Anda di halaman 1dari 8

1. Kasus Ca.

Colorectal
Seorang perempuan berusia 40 tahun dirawat diruang bedah dengan diagnosa medis
Ca.Colon . Alasan sebelum masuk RS Klien datang dengan keluhan mual, muntah lemas,
BAB berdarah 5x. Karakteristik darah :warna hitam, menggumpal-gumpal, klien menderita
keluhan ini sejak 3 bulan yang lalu disertai riwayat konstipasi sebelumnya. Hasil biopsi
menunjukkan kegananasan sel colon. Perlu dilakukan kemoterapi namun dengan alasan
biaya pasien menolak, pasien pasrah dengan keadaanya. Keluarga merencanakan
kepulangan pasien. Rencana Program Terapi untuk kemoterapi adalah : Fluourasil 300
mg/m2 IV harike 1-4, Vincristine (oncovin) 2 mg IV hari ke - 1
Pertanyaan :
1 Identifikasi factor predisposisi dan presipitasi kasus ?
2 Apakah data pengkajian (wawancara dan pemeriksaan fisik yang harus
ditambahkan)?
3 Buatlah patofisiologi sesuai kasus diatas?
4 Buatlah prioritas diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan !
Berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI.
1. faktor predisposisi : klien menderita keluhan ini sejak 3 bulan yang lalu disertai riwayat
konstipasi sebelumnya
faktor prepitasi : -
2. Deskripsi pengkajian (wawancara dan pemeriksaan fisik) spesifik yang perlu dilengkapi
pada kasus
a. Anamnesa
1. Keluhan Utama : keluhan mual, muntah lemas, BAB berdarah 5x.
2. Riwayat Penyakit sekarang : keluhan mual, muntah lemas, BAB berdarah 5x.
Karakteristik darah :warna hitam, menggumpal-gumpal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : klien memiliki riwayat konstipasi
4. Riwayat penyakit keluarga : -
5. Riwayat psikososial dan spiritual : klien menolak akan dilakukannya kemoterapi
dengan alasan biaya, klien pasrah dengan kedaanya dan pihak keluarga langsung
merencanakan kepulangan klien.
6. Rencana Program Terapi untuk kemoterapi adalah : Fluourasil 300 mg/m2 IV
harike 1-4, Vincristine (oncovin) 2 mg IV hari ke - 1
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : CM
3. Tanda - tanda Vital : TD/RR/Nadi/Suhu/Skala Nyeri/ BB / TB.
4. Pemeriksaan Fisik :
Wawancara : apakah ada rasa nyeri pada area abdomen. Identifikasi skala nyeri
yang dirasakan.
System pencernaan / abdomen
Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen membuncit atau datar,
tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus menonjol atau tidak, apakah ada benjolan
benjolan / massa.
Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa ( tumor, teses) turgor kulit
perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah tupar teraba, apakah lien
teraba?
Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan
menimbulkan suara pekak ( hepar, asites, vesika urinaria, tumor).
Auskultasi : Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35 kali permenit.
Pola Eliminasi : BAB berdarah 5x. Karakteristik darah :warna hitam, menggumpal-
gumpal.
3. Buatlah patofisiologi sesuai kasus diatas?
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip
adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi
di rectum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian besar tumbuh dalam
wajtu 50 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip membesar, polip membesar
di dalam lumen dan mulai menginvasi dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung
menjadi tebal dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkan tumor pada
usus kiri bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah.
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan lebih
dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorekta; menyebar
dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submucosa dan dinding luar
usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum,
usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga
dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering
berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar
yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari
tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area
sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari
tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui
serosa atau selama pemotongan pembedahan.
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20-
30% terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker kolorektal terutama
adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada kolon
asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih
banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung
misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung
juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai
paru-paru, ginjal dan tulang.
c. Tertanam ke rongga abdomen.
4. Buatlah prioritas diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan ! Berdasarkan
SDKI, SLKI, SIKI.

Diagnosa keperawatan
1. Nausea b.d agen farmakologi
2. Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
3. Diare b.d malabsorpsi

No Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan
1. Nausea b.d agen Tingkat nausea setelah manajemen mual
farmakologi observasi :
dilakukan asuhan keperawatan
DS : Klien 1. Identifikasi
mengatakan mual, selama 2x24 jam nausea pengalaman mual
muntah 2. Identifikasi faktor
menurun dengan kriteria:
penyebab mual (mis.
DO : Klien tampak 1. Keluhan mual menurun Pengobatan dan
mual prosedur)
2. Perasaan ingin muntah
3. Identifikasi antiemetic
menurun untuk mencegah mual
4. Monitor mual (mis.
Frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
5. Monitor asupan nutrisi
dan kalori
Edukasi :
1. Ajarkan penggunaaan
tehnik
nonfarmakolologis
untuk mengatasi mual
(mis. Relaksasi)
2. Informasi tentang
mual, seperti penyebab
mual dan berapa lama
akan berlangsung
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
mual, jika perlu

Manajemen muntah
Observasi :
1. Identifikasi
karakteristik muntah
(mis. Warna,
konsistensi, frekuensi
dan durasi)
2. Periksa volume
muntah
3. Identifikasi penyebab
muntah (mis.
Pengobatan dan
prosedur)
4. Identifikasi kerusakan
esophagus dan faring
posterior jika muntah
terlalu lama
5. Monitor efek
manajemen muntah
secara menyeluruh
Terapeutik :
1. Sarankan membawa
kantong plastic untuk
menampung muntah
2. Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
3. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
4. Beri dukungan fisik
saat muntah (mis.
Membantu mebungkuk
atau menundukan
kepala)
5. Berikan kenyamanan
selama muntah (mis.
Sediakan pakaian
kering bersih)
Edukasi :
1. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologis untuk
mengelola muntah
(mis. Relaksasi)
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
antiemetic
2. Resiko defisit nutrisi Status nutrisi setelah dilakukan manajemen nutrisi
b.d ketidakmampuan observasi :
asuhan keperawatan selama
menelan makanan 2x24 jam status nutrisi 1. Identifikasi status
DS : Klien nutrisi
menurun dengan kriteria:
mengatakn mual, 2. Identifikasi perlunya
muntah 1. Pengetahuan tentang penggunaan selang
nasogastric
pilihan makanan yang
DO : Klien tampak Terapeutik :
lemas sehat meningkat 1. Berikan medikasi
sebelum makan (mis.
2. Diare menurun
Antiemetic) jika perlu
2. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
3. Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogatrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk

Manajemen gangguan
makanan
Observasi :
1. Monitor asupan dan
keluarnya makanan
dan cairan serta
kebutuhan kalori
Terapeutik :
1. Dampingi ke kamar
mandi untuk
pengamatan prilaku
memuntahkan kembali
makanan
2. Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu untuk
pengluaran yang
disengaja, muntah dan
olahraga berlebihan
3. Rencanakan
pengobatan untuk
perawatan di rumah
(mis. Medis,
konseling)
Edukasi :
Ajarkan keterampilan koping
untuk penyelesaian masalah
prilaku makan

Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan
pemilihan makanan.
3. Diare b.d malabsorpsi Eliminasi fekal setelah Manajemen cairan
DS : Klien Observasi :
dilakukan asuhan keperawatan
mengatakan BAB 1. monitor status hidrasi
berdarah 5x. selama 2x24 jam eliminasi (frekuensi/kekuatan
Karakteristik nadi, akral, pengisi
fekal menurun dengan kriteria:
darah :warna hitam, kapiler, kelembaban
menggumpal-gumpal 1. kontrol pengluaran mukosa, turgor kulit,
tekanan darah)
feses meningkat
DO :- Terapeutik :
2. konsistensi feses 1. catat intake-output dan
hitung balans cairan 24
membaik
jam
3. frekuensi defekasi 2. berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
membaik
3. berikan cairan
intravena, jika perlu
kolaborasi :
kolaborasi pemberian diuretic,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai