanya sering tertinggal. Senada dengan pengamatan Adriani
mengandalkan boks es untuk mengawetkan hasil dkk dan ADB, Kementerian Koperasi dan UKM
tangkapannya. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan (2002) yang mengadakan pemetaan UKM perempuan
bahwa rendahnya tingkat pendidikan akan di 18 propinsi juga memberikan gambaran yang sama
mempengaruhi pengusaaan nelayan terhadap bahwa informasi pasar dan tekonologi menjadi kendala
teknologi. kelompok ini untuk maju dan bersaing dengan
Kemiskinan kultural merupakan kemiskinan pengusaha lainnya.
yang mengacu pada sikap hidup seorang atau Minimnya pekerjaan alternatif bagi keluarga
kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya nelayan ditunjukkan oleh masih sempitnya akses
hidup, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan perekonomian dari sektor non-pertanian, dalam hal ini
merubah tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat mayoritas hanya bisa menggantungkan
pendapatannya rendah menurut ukuran yang dipakai perekonomiannya dari hasil tangkapan laut. Meskipun
secara umum, atau dengan kata lain miskin karena demikian, suatu wilayah yang memiliki sumberdaya
disebabkan oleh faktor budaya. alam yang terbatas, namun apabila didukung oleh
Budaya terkait kearifan lokal merupakan salah sumberdaya manusia yang menguasai keterampilan
6
dan teknologi, maka sumberdaya alam itu dapat Konsep strategi merupakan suatu teknik
dikelola secara baik untuk menghasilkan pendapatan untuk mendapatkan kemenangan atau pencapaian
yang optimal. Jika digunakan teknologi untuk tujuan. Strategi juga dapat diartikan sebagai
mengelola sumberdaya alam yang terdapat pada rencana yang cermat untuk suatu kegiatan dengan
wilayah tersebut, secara tidak langsung telah terbuka
maksud mencapai tujuan yang diinginkan. Secara
lapangan kerja bagi masyarakat daerah itu. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Rejekiningsih
umum pengertian strategi adalah beberapa
(2011) yang memaparkan bahwa masyarakat perlu kombinasi dari berbagai aktifitas dan pilihan –
mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pilihan yang harus dilakukan oleh orang supaya
berhasil tidaknya usaha tersebut sangat tergantung dapat mencapai kebutuhan dan tujuan
pada manusia itu sendiri. kehidupannya. Menurut Sitorus dalam Ihromi
Kemiskinan dicirikan oleh rendahnya (2004; 24), strategi ekonomi keluarga nelayan
pendapatan dan cenderung tidak menentu setiap saat. miskin menunjuk pada alokasi potensi
Rendahnya pendapatan ini berujung pada sulitnya sumberdaya secara rasional dua sektor kegiatan
mengakses pendidikan dan kesehatan yang layak. sekaligus, yaitu sektor produksi dan sektor non
Rendahnya pendidikan menyebabkan lemahnya daya produksi. Strategi yang dilakukan oleh keluarg
saing rumah tangga miskin dalam memperebutkan
nelayan digolongkan menjadi strategi internal dan
peluang pekerjaan yang lebih layak secara ekonomi.
Selain itu, tingkat pendapatan yang rendah
strategi eksternal.
Hubungan sosial adalah hubungan-hubungan
menyebabkan kemampuan untuk melakukan
sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
akumulasi modal menjadi sangat terbatas. Oleh karena
individu, antar kelompokkelompok manusia, maupun
itu, rumah tangga miskin tidak dapat mengakses
individu dengan kelompok manusia lainnya sebagai
teknologi yang mampu meningkatkan pendapatan
akibat dari hasil interaksi antar sesama mereka
rumah tangga mereka. Keadaan ini sangat sesuai
(Soerjono Soekanto, 2004: 61). Setiap lapisan
dengan teori lingkaran kemiskinan. Akses pendapatan
masyarakat memiliki kebutuhan interaksi antara satu
yang diperoleh dihabiskan sepenuhnya untuk
dengan lain, sebab manusia tidak dapat hidup tanpa
memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Peluang
adanya bantuan dari orang lain. Naluri tersebut
untuk melakukan investasi tidak dapat dilakukan
menjadikan manusia senantiasa menjalin hubungan
karena rendahnya tingkat pendapatan. Sebenarnya
dengan lingkungan sosial dimana mereka berada.
rumah tangga miskin memperoleh kesempatan untuk
Proses sosial dalam hubungan tersebut di masyarakat
mengakses modal finansial melalui lembaga
akan membentuk stratifikasi kelas atas dan kelas
perkreditan. Namun demikian, akses ini tidak
bawah, dimana masing-masing dominan berinteraksi
digunakan dengan baik karena sulitnya persyaratan
sesuai dengan kelasnya (Kusmanto, 1993: 105).
yang harus dipenuhi. Salah satu akses untuk
Masyarakat nelayan adalah kelompok yang paling
mendapatkan modal finansial adalah dengan
terpinggirkan diantara masyarakat lainnya. Mereka
memanfaatkan ikatan kekerabatan yang ada.
hidup berbaur dengan segala kebudayaan-kebudayaan
Strategi bertahan dan kelangsungan hidup pada
yang mereka miliki.
sebuah masyarakat, merupakan upaya sadar yang
Menurut Charles, kelompok nelayan dapat
dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
dibagi empat kelompok yaitu: (1) nelayan subsisten
hidup. Dengan demikian akan terproses secara
(subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap
naturalisasi untuk tetap bertahan pada kondisi yang
ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, (2)
dinamis secara turun temurun. Dalam kajian studi
nelayan asli (native/indigenous/aboriginal fishers),
kemasyarakatan, strategi bertahan hidup merupakan
yaitu nelayan yang sedikit banyak memiliki karakter
hal yang menarik untuk diteliti, sebab upaya keras
yang sama dengan kelompok pertama, namun memiliki
dalam bertahan hidup merupakan sebuah sikap
juga hak untuk melakukan aktivitas secara komersial
perilaku serta proses dinamis yang positif untuk
walaupun dalam skala yang sangat kecil, (3) nelayan
kemajuan masyarakat itu sendiri yang memiliki
rekreasi (recreational/sport fishers), yaitu orang-orang
keterbatasan.
yang secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan
Pada dinamika kemasyarakatan terjadi empat
hanya sekadar untuk kesenangan atau berolah raga,
hal yaitu, proses sosial, unsur-unsur sosial, sistem
dan (4) nelayan komersial (commercial fishers),
sosial dan perubahan sosial. Sangat jelas eksistensi
yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan
strategi keberadaan suatu masyarakat untuk
komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik
mempertahankan hidup sebagai tekad kuat dalam
maupun pasar ekspor (Charles, 2001). Nelayan
menghadapi permasalahan dengan penuh sugesti
tradisional adalah masyarakat kecil, masyarakat miskin
adrenaline.
yang sudah ada sejak zaman dulu. Salah satu alasan
7
kemiskinan ini adalah rendah produktivitas dan dalam pelayanan-pelayanan dalam pekerjaan
pendapatan nelayan. Secara struktur, nelayan rumah tangga, serta beban untuk memberikan
terkungkung dalam kemiskinan. Nelayan tidak berdaya kelangsungan hidup perekonomian melalui kerja
dan tidak punya kekuatan untuk keluar dari upahan, memberikan norma bagi wanita.”
kemiskinan. Begitu miskinnya, masyarakat nelayan
Pendapat tersebut bermakna beban ganda
sering disebut kelompok miskin di antara yang miskin
(the poorest of the poor). Kecuali mereka
seorang istri nelayan menjadi dominan dalam
diberdayakan, ada yang mengangkat mereka berupa membantu perekonomian keluarganya agar
memberikan daya dan kekuatan dari luar mereka, maka kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi
mereka bias keluar dari kemiskinan. Jika tidak, sebagai salah satu faktor meningkatnya
kemiskinan itu akan tetap ada di antara mereka. penghasilan ekonomi keluarga nelayan.
Kemiskinan itu akan makin parah, menciptakan Pengaturan atau pengelolaan rumah tangga
kemelaratan massal, dalam berbagai segi dan bidang merupakan tugas utama para wanita nelayan,
kehidupan. Diawali dengan kemiskinan secara khususnya para ibu rumah tangga. Kegiatan ini
ekonomi, seterusnya berkembang menjadi kemiskinan seolah-olah tidak mengenal waktu dalam
dan kemelaratan sosial, budaya, hukum, dan paada pelaksanaannya..
akhirnya kemiskinan dalam polit ik, Suara mereka Motivasi paling utama ibu rumah tangga
tidak ada harganya. Dapat dibeli dan dijual dengan nelayan bekerja mencari penghasilan adalah untuk
harga murah. Ketika suara mereka sudah terbeli, menunjang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
mereka tidak ada apa-apanya lagi. Hanya hidup itu karena pendapatan suami dalam kegiatan nelayan
sendiri yang mereka punyai. Hidup yang bermakna kurang mencukupi. Faktor yang menyebabkan
bagi mereka sendiri (Dault, 2008). penurunan penghasilan nelayan karena kegiatan melaut
Peran dan fungsi istri dalam satu keluarga sangat bergantung pada irama musim dan iklim,
memiliki hubungan yang erat dengan kapasitas sarana penangkapan dan keberuntungan.
keharmonisan keluarga, sebagaimana yang Dengan demikian, sifat pekerjaan dan pendapatan
dikemukakan Talcott Parsons (Ritzer, 2008:125) nelayan adalah spekulatif dan tidak pasti. Situasi
bahwa “kombinasi pola orientasi nilai diperoleh pendapatan nelayan yang demikian merupakan alasan
pada tingkat yang sangat penting, harus menjadi sangat kuat bagi istri nelayan untuk ikut bekerja
fungsi dari struktur peran fundamental dan nilai mengatasi kesulitan ekonomi rumah tangga. Hal ini
dominan sistem sosial.” Berdasarkan dari kutipan dilakukan atas kesadaran dan kemauan sendiri, tanpa
paksaan dengan restu dari suami. Persoalan
pendapat Parsons bahwa peran seorang istri yang
pengembangan usaha ekonomi dikalangan istri nelayan
membantu meningkatkan kebutuhan hidup tidak hanya terbentur kebutuhan pada kebutuhan
ekonomi keluarga sebagai salah satu upaya untuk modal, tetapi juga terbatasnya keterampilan teknis
menambah penghasilan rumah tangga dalam untuk meningkatkan kualitas produksi dan jaringan
keluarganya. Di samping itu secara fundamental pemasaran produk yang banyak bergantung pada
dapat dikatakan istri juga berfungsi sebagai ibu peran pengusahan besar atau pengepul produk. Selain
yang mengatur kebutuhan anak-anaknya, dan itu, akses modal ke lembaga perbankan formal sulit
sebagai istri dapat melayani kebutuhan suami dilakukan karena harus menyerahkan syarat-syarat
yang menjadi salah satu bentuk terciptanya agunan, seperti sertifikat tanah dan rumah.Bantuan
keharmonisan rumah tangga. Kaitannya dengan kredit modal untuk usaha produktif juga tidak ada.
beban ganda istri tersebut menurut Mosser Faktor-faktor ini yang berdampak pada peningkatan
usaha ekonomi perempuan pesisir (kusnadi, 2006:78-
(Narwoko dan Bagong, 2006:345) menyebutkan
87).
bahwa, “Perempuan tidak saja berperan ganda, Permukiman yang letaknya tepat berada di
akan tetapi perempuan memiliki triple role (triple bibir pantai ini adalah kampung yang mayoritas
burden) yaitu peran reproduksi, yaitu peran yang penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan.
berhubungan dengan peran tradisional disektor Kampung– kampung di pesisir seperti kampung
domestik peran produktif, yaitu peran ekonomis nelayan sangat potensial menjadi daerah yang kumuh
disektor publik dan peran sosial, yaitu peran dengan masyarakat yang mayoritas adalah masyarakat
di komunitas.” Pendapat Moore (2002:266) miskin. Permukiman nelayan adalah perkampungan
menyebutkan “kehidupan sehari-hari wanita yang mendiami daerah kepulauan, sepanjang pesisir
berbeda dalam satu konteks beban ganda. Beban termasuk danau dan sepanjang aliran sungai.
untuk memberikan pengasuhan yang tak dibayar Penduduk di kampung nelayan tidak seluruhnya
menggantungkan hidup dari kegiatan menangkap ikan,
8
akan tetapi masih ada bidang lain seperti usaha ditentukan (Adam, 2012). Sifat kepemilikan sarana
pariwisata bahari, pengangkutan antar pulau, pedagang penangkapan berhubungan dengan penerimaan
perantara/ eceran hasil tangkapan nelayan, dan usaha– keuntungan dari usaha perikanan. Kepemilikan
usaha lainnya yang berhubungan dengan laut dan sarana penangkapan ada yang dimiliki pemilik lokal,
pesisir (Pangemanan, 2002: 2). campuran antara pemilik lokal dan non lokal maupun
Disini terdapat sentra produksi dan pemilik non lokal yang menanamkan modalnya di
perdagangan perikanan serta telah dikembangkan usaha perikanan pada suatu wilayah.
menjadi Kawasan Minapolitan Wisata Bahari. Sifat kepemilikan sarana penangkapan ini
Untuk mendukungnya butuh potensi yang ada selain menunjukkan penerimaan keuntungan juga
menunjukkan tingkat kemandirian masyarakat pesisir
dikembangkan, khususnya usaha mikro
terhadap kepemilikan aset usaha perikanan yang
pengolahan hasil ikan disamping usaha lain, tidak tergantung pada pihak luar. Jika keuntungan
seperti : produksi kue kering, produksi kerajinan lebih banyak dinikmati oleh masyarakat pesisir maka
kain perca dan kerajinan dari sampah organik. kecenderungan masyarakat pesisir akan lebih
Pemberdayaan ekonomi rakyat termasuk mendukung keberlanjutan usaha perikanan tangkap
usaha mikro adalah “Upaya pengerahan sumber (risiko/ancaman terhadap kelestarian sumber daya
daya untuk mengembangkan potensi ekonomi perikanan tangkap akan semakin kecil) (Hartono et
rakyat untuk meningkatkan produktivitas rakyat al., 2005).
sehingga, baik sumber daya manusia maupun
sumber daya alam disekitar keberadaan rakyat, Aktivitas utama sebagai nelayan dimulai pada
dapat ditingkatkan produktivitasnya pukul 03.00 atau pukul 4.0 dini hari, dan kembali
pada pukul 7.00 -9.00 pagi hari. Keterbatasan
(Kartasasmita, 1996).
teknologi yang mereka miliki memaksa mereka untuk
METODE PENELITIAN tidak pergi melalut terlalu jauh. Umumnya mereka
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan nelayan kecil yang hanya
merupakan metode narative review dengan mencari
menggunakan sampan dan pancing. Hasil yang
kesamaan, ketidaksamaan, memberikan pandangan
mereka peroleh tidak seberapa dan hanya untuk
dan/atau membandingkan dengan penelitian
menyambung hidup (subsistem)
sebelum-sebelumnya. Hasil penelusuran pustaka
Diversifikasi pekerjaan atau dapat disebut
disajikan secara deskripsi analitis untuk mengetahui
pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama
perbedaan berbagai paradigma dalam memahami
diperlukan bagi nelayan buruh memanfaatkan peluang-
kemiskinan dan strategi menanggulangi kemiskinan.
peluang dalam rangka peningkatan pendapatan,
HASIL DAN PEMBAHASAN pemanfaatan peluang dapat dengan cara melakukan
Pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap usaha sampingan. Apalagi penghasilan dari kegiatan
mencakup besarnya partisipasi nelayan pada usaha menangkap ikan di laut tidak dapat diandalkan untuk
penangkapan ikan, pengolahan, dan pemasaran ikan memenuhi berbagai kebutuhan hidup yang semakin
dan kemampuan perikanan tangkap dalam hari semakin melambung.
menunjang peningkatan kesejahteraan bagi Penelitian yang dilakukan oleh Sudarso
masyarakat pesisir. Hal ini sebagaimana diselaraskan (2008:7) yang menyatakan: Nelayan khususnya
pada Program Minapolitan yang dicanangkan nelayan tradisional, pada umumnya mereka
pemerintah. Nelayan merupakan tenaga kerja aktif mempunyai ciri yang sama yaitu kurang
yang memperoleh sumber penghidupannya dari berpendidikan. Selanjutnya menurut BPS Tahun 2009,
aktivitas penangkapan ikan di laut, dan tidak menyebutkan kriteria pendidikan kepala rumah tangga
menutup kemungkinan memperoleh sumber miskin adalah tidak sekolah/ tidak tamat SD/hanya
kehidupan dari lainnya (Jamilah, 2015). SD.
Pengembangan perikanan tangkap harus Keterbatasan modal finansial tentu saja
memperhatikan ketersediaan potensi sumber daya berimplikasi pada keterbatasan pemilikan teknologi
ikan dan infrastruktur perikanan seperti pelabuhan kelautan, karena setiap komponen dari teknologi
perikanan dan tempat pelelangan ikan. Pembangunan kelautan diperoleh melalui mekanisme pasar pada
pelabuhan perikanan harus memperhatikan kelembagaan pasar, baik pada pasar tradisional
keberadaan nelayan dan ketersediaan pengolahan maupun pada pasar modern. Keterbatasan pengusaan
yang memadai, seperti cold storage, fasilitas teknologi tentu berimplikasi pada keterbatasan
pengisian bahan bakar dan ketersediaan listrik. Agar masyarakat nelayan memanfaatkan berbagai potensi
tidak terjadi eksploitasi berlebih yang dapat pesisir dan laut. Kondisi kemiskinan masyarakat
mengganggu ketersediaan sumber daya ikan, maka nelayan semacam inilah oleh Chamber digambarkan
jumlah nelayan dan armada penangkapan ikan harus
9
bagaikan cengkaraman gurita kemiskinan (1993). Perbandingan penghasilan pun terjadi antara
Namun dengan segala keterbatasannya, mereka terus nelayan besar dan nelayan kecil. Selain perbandingan
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya melalui penghasilan antara nelayan besar dan nelayan kecil,
aktivitas terdapat pula perbandingan pendapatan antara nelayan
nelayan, misalnya dengan kerja bagi hasil dengan kecil dengan bakul atau pengepul. Nelayan kecil akan
nelayan lainnya. menjual hasil tangkapan ke bakul, baik yang sudah
Kemiskinan dan ketimpangan sosial dalam langganan atau bukan langganan. Jika sudah
masyarakat nelayan selain disebabkan oleh adanya langganan, akan lebih mudah dalam menjual karena
eksploitasi dari pemilik modal juga disebabkan oleh biasanya akan langsung diterima. Bakul mendapat
aspek kultural yang memang tidak begitu terlihat. keuntungan lebih karena hanya menjual hasil
Untuk memaksimalkan keuntungan, para tangkapan ikan tanpa harus melaut dan harga pun
nelayan peminjam, terutama yang sudah meningkat ditentukan oleh bakul itu sendiri. Harga beli dari
statusnya sebagai juragan pemilik perahu, kadang juga nelayan akan lebih murah dibandingkan dengan harga
merangkap sebagai pedagang perantara. Proses jual hasil tangkapan yang mereka tetapkan nantinya di
ekonomipun terulang yaitu adanya keharusan untuk pasaran.
menjual hasil tangkapan perahu kepadanya, yang Perikanan adalah sistem usaha manusia dalam
nantinya akan dijual kepada pedagang yang telah pemanfaatan sumber daya laut, mengolah dan
meminjami modal. Mekanisme mencari untung seperti memasarkannya. Pekerjaan sebagai nelayan adalah
itu menyebabkan jumlah nilai rupiah penjualan hasil pekerjaan pokok. Alasan mereka menggeluti mata
laut dari para awak perahu menjadi lebih kecil, pencarian sebagai nelayan adalah kondisi
sehingga pembagian hasil yang diterima oleh para perekonomian yang kurang mampu memenuhi
awak perahu menjadi lebih rendah. kebutuhan keluarga. Dengan mengikutsertakan seluruh
Produksi hasil laut yang diperoleh nelayan anggota keluarga dalam usaha kenelayanan merupakan
hanya akan memiliki nilai lebih apabila tidak hanya salah satu alasan dalam memenuhi kebutuhan
digunakan untuk dimakan, melainkan juga untuk hidupnya. Namun untuk mencukupi kebutuhan hidup
memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh harus diimbangi pula oleh pekerjaan sampingan
karena itu masalah pemasaran merupakan aspek lainnya, misalkan sebagai pedagang, buruh bangunan,
penting dalam kehidupan nelayan. Permasalahannya pengrajin, pemandu wisata laut, atau lainnya.
adalah akses terhadap pasar sering tidak dimiliki oleh Dinamika relasi agen-struktur yang
para nelayan, terutama yang tinggal di pulau-pulau berlangsung pada masyarakat nelayan secara struktural
kecil. Sementara itu, kondisi ikan yang mudah busuk, dan praktik sosial memang mengalami perubahan,
merupakan masalah besar yang dihadapi para nelayan. khususnya, dalam posisi-posisi peran struktural yang
Dalam kondisi yang demikian maka peranan tengkulak menentukan (dominan). Sebagaimana dikemukakan
(pedagang ikan) menjadi sangat besar dalam Giddens bahwa dominasi sangat tergantung dari
kehidupan para nelayan. mobilisasi sumberdaya alokatif yang mengacu kepada
Usaha perikanan menggunakan beragam jenis kapabilitas untuk menggerakkan aspek-aspek material
alat tangkap masih dikelola dengan cara tradisional. dan sumberdaya otoritatif yang memiliki kapasitas
Umumnya hasil tangkapan nelayan sepulang melaut menggerakan dari aspek kekuasaan non material.
dipasarkan melalui penjualan dalam kampung, bukan Kapabilitas dan kapasitas ini di dalam reproduksi
borongan, tetapi dalam jumlah yang lebih kecil. Tetapi kemiskinan nelayan sangat terlihat dinamikanya. Para
ketika penjualan langsung di luar wilayah yang langgan, bakul, dan pelele yang menguasai sumber
menjadi sasaran kajian, maka model penjualannya daya alokatif mengambil alih peran dominasi dari
dilangsungkan dalam jumlah borongan. Semua kelembagaan sitem produksi formal yang cenderung
wilayah persebaran penduduk, khususnya yang menguasai sumber daya otoritatif. Sementara, dalam
beraktivitas sebagai nelayan memiliki waktu-waktu pemahaman struktur dominasi yang terjadi dalam
tertentu yang dianggap terbaik untuk melaut, tidak relasi kekuasaan di antara penguasaan modalitas
senantisa melaut, tergantung iklim. sumber daya alokatif dan otoritatif tidak harus selalu
Strategi yang diterapkan masyarakat nelayan dihubungkan dengan konflik kepentingan, akan tetapi,
yaitu memiliki alat tangkap yang banyak, seperti Jaring lebih merupakan kapasitas untuk memperoleh hasil.
Udang, jaring belanak, belat, bubu ikan kerapu, jaring
ketam bakau, jaring ketam rijungan, tombak, pancing
rawai gulung, sehingga berubahnya cuaca dapat
disiasati dengan keragaman pemilikan alat tangkap,
dan berpindah lokasi penangkapan.

10
atau sekelompok orang berstatus golongan
masyarakat miskin atau bukan miskin. Dimana
mereka yang berpendidikan rendah,
produktivitasnya rendah. Rendahnya produktifitas
akan berpengaruh pada rendahnya pendapatan.
Sedangkan rendahnya tingkat pendapatan merupakan
salah satu ciri dari penduduk miskin.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
Gambar 1 Masyarakat Desa Tanjung Luar saat pihak yang trerlibat dalam proses pembuatan artikel
melakukan tradisi nelayan. (Sumber: radarlombok) ilmiah ini, telah memberikan kontribusi dengan
menyumbangkan tenaga dan pikiran selama
Tabel 1 Hasil wawancara sebelum dan sesudah keberlangsungan penyusunan artikel sampai selesai.
kegiatan.
Algoritma Waktu Proses Ketelitian Memori
A 120 ms 98 % 200 KB DAFTAR PUSTAKA
B 105 ms 95 % 415 KB
KESIMPULAN Abidin As, Z. (2019). Pemberdayaan Masyarakat
Kehidupan masyarakat nelayan pada Nelayan Di Pesisir Pantai Blanakan Kabupaten
umumnya tergantung pada kondisi cuaca yang secara Subang. Jurnal Caraka Prabu, 1(2), 84–122.
langsung berpengaruh terhadap jumlah pendapatan. https://doi.org/10.36859/jcp.v1i2.95
Pada saat musim ombak besar, sangat tidak
memungkinkan bagi para nelayan untuk pergi Pelestarian, B., & Budaya, N. (2018). Kabupaten
melaut. Hal ini disebabkan karena semua fasilitas Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Adaptation
yang digunakan masih tergolong tradisional. Selain Strategy of Traditional Fishermen in Sumare
dari faktor resiko ombak besar tentunya berpengaruh Village , Mamuju Regency , West Sulawesi
pada penurunan hasil yang ditangkap. Pada masa Province.
inilah nelayan mencari alternatif pendapatan untuk
melangsungkan hidup keluarga. Hasmah, H. (2020). Peranan Wanita Dalam
Sumber daya manusia nelayan tradisonal di Meningkatkan Kesejahteraan Kehidupan
Kampung Pesisir pada umumnya masih sangat rendah. Masyarakat Nelayan Di Cambaya Kota
Hal ini dapat terlihat dari rendahnya tingkat Makassar. Walasuji : Jurnal Sejarah Dan
pendidikan para nelayan tradisional di desa Budaya, 7(1), 229–240.
kedungringin. Rendahnya tingkat pendidikan nelayan https://doi.org/10.36869/wjsb.v7i1.98
ini tidak terlepas dari budaya dan lingkungan
setempat. Rendahnya tingkat pendidikan buruh Hermanto, L. (2017). Strategi Pemberdayaan Ekonomi
nelayan bukan hanya dialami oleh buruh nelayan Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas
sebagai kepala keluarga saja, namun berimbas juga Ibu Rumah Tangga Di Kelurahan Kolo
pada kepada anggota keluarga. Rendahnya Kecamatan Asakota Kota Bima. Mu’amalat:
pendidikan kepala keluarga ini tidak terlepas dari Jurnal Kajian Hukum Ekonomi Syariah, 9(2),
latar belakang keluarga dan kondisi masyarakat Desa 160–188. https://doi.org/10.20414/mu.v9i2.2017
pada waktu dulu.
Pekerjaan sebagai nelayan tradisional lebih Keifer, G., & Effenberger, F. (1967). 済無 No Title No
banyak mengandalkan kekuatan otot, atau tenaga, Title. Angewandte Chemie International Edition,
sehingga para nelayan tradisional ini 6(11), 951–952.
mengesampingkan tingkat pendidikan mereka. Namun
masalah lain akan muncul ketika para nelayan Pangemanan, S. (2017). Issn : 2337 - 5736. 2.
tradisional ini ingin beralih profesi yang hasilnya
menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Masrial, M. (2018). Menguak Fenomena Kemiskinan
mereka. Dengan latar belakang tingkat
Dan Pemahaman Keagamaan Masyarakat
pendidikan mereka yag rendah maka hal tersebut
Nelayan Di Teluk Buo. Turast : Jurnal
akan menyusahkan mereka untuk mendapatkan
Penelitian Dan Pengabdian, 6(2).
pekerjaan yang layak. Tingkat pendidikan sebagai
https://doi.org/10.15548/turast.v6i2.66
salah satu indikator dari kualitas Sumber Daya
Manusia, indikator ini sangat menentukan seseorang
11
Makassar, U. M. (2018). Suku Bajo Di Kabupaten Masyarakat Nelayan di Desa Kedonganan
Kolaka Utara Survival Strategy : Coastal Kabupaten Badung 1990-2018. Humanis, 24(2),
Community of Bajo Tribe in North Kolaka 224. https://doi.org/10.24843/jh.2020.v24.i02.p15
Regency. 175–186.
Karmilawati, K., & Najamuddin, N. (2019).
Widodo, S. (2011). STRATEGI NAFKAH Masyarakat Nelayan Kampung Sicini Arungkeke,
BERKELANJUTAN BAGI RUMAH TANGGA Jeneponto 2014-2017. Jurnal Pattingalloang,
MISKIN DI DAERAH PESISIR Strategies of 6(2), 111.
Sustainable Livelihood for Poor Household in https://doi.org/10.26858/pattingalloang.v6i2.1214
Coastal Area. Juli, 15(2011), 10–20. 9

Wijayanti, L., & Ihsannudin. (2013). Strategi Hakim, M. (2019). Fatalisme dan Kemiskinan
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Komunitas Nelayan. Society, 7(2), 163–173.
Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. https://society.fisip.ubb.ac.id/index.php/society/ar
Agriekonomika, 2, 139–152. ticle/view/118
https://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika/arti
cle/view/433 Imron, M. (2003). Kemiskinan dalam Masyarakat
Nelayan. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 5(1),
Firdaus, A. M., Pelupessy, J. M., & Tampubolon, J. R. 63–82.
(2016). Strategi Penyelesaian Masalah Sosial http://jmb.lipi.go.id/index.php/jmb/article/view/2
Ekonomi Masyarakat Pesisir Di Kepulauan 59
Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal
Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 11(1), Mussadun, & Nurpratiwi, P. (2016). Kajian Penyebab
55. https://doi.org/10.15578/jsekp.v11i1.3172 Kemiskinan Masyarakat Nelayan di Kampung
Tambak Lorok. Journal of Regional and City
Santoso, D., Saddewisasi, W., Santoso, A., Tambak, Planning, 27(1), 49–67.
K., & Rejo, T. (2019). Pemberdayaan Usaha https://doi.org/10.5614/jrcp.2016.27.1.5
Mikro Hasil Olahan Laut Masyarakat Kampung
Tambak telah dikembangkan menjadi Kawasan Soeriadiredja, P. (2019). Strategi Masyarakat Nelayan
lain , seperti : produksi kue kering , bahan baku Kedonganan Menghadapi Kemiskinan. Pustaka :
hasil laut . Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya, 19(1), 33.
Semarang Utara sebagai tujuan wisata https://doi.org/10.24843/pjiib.2019.v19.i01.p07
masyarakat usaha mikro di Tambak Lorok dan
Tambak Rejo Kelurahan Tanjung Mas Yuliastuti, S. D. N., Tambaklorok, K., Tanjungmas,
Kecaamatan pentingnya warga Tambak lorok K., & Semarang, K. (2012). Potensi Kampung
dan. 2(November), 25–29. Nelayan Sebagai Modal Permukiman
Berkelanjutan Di Tambaklorok, Kelurahan
Juliantono, F. J., & Munandar, A. (2016). Fenomena Tanjung Mas. Teknik Perencanaan Wilayah
Kemiskinan Nelayan : Perspektif Teori Kota, 1(1), 11–18.
Strukturasi Fishermen Poverty Phenomenon :
Structuration Theory Perspective. Jurnal Kajian Bahri, S. (2020). Pendekatan Sosio-Ekonomi Dan
Politik Dan Masalah Pembangunan, 12(2), Budaya Dalam Upaya Mengurangi Kemiskinan
1857–1866. Masyarakat Nelayan Kelurahan Sumpang
Minangae Kota Parepare Sulawesi Selatan.
Hamdani, P. H., & Wulandari, R. K. (2013). The Walasuji : Jurnal Sejarah Dan Budaya, 7(1), 63–
Factor Of Poverty Causes Traditional Fisherman. 76. https://doi.org/10.36869/wjsb.v7i1.87
SRA-Social And Politic, 1, 1–8.
Witasari, Y. (2020). Adaptasi Masyarakat Nelayan
Mudana, I. W. (2013). Ideologi Nyegara Gunung : Terhadap Kerentanan Fisik Pesisir Pulau Bintan.
Sebuah Kajian Sosiokultural Kemiskinan. Ilmu JFMR-Journal of Fisheries and Marine
Sosial Dan Humaniora, 2(1), 138–149. Research, 4(3), 428–435.
https://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2020.004.03.16
Karlina, P., & Wirasmini Sidemen, I. A. (2020).
Dinamika Kehidupan Sosial Ekonomi

12
Zainuddin, S., Mustainah, M., & Syufri, S. (2020).
Strategi Nafkah dan Kemiskinan: Studi Kasus
Komunitas Nelayan Banawa, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah. Jurnal Pemikiran
Sosiologi, 7(2), 93.
https://doi.org/10.22146/jps.v7i2.62525

Anwar, Z. W. (2019). Miskin Di Laut Yang Kaya:


Nelayan Indonesia Dan Kemiskinan.
Sosioreligius, 1(4), 52–60.

Suwiyadi, S., Sumardi, S., & Nugraheni, M. A. (2020).


Strategi Peningkatan Kesejahteraan Nelayan:
Sebuah Kontribusi Bagi Pengentasan Kemiskinan
Perspektif Pada Wilayah Pesisir Di …. Prosiding,
2(November), 54–63.
http://www.jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.ph
p/Prosiding/article/view/1036

Program, M., Teknik, S., Fakultas, S., & Universitas,


T. (2011). Mahasiswa Program Studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Nurmalasari (2008). 2008.

Pasir, K., Kapas, L., Rokan, K., & Riau, P. (2016).


Diterima : 28 Desember 2015 Disetujui: 25
Januari 2016. 44(1).

IRLANE MAIA DE OLIVEIRA. (2017). No 主観的


健康感を中心とした在宅高齢者における 健
康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 1–
14.

13

Anda mungkin juga menyukai