TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Hukum ketentuan hak-hak atas tanah diatur dala Pasal 4 ayat (1)
atas tanah berdasarkan macam-macam hak atas tanah yang telah disebutkan
dalam pasal 2, yang dapat dipunyai dan diberikan oleh masyarakat maupun
badan hukum.
Hak-hak atas tanah termasuk salah satu hak-hak perseroangan atas tanah.
Hak-hak Perseorangan atas tanah, adalah hak yang memberi wewenang keapda
mengambil manfaat atas tanah tersebut. Hak atas tanah merupakan hak yang
arti bahwa bahwa tanah tersebut dapat difungsikan untuk mendirikan suatu
1
Urip Santoso. 2005. Hukum Agraria & Hak-hak Atass Tanah. Jakarta. Kencana Prenada Meida
Group. hlm. 82.
14
15
pemegang pemegang hak tas tanah terhadap tanahnya dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu:
1. Wewenang Umum
peraturan hukum yang lainnya. yang dapat meliputi penggunaan dari bumi,
2. Wewenang Khusus
dan untuk mendirikan bangunan, pada wewenang tanah hak Guna Bangunan
2
Soediikno Mertokusumo. 1998. Hukum dan Politik Agraria, Karunika. Jakarta. Universitas
Terbuka. hlm. 45.
3
Urip Santoso. 2015. Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta. Prenada Media Group.
Cetakan ke-5. 2015.
16
Hak milik adalah hak yang terjadi menurut hukum adat, hak tersebut
usahanya, tanah tersebut berada di tepi sungai, danau atau laut. Tanah
Dengan sendirinya tanah tersebut menjadi hak milik karena adanya proses
Hak atas tanah disini adalah tanah yang secara langsung dikuasai oleh
Negara. Hak atas tanah terjadi apabil adanya pemberian langsung dari
yang dimaksud dengan Pemberian hak hak atas tanah adalah bahwa
4
Boedi Harsono (Selanjutnya disebut Boedi Harsono II). 1971. Undang-undang Pokok Agraria
Sedjarah Penjusunan, Isi dan Pelaksanaanja. Jakarta. Jambatam. hlm. 81.
17
hak diatas Hak Pengelolaan. Terjadinya pemberian hak atas tanah negara
Hak atas tanah ini tercipta karena undang-undang. Hak atas tanah ini
1996 tentang Undang-undang Pokok Agraria. Jadi semua hak atas tanah
sebelumnya diubah menjadi hak atas tanah yang diatur didalam UUPA
tersebut.
tanah karena berlakunya UUPA yang diubah menjadi hak-hak atas tanah
Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan dapat berdiri diatas hak milik.
Dengan ini terjadinya hak pakai atau hak guna bangunan dibuat dengan akta
PPAT yaitu akta Pemberian Hak Guna Bangunan atau hak Pakai diatas
tanah Hak Milik. Yang kemudian akta ini didaftarkan di Kantor Pertanahan
a) Hak Eigendom
18
“Hak milik adalah hak untuk menikmati suatu barang secara lebuh
leluasa dan untuk berbuat terhadap barang itu secara bebas
sepenuhnya, asalakan tidak bertentangan dengan undang-undang atau
peraturan umum yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal
tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu tidak
mengurangi kemungkinan pencabutan hak demi kepentingan umum
dan penggantian kerugian yang pantas, berdasarkan ketentuan-
ketentuan perundang-undangan.”
b) Hak Erpacht
Menurut Pasal 720 dan Pasal 721 KUH Perdata, Hak Erpacht
tanah.6
c) Hak Opstal
5
Boedi Harsono, Op.cit. hlm 37.
6
Ibid. Hlm. 38.
19
karang diatur dalam Bab VII Buku ke-II KUH Perdata, yakni disebut
d) Hak Gebruik
Hak Gebruik diatur dalam pasal 818 KUH Perdata yang Berbunyi:
“Hak Pakai dan hak mendiami, diperoleh dan berakhir dengan cara
yang sama seperti hak pakai hasil.”
Jadi Hak Gebruik merupakan hak pakai, yaitu hak pakai atas sebidang
tanah pekarangan, yang diperlukan untuk diri sendiri dan isi rumahnya
yang kepada pemakainya hanya dapat mengambil hasil dari hak pakai
tersebut.
Secara umum hak atas tanah adat yang ada di suku Indonesia terbagi
menjadi dua yaitu hak ulayat dan hak pakai. Hak ulayat merupakan
mengumpulkan hasil hutan serta hak untuk berburu. Pada hak ulayat ini
dapat menguasai dan menikmati hasil dari hak ulayat tersebut, tapi bukan
20
berarti hak ulaya tersebut hapus begitu saja. Sedangkan untuk hak pakai
diusahakan.7
menurut adat, yaitu hak memungut hasil tanah, hak perorangan dan hak
Secara prinsip adalah milik komunal kesatuan etnik, akan tetapi setiap
orang dapat mengambil apapun yang dihasilkan oleh tanaman yang ada
b. Hak perorangan
oleh anggota lainnya. hak milik ini dapat dibatalkan apabila tanah
c. Hak persekutuan
Bahwa tanah dan segala sesuatu yang adat diatasnya dapat dinikmati
7
Purnadi Purbacaraka dan Ridwan Halim. 1993. Sendi-sendi Hukum Agraria. Jakarta. Ghalia
Indoneia. Hlm. 53.
8
Sahyuti. Nilai-nilai Kearifan Pada Konsep Penguasaan Tanah Menurut Hukum Adat di Indonesia.
Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 21 No. 1, Juli 2006: 14-27. Hlm. 16.
21
atau fam) karena dalam hal ini mempunyai akibat keluar dan kedalam.
a) Hak Milik
Berdasarkan pasal 20 ayat (1) UUPA Hak milik adalah hak turun-
menurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah
menurun artinya bahwa tanah tersebut dapat diwariskan apabila ada ahli
perundang-. Terkuat, artinya tidak mudah hapus, hak yang lebih kuat
dari hak atas tanah yang lainnya, waktu tidak terbatas dan dapat
pemiliknya paling luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang
lain, dapat menjadi induk bagi hak atas tanah yang lain maupun tidak,
dan penggunaan tanahnya lebih luas bila dibandingkan dengan hak atas
22
tanah yang lain. Hak milik atas tanah dapat dipunyai oleh perseorangan
apa yang diamanatkan dapa UUPA, bahwa hak atas tanah memiliki
keadaan dan sifat haknya, tanah tersebut harus diurusi agar kesuburan
lain.9
Peralihan Hak Milik atas tanah diatur dalam pasal 20 ayat (2)
UUPA, yaitu hak milik dapat dialihkan dan beralih kepada pihak lain.
1) Beralih
tersebut telah meninggal dunia. Maka dalam hal ini secara hukum
Hukum.
9
Urip Santoso, Op.cit. hlm. 90-91.
10
Ardiansyah Zulhadji. Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli Tanah Menurut Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960. Lex Crimen. Vol.V/No. a/Aprl-Jun/2016. hlm. 34.
23
ayat (1) UUPA. Kemudian secara khusus diatur pula dalam pasal 28
Tentang Hak Guna Usaha. Hak Guna Usaha berbeda dengan Hak
berasal dari Hak Erpacht. Begitu pun pula, dalam Hukum adat tidak
mengenal adanya Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan, kedua
11
Imam Soe tiknjo. 1994. Politik Agraria Nasional. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
hlm. 73.
24
tetang UUPA Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah
Tahun 1996 adalah Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum yang
30 ayat (1) UUPA subjek hak Guna usaha wajib melaporkan dalam
jangka waktu 1 tahun atau mengalihkan hak tersebut kepada pihak lain
yang memenuhi syarat dalam hal ini. Akan tetapi jika dalam jangka
waktu satu tahun tidak dialihkan atau dilepaskan kepada pihak lain yang
undang telah memperluas subjek yang dapat menjadi pemegang hak aas
12
Ali Achmad Chomzah. 2002. Hukum Pertanahan. Jakarta. Prestasi Pustaka. hlm 18.
25
menjadi pemegang Hak Guna Usaha atas tanah tersebut. Akan tetapi,
berikut ini:13
2) Berkedudukan di Indonesia.
35 tahun.
jangka waktu tertentu yang mana bangunan diatas tanah tersebut bukan
13
Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja. 2005. Hak-hak Atas Tanah. Jakarta. Prenada Media. hlm. 151.
14
ibid. hlm. 132-135.
26
dalam hal ini Pengguna bangunan tersebut bukanlah pemilik atas tanah
Milik atas tanah, atau dapat diartikan pemegang Hak Guna bangunan
1) Tanah Negara;
15
Ibid. hlm. 190.
16
Ibid hlm.191.
27
dengan waktu paling lama 20 tahun.17. maka dari itu, atas dasar
17
Eddy Ruchiyat. 1989. Sistem Pendaftaran Tanah Sebelum dan Sesudah Berlakunya UPPA.
Bandung. Armico. hlm. 18.
18
G. Kartasapoetra. 1986. Masalah Pertanahan di Indonesia. Jakarta. PT. Bina Aksara. hlm. 10.
19
Kartini Muljadi. Op.cit.. Hlm. 219.
28
Pengelolaan atau
tetap.
waktu berakhir;
Diatasnya;
8) ditelantarkan;
9) tanahnya musnah;
d. Hak Pakai
Berdasarkan pasal 41 ayat (1) UUPA, Hak Pakai adalah hak untuk
dikuasai oleh negara atau tanah milik orang lain, dalam hal ini
apabila milik orang lain maka berdasarkan perjanjian, yang itu bukan
perkebunan.20
Berkedudukan di Indonesia;
Pemerintah Daerah;
adalah secara umum dapat dikatakan sebagai perubahan atau dapat dikatakan
peraturan yang baru, yang mana dengan hak-hak yang baru pula. Konversi ini
20
Auri. 2014. Aspek Hukum Pengelolaan Hak Pakai Atas Tanah Dalam Rangka Pemanfaatan
Lahan Secara Optimal. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion. Edisi I. Volume 2. hlm. 2.
21
Urip santoso, Op.cit. hlm. 115.
30
merupakan salah satu cara untuk memenuhi asas Unifikasi Hukum melaaui
dan Pendaftaran bekas hak-hak Indonesia atas tanah secara Normatif.22 Bahwa
September 1960 adalah masa berakhirnya sistem dualisme yang dianut pada
UUPA dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 maka tidak mungkin
Dimana di dalam penyesuaian ini memungkinkan hak atas tanah yang baru
itu lebih kuat kedudukannya di dalam hukum, khususnya hukum pertanahan atau
mungkin hak terdahulu tersebut memiliki kedudukan yang lebih rendah. Hal ini
1962 tentang Penegasan Konversi dan pendaftran Bekas Hak-hak Indonesia Atas
tanah, apabila diperinci dalam pasal II tersebut ada beberapa hak atas tanah
yaitu:25
22
Ulfia Hasanah. Status Kepemilikan Tanah Hasil Konversi Barat Berdasarkan UU No. 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Dihubungkan dengan PP No. 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah. Jurnal Ilmu Hukum. 2 Volume 3. No. 1. hlm. 4.
23
A.P Parlindungan. 1990. Konversi Hak-hak Atas Tanah. Bandung. Mandar Maju. hlm. 22.
24
Soedharyo Soimin. 2001. Status Hak dan Pembebasan Tanah. Jakarta. Sinar Grafika. hlm. 60.
25
A.P Parlindungan, Op.cit. hlm. 45.
31
2) Milik, Yasan, hak atas druwe, hak atas druwe desa, Pesini;
3) Grant Sultan;
partikulir.
B. Jual Beli
yang merupakan perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban kepada kedua
berhak atas pembayarannya, begitu pula sebaliknya. Dalam jual beli ada barang
dan harga, dua hal tersebut lah yang harus disepakati antara kedua belah pihak.
Apabila kesepakatan tersebut telah terjadi makan jual beli tersebut telah
Menurut Hilman Hadikusuma bahwa pada umumnya jual beli berlaku pada saat
26
Ibid . hlm. 40.,
27
Mariam Darus Badrulzaman. 2003. KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan
Penjelasannya. Bandung. Alumni. Hlm. 90.
28
Hilman Hadikusuma. 1992. Pengantar Hukum Adat Indonesia. Bandung. CV. Mandar. Hlm. 78.
32
Dari Pengertian diatas, dapat diketahui bahwa jual beli adalah Suatu
yang dijual dan tidak harga, maka jual beli tersebut tidak dapat terjadi. Dengan
dilakukannya jual beli tanah, maka tanah yang dijual tersebut beralih kepada
pembeli dan sejak itulah menurut hukum adat tanah tersebut bepindah kepada
pembeli.
Jual Beli pada hakikatnya merupakan adanya pengalihan hak atas tanah
kepada pihak/orang lain yang berupa sebidang tanah oleh penjual kepada
pembeli tanah. Menurut Budi Harsono dalam hukum adat perbuatan hukum
perbuatan hukum yang bersifat tunai. Jual beli tanah dalam hukum adat jula beli
dengan pemindahan hak atas tanah yang mana pembayarannya dilakukan secara
beli dapat diartikan adalah adanya persetujuan atau kesepakatan antara dua
pihak, pihak yang satu menyerahkan suatu barang, dan pihak yang satunya
tersebut.30
29
Harun Al Rashid. 1985. Sekilas Tentang Jual Beli Tanah. Surabaya. Ghalia Indoenesia. hlm. 50-
51.
30
Wirjono Prodjodikoro. 1974. Hukum Perdata Tentang Pesetujuan -persetujuan Tertentu.
Bandung. Sumur Bandung. hlm 13.
33
Jual beli tersebut dianggap telah terjadi apabila adanya kesepakatan antara
penjual dengan pembeli walaupun tanah tersebut telah diserahkan dan belum
Dalam pasal 1459 bahwa hak atas tanah tersebut dijual tersebut baru akan
“penyerahan yuridis.31
Jual beli tanah menurut hukum adat terdapat perbuatan hukum, yaitu hak
atas tanah tersebut berpindah dari penjual kepada pembeli pada ssat dibayarnya
pembelian tersebut dengan contant/tunai. 32 Sifat jual beli tanah menurut Effendi
Perangin, adalah:33
31
Harun Al-Raysid, Op.cit. hlm 53.
32
Urip Santoso, Op.cit. hlm. 392-393.
33
Effendi Perangin. 1989. Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi
Hukum. Jakarta. Rajawali. 16.
34
tersebut dengan sebagai, akan tetapi di dalam hukum tetap dianggap dibayar
secara penuh. Pada waktu melakukan pembayaran, maka pada saat itu lah
yang baru. Sehingga pada saat itulah jual beli menurut hukum telah selesai.
Maka apabila pembayaran itu hanya dibayar sebagian, maka sisanya tersebut
(hutang) tersebut, maka tidaklah membatalkan jual beli tanah tersebut. tapi,
b. Terang
desa (kepala adat) yang sebagai saksi atas perjanjian tersebut yang mana
Jual beli tanah yang dilakukan dihadapan kepala desa (kepala adat) ini
masyarakat sebagai pemilik tanah yang baru. Hal ini apabila suatu saat adanya
gugatan dari pihak lain, yang menganggap bahwa jual beli tersebut tidak sah
c. Rill
Rill, artinya pada waktu jual beli tersebut, harus ditunjukkan dengan
kehendak niat dari kedua belah pihak dan diikuti dengan perbuatan nyata
untuk menunjukkan tujuan dari jual beli tersebut, yaitu penyerahan hak atas
sebelumnya.34
Jual beli menurut hukum adat ini bukan merupakan jual beli yang
dijelaskan pada pasal 1457 BW. Jual beli tanah menurut hukum adat ini adalah
pembayaran tanah secara tunai/ kontan baru dibayar sebagian kemudian secara
terang yang artinya bahwa dihadapan jual beli tersebut dilakukan dihadapan
Dalam hukum adat, jual beli dimasukkan dalam hukum benda, tidak dalam
34
Maria S.W. Sumardjono (selanjutnya disebut Maria S. W. Sumardhono). Aspek Teoritis Peralihan
Hak Atas Tanah Menurut UUPA, Majalah Mimbar Hukum. Yogyakarta. Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada. No, 18/X/93. hlm.11.
35
Soerjono Soekanto. 1983. Hukum Adat Indoneisa. Jakarta. Rajawali. hlm. 211.
36
2) Tidak menimbulkan hak dan kewajiban untuk para pihak, yang ada hanya
Dalam hukum adat tentang tanah dikenal tiga macam adol (jual) yaitu:37
Pada adol plas (jual lepas), atas dasar kesepakatan antara pemilik tanah
besarnya.
Pada Adol Gadai (jual gadai), pemilik tanah pertanian (pemberi gadai)
Pemberi gadaisebagai uang gadai dan tanah dapat kembali kepada pemiliknya
Dalam hal ini terlihat perbedaan antara dua cara jual beli berdasarkan
hukum adat yaitu gadai biasa dengan gadai dengan berjangka waktu, yaitu
sifat sementara hak atas tanah tersebut. sedangkan pada gadai biasa, tanah
Batasannya adalah ketika telah satu tahun masa panen atau ketika tanah yang
36
Ibid
37
Urip Santoso. 2015. Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta. Prenadamedia Group.
hlm. 359-360.
37
sehingga dapat dipetik manfaatnya. Dalam hal ini, penerima gadai tidak
tanahnya tersebu kepada pihak lain (Pembeli), untuk digarap selama beberapa
antara dua belah pihak. Setelah beberapa kali masa panen sesuai kesepakatan
kedua belah pihak, tanah pertanian diserahkan kembali oleh pembeli kepada
pemilik tanah.
d. Jual gangsur
pembeli, bahwa bekas penjual masih tetap mempunyak hak pakai artinya hak
pakai tersebut tidak bersumber dari hak peserta warga hukum adat. Tanah
tersebut masih ditangan penjual walaupun telah dipindahkan Hak atas tanah
Yang dimaksud dengan Jual beli dengan cicilan, dalam praktek sehari-
38
Sumaryo. 2009. Jual Beli Tanah yang Dilakukan Tanpa Akta Jual Beli Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT). Semarang. Program Pascasarjana Unviversitas Diponegoro. hlm. Xxvii-xxx
38
Hukum Perdata, menurut M. Yahya Harahap Jual beli cicilan, adalah jual beli
tersebut dari tangan si pembeli, apabila dalam hal ini pembeli lalai dalam
kesepakatan.39
Jual beli yang dimaksud disini adalah jual beli yang dilakukan sesuai
sebagai jual beli tanah. namun secara yuridis yang diperjual belikan bukan lah
tanahnya tersebut, akan tetapi hak atas tanahnya. istilah jual beli disebut dalam
Nomor 35 tahun 2005, dan Kepmen Agraria/Kepala BPN nomor 21 tahun 1994.
39
M. Yahya Harahap. 1986. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung. Alumni. hlm. 26.
40
Urip Santoso, Op.cit. hlm. 359.
39
Agraria (UUPA)
Pasal 37 berbunyi:
(1) Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susuh
melalui Jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan ke dalam
perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali
pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika
dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT) yang berwenang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam keadaan tertentu sebagaimna yang ditentuka oleh menteri,
Kepala Kantor Pertanahan dapat mendaftarkan pemindahan hak
atas bidang tanah hak milik, yang dilakukan diantara perorangan
warga negara Indonesia yang dapat dibuktikan dengan akta yang
tidak dibuat oleh PPAT, tetapi yang menurut Kepala Kantor
Pertanahan tersebut kada kebenarannya dianggap cukup untuk
mendaftar pemindahan hak yang bersangkutan.
Dalam rangka pendaftaran pemindahan hak, maka jual beli hak atas tanah
atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun harus dibuktikan dengan akta yang
40
dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta tanah (PPAT). Syarat jual beli
Syarat Jual beli tanah ada dua, yaitu syarat Materiil dan syarat Formil:42
a. Syarat Materiil
pembeli sebagai penerima hak harus memenuhi syarat sebagai orang yang
undangan.
2) Penjual berhak menjual tanah yang bersangkutan, tentu saja penjual disini
adalah pemilik dari tanah tersebut. apabila pemilik sebidang tanah tersebut
satu orang, maka dia menjual atas dirinya sendiri, apabila yang punya dua
adalah hak milik, hak pakai, hak guna usaha dan hak guna bangunan,
b. Syarat Formil
Setelah semua persyaratan materiil dipenuhi maka PPAT akan membuat akta
41
Ibid hlm. 369.
42
Ardian Sutedi, Op.cit. hlm. 77-78.
41
atas tanah maka harus dibuktikan dengan akta jual beli yang dibuat dan
pendaftarannya.
Surat keterangan tanah belum besertifikat, surat-surat tanah yang ada yang
pelu penguatan dari kepala desa dan camat, dilengkapi identitas penjual
dan pembeli.
Kepastian Subyek hak, Kepastian subjek hak, dan kepastian status hak yang
yang memiliki tujuan untuk mementukan siapa yang wajib membayar pajak atas
tanah tersebut.44
43
Ibid . hlm. 79.
44
Indra Yudha Koswara. Pendaftaran Tanah Seabgai Wujud Kepastion Hukum dalam Rangka
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jurnal Hukum Positum Vol. 1, No. 1 Desember 2016.
hlm. 38.
42
berikut: 46
tanah tersebut;
45
Ibid.
46
Irawan Soerodjo. 2002. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia. Surabaya. Arkola
Surabaya. hlm. 27.
43
aturan yang bersifat umum yang membuat individu mengetahui apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, dan kedua adalah membuat
individu lebih aman dari kesewangan pemerintah karena adanya aturan yang
bersifat umum itut, karena individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
Menurut Hans Kelsen, Hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah
undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi
tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut
akan tahu apa yang harus dilakukan dan akhirnya akan menimbulkan keresahan.
adanya kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan
47
Riduan Syahrani. 1999. Rangkuman Instisari Ilmu Hukum. Citra Aditya. Bandung. Hlm. 23.
48
Peter Mahmud Marzuki. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana. Jakarta. Hlm. 58.
44
baik dan jelas dalam suatu Undang-undang dan akan jelas pula penerapannya.49
harus memperoleh kepastian mengenai haknya dan adanya instruksi yang jelas
berikut:
serentak, hal ini merupakan pendaftaran pertama kali dan meliputi semua
objek tanah yang belum terdaftar sama sekali dalam wilayah atau bagian
ditugaskan kepada pejabat yang lainnya, hal ini sesuai Peraturan Pemerintah
45
2. Panitia Ajudikasi;
50
Urip Santoso, Op.cit. hlm. 137.
51
Urip Santoso, Op.cit. hlm. 144-149.
46
13 ayat 2).
Apabila dalam suatu daerah belum ada titik-titik teknis nasional, maka
7. Pembuatan Surat Ukur pada bidang-bidang tanah yang sudah diukur dan
22).
seperti Letter C/Pethok D dan lain sebagainya hak atas tanah yang
dikonversi dari hak-hak lama berupa bukti tertulis, apabila bukti tertulis
10. Pengesahan hasil pengumuman penelitian data fisik dan data yuridis,
disahkan dengan berita acara yang mencakup pembukuan hak atas tanah
yang bersangkutan dalam buku tanah, pengakuan hak atas tanah dan
11. Pembukuan Hak yang dilakukan dalam buku tanah yang memuat data
yuridis dan fisik tanah yang didaftarkan tersebut. Pembukuan hak ini
objek hak atas tanah dalam suatu wilayah atau bagian wilayah dalam suatu
1. Panitia A;
52
Ibid . hlm. 172.
53
Ibid . hlm. 173.
49
4. Kepala Kecamatan.
pemegang hak atas tanah baik yang bersifat individual atau massal.
6. Pendaftarana Pemberian Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah
Hak Milik
tidak adanya rencana kerja dalam sporadik, karena permohonan ini memang
melaksanakan tugasnya dibantu oleh Pajabat Pembuat Akta Tanah yaitu dengan
memberikan bukti yang kuat telah terjadinya perlihan hak antara kedua belah
pihak yaitu dengan membuat akta atas pebuatan hukum yang selanjutnya akan
54
Ibid. hlm. 174.
50
tahun 1961 tentang Pendaftaran tanah, yang sebagai peraturan pelaksana dari
Juncto Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016, Pejabat
tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.
bahwa untuk dapat menjadi PPAT harus menempuh pendidikan Lusan program
ditunjuk atau diangkat oleh Pemerintah yaitu Kementrian Agraria dan Tata
55
Rifal Agrisal Ruslan. Umar Ma’ruf, Kesadaran Hukum Masyarakat dalam Jual Beli Tanah
dengan Akta PPAT di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. Vol. 4 No.
3 September 2017: 425-432. hlm. 428.
56
Ibid.
51
yang dilakuakn oleh para pihak mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas
Satuan Rumah Susun, yang menimbulkan akibat hukum bagi para pihak
Hak, Pembebanan Hak, dan Pemberian Hak. Pasal 2 ayat (1) Peraturan
57
Urip Santoso, Op.cit. hlm. 340.