Anda di halaman 1dari 5

PERCOBAAN KESEPULUH

SOL LIOFIL
A. Tujuan
- Mempelajari sifat sol liofil
- Menganalisis titik isoelektrik melalui pengamatan viskositas
B. Alat dan Bahan
a. Alat
No Nama Alat Jumlah
1 pH meter 1 buah
2 Buret dan Klem 1 set
3 Stirrer 1 buah
4 Gelas Kimia 50 mL 2 buah
5 Elektroda 1 buah
6 Tabung Ukur 1 buah
7 Batang Pengaduk 1 buah
8 Pipet ukur 1 set

b. Bahan
No Nama Bahan Jumlah
1 Tissue Secukupnya
2 Air Suling Secukupnya
3 NaOH 0,1 M Secukupnya
4 Glisin 0,1 M Secukupnya
5 HCl 0,1 M Secukupnya
6 Larutan buffer standar ( pj 4.5 – 10) Secukupnya

C. Prinsip Dasar
Percobaan ini didasarkan pada sistem koloid yang terbentuk dari pencampuran sol liofil
ke dalam suatu larutan dan suatu asam dengan pH yang berbeda, dimana suatu sol liofil
tersebut akan bersifat amfoter, yaitu dalam suasan asam bermuatan positif dan dalam
suasana basa bermuatan negative. Kondisi pH saat bermuatan negative molekul protein
seimbang dengan muatan negatifnya, dikenal sebagai titik isoelektrik.
D. Prosedur dan Pengamatan
Percobaan Prosedur Pengamatan
- Alat dan bahan disiapkan
- Tutup elektroda pH dilepaskan
- Elektroda dicuci dengan air suling Air suling tak
berwarna
- Elektroda diletakkan kembali ke dudukan pH
meter
- Bohlam elektroda dibersihkan
- pH meter dikalibrasi
- Elektroda pH dimasukkan ke dalam buffer
standar dengan pH = 4
- Nilai pada pH meter dicatat pH = 4.05
- Elektroda dikeluarkan dan dicuci secara
menyeluruh dengan air suling
- Elektroda diletakkan kembali ke dudukan pH
meter
- Diulangi langkah yang sama dengan
mencelupkan ke dalam buffer standar pada
pH = 7 dan pH = 10
- pH dicatat pH = 7 ; pH = 10,02
- Glisin 0.1 M dimasukkan ke dalam gelas
kimia sebanyak 20 mL
- Gelas kimia diletakkan di atas stirrer
- Elektroda pH dan batang pengaduk
dicelupkan ke dalam gelas kimia
- pH dicatat pH = 6.16
- HCl 0.1 M dimasukkan ke dalam gelas kimia HCl tidak berwarna
sebanyak 20 mL
- Kran buret dibuka lalu ditambahkan alikuot
0,1 mL HCl ke dalam gelas kimia yang
mengandung glisin 0,1 M
- Pengadukan dihentikan, elektroda dilepaskan
dari dudukannya
- Elektroda dicuci dengan air suling
- Glisin 0,1 M ditambahkan ke dalam gelas
kimia sebanyak 20 mL
- Larutan diletakkan di atas stirrer
- pH dicatat pH = 6.61
- Buret diisi dengan 0,1 mL NaOH
- Alikuot NaOH sebanyak 0,3 mL ke dalam pK1 = 2.34
gelas kimia yang berisi glisin 0,1 M pK2 = 9,60
- Indikator Phenolftalein ditambahkan pl = 5.97
sebanyak tiga tetes
E. PERTANYAAN
1. Sebutkan sifat-sifat khusus suatu dispersi koloid ! Apa perbedaannya dengan larutan?
Jawab :
Koloid merupakan campuran dari dua zat atau lebih dimana partikel terdispersinya
berukuran 1 nm sampai 1000 nm. Koloid stabil dari partikel dalam pelarutnya
Partikelnnya berukuran lebih besar dan terlihat melalui mikroskop cahaya. Kelarutan
koloid tidak merata, partikel terlarut sisanya tersebar. Pada koloid menunjukkan gerak
Brown dan menunjukkan efek Tyndal. Sedangkan larutan merupakan suatu campuran
dimana semua partikel baik pelarut maupun zat terlarut terdistribusi merata dan homogen,
dengan ukuran partikelnya adalah sebesar molekul atau ion-ion, atau < 1 nm yang terdiri
atas satu fasa, stabil dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel larutan yang sangat kecil
sehingga tidak dapat diamati dibawah mikroskop. Pada larutan tidak menunjukkan gerak
Brown, efektyndall, dan lainnya.
2. Faktor-faktor apa saja yang menentukan kestabilan sol liofob dan sol liofil?
Jawab :
Kestabilan sol liofob disebabkan oleh adanya lapisan rangkap listrik pada antar muka
partikel dan medium pendispersinya. Permukaan partikel-partikel terdispersi dapat
mengadsorpsi ion-ion tertentu sehingga akan memiliki muatan listrik sejenis dan akan
saling tolak-menolak antar sesamanya. Jadi adanya sedikit elektrolit akan menstabilkan
sol liofob. Kestabilan sol liofil terutama disebabkan oleh karena partikel zat tersolvavi
(mempunyai selubung molekul zat pelarut pada permukaannya, bila pelarut/medium
pendispersi berupa air disebut terhidrasi). Sol liofil terbentuk antara lain bila gelatin atau
protein dimasukkan ke dalam air. Selain itu, salah satu yang mempengaruhi stabilitas
koloid ialah muatan permukaan koloid. Besarnya muatan pada permukaan partikel
dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium pendispersi. Penambahan kation
pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan
tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid, yaitu
gaya London –Van der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel –partikel koloid
berkumpul membentuk agregat dan akhirnya mengendap. Gaya kedua ialah gaya tolak
menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpang tindihan lapisan ganda listrik yang
bermuatan sama. Gaya tolak – menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi
stabil. Gaya ketiga ialah gaya tarik – menarik antara partikel koloid dengan medium
pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel
koloid dan gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan system koloid secara
keseluruhan.
3. Apa arti ion – zwitter ? Nyatakan ax (aktivitas ion hidrogen ) pada titik isoelektrik
dengan suatu persamaan.
Jawab:
Zwitter-ion adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa.
Pada pH netral zwitter-ion akan bermuatan positif (kation) maupun bermuatan negatif
(anion) Biasanya zwitter-ion mudah larut dalam airkarena bermuatan (air adalah pelarut
polar dan sukar larut dalam pelarut nonpolar). Zwitter ion adalah molekul yang memiliki
dua muatan (positif dan negatif) sekaligus, Pada protein, gugus karboksilnya cenderung
membentuk ion negatif. Sedangkan pada gugus aminanya akan membentuk ion positif.
Sifat tersebut menyebabkan zwitter-ion baik sebagai larutan penyangga. Apabila terdapat
ion hidrogen berlebih (larutan bersifat asam), zwitter-ion akan menangkapnya (berperan
sebagai basa). Sebaliknya, apabila larutan bersifat basa, zwitter-ion akan melepas ion
hidrogen ke dalam larutan. Akibatnya pH tidak mudah berubah. Zat dengan karakteristik
ini dikenal sebagai zat amfoter.
a. pH = -Log [H+] , [H+] adalah aktivitas ion H+didalam larutan
b. pE = -log (ae), (ae) = aktivitas elektron dalam larutan
c. Definisi termodinamika konsep pE diberikan oleh Stumm dan Morgan berdasarkan
persamaan :
2H+(aq) + 2e = H2(g)
Contoh : Pada 250C didalam air murni konsentrasi ion hydrogen = 1 x 10-7 , maka
aktivitas hydrogen = 1 x 10-7 , pH =7
d. Aktivitas elektron didefinisikan seperti persamaan diatas:
- Jika H+ (ag) dalam keadaan setimbang dengan gas H2 pada tekanan 1 atm,
aktivitas elektron di dalam medium adalah 1,00 dan pE adalah 0.
- Jika aktivitas electron ditingkatkan 10 kali (pada kasus dimana H+(ag) pada
aktivitas 0,1 ada dalam kesetimbangan dengan H2 pada aktivitas 1,00), aktivitas
elektron = 10, pE = -1,0
4. Bagaimana besarnya viskositas sol liofil bila dibandingkan dengan liofob ? mengapa
demikian?
Jawab :
Viskositas liofob lebih besar dibandingkan viskositas liofil. Hal tersebut terjadi
karena liofob merupakan jenis sol yang partikel-partikelnya tidak menyerap molekul
cairan dan tidak stabil. Selain itu, memiliki sifat membenci larutan sehingga
kekentalanya meningkat dan hal tersebut berbanding lurus terhadap viskositas.

Anda mungkin juga menyukai