BAB IV Kewaspadaan Stnadar Di Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Tasikmalaya
BAB IV Kewaspadaan Stnadar Di Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Tasikmalaya
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum
a. Keadaan Geografis
55
56
b. Keadaan Demografis
DIII dan D-IV umum maupun alih jenjang. Total seluruh mahasiswa
adalah 265 orang dengan jumlah tenaga pengajar dan staf sebanyak 45
orang.
83,87%.
selama 5 hari dari tanggal 14 Mei 2018 sampai dengan 18 Mei 2018
57
mulai jam 09.00 WIB sampai dengan jam 12.00 WIB, rata-rata perhari
hygiene; (2) alat pelindung diri; (3) penanganan linen; (4) manajemen
pemeliharaan alat); (6); manajemen limbah; dan (7) etika batuk (WHO,
Dilaksanakan
Tindakan Kewaspadaan
Tidak
No Standar dalam Upaya
dilaksanakan
Pencegahan Infeksi Silang seluruh sebagian
mahasiswa mahasiswa
1. Hand Hygiene :
Mencuci tangan dengan
menggunakan handrub atau
sabun di air mengalir sebelum
√
melakukan pemeriksaan pasien
2. Mencuci tangan dengan
menggunakan handrub atau
sabun di air mengalir setelah √
melakukan pemeriksaan pasien
3. Mencuci tangan dengan
menggunakan handrub atau √
58
gigi dan dipatuhi oleh seluruh mahasiswa. 25,93% dari total 27 komponen
dimulai dari pelaksanaan Hand Hygiene dapat dilihat pada tabel berikut:
Hasil Wawancara
No Melaksanakan Hand Hygiene Ya Tidak
N (%) N (%)
1. Mencuci tangan dengan menggunakan
handrub atau sabun di air mengalir 26 83,87 5 16,13
sebelum melakukan pemeriksaan pasien
2. Mencuci tangan dengan menggunakan
handrub atau sabun di air mengalir 24 77,42 7 22,58
setelah melakukan pemeriksaan pasien
3. Mencuci tangan dengan menggunakan
handrub atau sabun di mengalir dengan 27 87,09 4 12,91
menggunakan teknik 6 langkah
yaitu mencuci tangan setiap pergantian pasien hanya dilaksanakan oleh 77,42%
mahasiswa dan yang ketiga hanya 87,09% yang melakukan cuci tangan 6 langkah.
Hasil Wawancara
Melaksanakan Penggunaan Alat
No Ya Tidak
Pelindung Diri
N (%) N (%)
1. Menggunakan sarung tangan steril 31 100 0 0
2. Menggunakan masker saat melakukan
31 100 0 0
tindakan
3. Menggunakan masker dan sarung
tangan saat melakukan tindakan sekali
23 74,20 8 25,80
pakai untuk satu pasien (Satu masker
satu pasien)
4. Menggunakan kacamata pelindung saat
0 0 31 100
melakukan tindkakan
5. Menggunakan kacamata pelindung saat
melakukan tindakakan dan didesinfeksi 0 0 31 100
setiap pergantian pasien
6. Menggunakan jas kerja atau baju
pelindung yang dibersihkan per shift 0 0 31 100
kerja
Jurusan Keperawatan Gigi telah menggunakan masker dan sarung tangan saat
tangan dan masker setiap pergantian pasien. Tabel tersebut juga menunjukan
bahwa 100% mahasiswa tidak menggunakan kaca mata pelindung dan jas kerja
Gigi.
Hasil Wawancara
No Melaksanakan Penanganan Linen Ya Tidak
N (%) N (%)
1. Menggunakan celemek kedap air untuk 0 0 31 100
62
oleh mahasiswa Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi yang dapat dilihat dalam
tabel berikut;
Hasil Wawancara
Melaksanakan Manajemen
No Ya Tidak
Lingkungan
N (%) N (%)
1. Tampil rapi menggunakann pakaian
kerja, pakaian kerja yang bersih dan
31 100 0 0
selalu di cuci sesuai waktu yang
ditentukan
2. Ruangan tertata rapi dan bersih 31 100 0 0
3. Ventilasi yang bersih, pencahayaan dan
13 41,94 18 58,06
area kerja yang sesuai standar
Gigi telah menggunakan pakaian kerja dengan rapi dan bersih selama praktikum
di klinik, serta melaksanakan tindakan di ruangan yang sudah tertata rapi dan
gigi oleh mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi dapat dilihat
Hasil Wawancara
Melaksanakan Sterilisasi
No Ya Tidak
Penanganan Instrumen
N (%) N (%)
1. Alat dasar (kaca mulut, sonde,
eskavator, pinset) yang digunakan ke 31 100 0 0
mulut pasien dalam keadaan steril
2. Bur-bur diamond, bur tulang, scaler
yang digunakan dalam keadaan bersih 31 100 0 0
dan steril untuk satu pasien
3. Handpiece dan Syringe di desinfeksi
31 100 0 0
dengan benar setiap pergantian pasien
4. Mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan sebelum memulai 31 100 0 0
perawatan pasien
5. Menggunakan satu gelas kumur untuk
8 25,80 23 74,20
setiap pasien
6. Menggunakan celemek kedap air untuk
0 0 31 100
setiap pasien (satu pasien satu)
7. Menginstruksikan untuk berkumur
0 0 31 100
antiseptic sebelum di rawat
8. Merendam peralatan dalam larutan
31 100 0 0
desinfektan sebelum dibersihkan
9. Melakukan pembersihan peralatan
31 100 0 0
menggunakan sabun dan air mengalir
10. Menggunakan sarung tangan saat
31 100 0 0
membersihkan alat
11. Peralatan dalam keadaan bersih saat
31 100 0 0
disterilkan
12. Desinfeksi pada bagian kursi dan lampu
31 100 0 0
dari dental unit
menggunakan alat dasar (kaca mulut, sonde, eskavator, pinset), bur-bur dan
satu gelas kumur untuk satu pasien. Sebanyak 100% mahasiswa tidak
64
menggunakan celemek kedap air untuk satu pasien dan menginstruksikan pasien
Hasil Wawancara
No Melaksanakan Manajemen Limbah Ya Tidak
N (%) N (%)
1. Membuang limbah infeksius pada
kontainer terpisah dengan limbah non 0 0 31 100
infeksius
Prodi D-IV Jurusan Keperawatan Gigi mematuhi pedoman etika batuk. Berikut
Tabel 11. Pelaksanaan Etika Batuk oleh Mahasiswa Tingkat 4 Prodi D-IV
Jurusan Keperawaatan Gigi
Hasil Wawancara
No Melaksanakan Pedoman Etika Batuk Ya Tidak
N (%) N (%)
2. Memberikan masker kepada orang
31 100 0 0
(pasien) yang sedang batuk
B. Pembahasan
memiliki 9 prosedur utama, namun karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi
pencegahan infeksi silang pada mahasiswa tingkat 4 Prodi D-IV di klinik Jurusan
pertanyaan.
tangan dengan teknik 6 langkah hanya dilaksanakan oleh 87,09% dan sisanya
Keperawatan Gigi. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor sikap, pengetahuan,
hambatan pekerjaan, lingkungan, sarana dan prasarana, serta pelatihan (Masa, M.,
2010). Selain itu karena alasan waktu, jumlah pasien dan sebagainya terkadang
langkah-langkah dalam hand hygiene tidak dapat dijalankan dengan baik sesuai
SOP yang berlaku. Tindakan ini perlu mendapat perhatian khusus dari pihak
Institusi, karena hand hygiene memiliki peran penting yang berhubungan dengan
diperhatikan oleh petugas kesehatan agar saat berinteraksi dengan pasien segala
sesuatunya dapat terjaga, karena area tangan merupakan bagian tubuh yang sering
sebanyak 100% mahasiswa telah menggunakan sarung tangan dan masker saat
tangan dan masker setiap pergantian pasien, sisanya sebesar 25,91% tidak
menggunakan satu masker dan sarung tangan untuk satu pasien. Hasil wawancara
pelindung, penelitian ini relevan dengan kajian Sadoh et al., (2006) yang mana di
RSKO Jakarta terdapat 43,6% tenaga kesehatan gigi dan mulut yang tidak
menggunakan kaca mata pelindung karena rendahnya resiko percikan darah, dan
di Nigeria sebanyak 56,5% tenaga kesehatan gigi tidak memakai kaca mata
jas kerja atau baju pelindung yang berfungsi untuk mencegah kontaminasi pada
pakaian serta melindungi kulit dari kontaminasi darah dan cairan tubuh.
menunjukan bahwa 100% mahasiswa tidak memakai satu celemek kedap air
untuk satu pasien, tetapi menggunakan satu celemek kedap air untuk seluruh
pasien dengan catatan celemek akan bersihkan setiap pergantian pasien dan akan
di cuci apa bila terlihat kotor dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
mahasiswa senantiasa menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi, serta
melaksanakan praktikum dalam keadaan ruang klinik sudah tertata rapi dan
pencahayaan area kerja tidak terlaksana sesuai standar, hal ini disebabkan karena
sonde, eskavator, pinset), bur-bur, handpiece dan syringe dalam keadaan steril,
membersihkan alat, dan melaksanakan desinfeksi pada bagian kursi dan lampu
dari dental unit. Hasil wawancara juga menunjukan 74,20% masiswa tingkat 4
Prodi D-IV tidak menggunakan satu gelas kumur untuk satu pasien, mahasiswa
akan membersihkan gelas kumur tersebut dengan sabun dan air mengalir setiap
kemasan yang diganti setiap pergantian pasien. Sebanyak 100% mahasiswa tidak
menggunakan satu celemek kedap air untuk satu pasien, serta tidak ada yang
tindakan, padahal hal ini penting dilakukan untuk menjaga hygiene lingkungan
kerja.
Penelitian di atas sesuai dengan hasil kajian Kohli dan Puttaiah (2007)
yang membenarkan bahwa sekitar 17-64% dokter gigi tidak mengguakan celemek
kedap air dan tidak memberikan instruksi pada pasien untuk berkumur antiseptic
pedoman etika batuk dan memberikan masker pada pasien yang sedang batuk.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih ada prosedur
pelayanan asuhan kepada pasien, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan American
silang di tempat praktik kedokteran gigi. Kasus pertama yang dilaporkan HCPs
(HealthCare Profesionals) tahun 1988 bahwa ada seorang dokter gigi laki-laki di
Greenwhich Village Amerika Serikat yang tertular virus HIV karena tinggal di
WHO (2010) yang membenarkan bahwa infeksi terjadi dalam 48 jam setelah
masuk dari institusi kesehatan, 3 hari setelah pelepasan pasien keluar dari RS atau
utama terjadinya morbiditas dan mortalitas pada pasien dan berdampak pada
penyakit infeksi. (The Dental Council, 2005; Sardjono et al., 2012; James et al.,
standar dapat disebabkan oleh faktor sikap, pengetahuan, dan kondisi lingkungan.
Relevan dengan teori Dejoy (2000) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan
yang baik antara sikap tenaga kesehatan dengan penerapan kewaspadaan standar.
Dengan demikian tenaga yang memiliki sikap baik cenderung patuh dalam
terhadap pasien gigi dan mulut. Hasil penelitian ini juga ditegaskan oleh
Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa agar sikap baik terwujud dalam
menurut peneliti bahwa penyebab sikap yang kurang baik dari tenaga kesehatan
gigi dan mulut terhadap pasien dalam menerapkan kewaspadaan standar bisa saja
pelatihan.