Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum

Program Studi Diploma IV Terapi Gigi Keperawatan Gigi

merupakan institusi pendidikan Keperawatan Gigi yang bernaung di

bawah Poltekkes Kemenkes, dan dibentuk oleh Kementerian Kesehatan

dengan tugas meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

pendidikan Keperawatan Gigi. Jurusan keperawatan gigi memiliki fasilitas

infrastruktur tenaga kerja yang berpengalaman untuk menunjang proses

pendidikan, serta fasilitas pembelajaran yang salah satunya adalah ruang

klinik dengan dental unit sejumlah 19 buah untuk mendukung kegiatan

praktikum pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut bagi mahasiswa.

2. Gambaran Kampus Jurusan Keperawatan Gigi

a. Keadaan Geografis

Kampus Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes

Tasikmalaya terletak di Jalan Tamansari No. 210 Kecamatan

Tamansari Kota Tasikmalaya. Batas-batas wilayah Kampus Jurusan

Keperawatan Gigi sebagai berikut:

1) Sebelah utara : Rumah penduduk

2) Sebelah selatan : Rumah penduduk

3) Sebelah barat : Rumah penduduk

55
56

4) Sebelah timur: Jalan raya Tamansari

b. Keadaan Demografis

Jurusan Keperawatan Gigi terdiri dari dua Program Studi yaitu

DIII dan D-IV umum maupun alih jenjang. Total seluruh mahasiswa

adalah 265 orang dengan jumlah tenaga pengajar dan staf sebanyak 45

orang.

3. Deskripsi Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh

mahasiswa tingkat IV Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes

Kemenkes Tasikmalaya yang berjumlah 31 orang. Sampel penelitian

berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah orang Persentase (%)


1. Laki-laki 5 16,13
2. Perempuan 26 83,87
Jumlah 31 100

Tabel 2. menunjukan bahwa distribusi frekuensi sampel penelitian

berdasarkan jenis kelamin dari jumlah keseluruhan 31 orang, 5 orang atau

sebesar 16,13% adalah berjenis kelamin laki-laki, sedangkan jumlah

mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 atau sebesar

83,87%.

4. Deskripsi variabel penelitian

Hasil wawancara tentang kewaspadaan standar terhadap

mahasiswa tingkat IV Prodi D-IV yang berjumlah 31 orang dilaksanakan

selama 5 hari dari tanggal 14 Mei 2018 sampai dengan 18 Mei 2018
57

mulai jam 09.00 WIB sampai dengan jam 12.00 WIB, rata-rata perhari

melakukan pemeriksaan terhadap 7 mahasiswa.

Kriteria kewaspadaan standar bagi mahasiswa Jurusan

Keperawatan Gigi Poltekkes Tasikmalaya tahun 2018 meliputi; (1) hand

hygiene; (2) alat pelindung diri; (3) penanganan linen; (4) manajemen

lingkungan; (5) penanganan instrumen alat kedokteran gigi (steril dan

pemeliharaan alat); (6); manajemen limbah; dan (7) etika batuk (WHO,

2009). Kriteria kewaspadaan dan kepatuhan ini bertujuan menghindari

infeksi dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut selama praktikum di

klinik Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Untuk mengetahui pelaksanaan kewaspadaan standar oleh mahasiswa

tingkat 4 Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi berdasarkan hasil

wawancara dapat dilihat dalam tabel berikut;

Tabel. 3 Hasil Wawancara Pelaksanaan Kewaspadaan Standar dalam Upaya


Pencegahan Infeksi Silang pada Mahasiswa Tingkat 4 Prodi DIV

Dilaksanakan
Tindakan Kewaspadaan
Tidak
No Standar dalam Upaya
dilaksanakan
Pencegahan Infeksi Silang seluruh sebagian
mahasiswa mahasiswa
1. Hand Hygiene :
Mencuci tangan dengan
menggunakan handrub atau
sabun di air mengalir sebelum

melakukan pemeriksaan pasien
2. Mencuci tangan dengan
menggunakan handrub atau
sabun di air mengalir setelah √
melakukan pemeriksaan pasien
3. Mencuci tangan dengan
menggunakan handrub atau √
58

sabun di mengalir dengan


menggunakan teknik 6 langkah
4. Alat Pelindung Diri :
Menggunakan sarung tangan
steril

5. Menggunakan masker saat
melakukan tindakan √
6. Menggunakan masker dan
sarung tangan saat melakukan
tindakan sekali pakai untuk satu
pasien (Satu masker satu

pasien)
7. Menggunakan kacamata
pelindung
tindkakan
saat melakukan √
8. Menggunakan kacamata
pelindung saat melakukan
tindakakan dan didesinfeksi √
setiap pergantian pasien
9. Menggunakan jas kerja atau
baju pelindung
dibersihkan per shift kerja
yang √
10. Penanganan Linen
Menggunakan celemek kedap
air untuk setiap pasien (Satu √
pasien satu)
11. Manajemen Lingkungan :
Tampil rapi menggunakann
pakaian kerja, pakaian kerja
yang bersih dan selalu di cuci

sesuai waktu yang ditentukan
12. Ruangan tertata rapi dan bersih

13. Ventilasi yang bersih,
pencahayaan dan area kerja
yang sesuai standar

14. Etika Batuk :
Memberikan masker kepada
orang (pasien) yang sedang √
batuk
15. Manajemen Limbah
Membuang limbah infeksius
pada kontainer terpisah dengan √
limbah non infeksius
59

16. Sterilisasi Penanganan


Instrumen :
Alat dasar (kaca mulut, sonde,
eskavator, pinset) yang √
digunakan ke mulut pasien
dalam keadaan steril
17. Bur-bur diamond, bur tulang,
scaler yang digunakan dalam
keadaan bersih dan steril untuk √
satu pasien
18. Handpiece dan Syringe di
desinfeksi dengan benar setiap
pergantian pasien

19. Mempersiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan sebelum
memulai perawatan pasien

20. Menggunakan satu gelas kumur
untuk setiap pasien √
21. Menggunakan celemek kedap
air untuk setiap pasien (satu
pasien satu)

22. Menginstruksikan untuk
berkumur antiseptic sebelum di
rawat

23. Merendam peralatan dalam
larutan desinfektan sebelum
dibersihkan

24. Melakukan pembersihan
peralatan menggunakan sabun
dan air mengalir

25. Menggunakan sarung tangan
saat membersihkan alat √
26. Peralatan dalam keadaan bersih
saat disterilkan √
27. Desinfeksi pada bagian kursi
dan lampu dari dental unit √
Dilaksanakan seluruhnya = 51,85%
Dilaksanakan sebagian = 22,22% 18 6 7
Tidak dilaksanakan = 25,93%

Tabel 3. menunjukan hasil wawancara tentang 7 prosedur kewaspadaan

standar yang dikembangkan menjadi 27 komponen pelaksanaan yang harus


60

dilaksanakan oleh mahasiswa sesuai dengan Kementrian Kesehatan Tahun 2012.

Berdasarkan hasil wawancara didapat sebesar 51,85% atau sebanyak 18

komponen kewaspadaan standar telah dilaksanakan di klinik jurusan keperawatan

gigi dan dipatuhi oleh seluruh mahasiswa. 25,93% dari total 27 komponen

kewaspadaan standar tidak dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa. Sisanya sebesar

22,22% kewaspadaan standar hanya dilaksanakan oleh sebagian mahasiswa.

Hasil wawancara pelaksanaan kewaspadaan standar setiap prosedur

dimulai dari pelaksanaan Hand Hygiene dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil wawancara tentang pelaksanaan Hand Hygiene di


klinik Jurusan Keperawatan Gigi

Hasil Wawancara
No Melaksanakan Hand Hygiene Ya Tidak
N (%) N (%)
1. Mencuci tangan dengan menggunakan
handrub atau sabun di air mengalir 26 83,87 5 16,13
sebelum melakukan pemeriksaan pasien
2. Mencuci tangan dengan menggunakan
handrub atau sabun di air mengalir 24 77,42 7 22,58
setelah melakukan pemeriksaan pasien
3. Mencuci tangan dengan menggunakan
handrub atau sabun di mengalir dengan 27 87,09 4 12,91
menggunakan teknik 6 langkah

Tabel 4. menunjukan bahwa prosedur hand hygiene dari pertanyaan

pertama tentang pelaksanaan Hand Hygiene sebanyak 83,87% menjawab ‘Iya’

dan sebanyak 16,13% mahasiswa lainya menjawab ‘Tidak’. Pertanyaan kedua

yaitu mencuci tangan setiap pergantian pasien hanya dilaksanakan oleh 77,42%

mahasiswa dan yang ketiga hanya 87,09% yang melakukan cuci tangan 6 langkah.

Selanjutnya yaitu hasil wawancara tentang penggunaan APD yang

dikembangkan menjadi 6 pertanyaan sebagai berikut:


61

Tabel 5. Hasil Wawancara tentang Pelaksanaan Penggunaan APD

Hasil Wawancara
Melaksanakan Penggunaan Alat
No Ya Tidak
Pelindung Diri
N (%) N (%)
1. Menggunakan sarung tangan steril 31 100 0 0
2. Menggunakan masker saat melakukan
31 100 0 0
tindakan
3. Menggunakan masker dan sarung
tangan saat melakukan tindakan sekali
23 74,20 8 25,80
pakai untuk satu pasien (Satu masker
satu pasien)
4. Menggunakan kacamata pelindung saat
0 0 31 100
melakukan tindkakan
5. Menggunakan kacamata pelindung saat
melakukan tindakakan dan didesinfeksi 0 0 31 100
setiap pergantian pasien
6. Menggunakan jas kerja atau baju
pelindung yang dibersihkan per shift 0 0 31 100
kerja

Tabel diatas menunjukan bahwa 100% mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV

Jurusan Keperawatan Gigi telah menggunakan masker dan sarung tangan saat

melakukan tindakan, namun hanya 74,19% mahasiswa yang mengganti sarung

tangan dan masker setiap pergantian pasien. Tabel tersebut juga menunjukan

bahwa 100% mahasiswa tidak menggunakan kaca mata pelindung dan jas kerja

atau baju pelindung selama melakukan praktikum di klinik Jurusan Keperawatan

Gigi.

Pelaksanaan Mahasiswa Prodi D-IV Keperawatan Gigi dalam penanganan

linen dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 6. Pelaksanaan Penangan Linen oleh Mahasiswa Tingkat 4 Prodi


D-IV di Klinik Jurusan Keperawatan Gigi

Hasil Wawancara
No Melaksanakan Penanganan Linen Ya Tidak
N (%) N (%)
1. Menggunakan celemek kedap air untuk 0 0 31 100
62

setiap pasien (Satu pasien satu)

Tabel 4. menunjukan bahwa 100% mahasiswa menjawab ‘Tidak’ untuk

pertanyaan tentang prosedur penanganan linen.

Selanjutnya dilihat pelaksanaan manajemen lingkungan yang dilakukan

oleh mahasiswa Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi yang dapat dilihat dalam

tabel berikut;

Tabel 7. Pelaksanaan Manajemen Lingkungan Oleh Mahasiswa Tingkat 4


Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi

Hasil Wawancara
Melaksanakan Manajemen
No Ya Tidak
Lingkungan
N (%) N (%)
1. Tampil rapi menggunakann pakaian
kerja, pakaian kerja yang bersih dan
31 100 0 0
selalu di cuci sesuai waktu yang
ditentukan
2. Ruangan tertata rapi dan bersih 31 100 0 0
3. Ventilasi yang bersih, pencahayaan dan
13 41,94 18 58,06
area kerja yang sesuai standar

Tabel 8. menunjukan bahwa 100% Mahasiswa Prodi D-IV Keperawatan

Gigi telah menggunakan pakaian kerja dengan rapi dan bersih selama praktikum

di klinik, serta melaksanakan tindakan di ruangan yang sudah tertata rapi dan

bersih. Sebanyak 58,06% mahasiswa menjawab ventilasi dan pencahayaan area

kerja tidak terlaksana sesuai standar,

Hasil wawancara mengenai penanganan instrumen dan alat kedokteran

gigi oleh mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi dapat dilihat

dalam tabel berikut;


63

Tabel 9. Pelaksanaan Sterilisasi dan Penanganan Instrumen oleh Mahasiswa


Tingkat 4 Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi

Hasil Wawancara
Melaksanakan Sterilisasi
No Ya Tidak
Penanganan Instrumen
N (%) N (%)
1. Alat dasar (kaca mulut, sonde,
eskavator, pinset) yang digunakan ke 31 100 0 0
mulut pasien dalam keadaan steril
2. Bur-bur diamond, bur tulang, scaler
yang digunakan dalam keadaan bersih 31 100 0 0
dan steril untuk satu pasien
3. Handpiece dan Syringe di desinfeksi
31 100 0 0
dengan benar setiap pergantian pasien
4. Mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan sebelum memulai 31 100 0 0
perawatan pasien
5. Menggunakan satu gelas kumur untuk
8 25,80 23 74,20
setiap pasien
6. Menggunakan celemek kedap air untuk
0 0 31 100
setiap pasien (satu pasien satu)
7. Menginstruksikan untuk berkumur
0 0 31 100
antiseptic sebelum di rawat
8. Merendam peralatan dalam larutan
31 100 0 0
desinfektan sebelum dibersihkan
9. Melakukan pembersihan peralatan
31 100 0 0
menggunakan sabun dan air mengalir
10. Menggunakan sarung tangan saat
31 100 0 0
membersihkan alat
11. Peralatan dalam keadaan bersih saat
31 100 0 0
disterilkan
12. Desinfeksi pada bagian kursi dan lampu
31 100 0 0
dari dental unit

Tabel 9. menunjukkan pelaksanaan penanangan instrumen kesehatan gigi

yang dikembangkan menjadi 12 pertanyaan. Dari tabel tersebut diketahui bahwa

100% mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi telah

menggunakan alat dasar (kaca mulut, sonde, eskavator, pinset), bur-bur dan

scaller dalam keadaan steril. Sebanyak 25,80% mahasiswa yang menggunakan

satu gelas kumur untuk satu pasien. Sebanyak 100% mahasiswa tidak
64

menggunakan celemek kedap air untuk satu pasien dan menginstruksikan pasien

untuk berkumur antiseptik sebelum dilakukan tindakan tidak dilaksanakan.

Selanjutnya diuraikan bagaimana pengelolaan limbah di klinik Jurusan

Keperawatan Gigi. Pelaksanaan Mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV Keperawatan Gigi

dalam manajemen limbah dapat dilihat pada diagram berikut;

Tabel 10. Pelaksanaan Manajemen Limbah oleh Mahasiswa Tingkat 4 Prodi


D-IV Jurusan Keperawatan Gigi

Hasil Wawancara
No Melaksanakan Manajemen Limbah Ya Tidak
N (%) N (%)
1. Membuang limbah infeksius pada
kontainer terpisah dengan limbah non 0 0 31 100
infeksius

Tabel 8. menunjukan bahwa 100% mahasiswa menjawab ‘Tidak’ untuk

pertanyaan tentang pelaksanaan manajemen limbah.

Selanjutnya dianalisis kepatuhan dalam etika batuk, bagaimana mahasiswa

Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi mematuhi pedoman etika batuk. Berikut

dapat dilihat pelaksanaan pedoman etika batuk dalam tabel berikut:

Tabel 11. Pelaksanaan Etika Batuk oleh Mahasiswa Tingkat 4 Prodi D-IV
Jurusan Keperawaatan Gigi

Hasil Wawancara
No Melaksanakan Pedoman Etika Batuk Ya Tidak
N (%) N (%)
2. Memberikan masker kepada orang
31 100 0 0
(pasien) yang sedang batuk

Tabel 11. menunjukan bahwa 100% mahasiswa menjawab ‘Iya’ untuk

setiap pertanyaan tentang pelaksanaan pedoman etika batuk.


65

B. Pembahasan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27

tahun 2017, kewaspadaan standar wajib dilakukan ketika melaksanakan tindakan

yang melibatkan kontak dengan pasien. Termasuk pada pelaksaaan praktikum

Pelayanan Asuhan di klinik Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes

Tasikmalaya oleh mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV. Kewaspadaan standar

memiliki 9 prosedur utama, namun karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi

di lingkungan Jurusan Keperawatan Gigi dari 9 prosedur tersebut dimodifikasi

menjadi 7 prosedur dengan menghilangkan penyuntikan yang aman dan

perlindungan kesehatan karyawan.

Penelitian tentang gambaran kewaspadaan standar dalam upaya

pencegahan infeksi silang pada mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV di klinik Jurusan

Keperawatan Gigi ini menggunakan metode wawancara tentang 7 prosedur

kewaspadaan standar yang dikembangkan menjadi 27 pertanyaan tertutup dengan

kategori jawaban ‘Iya’ atau ‘Tidak’. Prosedur pelaksanaan Hand Hygiene

dikembangkan menjadi 3 pertanyaan, prosedur penggunaan APD dikembangkan

menjadi 6 pertanyaan, prosedur penanganan linen terdiri dari 1 pertanyaan,

prosedur manajemen lingkungan dikembangkan menjadi 3 pertanyaan,

pelaksanaan sterilisasi dan penanganan instrument dikembangkan menjadi 12

pertanyaan, manajemen limbah 1 pertanyaan dan etika batuk terdiri dari 1

pertanyaan.

Hasil wawancara dari pelaksanaan Hand Hygiene menunjukan bahwa

sebanyak 83,87% mahasiswa mencuci tangan dengan menggunakan handrub atau


66

sabun di air mengalir sebelum melakukan pemeriksaan pasien, 16,13% sisanya

tidak melakukannya. Sementara itu pelaksanaan cuci tangan setelah pemeriksaan

pasien hanya dilakukan oleh 77,42% mahasiswa, dan sebanyak 22,58%

mahasiswa tidak melakukannya. Pertanyaan ketiga tentang pelaksanaan cuci

tangan dengan teknik 6 langkah hanya dilaksanakan oleh 87,09% dan sisanya

sebanyak 12,91% tidak melaksanakan.

Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa mahasiswa tingkat 4

Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi kurang patuh dalam melaksanakan

prosedur hand hygiene selama praktikum pelayanan asuhan di klinik Jurusan

Keperawatan Gigi. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor sikap, pengetahuan,

hambatan pekerjaan, lingkungan, sarana dan prasarana, serta pelatihan (Masa, M.,

2010). Selain itu karena alasan waktu, jumlah pasien dan sebagainya terkadang

langkah-langkah dalam hand hygiene tidak dapat dijalankan dengan baik sesuai

SOP yang berlaku. Tindakan ini perlu mendapat perhatian khusus dari pihak

Institusi, karena hand hygiene memiliki peran penting yang berhubungan dengan

perawatan pasien (Gould et al., 2010). Pelaksanaan hand hygiene harus

diperhatikan oleh petugas kesehatan agar saat berinteraksi dengan pasien segala

sesuatunya dapat terjaga, karena area tangan merupakan bagian tubuh yang sering

berinteraksi langsung dengan pasien maka menjaga kebersihan tangan merupakan

hal penting untuk dilakukan.

Hasil wawancara tentang pelaksanaan penggunaan APD menunjukan

sebanyak 100% mahasiswa telah menggunakan sarung tangan dan masker saat

melakukan tindakan, namu hanya 74,19% mahasiswa yang mengganti sarung


67

tangan dan masker setiap pergantian pasien, sisanya sebesar 25,91% tidak

menggunakan satu masker dan sarung tangan untuk satu pasien. Hasil wawancara

juga menunjukan bahwa 100% mahasiswa tidak menggunakan kacamata

pelindung, penelitian ini relevan dengan kajian Sadoh et al., (2006) yang mana di

RSKO Jakarta terdapat 43,6% tenaga kesehatan gigi dan mulut yang tidak

menggunakan kaca mata pelindung karena rendahnya resiko percikan darah, dan

di Nigeria sebanyak 56,5% tenaga kesehatan gigi tidak memakai kaca mata

pelindung. Padahal kaca mata pelindung memiliki peranan penting untuk

menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol, percikan saliva dan

darah. Hasil wawancara juga menunjukan 100% mahasiswa tidak menggunakan

jas kerja atau baju pelindung yang berfungsi untuk mencegah kontaminasi pada

pakaian serta melindungi kulit dari kontaminasi darah dan cairan tubuh.

Selanjutnya adalah hasil wawancara tentang penanganan linen yang

menunjukan bahwa 100% mahasiswa tidak memakai satu celemek kedap air

untuk satu pasien, tetapi menggunakan satu celemek kedap air untuk seluruh

pasien dengan catatan celemek akan bersihkan setiap pergantian pasien dan akan

di cuci apa bila terlihat kotor dan sesuai waktu yang telah ditentukan.

Pelaksanaan manajemen lingkungan menunjukan sebesar 100%

mahasiswa senantiasa menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi, serta

melaksanakan praktikum dalam keadaan ruang klinik sudah tertata rapi dan

bersih. Tetapi sebanyak 58,06% mahasiswa merasa bahwa ventilasi dan

pencahayaan area kerja tidak terlaksana sesuai standar, hal ini disebabkan karena

hanya sebagian lampu dental unit di ruangan klinik yang berfungsi.


68

Hasil wawancara untuk sterilisasi dan penanganan instrument menunjukan

bahawa 100% mahasiswa telah melaksanakan hampir seluruh komponen

sterilisasi dan penanganan instrument kesehatan gigi selama praktikum di klinik

Jurusan Keperawatan Gigi, diantaranya menggunakan alat dasar (kaca mulut,

sonde, eskavator, pinset), bur-bur, handpiece dan syringe dalam keadaan steril,

mempersiapkan alat dan bahan sebelum memulai tindakan perawatan pasien,

merendam peralatan dalam larutan desinfektan sebelum dibersihkan, melakukan

pembersihan peralatan sebelum disterilkan, melakukan pembersihan peralatan

menggunakan sabun dan air mengalir, menggunakan sarung tangan saat

membersihkan alat, dan melaksanakan desinfeksi pada bagian kursi dan lampu

dari dental unit. Hasil wawancara juga menunjukan 74,20% masiswa tingkat 4

Prodi D-IV tidak menggunakan satu gelas kumur untuk satu pasien, mahasiswa

akan membersihkan gelas kumur tersebut dengan sabun dan air mengalir setiap

pergantian pasien. Sisanya sebanyak 25,80% menggunakan air gelas mineral

kemasan yang diganti setiap pergantian pasien. Sebanyak 100% mahasiswa tidak

menggunakan satu celemek kedap air untuk satu pasien, serta tidak ada yang

menginstruksikan kepada pasien untuk berkumur antiseptik sebelum dilakukan

tindakan, padahal hal ini penting dilakukan untuk menjaga hygiene lingkungan

kerja.

Penelitian di atas sesuai dengan hasil kajian Kohli dan Puttaiah (2007)

yang membenarkan bahwa sekitar 17-64% dokter gigi tidak mengguakan celemek

kedap air dan tidak memberikan instruksi pada pasien untuk berkumur antiseptic

karena merasa bahwa semua pasien tidak dianggap berpotensi menular.


69

Hasil wawancara pelaksanaan manajemen limbah didapat hasil bahwa

100% mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi tidak

membuang limbah infeksius pada kontainer terpisah pada kontainer terpisah

dengan limbah non infeksius selama praktikum di klnik.

Terakhir adalah pelaksanaan pedoman etika batuk oleh mahasiswa tingkat

4 Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi, 100% mahasiswa telah melaksanakan

pedoman etika batuk dan memberikan masker pada pasien yang sedang batuk.

Secara umum hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih ada prosedur

kewaspadaan standar yang tidak dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat 4 Prodi D-

IV selama melakukan praktikum di klinik Jurusan Keperawatan Gigi yaitu sebesar

25,93%. Artinya pihak institusi Jurusan Keperawatan Gigi belum memperhatikan

pelaksanaan kewaspadaan standar yang harus dilakukan ketika melaksanakan

pelayanan asuhan kepada pasien, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan American

Dental Association (ADA) dan CDC yang merekomendasikan bahwa setiap

pasien harus dianggap berpotensi menular dan standard precautions harus

diterapkan bagi semua pasien terkain dengan kemungkinan terjadinya infeksi

silang di tempat praktik kedokteran gigi. Kasus pertama yang dilaporkan HCPs

(HealthCare Profesionals) tahun 1988 bahwa ada seorang dokter gigi laki-laki di

Greenwhich Village Amerika Serikat yang tertular virus HIV karena tinggal di

populasi beresiko tinggi HIV/AIDS dan menggunakan peralatan pelindung hanya

sesekali pakai pada saat bekerja (Kemenkes, 2012).

Hal ini dibenarkan oleh penelitian di Fakultas Kedokteran Gigi di Glasgow

yang melaporkan tingginya mahasiswa klinik yang terinfeksi Epstein-Barrvirus


70

dibandingkan dengan mahasiswa preklinik (Herbet et al., 1995). Didukung oleh

WHO (2010) yang membenarkan bahwa infeksi terjadi dalam 48 jam setelah

masuk dari institusi kesehatan, 3 hari setelah pelepasan pasien keluar dari RS atau

30 hari menjalanji pembedahan (Inweregbu, 2005). Infeksi ini adalah penyebab

utama terjadinya morbiditas dan mortalitas pada pasien dan berdampak pada

length of Stay (LOS). Resiko tenaga kesehatan tertular penyakit menular

disebabkan kurangnya kesadaran tenaga kesehatan dan rendahnya mutu

pelaksanaan sterilisasi juga mengakibatkan tingginya prevalensi penyebaran

penyakit infeksi. (The Dental Council, 2005; Sardjono et al., 2012; James et al.,

1997; Jarvis, 2010).

Selain adanya prosedur kewaspadaan standar ysang belum terlaksana oleh

mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV di klinik Jurusan Keperawatan Gigi, sebanyak

22,22% mahasiswa tidak patuh dalam melaksanakan komponen kewaspadaan

standar, diantaranya prosedur hand hygiene, penggunaan APD dan manajemen

lingkungan. Sebagian mahasiswa yang tidak mematuhi pelaksanaan kewaspadaan

standar dapat disebabkan oleh faktor sikap, pengetahuan, dan kondisi lingkungan.

Relevan dengan teori Dejoy (2000) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan

yang baik antara sikap tenaga kesehatan dengan penerapan kewaspadaan standar.

Dengan demikian tenaga yang memiliki sikap baik cenderung patuh dalam

menerapkan kewaspadaan standar dalam pelayanan kesehatan, khsususnya

terhadap pasien gigi dan mulut. Hasil penelitian ini juga ditegaskan oleh

Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa agar sikap baik terwujud dalam

tindakan, maka diperlukan faktor pendukung seperti sarana yang memadai,


71

pengetahuan, pelatihan dan informasi yang memadai. Berdasarkan hal tersebut

menurut peneliti bahwa penyebab sikap yang kurang baik dari tenaga kesehatan

gigi dan mulut terhadap pasien dalam menerapkan kewaspadaan standar bisa saja

disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, kurangnya falilitas dan kurangnya

pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai