Anda di halaman 1dari 2

Usaha mikro, kecil dan menengah atau yang biasa disebut dengan UMKM merupakan salah

satu penggerak utama perekonomian di Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi,


Usaha Keci, dan Menengah (KUKM) tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta
atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. Daya serap tenaga kerja UMKM adalah
sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha. Sementara
itu kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional (PDB) sebesar 61,1%, dan sisanya
yaitu 38,9% disumbangkan oleh pelaku usaha besar yang jumlahnya hanya sebesar 5.550
atau 0,01% dari jumlah pelaku usaha [ CITATION Kem20 \l 1033 ]. Data tersebut menunjukkan
besarnya potensi yang dimiliki segmen UMKM untuk meningkatkan ekonomi Indonesia.

Untuk mengembangkan usahanya, pelaku usaha membutuhkan tambahan modal kerja


sebagai alternatif sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha
produktif dan memaksimalkan keuntungan. Tetapi, tidak semua pemilik usaha dapat
diterima sebagai debitur di bank. terdapat tiga segmen konsumen yaitu, banked adalah
konsumen yang sudah memiliki akses penuh ke layangan keuangan, underbanked adalah
pemilik rekening bank namun ditolak untuk pengajuan kredit, dan unbanked adalah individu
yang belum memiliki rekening bank. Menurut laporan e-Conomy SEA 2019 yang disusun
Google, Temasek, dan Bain & Company, ada 51% penduduk Indonesia yang masuk ke
golongan unbanked; underbanked 26%; dan banked 23% [CITATION Goo19 \l 1033 ]. Dua
segmen terbesar tersebut memiliki potensi bisnis yang dimanfaatkan para pemain fintech.
Sebagian besar perbankan menawarkan kredit dengan proses yang lebih panjang dan
persyaratan yang lebih banyak dibandingkan dengan fintech. Salah satunya adalah
persyaratan adanya laporan keuangan sebagai gambaran kinerja keuangan suatu usaha
dalam periode tertentu. Pedoman bank menggunakan analisis 5C dengan prinsip 5P. 5C
meliputi character, capacity, capital, condition, dan collateral. Sementara 5P adalah
personality, purpose, prospect, payment, dan party. Gap inilah yang diisi oleh fintech untuk
menyalurkan kredit ke masyarakat. Salah satunya adalah kemudahan kredit digital yang
prosesnya dilakukan secara online. Teknologi menciptakan peluang baru dan menurunkan
hambatan bagi UMKM untuk bersaing dan memungkinkan pengembangan usaha dengan
konsumen yang lebih luas. Menurut hasil survei pasar yang telah dilakukan, ada beberapa
hambatan yang dirasakan oleh segmen UMKM dalam pengajuan kredit seperti, persyaratan
sulit dipenuhi, tidak ada waktu bolak-balik ke bank, dan/atau proses pengajuan yang lama.

Oleh karena itu, perbankan diharapkan dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi
dalam penyaluran kredit terutama kepada segmen yang berpotensi besar yaitu UMKM, baik
dari sisi bisnis bank untuk mendapatkan pemasukan maupun dari sisi pelaku usaha yang
diberikan kredit agar dapat memaksimalkan keuntungan usaha. Kebutuhan akan pendanaan
modal kerja dapat disalurkan Bank Mandiri secara online untuk memudahkan calon debitur
dalam melakukan pengajuan kredit. Penambahan fitur alternative credit scoring bagi
segmen mikro dan proses verifikasi dokumen yang terotomasi dilakukan untuk memudahkan
bank menilai calon debitur dalam penyaluran kredit namun tetap mempertimbangkan
kelayakan calon debitur (credit worthiness).

Berapa jumlah mikro dan umkm

Goals mandiri di umkm dan mikro

Jumlah unbank dan underbank dan bankable

Kondisi:
kredit sebagai pembiayaan modal kerja dan/atau investasi modal kerja bagi perseorangan
atau kelompok merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan modal kerja untuk
pengembangan usaha produktif yang diberikan oleh perbankan.

Dalam penyaluran kredit,

Masalah:

Potensi:

With the novel coronavirus pandemic disrupting economies around the world, the importance
of credit as a tool for rebuilding has come into sharp relief — as has the need for alternative
scoring for borrowers.

https://bigdata.apacciooutlook.com/ciospeaks/big-data-and-credit-scoring-in-indonesia-nwid-
2946.html

Solusi:

Anda mungkin juga menyukai