Anda di halaman 1dari 97

PPM KELOMPOK DOSEN

LAPORAN PPM KELOMPOK DOSEN

Judul:

PELATIHAN PENGEMBANGAN SOAL AKUNTANSI


BERBASIS HIGH ORDER THINKING SKILLS BAGI GURU
MGMP AKUNTANSI KABUPATEN KULON PROGO

Oleh
Drs. Moh. Djazari, M.Pd. / NIP. 19551215 197903 1 003
Ani Widayati, S.Pd., M.Pd., Ed.D. / NIP. 19730908 200112 2 001
Dr. Siswanto, S.Pd., M.Pd. / NIP. 19780920 200212 1 001
Yolandaru Septiana, S.Pd., M.Pd. / NIP. 19930902 201803 2 001
Eka Ary Wibawa, S.Pd., M.Pd. / NIP.19900614 201903 1 013
Sapto Aji Ramadhan / NIM. 16803244006
Siti Umi Roh Khati / NIM. 16803241021
Yulia Wulandari / NIM. 16803241002

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT INI DIBIAYAI OLEH DIPA


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR: SP DIPA
42.01.2.400904/2019, TANGGAL 05 DESEMBER 2018 BERDASARKAN
SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENGABDIAN NOMOR:
B/28/UN.34.18/PM.02/2019, TANGGAL 15 FEBRUARI 2019

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PELATIHAN PENGEMBANGAN SOAL


AKUNTANSI BERBASIS HIGH ORDER
THINKING SKILLS (HOTS) BAGI GURU MGMP
AKUNTANSI KABUPATEN KULON PROGO
Peneliti/Pelaksana
Nama lengkap : Drs. Moh. Djazari, M.Pd.
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta
NIDN : 0015125507
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Program Studi : Pend. Akuntansi - S1
Nomor HP : +6285868654595
Alamat surel (e-mail) : djazari@uny.ac.id
Anggota (1)
Nama Lengkap : Eka Ary Wibawa, S.Pd., M.Pd.
NIDN :
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta
Anggota (2)
Nama Lengkap : Ani Widayati, S.Pd., M.Pd., Ed.D.
NIDN : 0008097303
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta
Anggota (3)
Nama Lengkap : Yolandaru Septiana, S.Pd., M.Pd.
NIDN : 0002099301
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta
Anggota (4)
Nama Lengkap : Dr. Siswanto, S.Pd., M.Pd.
NIDN : 0020097803
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta
Institusi Mitra (jika ada)
Nama Institusi Mitra : MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo
Alamat Institusi Mitra : Kulon Progo, Yogyakarta
Penanggung Jawab : Dra. YM Tri Lestari
Tahun Pelaksanaan : 2019
Biaya Tahun Berjalan : Rp. 10.000.000,00

Mengetahui, Yogyakarta, 17 Juli 2019


Dekan FE, Ketua Pelaksana

Dr. Sugiharsono, M.Si. Drs. Moh. Djazari, M.Pd.


NIP 19550328 198303 1 002 NIP 19551215 197903 1 003

ii
PELATIHAN PENGEMBANGAN SOAL AKUNTANSI BERBASIS
HIGH ORDER THINKING SKILLS BAGI GURU MGMP AKUNTANSI
KABUPATEN KULON PROGO

Moh. Djazari, Ani Widayati, Siswanto, Yolandaru Septiana, Eka Ary Wibawa

RINGKASAN

Pada era disrupsi peserta didik dituntut untuk mempunyai keterampilan


berpikir tinggi (High Order Thinking Skills/HOTS), sehingga guru diharapkan dapat
menyusun soal berbasis HOTS. Guru Akuntansi di Kabupaten Kulon Progo dalam
menyusun soal Akuntansi belum soal HOTS), guru belum mengetahui perbedaan
soal HOTS dengan soal biasa, dan guru merasa kesulitan dalam membuat soal
berbasis HOTS bagi peserta didik. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
berupaya untuk.membantu memecahkan permasalahan tersebut dengan
memberikan pelatihan pengembangan soal Akuntansi berbasis HOTS bagi guru
MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan ini bertujuan 1) guru MGMP
Akuntansi Kabupaten Kulon Progo termotivasi dalam menyusun soal Akuntansi
berbasis HOTS dan 2) peningkatan keterampilan guru MGMP Akuntansi
Kabupaten Kulon Progo dalam menyusun soal Akuntansi berbasis HOTS.
Peserta pelatihan adalah guru-guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon
Progo sebanyak 28 orang. Kegiatan pelatihan dilaksanakan dengan langkah-
langkah berikut: 1) penyampaian materi guru professional, 2) penyampaian materi
evaluasi pembelajaran, 3) penyampaian materi karakteristik soal HOTS Akuntansi,
4) penyampaian materi langkah-langkah penysuunan soal HOTS Akuntansi, 5)
praktik penyusunan soal HOTS Akuntansi, 6) pembagian KD untuk guru, 7)
pengerjaan mandiri oleh guru selama 2 minggu, 8) presentasi hasil kerja mandiri,
dan 9) pengabdi mereview soal HOTS Akuntansi.
Hasil kegiatan pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini
yaitu: 1) meningkatnya motivasi dari sebagian besar (93,9%) guru MGMP
Akuntansi Kabupaten Kulon Progo dalam menyusun soal Akuntansi berbasis
HOTS, 2) meningkatnya keterampilan guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon
progo dalam menyusun soal Akuntansi berbsis HOTS ditunjukkan dengan seluruh
peserta sudah menyusun soal HOTS Akuntansi. Saran dari peserta adalah adanya
pendampingan penyusunan dan perbaikan soal HOTS Akuntansi, baik secara
langsung maupun daring, dan 2) pihak MGMP meminta untuk kegiatan pengabdian
ini dilanjutkan tahun depan dengan materi pelaksanaan tes dan pembuktian validitas
dan reliabilitas soal.

Kata kunci: pelatihan, HOTS Akuntansi

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PPM)
ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
Pengabdian dengan judul “Pelatihan Pengembangan Soal Akuntansi Berbasis
High Order Thinking Skills Bagi Guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo”
ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan izin dan fasilitas sehingga pengabdian kepada masyarakat ini
dapat terlaksana;
2. Ketua Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah memberikan arahan dan masukan dalam
pelaksanaan kegiatan PPM ini;
3. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Pengasih yang telah memberikan izin
peminjaman tempat untuk pelaksanaan kegiatan PPM ini;
4. Bapak dan Ibu Guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo yang
telah antusias dalam mengikuti kegiatan PPM ini; dan
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu terlaksananya PPM ini.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala dari
Allah SWT. Laporan ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu saran
dan kritik yang membangun sangat pengabdi harapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Yogyakarta, 11 Juli 2019

Tim Pengabdi

iv
DAFTAR ISI

RINGKASAN ........................................................................................................ iii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Analisis Situasi ........................................................................................ 1
B. Kajian Pustaka .......................................................................................... 2
C. Perumusan Masalah .................................................................................. 5
D. Tujuan Kegiatan PPM ............................................................................. 5
E. Manfaat Kegiatan ......................................................................................... 5
METODE KEGIATAN PPM ................................................................................. 7
A. Kerangka Pemecahan Masalah ................................................................. 7
B. Khalayak Sasaran Kegiatan PPM ............................................................. 7
C. Metode Kegiatan PPM ............................................................................. 7
D. Langkah-langkah Kegiatan PPM.............................................................. 8
PELAKSANAAN KEGIATAN PPM .................................................................... 9
A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................... 9
B. Pembahasan ............................................................................................ 10
C. Evaluasi Kegiatan ................................................................................... 11
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan PPM ............................... 14
PENUTUP ............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ............................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 17

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Susunan Acara Pelaksanaan Kegiatan PPM ............................................10


Tabel 2. Hasil Evaluasi Kegiatan PPM ..................................................................12

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rancangan Evaluasi .............................................................................11


Gambar 2. Kegiatan Pembukaan Workshop MC ...................................................17
Gambar 3. Sambutan Ketua Kelompok PPM ........................................................17
Gambar 4. Pemaparan Materi Pertama ..................................................................18
Gambar 5. Peserta Workshop Mencatat Poin-poin Penting ...................................18
Gambar 6. Sesi Diskusi Mengenai Materi Pertama ...............................................20
Gambar 7. Pemaparan Materi Kedua .....................................................................20
Gambar 8. Sesi Diskusi Materi Kedua ...................................................................21
Gambar 9. Proses Pembuatan Contoh Soal HOTS ................................................21
Gambar 10. Proses Pemaparan Contoh Bentuk Soal HOTS ..................................21
Gambar 11. Pemaparan Bentuk Soal HOTS dari Peserta Workshop.....................21
Gambar 12. Diskusi Tips dan Trik Pembuatan Soal HOTS ..................................22
Gambar 13. Diskusi Bersama Contoh Pembuatan Soal HOTS..............................22
Gambar 14. Pemberian Kenang-kenangan dari Sekolah........................................23
Gambar 15. Foto Bersama dengan Peserta Workshop ...........................................23

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi
Perubahan dalam masyarakat yang ditandai dengan adanya revolusi
industri 4.0 sangat mempengaruhi dunia pendidikan. Teknologi yang sangat
memegang peran di segala bidang termasuk pendidikan memaksa reformasi
dalam bidang pendidikan, khususnya untuk SMK. Salah satu bidang yang
mendapat perhatian utama dalam reformasi pendidikan di SMK adalah
pengembangan kurikulum. Kurikulum yang dikembangkan seyogyanya
mengikuti perkembangan globalisasi terlebih saat ini era distrupsi yang
menuntut peserta didik mampu mengikuti perkembangan zaman. Hal yang
dapat dilakukan agar peserta didik dapat berpikir tingkat tinggi adalah
memperbaiki proses pembelajaran. Salah satu bagian dari proses pembelajaran
adalah penilaian. Terdapat berbagai jenis penilaian, meliputi penilaian tes dan
non tes. Penilaian tes adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk
melakukan pengukuran (Mardapi, 2017). Salah satu aspek penting dalam
melakukan penilaian adalah penyusunan tes.
Mengingat di era distrupsi ini peserta didik dituntut untuk mempunyai
keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills/HOTS). Proses
pembelajaran termasuk penilaiannya juga harus mencerminkan dukungan
terbentuknya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembuatan soal akuntansi
harus dapat menuntut peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi. Soal High
Order Thinking Skill merupakan alat pengukuran yang dipakai untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Beberapa bulan yang lalu, tim pengabdi pernah diminta untuk menjadi
narasumber dalam kegiatan pelatihan pengembangan soal akuntansi berbasis
HOTS. Melalui diskusi dengan MGMP Akuntansi Kulon Progo, guru akuntansi
di Kabupaten Kulon Progo dalam membuat soal akuntansi masih sama, artinya
soal belum mampu memberikan keterampilan berpikir tinggi bagi peserta didik.
Guru belum mengetahui perbedaan soal akuntansi yang menuntut berpikir
tingkat tinggi dengan soal akuntansi yang biasa. Guru merasa kesulitan dalam
membuat soal berbasis HOTS bagi peserta didik. Hal ini mengindikasikan
bahwa masih banyak guru akuntansi uang kesulitan dalam mengembangkan
soal berbasis HOTS. Oleh karena itu, tim pengabdi tertarik untuk melaksanakan
Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) untuk membantu memecahkan
permasalahan tersebut. Masyarakat sasaran kegiatan PPM ini yakni guru
MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo.

Kegiatan pengabdian ini sangat relevan dengan Bab IV Standar Nasional


Pengabdian Kepada Masyarakat Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Tujuan Rencana Strategis
(Renstra) UNY tahun 2015-2019 nomor 3 yaitu terwujudnya kegiatan
pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang mendorong pengembangan
potensi manusia, masyarakat, dan alam untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.

B. Kajian Pustaka
1. Penilaian
Penilaian mempunyai peran penting dalam pembelajaran karena dengan
adanya penilaian peserta didik dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan yang telah dikuasainya. Bagi seorang guru, proses
penilaian merupakan salah satu cara untuk mengetahui hasil belajar
peserta didik. Terdapat berbagai jenis penilaian, meliputi penilaian tes
dan non tes. Penilaian tes adalah salah satu instrumen yang digunakan
untuk melakukan pengukuran (Mardapi, 2017). Salah satu aspek penting
dalam melakukan penilaian adalah penyusunan tes. Menurut Mardapi
(2017: 75), dalam menyusun tes guru perlu memperhatikan langkah-
langkah berikut.
a. Menyusun spesifikasi tes.
b. Menulis tes.
c. Menelaah tes.
d. Melakukan uji coba tes.
e. Menganalisis butir tes.
f. Memperbaiki tes.
g. Merakit tes.

2
h. Melaksanakan tes.
i. Menafsirkan hasil tes.
2. High Order Thinking Skills/HOTS
Mengingat di era distrupsi ini peserta didik dituntut untuk mempunyai
keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking
Skills/HOTS). Proses pembelajaran termasuk penilaiannya juga harus
mencerminkan dukungan terbentuknya keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Pembuatan soal akuntansi harus dapat menuntut peserta didik
untuk berpikir tingkat tinggi. Soal High Order Thinking Skill merupakan
alat pengukuran yang dipakai untuk mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan
kemampuan berpikir yang tidak hanya mengingat kembali (recall),
menyatakan kembali (restate) atau melakukan perujukan tanpa
pengolahan (recite). Pada konteks asesmen soal-soal High Order
Thinking Skill digunakan untuk mengukur kemampuan sebagai berikut
(Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Ditjen Pendidikan
Dasar dan Menengah Kemdikbud, 2017: 3).
Bloom dan kawan-kawannya menempatkan level berpikir (level of
thinking skills) ke dalam sebuah matriks pengetahuan (knowledge).
Matriks pengetahuan (knowledge) awalnya terbagi menjadi 3 bagian
yaitu: factual, conceptual, dan procedural. Matriks pengetahun
(knowledge) tersebut berubah, setelah Krathwol dan kawan-kawannya
menambahkan metakognitive untuk melengkapinya. Berdasarkan
tingkatan kemampuan intelektual (intellectual skills), level analyze
(C4), evaluate (C5) hingga create (C6) dikategorikan sebagai High
Order Thinking Skill (Ramli, 2015).
Karakteristik dari soal HOTS (Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud,
2017 : 3-7).
a. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Berpikir tinggi merupakan cara atau kemampuan yang mana
peserta didik mampu berargumen dengan gagasan dan ide-idenya

3
agar mereka mampu mengembangkan kemampuan penalarannya.
Tujuan dari high order thinking skills yaitu bagaimana peserta
didik mampu dalam meningkatkan kemampuan berpikir pada
level tinggi terutama dalam menerima pengetahuan dengan cara
mengkritisinya. Pada era modern ini, kemampuan berpikir tingkat
tinggi merupakan kompetensi yang wajib dimiliki oleh peserta
didik.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih melalui aktivitas
di ruang kelas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat dilihat dari
proses pembelajaran dengan menemukan konsep pengetahuan.
Proses pembelajaran tersebut akan lebih mudah membantu siswa
dalam berpikir kreatif dan berpikir kritis (Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kemdikbud, 2017 :4).
b. Berbasis permasalahan kontekstual
Permasalahan kontekstual pada era modern ini antara lain
kesehatan, lingkungan hidup, kebumian dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi di berbagai aspek kehidupan. Di
samping itu, kemampuan siswa dalam menghubungkan,
menginterpretasi, menerapkan, mengintregasikan pengetahuan
dan keterampilan dalam berbagai aktivitas di ruang kelas untuk
memecahkan permasalahan yang sebenarnya nyata terjadi
(Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Ditjen Pendidikan
Dasar dan Menengah Kemdikbud, 2017: 4).
c. Penggunaan soal yang beragam
Di bawah ini merupakan beberapa bentuk soal HOTS yang
digunakan untuk membuat butir soal (Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kemdikbud, 2017: 5):
i. pilihan ganda
ii. pilihan ganda kompleks
iii. isian singkat

4
iv. uraian

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan situasi dan kondisi yang telah dianalisis, dapat dirumuskan
permasalahan program pengabdian pada masyarakat sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon
Progo dalam menyusun soal Akuntansi berbasis HOTS?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan guru MGMP Akuntansi
Kabupaten Kulon Progo dalam menyusun soal Akuntansi berbasis
HOTS?

D. Tujuan Kegiatan PPM


Program pen pengabdian pada masyarakat ini memiliki tujuan sebagai
berikut.
1. Guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo termotivasi dalam
menyusun soal Akuntansi berbasis HOTS.
2. Peningkatan keterampilan guru MGMP Akuntansi Kabupaten
Kulon Progo dalam menyusun soal Akuntansi berbasis HOTS.

E. Manfaat Kegiatan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan mempunyai manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat Sasaran (Guru):
a. Guru dapat mengetahui perbedaan soal akuntansi yang menuntut
berpikir tingkat tinggi dengan soal akuntansi yang biasa.
b. Meningkatkan motivasi guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon
Progo dalam mengembangkan soal berbasis High Order Thinking
Skills.
c. Guru dapat membuat soal akuntansi berbasis High Order Thinking
Skills.

5
2. Bagi Pengabdi
a. Menambah wawasan bagi pengabdi tentang permasalahan-
permasalahan yang dihadapi guru-guru untuk meningkatkan
profesionalismenya terutama dalam pengembangan soal berbasis
High Order Thinking Skills..
b. Melaksanakan tridharma perguruan tinggi dan sebagai wujud
implementasi kerja sama antara perguruan tinggi dengan masyarakat
sasaran.

6
BAB II
METODE KEGIATAN PPM

A. Kerangka Pemecahan Masalah


Permasalahan dalam pengabdian kepada masyarakat ini yaitu: (1) guru
belum mengetahui perbedaan soal akuntansi yang menuntut berpikir tingkat
tinggi dengan soal akuntansi yang biasa, (2) guru merasa kesulitan dalam
membuat soal berbasis high order thinking skills bagi peserta didik, (3) perlu
adanya upaya yang dilakukan guru agar dapat membuat soal akuntansi
berbasis high order thinking skills. Oleh karena permasalahan yang dihadapi
guru adalah guru merasa kesulitan dalam membuat soal berbasis high order
thinking skills maka tim pengabdi memberikan materi yang terdiri dari
evaluasi pembelajaran, penilaian tes, penilaian non-tes, tes HOTS akuntansi,
analisis hasil belajar, Presentasi Hasil Penyusunan Soal HOTS Akuntansi,
Review Soal HOTS Akuntansi. Jadi, untuk meningkatkan keterampilan
peserta pengabdian diberi pelatihan dan pendampingan dalam
mengembangkan soal berbasis high order thinking skills.
B. Khalayak Sasaran Kegiatan PPM
Khalayak sasaran pengabdian masyarakat ini adalah guru-guru MGMP
Akuntansi se-Kabupaten Kulon Progo. Jumlah peserta dalam kegiatan
pengabdian ini adalah 30 orang guru.
C. Metode Kegiatan PPM
Pelatihan dan pendampingan dilakukan dengan menggunakan metode
ceramah dan praktik. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Metode Ceramah dengan Presentasi
Pemateri mempresentasikan materi dengan topik:
a. Evaluasi dalam pembelajaran
b. Penilaian Pembelajaran
c. Pembuatan soal akuntansi berbasis HOTS.
2. Diskusi/Tanya Jawab
Peserta diberi kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi tentang
pengembangan soal berbasis HOTS.
3. Praktik Bersama/Latihan

7
Peserta pelatihan akan dibimbing dan dilatih oleh lima orang pengabdi
dalam menyiapkan dan menyusun soal akuntansi berbasis HOTS.
D. Langkah-langkah Kegiatan PPM
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pengabdian
Langkah pertama : Peserta pengabdian diberikan materi
1. Guru profesional
2. Evaluasi pembelajaran
3. Karakteristik Soal HOTS Akuntansi
4. Langkah-langkah Penyusunan Soal HOTS
Akuntansi
5. Praktik penyusunan soal HOTS Akuntansi
Langkah kedua : Peserta diberi kesempatan untuk menanyakan hal-
hal yang masih diragukan
Langkah ketiga : Peserta mendiskusikan materi yang berhubungan
dengan pelaksanaan dan penyusunan tes Higher
Order Thinking Skills (HOTS)
Langkah keempat : Peserta diberi pertanyaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan dan penyusunan tes Higher
Order Thinking Skills (HOTS)
Langkah kelima : Pengabdi membagi Kompetensi Dasar yang
dijadikan dasar penyusunan tes Higher Order
Thinking Skills (HOTS) oleh guru
Langkah keenam : Peserta menyusun tes Higher Order Thinking
Skills (HOTS).
Langkah ketujuh : Peserta menyajikan dan mempresentasikan hasil
penyusunan soal Higher Order Thinking Skills
(HOTS) Akuntansi.
Langkah : Pengabdi me-review Soal HOTS Akuntansi
kedelapan

8
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PPM

A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah dilaksanakan pada
6 April dan 20 April 2019 dengan jadwal sebagai berikut.
Tabel 1. Susunan Acara Pelaksanaan Kegiatan PPM

Waktu Kegiatan Petugas Keterangan


Sabtu, 6 April 2019
07.30 – 08.00 Pembukaan dan Ketua MGMP dan Drs. Ruang Aula SMK
Sambutan Moh. Djazari, M.Pd. Negeri 1 Pengasih
08.00 – 09.30 Guru Professional Drs. Moh. Djazari, Ruang Aula SMK
M.Pd. Negeri 1 Pengasih
09.30 – 11.00 Evaluasi Ani Widayati, S.Pd., Ruang Aula SMK
Pembelajaran M.Pd., Ed.D. Negeri 1 Pengasih
11.00 – 12.30 Karakteristik Soal Yolandaru Septiana, Ruang Aula SMK
HOTS Akuntansi S.Pd., M.Pd. Negeri 1 Pengasih
12.30 – 13.30 ISHOMA Panitia Ruang Aula SMK
Negeri 1 Pengasih
13.30 – 15.00 Langkah-langkah Dr. Siswanto, S.Pd., Ruang Aula SMK
Penyusunan Soal M.Pd. Negeri 1 Pengasih
HOTS Akuntansi
15.00 – 15.30 ISHO Panitia Ruang Aula SMK
Negeri 1 Pengasih
15.30 – 17.00 Praktik Eka Ary Wibawa, Ruang Aula SMK
penyusunan soal S.Pd., M.Pd. Negeri 1 Pengasih
HOTS Akuntansi
17.00 – 17.15 Pembagian Pengabdi Ruang Aula SMK
Kompetensi Dasar Negeri 1 Pengasih
untuk guru

KERJA MANDIRI
(Peserta kerja mandiri untuk menyusun soal HOTS Akuntansi selama dua minggu)

Sabtu, 20 April 2019


07.30 – 08.00 Pembukaan Kepala MGMP Ruang Aula SMK
Negeri 1 Pengasih
08.00 – 12.00 Presentasi hasil Peserta PPM Ruang Aula SMK
kerja mandiri Negeri 1 Pengasih
12.00 – 13.00 ISHOMA Panitia Ruang Aula SMK
Negeri 1 Pengasih

9
Waktu Kegiatan Petugas Keterangan
13.00 – 15.00 Presentasi hasil Peserta PPM Ruang Aula SMK
kerja mandiri Negeri 1 Pengasih
15.00 – 15.15 ISHO Panitia Ruang Aula SMK
Negeri 1 Pengasih
15.15 – 16.30 Pengabdi me- Pengabdi Ruang Aula SMK
review Soal HOTS Negeri 1 Pengasih
Akuntansi
16.30 – 17.00 Penutup Ketua MGMP Ruang Aula SMK
Drs. Moh. Djazari, Negeri 1 Pengasih
M.Pd.

Kegiatan PPM ini berjalan lancar diikuti oleh 28 peserta berasal dari
anggota MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo. Pada saat praktik
terbimbing, peserta dibagi menjadi lima kelompok dan didampingi oleh satu
orang dosen pengabdi. Peserta diberikan tugas mandiri untuk menyusun soal
berbasis HOTS sesuai dengan Kompetensi dasar yang telah dibagi oleh
pengabdi, setelah itu dipresentasikan di hadapan tim pengabdi dan rekan
sejawat untuk mendapatkan masukan.

B. Pembahasan
1. Meningkatkan motivasi guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo
untuk menyusun soal Akuntansi berbasis HOTS dilakukan dengan
memberikan: materi guru profesional, evaluasi pembelajaran,
karakteristik soal HOTS Akuntansi, dan langkah-langkah penyusunan
Soal HOTS Akuntansi. Selain itu untuk meningkatkan motivasi guru
dalam menyusun soal berbasis HOTS dengan cara menunjukkan hal-hal
penting yang berhubungan dengan penyusunan soal HOTS:
a. Penyusunan soal HOTS oleh guru merupakan tugas seorang guru
dalam melakukan evaluasi pembelajaran dan jika ada kesulitan dapat
didiskusikan dengan tim pengabdi
b. Penyusunan soal HOTS ini untuk mengetahui tingkat berpikir kritis
dari peserta didik.

10
2. Meningkatkan keterampilan guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon
Progo dalam menyusun soal Akuntansi berbasis HOTS dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
a. Mendiskusikan masalah terkait penyusunan soal HOTS Akuntansi
b. Mendampingi dalam penyusunan soal HOTS Akuntansi baik selama
kegiatan maupun secara daring
c. Memberikan contoh soal HOTS Akuntansi
d. Mendiskusikan dengan guru lain atau teman sejawat
e. Memperbaiki soal HOTS berdasarkan masukan dari sesama peserta
pengabdian dan tim pengabdi
f. Memberikan contoh sumber referensi yang dapat digunakan dalam
penyusunan soal HOTS yang tersedia secara daring (online)

Luaran kegiatan PPM ini berupa buku kumpulan soal HOTS Akuntansi
Perusahaan Jasa dan Akuntansi Perusahaan Dagang yang dalam tahap
proses pengusulan Hak Cipta.

C. Evaluasi Kegiatan
Paradigma evaluasi ketercapaian target kegiatan adalah sebagai berikut.

Analisis Situasi GAGAL

Evaluasi Evaluasi :
Pembelajaran
Latihan menyusun
Pelaksanaan soal akuntansi
Pelatihan

Penerapan Pembuatan Evaluasi :


Soal Akuntansi Praktik
Berbasis HOTS Pembuatan
BERHASIL

Guru mampu membuat soal


akuntansi berbasis HOTS

Gambar 1. Rancangan Evaluasi

11
Evaluasi kegiatan PPM ini dilakukan dengan cara observasi dan
tanya jawab kepada peserta PPM. Selanjutnya hasilnya dikuantifikasi untuk
melihat tingkat persentase pencapaian setiap indikator keberhasilan
kegiatan PPM. Hasil evaluasinya adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Evaluasi Kegiatan PPM

No. Indikator keberhasilan Pencapaian


Target Realisasi
1 Mampu menjelaskan pentingnya
menyusun soal HOTS Akuntansi 80% peserta 90% peserta
dan manfaatnya
2 Mampu menjelaskan langkah-
langkah penyusunan soal HOTS 70% peserta 80% peserta
Akuntansi
3 Mampu menyusun soal HOTS
70% peserta 78,8% peserta
Akuntansi
4 Mampu mengkomunikasikan atau
mempresentasikan soal HOTS 70% peserta 70% peserta
Akuntansi yang telah disusunnya

Sebanyak 28 guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo sudah


menyusun soal HOTS Akuntansi. Bebrapa contoh soal HOTS Akuntansi
yang telah disusun oleh guru adalah sebagai berikut.

12
13
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan PPM
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat
berjalan dengan baik dan lancar karena ada beberapa faktor pendukung
yaitu:
1. Adanya kesepakatan kerja sama antara tim pengabdi dengan MGMP
Guru Akuntansi Kabupaten Kulon Progo
2. Mudahnya komunikasi dan koordinasi antara tim pengabdi dengan pihak
MGMP Guru Akuntansi Kabupaten Kulon Progo
3. Adanya kesesuaian materi dengan kebutuhan guru MGMP Akuntansi
Kabupaten Kulon Progo, sehingga peserta pengabdian antusias untuk
memahami materi langkah-langkah penyusunan akuntansi berbasis
HOTS.
Kegiatan PPM ini sudah dapat dilaksanakan dengan lancar, namun
bukan berarti tidak ada hambatan. Faktor penghambat dalam pelaksanaan
pengabdian ini berasal dari diri peserta pengabdian dan dari tim pengabdi.

1. Faktor yang berasal dari diri peserta pengabdian adalah untuk menyusun
soal HOTS Akuntansi perlu waktu yang lama dan fokus menulis karena
sebagian guru ada yang belum terbiasa menyusun soal HOTS dan
memiliki banyak tanggungan tugas administratif selain mengajar.
2. Tim pengabdi yang tidak dapat mendampingi secara intensif masing-
masing guru karena jumlah pesertanya banyak.

Strategi yang dilakukan tim pengabdi untuk mengatasi hambatan pertama


dengan memberikan waktu cukup lama yakni sekitar 2 minggu untuk
menyusun soal HOTS Akuntansi. Tim pengabdi menyediakan waktu untuk
membantu jika ada permasalahan khususnya bagi peneliti pemula. Waktu
konsultasi tersebut dapat datang langsung ke kampus maupun melalui surat
elektronik (email) dan pesan WhatsApp. Untuk mengatasi hambatan kedua,
tim pengabdi membagi peserta dalam lima kelompok kecil. Setiap
kelompok tersebut didampingi oleh satu orang pengabdi.

14
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul
“Pelatihan Pengembangan Soal Akuntansi Berbasis High Order Thinking
Skills Bagi Guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo” dapat
disimpulkan berhasil. Keberhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan:
1. Kegiatan pengabdian ini diikuti oleh 28 orang guru MGMP Akuntansi
Kabupaten Kulon Progo secara penuh waktu. Hal ini menunjukkan
komitmen dan keseriusan para guru dalam menyusun soal HOTS
Akuntansi..
2. Sebagian besar (93,9%) guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon
Progo termotivasi untuk menyusun soal HOTS Akuntansi. Hal ini
ditunjukkan dengan hampir semua guru sudah mampu menyusun soal
HOTS Akuntansi. Motivasi peserta juga ditunjukkan dari antusiasnya
mereka dalam bertanya dan berkonsultasi kepada dosen tim pengabdi
mengenai penyusunan soal HOTS Akuntansi.
B. Saran
Dari tanggapan peserta pengabdian, peserta mengajukan dua saran yaitu:
1. Peserta pengabdian meminta pendampingan penyusunan dan perbaikan
soal HOTS Akuntansi, baik secara langsung maupun secara daring; dan
2. Pihak MGMP meminta untuk kegiatan pengabdian ini dilanjutkan di
tahun depan dengan pokok materi pelaksanaan tes dan pembuktian
validitas dan estimasi reliabilitas soal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan


Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017).
Modul Penyusunan Soal High Order Thinking Skill. Jakarta, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Diambil pada 3 Oktober 2018 dari
www.gurusmp.co.id pukul 12.31 WIB.
Hamalik, O. (2015). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mardapi, D. (2017). Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:
Parama Publishing.
Ramli, M. (November 2015). Implementasi Riset Dalam Pengembangan Higher
Order Thinking Skills Pada Pendidikan Sains. Makalah, Disajikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan Sains V, di Universitas Sebelas Maret.
Diambil pada 3 Oktober 2018 dari jurnal.fkip.uns.ac. id pukul 06.15 WIB.
Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Lembaran Negara RI
Tahun 2010, No. 5105. Sekretariat Negara. Jakarta.

16
LAMPIRAN
1. Lampiran Foto Kegiatan

Gambar 2. Kegiatan Pembukaan Workshop MC

Gambar 3. Sambutan Ketua Kelompok PPM

17
Gambar 4. Pemaparan Materi Pertama

Gambar 5. Peserta Workshop Mencatat Poin-poin Penting

18
Gambar 6. Sesi Diskusi Mengenai Materi Pertama

Gambar 7. Pemaparan Materi Kedua

19
Gambar 8. Sesi Diskusi Materi Kedua

Gambar 9. Proses Pembuatan Contoh Soal HOTS

20
Gambar 10. Proses Pemaparan Contoh Bentuk Soal HOTS

Gambar 11. Pemaparan Bentuk Soal HOTS dari Peserta Workshop

21
Gambar 12. Diskusi Tips dan Trik Pembuatan Soal HOTS

Gambar 13. Diskusi Bersama Contoh Pembuatan Soal HOTS

22
Gambar 14. Pemberian Kenang-kenangan dari Sekolah

Gambar 15. Foto Bersama dengan Peserta Workshop

23
2. Lampiran Makalah PPM

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES


HIGH ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

Oleh:
Yolandaru Septiana**)

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

*) Makalah disampaikan pada Pelatihan Penyusunan Instrumen Tes HOTS tanggal


3 Mei 2019 di SMK Negeri 1 Pengasih
**) Dosen Fakultas Ekonomi UNY

24
PENDAHULUAN
Salah satu peran guru adalah sebagai evaluator. Seorang guru atau
pendidik harus memiliki kompetensi dalam pembelajaran khususnya
melakukan penilaian tes dalam pembelajaran. Guru diharapkan dapat menjadi
penyusun soal yang baik. Penyusun soal yang baik itu adalah yang mampu
menyusun soal dalam bentuk/tipe apapun untuk mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi/high order thinking skills/HOTS (Phye, 1997).
Penilaian tes dalam pembelajaran akuntansi di SMK dapat berupa tes dan
nontes. Tes yang dilakukan dalam pembelajaran berupa tes tertulis dan tes
lisan. Nontes yang dilakukan dalam pembelajaran dapat berupa observasi,
wawancara, dan lain-lain. Makalah ini berisi tentang penyusunan instrumen
tes HOTS. Tujuan diadakannya makalah ini adalah memberikan pemahaman
kepada guru SMK mengenai penyusunan instrumen tes HOTS.
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
Menurut Mardapi (2016: 10), penilaian adalah serangkaian cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data tentang responden/individu. Penilaian
merupakan sebuah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur capaian hasil belajar peserta didik. Guru melakukan penilaian
pembelajaran untuk mengetahui proses dan kemajuan pembelajaran secara
berkesinambungan.dalam melakukan penilaian, guru menggunakan alat atau
instrumen. Instrumen penilaian yang digunakan guru dalam bentuk tes dan
nontes.
Menurut Mardapi (2017: 94), tes adalah salah satu bentuk instrumen yang
digunakan untuk pengukuran. Menurut Retnawati (2016: 2), tes dilakukan
untuk melihat kemampuan responden. Tes adalah salah satu alat ukur yang
digunakan dalam assessmen pembelajaran (Uno dan Koni, 2016). Tes adalah
serangkaian pertanyaan dimana setiap butir memilik jawaban yang benar,
dimana peserta didik dapat menjawab secara lisan atau tulisan (Ebel dan
Frisbie, 1991). Jenis tes yang paling umum adalah tes uraian, tes objektif, dan
tes tipe kasus matematika (Ebel dan Frisbie, 1991). Oleh karena itu dapat
diambil kesimpulan bahwa tes adalah salah satu instrumen penggukuran yang
berisi serangkaian pertanyaan untuk melihat kemampuan dari responden.

25
Instrumen penilaian dalam bentuk tes berupa tes pilihan ganda, tes benar-
salah, tes menjodohkan, tes isian singkat, tes uraian, dan pengamatan
menggunakan daftar centang (checklist). Instrumen penilaian dalam bentuk
nontes berupa penilaian sikap dan kinerja melalui pengamatan dengan
menggunakan pedoman dan/atau rubrik.
Tes dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes subjektif.
Menurut Wening dan Budiastuti (2010: 17), tes objektif ini biasanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar yang berupa kemampuan-
kemampuan dalam: mengingat kembali fakta-fakta (knowledge), memahami
hubungan antara dua hal atau lebih (comprehension), dan kemampuan dalam
mengaplikasikan prinsip-prinsip (application). Pemberian skor pada tes
objektif ini dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Tes objektif meliputi tes
pilihan ganda, tes benar-salah, tes menjodohkan, dan tes jawaban singkat.
Tes uraian merupakan tes yang berisi permasalahan atau kasus dan
menuntut peserta didik untuk mengkonstruk jawabannya. Tes uraian biasa
disebut dengan tes subjektif, karena jawaban dari pertanyaan berupa argumen
yang didasari oleh teori atau pengetahuan peserta didik. Ciri-ciri tes uraian
adalah pertanyaannya selalu diawali dengan kata-kata ”Jelaskan, Bagaimana,
Mengapa, Berikan alasan, Uraikan, Bandingkan, Tunjukkan, Bedakan,
Simpulkan”.
Berikut ini langkah-langkah penyusunan tes.
1. Menyusun kisi-kisi (tabel spesifikasi tes), yang mengacu pada indikator
pembelajaran.
2. Menulis butir soal dengan berdasarkan pada tabel kisi-kisi tes tersebut.
3. Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis).
4. Melakukan uji coba soal.
5. Analisis soal secara empiris.
6. Memperbaiki atau merevisi tes.
7. Merakit tes.
8. Melaksanakan tes.
9. Menafsirkan hasil tes.

26
SOAL HIGH ORDER THINKING SKILLS (SOAL HOTS)
HOTS merupakan kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat
(recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite) tetapi menunjukkan akan pemahaman informasi dan
bernalar. Soal HOTS mendorong peserta didik untuk berpikir critical thinking
and problem solving. Critical thinking dan problem solving adalah.
keterampilan yang sangat esensial pada abad ke-21. Critical thinking dapat
dilatih dengan berbasis pembelajaran di kelas
Creative problem solving mencakup:
a. Menganalisis situasi yang tidak familiar.
b. Mengevaluasi strategi pemecahan masalah.
c. Menciptakan metode baru pemecahan masalah.
Butir soal yang kurang mengukur ingatan akan memberi dorongan kepada
peserta didik untuk belajar lebih giat dalam mempersiapkan dirinya menjadi
anggota masyarakat yang kreatif di masa depan. Oleh karena itu, peserta didik
perlu diberi soal-soal yang menuntut proses berpikir tingkat tinggi/HOTS
(Puspendik, 2017). Dalam menyusun butir soal yang mengukur proses
berpikir tingkat tinggi disajikan berbagai informasi, biasanya dalam stimulus.
Stimulus meliputi teks, gambar, grafik, tabel, dan lain sebagainya yang berisi
berbagai informasi dari kehidupan nyata. Stimulus yang digunakan
hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik untuk membaca
(Puspendik, 2017).
Soal HOTS penekanannya (ciri) pada:
a. mentransfer informasi tersebut dari satu konteks ke konteks lainnya
b. memproses dan menerapkan informasi
c. melihat keterkaitan antara informasi yang berbeda-beda
d. menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah
e. secara kritis mengkaji/menelaah ide atau gagasan dan informasi
Proses berpikir tingkat tinggi peserta didik menunjukkan pemahaman
akan informasi dan bernalar, bukan sekedar mengingat kembali atau recall,
kemudian pertanyaan yang sifatnya higher order thinking tidak selalu harus

27
lebih sulit, misalnya menentukan arti dari kata yang sangat jarang digunakan
belum termasuk HOT.
Menurut Puspendik (2017: 76), yang difokuskan dalam HOTS meliputi:
a. pertanyaan dan jawaban;
b. eksplorasi dan analisis;
c. bernalar ketika memperoleh informasi, bukan mengingatnya kembali;
d. memecahkan, menilai, mengkritik dan menerjemahkan;
e. proses kognitif yang diukur, antara lain analisis, sintesis, dan evaluasi;
f. pada standar level kemampuan terdapat pada level 3 (reasoning).

Berikut ini dimensi proses kognitif HOTS sebagai berikut (Anderson &
Krathwohl, 2001).

Mengkreasi ide/gagasan sendiri.


Mencipta Kata kerja: mengkonstruksi, desain, kreasi,
mengembangkan, menulis, memformulasikan.
Mengambil keputusan sendiri.
HOTS Evaluasi Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah,
memutuskan, memilih, mendukung.
Menspesifikasi aspek-aspek/elemen.
Analisis Kata kerja: membandingkan, memeriksa,
menguji, mengkritisi, menguji.

Level kognitif
NO. LEVEL KARAKTERISTIK SOAL
KOGNITIF
1. Pengetahuan dan Mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan
Pemahaman prosedural.
2. Aplikasi ß Menggunakan pengetahuan faktual,
konsep, dan prosedural tertentu pada
konsep lain dalam mapel yang sama atau
mapel lainnya;
ß Menggunakan pengetahuan faktual,
konsep, dan prosedural tertentu untuk
menyelesaikan masalah kontekstual
(situasi lain unfamiliar).
3. Penalaran Menggunakan penalaran dan logika untuk:
ß Mengambil keputusan (evaluasi)
ß Memprediksi & Refleksi
ß Menyusun strategi baru untuk
memecahkan masalah

28
Tips menyusun soal HOTS (Kemendikbud, 2016).
1. Gunakan Konteks Dunia Nyata
2. Berikan Pertanyaan yang terkait analisis visual
3. Tanyakan alasan dari jawaban yang diberikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal HOTS (Kemendikbud,


2016)
1. Pilih materi yang sesuai dengan indikator soal
2. Periksa materi
a. Apakah bermanfaat?
b. Apakah merefleksikan kurikulum?
c. Apakah menarik? Relevan? Cocok?
d. Pertanyaan penting apa yang dapat diidentifikasi dari stimulus?
3. HOTS
a. Menganalisis
b. Mengevaluasi
c. Mengkreasi
4. Soal pilihan ganda dapat muncul dari pertanyaan HOTS
5. Untuk mendapatkan soal PG yang baik:
a. ekstensif (menjangkau secara luas)
b. ketat (teliti, cermat dan rapi)
c. dipanelkan
Langkah-langkah menyusun soal HOTS (Kemendikbud, 2016).
1. Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal.
3. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir
pertanyaan ditulis agar sesuai dengan kaidah penulisan butir soal.
4. Membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban.

29
Contoh soal HOTS
• KD 3.7.: memahami transaksi bisnis perusahaan baik perusahaan jasa,
dagang, dan manufaktur.
• Indikator pembelajaran: siswa mampu memahami transaksi bisnis
perusahaan baik perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur.
Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda
Kompetensi Materi Indikator Soal Bentuk No.
dasar Soal
3.7. 1. Pengertian 1. Mengidentifikasi Pilihan 1 dan
transaksi transaksi bisnis Ganda 2
bisnis perusahaan jasa,
dagang, dan
manufaktur.
2. Jenis-jenis 2. Mengidentifikasi Pilihan 3
transaksi jenis-jenis Ganda
bisnis transaksi bisnis
3. Menganalisis Pilihan 4
jenis-jenis Ganda
transaksi bisnis.

Berdasarkan informasi perusahaan berikut ini digunakan untuk mengerjakan soal


nomor 1 dan 2!
1. Penjualan hasil produksi
2. Mengembalikan barang dagangan yang telah dibeli karena cacat
3. Pembuatan bahan baku menjadi barang jadi
4. Penyerahan penyelesaian pekerjaan cuci motor kepada konsumen
5. Pembelian bahan baku untuk diproses
6. Penjualan barang dagangan kepada konsumen
7. Memiliki tiga jenis persediaan
8. Tidak bergantung pada barang berwujud
9. Memiliki persediaan barang secara fisik
10. Pembelian barang dan dijual kembali tanpa merubah bentuk
11. Penyerahan pekerjaan laundry kepada konsumen
12. Melayani rias pengantin kepada konsumen

30
1. Berdasarkan informasi di atas, yang merupakan ciri-ciri perusahaan dagang
adalah … .
a. 1, 2, dan 3
b. 2, 6, dan 9
c. 2, 7, dan 8
d. 5, 8, dan 10
e. 10, 11, dan 12

2. Berdasarkan informasi di atas, yang merupakan ciri-ciri perusahaan


manufaktur adalah … .
a. 1, 3, dan 4
b. 2, 5, dan 6
c. 3, 5, dan 7
d. 4, 7, dan 9
e. 8, 9 , dan 10

3. Berikut ini yang merupakan transaksi internal perusahaan adalah … .


a. PT. Sukses Jaya menerima pemesanan meja dan kursi dari PT. Maju
Mandiri
b. PT. Maju Mandiri mengembalikan sebagain kursi yang cacat kepada PT.
Sukses Jaya
c. PT. Maju Mandiri melakukan pemesanan meja dan kursi di PT. Sukses
Jaya
d. bagian pengiriman PT. Sukses Jaya mengirimkan meja dan kursi ke PT.
Maju Mandiri
e. bagian penjualan PT. Sukses Jaya meminta bagian

4. Pada tanggal 3 Januari 2018, PT. Kreatif membeli barang dagangan dari PT.
Unggul seharga Rp25.000.000,00. Berdasarkan pengelompokan jenis-jenis
transaksi perusahaan, maka transaksi tersebut termasuk ke dalam jenis
transaksi … .

31
a. internal, karena melakukan transaksi dalam perusahaan
b. pembelian, karena melakukan pembelian barang dagangan
c. penjualan, karena melakukan penjualan barang dagangan
d. eksternal, karena melakukan transaksi dengan perusahaan lain
e. pengeluaran, karena melakukan pengeluaran barang dagangan

Kunci Jawaban:
1. B
2. C
3. E
4. D

Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran untuk Soal Pilihan Ganda adalah setiap jawaban benar
(sesuai kunci jawaban) diberikan nilai 1.

PENUTUP
. Penilaian pembelajaran dalam hal ini tes, merupakan kegiatan yang
penting untuk mengetahui capaian hasil belajar peserta didik. Pemilihan jenis tes
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan indikator kompetensi. Penyusunan
instrumen penilaian tes dalam pembelajaran juga harus tepat sesuai dengan
langkah-langkah pedoman menyusun instrumen tes, sehingga akan menghasilkan
instrumen tes yang baik. Soal HOTS lebih menekankan pada proses penalaran
peserta didik dalam mengkonstruk jawabannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for learning, teaching,
and assessing: A Revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. A
Bridged edition. New York: David Mc Key Company, Inc.

Ebel, R.L., dan Frisbie, D.A. 1991. Essentials of Educational Measurement. USA:
Prentice Hall, Inc.
Kemendikbud. 2017. Panduan Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills
(HOTS). Jakarta: Dirjen Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan SMA.

32
Mardapi, Djemari. 2017. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan (Edisi
Revisi). Yogyakarta: Parama Publishing.
Phye, G.D. 1997. Handbook of Classroom Assessment: Learning, Adjustment, and
Achievement. USA: Academic Press, Inc.
Puspendik. 2017. Panduan Penulisan Soal SMA/MA-SMK. Jakarta: Balitbang
Kemendikbud.
Retnawati, Heri. 2016. Validitas, Reliabilitas, & Karakteristik Butir (Panduan
untuk Peneliti, Mahasiswa, dan Psikometrian). Yogyakarta: Parama
Publishing.
Uno, H. B., dan Koni, S. 2016. Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Wening, S., dan Budiastuti, E. 2010. Modul Pengembangan Perangkat Penilaian


Pembelajaran Kompetensi Tata Busana. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

33
PENILAIAN HASIL BELAJAR DENGAN
MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES *

Oleh:
Eka Ary Wibawa **
eka_arywibawa@uny.ac.id

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

*) Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Soal Akuntansi


Berbasis High Order Thinking Skills (HOTS) Bagi Guru MGMP Akuntansi
Kabupaten Kulon Progo tanggal 3 Mei 2019 di SMK Negeri 1 Pengasih
**) Dosen Fakultas Ekonomi UNY

34
PENILAIAN HASIL BELAJAR
DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES
Oleh: Eka Ary Wibawa

A. Pengertian Tes
Tes erat kaitannya dengan kegiatan pengukuran dan penilaian
pembelajaran. Setiap guru harus melakukan penilaian pembelajaran untuk
mengetahui capaian proses dan hasil belajar. Kegiatan penilaian harus
mampu mendorong guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
juga mendorong siswa untuk lebih giat dalam belajar (Kartowagiran,
Wibawa, Alfarisa, & Purnama, 2019). Setiap kegiatan penilaian pasti
didahului dengan kegiatan pengukuran – kegiatan memberi angka suatu
objek pengukuran dengan menggunakan alat ukur. Penilaian proses dan
hasil pembelajaran menggunakan alat ukur yang berupa tes dan/atau non-
tes. Makalah ini akan banyak membahas tentang penilaian hasil belajar
dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tes. Tes memberi para guru
informasi penting yang digunakan untuk membuat keputusan tentang
pengajaran dan nilai siswa (Fives & Didonato-Barnes, 2013).
Menurut Arikunto & Jabar (2004) tes merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Tes merupakan alat
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, perasaan, kecerdasan atau
bakat baik indivdu maupun kelompok yang menghasilkan skor berupa
angka sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi,
mengklasifikasikan, atau mengevaluasi peserta tes (Osman, 2013).
Selanjutnya menurut Azwar (2016) tes merupakan sekumpulan pertanyaan
yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan oleh peserta tes
yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu
berdasarkan jawaban peserta tes.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah
sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh
peserta tes untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta

35
tes. Hasil tes berupa skor (angka), dapat juga dikonversikan dalam huruf,
yang digunakan untuk menilai hasil belajar peserta didik.

B. Perbedaan Tes dan Non-tes


Instrumen penilaian dalam evaluasi pembelajaran terdiri dari
instrumen tes dan instrumen non-tes. Hal paling mendasar yang
membedakan tes dengan non-tes yakni jawaban yang dihasilkan. Tes akan
menghasilkan jawaban yang benar dan salah, namun dalam non-tes tidak
ada jawaban yang salah karena mengacu pada masing-masing persepsi,
sikap, dan perilaku peserta tes yang berbeda-beda.

Tabel 1. Perbedaan Teknik Penilaian Tes dan Non Tes


Aspek Tes Non-tes
Ranah yang kognitif dan psikomotorik afektif dan psikomotorik
diukur
Tipe jawaban Benar dan salah Tidak ada jawaban yang
salah
Jenis-jenis Tes ∑ Tes formatif ∑ Kuesioner
∑ Tes sumatif ∑ Wawancara
∑ Tes tertulis ∑ Observasi
∑ Tes lisan ∑ Penilaian diri
∑ Ulangan harian ∑ Daftar cek
∑ Tugas ∑ Penilaian sejawat
∑ Tes kinerja/tes praktik ∑ Studi kasus

Tujuan Untuk mengukur hasil Untuk mengukur hasil


belajar dalam ranah belajar dalam ranah afektif
kognitif dan psikomotorik dan psikomotor
Proses Dengan melakukan tes Tanpa melakukan
pengumpulan baik secara lisan, tertuis, pengujian/tes.
informasi maupun praktik
Data yang Kuantitatif Kualitatif, dimana untuk
dihasilkan tujuan tertentu data kualitatif
ini dapat juga diangkakan

36
C. Bentuk/Jenis Tes
Ada beberapa pendapat ahli mengenai bentuk atau jenis tes. Setiap
ahli memiliki pandangan sendiri-sendiri mengenai hal tersebut. Dalam
makalah ini penulis telah merangkum dengan ringkas pendapat para ahli
seperti Arikunto (2009), Thoha (2003), Purwanto (2009), Sukardi (2008),
dan Sudijono (2017) serta pandangan penulis sendiri terkait dengan bentuk
dan jenis tes.

1. Berdasarkan Fungsinya
a. Tes seleksi: untuk menyeleksi peserta tes yang memenuhi standar
yang telah ditetapkan, contoh: Tes Seleksi Masuk Perguruan Tinggi,
Tes Seleksi CPNS, Tes Seleksi Pegawai, dll.
b. Tes awal (pre-test): untuk mengetahui kemampuan awal peserta tes
c. Tes akhir (post-test): untuk mengetahui kemampuan akhir atau
capaian hasil belajar peserta tes
d. Tes diagnostik: untuk mendiagnosa kelemahan-kelemahan siswa
sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat sesuai hasil tes
diagnostik
e. Tes formatif: untuk mengetahui capaian proses dan hasil belajar ketika
program pembelajaran berlangsung
f. Tes sumatif: untuk mengetahui capaian akhir hasil belajar ketika
program pembelajaran berlangsung
2. Berdasarkan Media yang Digunakan
a. Paper based-test: tes dengan menggunakan kertas.
b. Computer based-test: tes dengan menggunakan bantuan komputer
c. Internet based-test: tes dengan menggunakan bantuan internet
3. Berdasarkan Objek Pengukurannya
a. Tes kepribadian (personality test): objek pengykurannya berupa ciri-
ciri khas dari seseorang yang bersifat lahiriyah, seperti gaya bicara,
cara bergaul, intonasi suara, kegemaran, motivasi, sikap, perilaku, dll.

37
b. Tes hasil belajar (achievement test): objek pengykurannya berupa
perubahan perilaku atau hasil belajar peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran
4. Berdasarkan Tingkatannya
a. Tes standar (standard test): tes yang disusun oleh tim ahli pada bidang
tertentu atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan
secara profesional. Yang dituntut dalam tes standar yaitu adanya
persamaan performance pada kelompok peserta tes disebabkan
adanya kesamaan tolak ukur
b. Tes non-standar: tes yang disusun oleh seorang pendidik yang belum
memiliki keahlian professional dalam menyusun tes secara baik
5. Berdasarkan Bentuk Respon Jawaban
a. Tes tindakan/kinerja: tes dimana respon atau jawaban yang dituntut
dari peserta didik berupa tindakan/kinerja/tingkah laku yang dapat
diamati dan diukur.
b. Tes lisan: sekumpulan item pertanyaan dan/atau pernyataan yang
disusun secara terencana, diberikan oleh seorang guru kepada para
siswanya tanpa media tulis, disampaikan dan dijawab secara lisan
c. Tes tertulis: tes yang terdiri dari serangkaian soal, pertanyaan atau
tugas secara tertulis dan jawaban yang diberikan secara tertulis juga.
6. Berdasarkan Sifat Jawaban
a. Tes subyektif: pada umumnya berbentuk esai atau uraian yang
jawabannya subyektif menurut pemahaman peserta tes masing-
masing.
b. Tes obyektif: tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dijawab oleh
peserta tes dengan cara memilih salah satu (atau lebih) diantara
beberapa alternatif jawaban yang telah dipasangkan dengan masing-
masing item.
Adapun macam-macam tes obyektif adalah sebagai berikut.
1) Tes melengkapi (completion test): salah satu bentuk tes jawaban
bebas, dimana butir-butir soalnya berupa satu kalimat dimana
bagian-bagian tertentu yang dianggap penting dikosongkan,

38
peserta tes diminta untuk mengisi bagian-bagian yang dikosongkan
tersebut.
2) Tes benar-salah (true-false test):tes dimana soal-soalnya berupa
pernyataan-pernyataan, ada yang benar dan ada yang salah. Peserta
tes bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan
meligkari huruf B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya
dan melingkari huruf S jika pernyataan itu salah.
3) Tes pilihan ganda (multiple choice test): terdiri atas suatu
keterangan tentangnpengetahuan yang belum lengkap atau
pertanyaan dimana peserta tes harus melengkapinya atau
menjawabnya dengan memilih satu dari beberapa alternatif
jawaban yang telah disediakan.
4) Menjodohkan (matching test): bentuk khusus dari pilihan jamak
dimana terdiri atas dua macam kolom paralel, tiap kolom berisi
pernyataan yang satu menempati posisi sebagai soal dan satunya
sebagai jawaban, kemudian peserta didik diminta untuk
menjodohkan kesesuaian antar dua statement tersebut.
5) Rearrangement exercise: bentuk tes yang berupa rangkaian
kalimat utuh dan benar, kemudian diceraikan secara tidak
beraturan, sehingga bentuk aslinya sulit dikenali, peserta didik
diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar.
D. Ciri-ciri Tes yang Baik
Guru harus memiliki kompetensi untuk menyusun tes hasil belajar
yang baik. Suatu tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur dapat memenuhi
syarat-syarat tes yang baik. Ada banyak ahli seperti Mardapi (2017),
Surapranata (2005), Arifin (2016), Sudijono (2011), dan Arikunto (2009)
yang menjelaskan mengenai kriteria tes yang baik. Penulis merangkum dari
beberapa ahli tersebut dengan dipadukan dengan pengalaman penulis dalam
penyusunan soal tes. Adapun kriteria tes yang baik adalah sebagai berikut.
1. Valid: butir atau item tes dikatakan valid apabila butir tersebut mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas tes dapat dibuktikan

39
dengan validitas isi - tingkat dimana isi tes sesuai dengan tujuan
pengujian (Sireci & Faulkner-Bond, 2014).
2. Reliabel: sejauh mana skor tes seseorang stabil atau dapat direproduksi
dan bebas dari kesalahan pengukuran (Thompson, 2013). Apabila tes
memiliki reliabilitas yang tinggi, hasil pengukurannya akan
ajeg/konsisten.
3. Obyektif: kualitas tes yang menunjukkan kesamaan dari skor yang
diperoleh dari data yang sama dari penskor kompeten yang sama.
4. Praktis: sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis dan mudah mengadministrasikannya.
5. Ekonomis: pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang mahal,
tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

E. Langkah-langkah Pengembangan Tes


Tes yang baik dihasilkan dari beberapa langkah pengembangan yang
sistematis dan baik. Mardapi (2017) menjabarkan 9 langkah dalam
pengembangan tes sebagai berikut.
1. Menyusun Spesifikasi Tes
Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan
karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi tes akan
mempermudah dalam menulis soal dan siapa saja yang menulis soal akan
menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan
spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini:
a. Menentukan tujuan/fungsi tes
Terdapat 6 macam tes yang digunakan lembaga pendidikan, yaitu tes
penempatan, tes diagnostik, pre-test, post-test, tes formatif, dan tes
sumatif.
b. Menyusun kisi- kisi
Kisi-kisi berupa tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang
akan dibuat. Kisi-kisi berguna sebagai acuan bagi pembuat soal
sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi

40
dan tingkat kesulitannya relatif sama. Terdapat empat langkah dalam
mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
1) Menulis tujuan umum
2) Membuat materi pokok dan sub materi yang akan diujikan
3) Membuat indikator
4) Menentukan jumlah soal tiap materi pokok dan sub materi
c. Menentukan bentuk tes
Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan
ganda, benar-salah, menjodohkan, dan uraian objektif. Tes uraian
dapat dikategorikan uraian objektif dan non-objektif. Tes uraian yang
objektif sering digunakan pada sains dan teknologi atau biadang sosial
yang jawaban soalnya sudah pasti, dan hanya satu jawaban yang
benar. Tes uraian non-objektif sering digunakan pada bidang ilmu
sosial, yaitu yang jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang
benar, tergantung argumentasi peserta tes. Bentuk tes dikatakan non-
objektif apabila penilaian yang dilakukan cenderung dipengaruhi
subjektivitas dari penilai.
d. Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan
kelelahan peserta tes. Seorang guru harus mampu menentukan
panjang tes yang sesuai dengan karakteristik materi dan peserta
didiknya.
2. Menulis Soal Tes
Tahap ini merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan kisi-kisi
yang telah dibuat. Setiap pertanyaan perlu disusun dengan baik sehingga
jelas hal yang ditanyakan dan jelas pula jawabannya.
3. Menelaah Soal Tes
Telaah soal tes perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata
dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan dan kesalahan.
Telaah dilakukan oleh ahli yang secara bersama atau individu
mengoreksi soal yang telah dibuat.

41
4. Melakukan Ujicoba Tes
Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal yang telah disusun.
Data yang diperoleh adalah data empirik, terkait reliabilitas, validitas,
tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, dan daya beda
5. Menganalisis Butir Soal
Tiap butir soal perlu dianalisis lebih lanjut. Melalui ananlisis butir ini
dapat diketahui antara lain: tingkat kesukaran butir soal, daya beda, dan
keberfungsian pengecoh
6. Memperbaiki Tes
Langkah selanjutnya adalah memperbaiki bagian soal yang belum sesuai
dengan yang diharapkan berdasarkan analisis butir soal. Beberapa butir
soal mungkin sudah ada yang baik, butir soal yang kurang baik diperbaiki
kembali, sedangkan butir yang lain dapat dibuang jika tidak memenuhi
standar kualitas yang diharapkan.
7. Merakit Tes
Keseluruhan butir soal yang sudah dianalisis dan diperbaiki kemudian
dirakit menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan
butir soal, tata letak, dan sebagainya.
8. Melaksanakan Tes
Tes yang telah disusun diberikan kepada testee (peserta tes-orang yang
ditujukan untuk mengerjakan tes). Pelaksanaan tes memerlukan
pemantauan dan pengawasan agar tes tersebut benar-benar dikerjakan
oleh testee dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan dan aturan yang
berlaku.
9. Menafsirkan Hasil Tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor. Skor kemudian
ditafsirkan menjadi nilai, rendah, menengah, dan tinggi. Tinggi
rendahnya nilai dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua macam acuan

42
penilaian yang sering digunakan dalam psikologi dan pendidikan, yaitu
acuan norma dan kriteria.

F. Contoh-Contoh Tes HOTS Akuntansi Jasa


1. Salon Cantik mempunyai Daftar Saldo (sebagian) dan data penyesuaian
sebagai berikut.
Daftar saldo 31 Desember 2011 (dalam ribuan rupiah)
No Nama Akun Debit Kredit
1 Sewa dibayar dimuka 6.000
2 Biaya Asuransi 3.000
3 Biaya Gaji 17.000
Data Penyesuaian:
1) Sewa kios dibayar tanggal 1 April 2011 untuk satu tahun
2) Asuransi dibayar dimuka 1 Mei 2011 untuk satu tahun
3) Gaji karyawan untuk bulan Desember yang belum dibayar
Rp1.500.00,00
Berdasarkan daftar saldo dan data penyesuaian dibuat kertas kerja
berikut ini:
Neraca AJP NSD Laba-Rugi Nereca
No Nama Akun
D K D K D K D K D K
Sewa dibayar
1 6.000 - - 4.500 1.500 - - - 1.500 -
dimuka
2 Biaya Asuransi 3.000 - - 2.000 1.000 - 1.000 - - -
3 Biaya Gaji 17.000 - 1.500 - 18.500 - 18.500 - - -
4 Biaya Sewa - - 4.500 - 4.500 - 4.500 - - -
Asuransi dibayar
5 - - 2.000 - 2.000 - - - 2.000 -
dimuka
6 Utang Gaji - - - 1.500 - 1.500 - - - -

Penyelesaian kertas kerja yang benar adalah akun nomor … .


A. 1, 2, dan 3
B. 1, 3, dan 4
C. 2, 4, dan 5
D. 3, 4, dan 5
E. 3, 5, dan 6

43
Jawaban: B. 1, 3, dan 4
2. Diketahui data keuangan salon Riana:
- Pendapatan Jasa Rp24.000.000,00
- Biaya Sewa Rp xxx
- Biaya Bunga Rp1.000.000,00
- Biaya Gaji Rp4.000.000,00
- Modal Awal Rp10.500.000,00
- Modal Akhir Rp22.000.000,00
- Prive Rp1.000.000,00
Berdasarkan data di atas, jika biaya sewa 0,5 kali biaya gaji, maka
besarnya Biaya Perlengkapan adalah … .
A. Rp27.500.000,00
B. Rp16.500.000,00
C. Rp4.500.000,00
D. Rp2.500.000,00
E. Rp500.000,00
Jawaban: C. Rp4.500.000,00

3. Data laporan keuangan perusahaan jasa “Ekpres”


- Biaya Penyusutan Rp1.200.000,00
- Biaya Sewa Rp3.600.000,00
- Prive Tn. Farel Rp500.000,00
- Pendapatan Jasa Rp6.500.000,00
- Pendapatan diterima dimuka Rp1.500.000,00
- Biaya Gaji Rp1.000.000,00
- Modal Akhir Rp15.200.000,00
Besarnya Modal Awal perusahaan jasa “Ekpres” adalah …
A. Rp13.500.000,00
B. Rp15.000.000,00
C. Rp16.500.000,00
D. Rp16.700.000,00
E. Rp17.700.000,00

44
Jawaban: B. Rp15.000.000

4. Data bengkel “Perkasa” Yogyakarta bulan September 2017:


- Biaya sewa ruangan Rp1.500.000,00
- Biaya perlengkapan Rp2.000.000,00
- Biaya penyusutan peralatan (1 bulan) Rp500.000,00
- Biaya gaji 3 karyawan Rp5.000.000,00
- Biaya listrik Rp xxx
- Biaya telepon Rp300.000,00
- Prive Rp2.000.000,00
- Laba bersih Rp6.900.000,00
Jika biaya listrik dua kali lipat biaya telepon, maka besarnya
pendapatan bengkel “Perkasa” adalah …
A. Rp9.800.000,00
B. Rp13.800.000,00
C. Rp14.800.000,00
D. Rp16.800.000,00
E. Rp18.800.000,00
Jawaban: D. Rp16.800.000,00

G. Contoh-Contoh Tes HOTS Akuntansi Dagang


1. Tanggal 28 Desember 2014 PT Sejahtera Jaya menjual barang
dagangan kepada PT Berlian Indah dengan syarat FOB Destination
Point. Pada tanggal 5 Januari 2015 barang baru diterima di gudang PT.
Berlian Indah. Penutupan buku tanggal 31 Desember 2014 dan
pelunasan faktur tanggal 10 Januari 2015. Dalam kasus tersebut pihak
PT. Sejahtera Jaya akan melakukan pencatatan transaksi penjualan pada
tanggal … .
A. 28 Desember 2014
B. 5 Januari 2015
C. 28 Desember 2014 dan 5 Januari 2015
D. 31 Desember 2014

45
E. 10 Januari 2015
Kunci C

2. UD Makmur Wibawa merupakan perusahaan dagang yang memiliki


daftar saldo per 31 Desember 2018 sebagai berikut.
Kas Rp. 12.600.000,00
Piutang Usaha Rp. 18.200.000,00
Persediaan Barang Dagangan Rp. 11.350.000,00
Perlengkapan Toko Rp. 6.000.000,00
Tanah Rp. 40.000.000,00
Utang Usaha Rp. 9.400.000,00
Modal Rp. 43.050.000,00
Penjualan Rp. 120.000.000,00
Pembelian Rp. 42.600.000,00
Potongan Penjualan Rp. 10.000.000,00
Potongan Pembelian Rp. 4.300.000,00
Biaya Angkut Pembelian Rp. 4.200.000,00
Biaya gaji Rp. 24.000.000,00
Biaya Pemasaran Rp. 3.000.000,00
Biaya lain-lain Rp. 1.500.000,00

Apabila nilai persediaan barang dagangan pada 1 Januari 2018 sebesar


Rp.10.450.000,00 maka Harga Pokok Penjualan periode 2018 sebesar
….
A. Rp. 68.400.000,00
B. Rp. 43.400.000,00
C. Rp. 37.400.000,00
D. Rp. 50.200.000,00
E. Rp. 41.600.000,00
Kunci E

46
3. Transaksi yang terjadi pada Toko Jaya selama bulan April 2019 sebagai
berikut.
April 8 Dibeli dari PT. Makmur Comp 10 buah Speaker Bluetooth
seharga @ Rp 1.200.000,00 dengan syarat 4/10, n/30 (Faktur
No.422)
April 9 Dikirimkan kembali kepadaa PT. Makmur Comp satu buah
Speaker Bluetooth karena ada cacat.
April 17 Dibayar kepada PT. Makmur Comp dua buah Speaker
Bluetooth faktur No. 442 tanggal 8 April 2019.
Dari transaksi di atas, jurnal yang dibuat Toko Jaya tanggal 17 April
adalah
A. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Potongan Pembelian (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.340.000,00
B. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Retur Penjualan (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.304.000,00
C. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Potongan Pembelian (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.304.000,00
D. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Potongan Penjualan (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.304.000,00
E. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Retur Pembelian (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.304.000,00
Kunci C

47
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2016). Evaluasi pembelajaran: Prinsip, teknik, dan prosedur. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. & Jabar, C.S.A. (2009). Evaluasi program pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, S. (2016). Tes prestasi: Fungsi dan pegembangan pengukuran prestasi
belajar, Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fives, H., & Didonato-Barnes, N. (2013). Classroom Test Construction: The Power
of a Table of Specifications. Practical Assessment, Research & Evaluation,
18(3), 1–7.
Kartowagiran, B., Wibawa, E. A., Alfarisa, F., & Purnama, D. N. (2019). Can
Student Assessment Sheets Replace Observation Sheets? Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 38(1), 33–44. https://doi.org/10.21831/cp.v38i1.22207
Mardapi, D. (2017). Pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan, Edisi 2.
Yogyakarta: Parama Publishing.
Osman, R. M. (2013). Educational Evaluation and Testing.
https://doi.org/10.1142/97898145 03945_0014.
Sireci, S., & Faulkner-Bond, M. (2014). Validity evidence based on test content.
Psicothema, 26(1), 100–107. https://doi.org/10.7334/psicothema2013.256
Sudijono, A. (2017). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sukardi. (2008). Evaluasi pendidikan: Prinsip & operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Surapranata, S. (2005). Analisis validitas, reliabilitas, dan interpretasi hasil tes:
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Thoha, C. (2003). Teknik evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Thompson, N. A. (2013). Reliability & Validity. St. Paul, MN.

48
TEKNIK EVALUASI NON-TES*

Oleh:
Ani Widayati **
ani_widayati@uny.ac.id

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

*) Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Soal Akuntansi


Berbasis High Order Thinking Skills (HOTS) Bagi Guru MGMP Akuntansi
Kabupaten Kulon Progo tanggal 3 Mei 2019 di SMK Negeri 1 Pengasih
**) Dosen Fakultas Ekonomi UNY

49
TEKNIK EVALUASI NON-TES
Oleh: Ani Widayati

A. Latar Belakang
Pendidikan berdasar UURI No 20 Tahun 2003 merupakan usaha dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kualitas pendidikan dengan demikian perlu untuk senantiasa ditingkatkan


guna mencapai tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam Undang-
undang tersebut di atas. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan
kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, pelaksana
pendidikan maupun masyarakat secara luas. Pemerintah sebagai penentu
kebijakan dapat menciptakan peraturan dan kebijakan yang mendorong
terciptanya lingkungan dan suasana pembelajaran yang dapat mengembangkan
potensi dan budaya berpikir kritis peserta didik. Pelaksana pendidikan terutama
guru sebagai ujung tombak pendidikan hendaknya dapat menghadirkan
pembelajaran yang aktif inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (paikem).
Masyarakat sebagai tempat belajar sekaligus pengguna lulusan hendaknya
mampu memberikan sumbangan pendidikan agar kualifikasi lulusan sesuai
dengan kebutuhan. Terjadinya kerjasama sinergis antara pihak-pihak tersebut
akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

50
Salah satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah proses
pembelajaran yang kurang mendorong pengembangan peserta didik yang
dinamis dan budaya berpikir kritis. Guru sebagai ujung tombak pendidikan
mestinya harus mempunyai berbagai kompetensi untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang dilaksanakannya. Kompetensi guru perlu dikaji ulang, tidak
hanya mengajar yang dapat dikatakan lebih menekankan transfer of knowledge,
akan tetapi perlu diubah fungsinya sebagai agen pembelajaran. Guru tidak lagi
mengajar tetapi membelajarkan, di mana titik berat ada pada aktivitas yang
terjadi dalam pembelajaran didominasi oleh peserta didik. Dengan kata lain
paradigma guru dalam mengajar mesti berubah.

Kompetensi guru berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2005


meliputi kompetensi pedagogi, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Kompetensi pedagogi merupakan kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola
peserta didik agar dapat mencapai kompetensi. Kompetensi personal
merupakan kemampuan guru untuk dapat dijadikan sebagai orang yang
dicontoh segala tindakan dan perilakunya. Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru untuk bersosialisasi, berkomunikasi dengan menggunakan
teknologi informasi (ICT) baik tingkat lokal, nasional, maupun global.
Kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan guru menguasai bidang
studi yang diajarkan. Salah satu sub dari kompetensi adalah kemampuan guru
dalam melaksanakan penilaian atas pembelajaran yang telah
diselenggarakannya. Kemampuan guru dalam penguasaan teknik evaluasi
ditunjukkan dari kemampuannya mendesain pola evaluasi, menyusun
instrumen, menetapkan sasaran, melihat hasil yang diperoleh siswa, serta
pemilihan tindakan yang tepat sebagai upaya untuk menindaklanjuti hasil
penilaian/pengukuran. Tindakan tersebut dapat berupa perbaikan dan
pengayaan sesuai dengan variasi yang dimiliki oleh siswa secara individual.

B. Authentic Assessment
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi pedagogi,
personal, sosial, dan profesional (Indonesia, 2005). Kompetensi yang pertama,

51
pedagogi, merupakan kemampuan yang diprasyaratkan sebagai guru
profesional terkait dengan mengajar.

Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui


tingkat pencapaian kompetensi. Sejauh mana peserta didik telah belajar untuk
mendapatkan kemampuan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.
Penilaian dapat dijadikan alat untuk mengetahui kemajuan belajar peserta
didik. Penilaian dilakukan dalam rangka memberikan feedback dan
feedforward (memberikan umpan balik maupun memberi pijakan untuk
tindakan selanjutnya). Oleh karena itu penilaian dapat dikatakan mempunyai
penilaian yang strategis karena dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan tujuan pembelajaran.

Ada dua keputusan yang harus diambil oleh guru yaitu keputusan tentang
belajar (decisions about learning) dalam hal ini menyangkut siswa serta
keputusan tentang mengajar (decisions about teaching) dalam hal ini
menyangkut guru. Asesmen yang dilakukan untuk membuat keputusan yang
berkaitan dengan belajar siswa menggunakan suatu pendekatan yang disebut
dengan penilaian kelas. Penilaian kelas merupakan penilaian secara terus
menerus untuk memantau perkembangan intelektual peserta didik. Penilaian
kelas yang dilakukan meliputi penilaian secara tertulis, penilaian praktik dan
penilaian portofolio. Penilaian yang dilakukan oleh guru hendaknya
mencerminkan penilaian yang sebenarnya (authenthic assessment).

Implementasi kurikulum 2013 membawa akibat berubahnya sistem


penilaian pendidikan. Penilaian pendidikan sebelum penerapan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang diperbaharui dengan KTSP dan
diperbaharui menjadi Kurikulum 2013 dilakukan pada akhir pelaksanaan
pembelajaran untuk melihat apa yang telah dicapai oleh peserta didik. Sistem
penilaian pada Kurikulum 2013 tidak menitik beratkan pada apa yang telah
dicapai peserta didik, akan tetapi lebih menekankan pada bagaimana peserta
didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penilaian yang
dilakukan meliputi penilaian proses dan penilaian hasil.

52
Penilaian hasil yang dilakukan pada akhir pembelajaran disebut sebagai
evaluasi, sedangkan penilaian proses yang merupakan penilaian yang
dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung disebut dengan asesmen
(assessment) seperti dijelaskan Landau & Bogous dalam Johnson dkk (2006:5)
“….assessment is defined as an ongoing, developmental process to measure
growth and change, and that provides information on areas that need further
more development. Evaluation usually describes a final, summative process
that includes multiple assessments and is akin to high-stakes test or
recommendation for credentials, promotion, or graduation”.

Evaluasi yang direkomendasikan oleh pemerintah dan dilaksanakan oleh


guru adalah penilaian proses yang kemudian sering disebut dengan assessment.
Anderson (2003:4) mendefinisikan assessment sebagai “gathering information
about students that can be used to aid teachers in the decision-making
process”. Penilaian yang dilakukan oleh guru ini dilakukan dalam rangka
pengambilan keputusan sehingga penilaian ini harus mencerminkan
kompetensi sebenarnya yang telah dicapai oleh peserta didik (authentic
assessment). Penilaian sebenarnya akan memberikan informasi yang lebih
akurat dari penilaian yang dilakukan pada saat tertentu saja (snapshot),
misalnya ujian akhir sekolah. Mengenai penilaian otentik ini Wiggins (1990)
berpendapat bahwa “assessment is authentic when we directly examine student
performance on worthy intellectual tasks”. Jadi asesmen dikatakan autentik
(merupakan penilaian yang sebenarnya) jika guru secara langsung menguji
kinerja peserta didik dengan tugas-tugas intelektual yang sepantasnya.
Ada dua jenis penilaian yang dapat dilakukan oleh guru yakni penilaian
tes dan non tes. Penilaian tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka
melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai butir atau
sejumlah tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik,
kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku
peserta didik tersebut. Selain dengan tes, penilaian yang autentik disarankan
menggunakan juga teknik nontes. Teknik penilaian nontes merupakan teknik
evaluasi yang digunakan untuk mengetahui proses dan produk pembelajaran.

53
Biasanya teknik penilaian non tes digunakan di antaranya untuk menilai aspek
sikap.

C. Non-tes
Ada banyak jenis teknik penilaian non tes, di antaranya penilaian portofolio,
observasi, wawancara, penugasan, penilaian diri, penilaian antar teman, dan
jurnal. Pada bagian selanjutnya akan dibahas satu persatu mengenai teknik
penilaian non tes yang telah disebutkan tadi.
1. Penilaian Portofolio
Portofolio secara umum merupakan kumpulan dokumen berupa objek penilaian yang dipakai oleh seseorang,
kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan atau sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan
mengevaluasi perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumarna Surapranata
dan Muhammad Hatta, 2004:26). Dalam lembaga pendidikan portofolio digunakan untuk mengevaluasi kinerja
seluruh komponen lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan lembaga. Dalam pembelajaran portofolio
digunakan oleh peserta didik untuk mengumpulkan semua dokumen yang berkaitan dengan pencapaian ilmu
yang didapat baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Portofolio menurut Teuku Ramli Zakaria (2002) merupakan suatu pendekatan dalam melaksanakan penilaian
kinerja. Portofolio bukan merupakan hal yang baru, dahulu portofolio dikatakan sebagai folder di mana peserta
didik menyimpan pekerjaannya. Namun portofolio sebenarnya berbeda dengan folder. Portofolio bukan hanya
sekedar folder. Portofolio secara umum lebih terorganisasi dibanding folder. Hal ini diungkapkan oleh
Airasian (1997) bahwa “Portfolios are more than folders that hold all of a pupil’s work. They contain a
consciously selected sample (of work) that is intended to show growth and development toward some important
curriculum goal”. Gallagher (1998) mendefinisikan portofolio sebagai “an organized collection of student
products and recorded performance”. Puckett dan Black serta Mars (Pedoman Penilaian Portofolio, 2004)
mengatakan bahwa portofolio merupakan folder atau dokumen yang berisi contoh hasil karya siswa yang
menurut siswa sangat berarti, merupakan karya terbaik, merupakan karya favorit, sangat sulit dikerjakan tetapi
berhasil, dan sangat menyentuh perasaan. Portofolio siswa (Bahrul Hayat, 2004) dapat berupa rekaman
perkembangan belajar dan psikososial anak (developmental), catatan prestasi khusus yang dicapai siswa
(showcase), catatan menyeluruh kegiatan belajar siswa dari awal sampai akhir (comprehensive), atau kumpulan
tentang kompetensi yang telah dikuasai anak secara kumulatif (exit). Berdasarkan Pedoman Penilaian
Portofolio, yang dimaksud dengan portofolio bukan merupakan kumpulan dari hasil karya siswa. Portofolio
lebih merupakan organisasi dokumen hasil karya siswa yang menggambarkan kompetensi siswa sebagai hasil
dari belajar. Hasil karya siswa tersebut disimpan dalam suatu folder yang disebut sebagai folder portofolio.

Menurut Arnie Fajar (2002:48) portofolio merupakan koleksi sistematis dari siswa dan guru untuk menguji
proses dan prestasi belajar. Isi portofolio menggambarkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran/mata diklat
tertentu yang terus berkembang dan direvisi secara periodik sepanjang kegiatan pembelajaran dalam satu
satuan waktu pendidikan. Portofolio bukan merupakan objek. Arnie Fajar (2002:48) mengatakan portofolio
bukan objek, melainkan perantara penilaian oleh siswa dan guru yang menggambarkan aktivitas dan proses
yaitu mendorong siswa untuk berdialog, merencanakan tujuan, bekerja sama, memilih, membandingkan,
berbagi pengetahuan, mempertimbangkan, merenungi, membuat keputusan dan tidak hanya
mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukannya tetapi juga menguatkan dengan argumentasi yang
tepat. Hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran konstruktivistik untuk menunjukkan apa yang mereka
ketahui, mengerti, dan lakukan, di mana semua ini sangat penting untuk efektivitas penilaian. Guru hendaknya

54
membimbing siswa untuk merencanakan, menyusun, mengevaluasi, dan merevisi portofolionya, sehingga di
akhir satuan waktu pembelajaran diharapkan diperoleh portofolio final yang telah dinilai oleh guru yang
bersangkutan. Portofolio disimpan oleh guru di tempat tertentu yang dapat diakses oleh siswa, tetapi aman dari
pihak lain.

Portofolio diposisikan sebagai tugas penilaian yang terstruktur. Portofolio berisi hasil karya siswa atau tugas
terstruktur yang diberikan oleh guru. Portofolio seyogyanya memenuhi tiga kriteria utama yaitu pada dasarnya
disusun oleh siswa, memiliki penilaian yang jelas (explicit criteria), dan menggambarkan pencapaian
kompetensi dasar tertentu. Portofolio (Sumarna Surapranata dan Mahammad Hatta, 2006:46) dimaksudkan
untuk melengkapi dan memberikan informasi yang lebih kepada orang tua khususnya tentang hasil belajar
anaknya.

Komponen/isi portofolio sangat bervariasi tergantung dari mata pelajaran/mata diklat dan kegiatan belajarnya.
Secara umum portofolio berisi identitas siswa, daftar isi portofolio yang menggambarkan komponen/isi
portofolio, hasil karya/prestasi siswa yang menjadi tugas portofolionya, lembar catatan dan komentar guru,
lembar penilaian diri sendiri oleh siswa, serta lembar penilaian dan kriteria penilaiannya.

Jumlah komponen/isi portofolio untuk masing-masing siswa dapat berbeda-beda. Tidak ada batasan jumlah
untuk masing-masing siswa, masing-masing kelas serta masing-masing mata pelajaran/mata diklat. Intervensi
guru dalam menyusun dan menentukan karya untuk portofolionya menurut Camp dan Levine (1991:202)
adalah “ Some teachers instructed students in the portfolio selection process; others preferred not to interfere
with students’ decision about what to include”.

Menyusun portofolio dilakukan dengan memperhatikan langkah- langkah yang diperlukan. Guru harus mampu
memahami langkah-langkah penyusunan portofolio agar mampu membantu siswa dalam menyusun
portofolionya. Langkah-langkah untuk menyusun portofolio adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan portofolio

Perencanaan portofolio dibuat untuk satu satuan pembelajaran (satu


semester) dan harus dikomunikasikan dengan siswa agar semua siswa
memahaminya. Perencanaan ini meliputi penentuan tujuan penilaian
portofolio di mana guru menentukan apakah portofolio digunakan
untuk memantau proses pembelajaran atau untuk mengevaluasi hasil
akhir ataukah keduanya.

b. Penentuan Tugas Portofolio


Guru harus menentukan tugas portofolio berdasarkan kompetensi yang
harus dicapai sesuai dengan kurikulum. Tidak semua kompetensi
dinilai dengan portofolio. Guru menentukan kompetensi yang sekiranya
menghasilkan karya nyata, misal membuat makalah, studi lapangan
untuk membuat laporan keuangan, lembar kegiatan praktik dan
sebagainya.

c. Penyusunan Isi Portofolio

55
Penyusunan isi portofolio merupakan kegiatan peserta didik dalam
mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil pekerjaan terbaiknya.
Portofolio merupakan bendel berkas yang menunjukkan kinerja peserta
didik. Isi bendel/map merupakan hasil pekerjaan pilihan peserta didik.
Guru harus menentukan banyaknya hasil pekerjaan yang akan
diportofoliokan dan menentukan relevansi tugas portofolio dengan
kompetensi yang harus dicapai peserta didik. Guru sebaiknya juga
menentukan bagaimana tugas dikerjakan dan sifat pengerjaannya
apakah individu, kelompok atau dengan bantuan guru.
d. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru


bersama peserta didik untuk menilai hasil karya/pekerjaan/tugas yang
dikumpulkan oleh peserta didik untuk mengisi portofolionya. Kegiatan
ini meliputi pengamatan dan penilaian hasil karya sebagai bukti belajar
(learning evidence). Penilaian berupa penilaian oleh guru dan penilaian
diri. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan oleh peserta
didik untuk menilai evidence (bukti belajar) yang dikumpulkan oleh
peserta didik sebagai isi portofolionya. Penilaian diri dilakukan untuk
melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran yang sedang
berlangsung. Guru hendaknya membedakan portofolio individu dan
portofolio kelompok.

e. Pelaporan Penilaian Portofolio

Pelaporan hasil penilaian portofolio yang telah disusun peserta didik


dan dinilai bersama guru sangat penting untuk dilakukan. Pelaporan
dapat berupa skor, grafik ataupun deskripsi pada orang tua maupun
lembaga pengguna (stake holder). Laporan penilaian portofolio akan
lebih dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat daripada pelaporan
yang dibuat oleh guru yang berbentuk pencapaian nilai secara
individual maupun rata-rata kelas.

Penilaian portofolio didasarkan pada standar penilaian yang telah


dibuat oleh guru. Standar penilaian mengacu pada kompetensi dan sub-

56
kompetensi yang terdapat dalam kurikulum. Dalam melaksanakan
penilaian guru membuat instrumen penilaian untuk scoring dan menilai
portofolio. Komponen penilaian menurut Case (Pedoman Penilaian
dengan Portofolio:17) didasarkan atas empat hal yaitu kelengkapan isi
portofolio; kemampuan siswa menjelaskan isi portofolionya yang
dilakukan melalui dialog antara guru dan siswa serta penilaian diri
siswa; usaha siswa dalam menyusun portofolionya; kompetensi yang
berkembang yang dilakukan dengan memperhatikan isi portofolio,
dialog portofolio, serta evaluasi diri siswa. Kualitas isi dapat diukur
melalui dialog yang dilakukan antara guru dengan siswa. Usaha siswa
dapat dinilai dari kesungguhannya dalam melengkapi isi portofolionya.

Penilaian portofolio pada dasarnya merupakan penilaian karya-karya


individu untuk suatu mata pelajaran/mata diklat. Proses penilaian
melibatkan guru dan peserta didik. Menurut Asmawi Zainul (2005)
selain keterlibatan peserta didik secara langsung dalam melakukan
asesmen hasil dan proses pembelajaran, penilaian portofolio juga dapat
menilai hasil belajar yang lebih autentik dan dengan mudah melibatkan
peserta didik dalam menilai sendiri proses yang dialami mereka dalam
pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menilai portofolio (Djemari Mardapi, 2005) yaitu :

1) Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang


bersangkutan.

2) Menentukan pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.

3) Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.

4) Menentukan kriteria untuk menilai portofolio

5) Meminta peserta didik untuk menilai secara terus menerus hasil


portofolionya

6) Merencanakan pertemuan dengan peserta didik yang dinilai.


Untuk mata pelajaran/mata diklat dengan banyak tugas dalam pembelajarannya serta jumlah siswa yang
tidak terlalu banyak sangat dianjurkan untuk menggunakan penilaian portofolio.

57
Penilaian portofolio (Teuku Ramli Zakaria, 2002) dapat menjamin mutu pendidikan apabila dapat
dirumuskan kriteria yang jelas tentang proses dan hasil yang ingin dicapai. Apabila tidak ada suatu
kriteria tentang proses yang harus ditempuh dan hasil yang ingin diharapkan , tentu sulit diharapkan akan
membawa manfaat bagi perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian guru perlu dapat
merumuskan kriteria yang jelas, baik berhubungan dengan proses pembelajaran maupun hasil yang
diharapkan dapat dicapai.

Ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan jika kita menerapkan penilaian portofolio (Sumarna
Supranata, Muhammad Hatta:2006):

1) Memperlihatkan perkembangan pemahaman peserta didik pada periode tertentu (misalnya


portofolio meliputi pengkopian catatan, kerangka awal, draft kasar, kritik struktur, dan finalisasi
tulisan).
2) Menunjukkan pemahaman dari banyak konsep dan topik yang diberikan (misalnya portofolio
meliputi beberapa tulisan pendek, uraian singkat).
3) Mendemonstrasikan perbedaan bakat (misalnya portofolio meliputi hasil ilustrasi kemampuan
menulis, serta kombinasi cetak dan bukan cetak)
4) Mendemonstrasikan kemampuan untuk menunjukkan pekerjaan yang asli (misalnya portofolio hasil
produksi artistik/estetik seperti sajak, musik, gambar, rencana pelajaran, video tape).
5) Mendemonstrasikan kegiatan selama peiode waktu tertentu dan merangkum arti dari kegiatan
tersebut (misalnya portofolio meliputi hasil kegiatan selama internsip atau proyek riset dengan
menyesuaikan kategori yang ada, catatan harian, dan jurnal).
6) Mendemonstrasikan kemampuan (menampilkan dalam suatu variasi konteks tempat tertentu).
7) Mendemonstrasikan kemampuan untuk mengintegrasikan teori dan praktik.
8) Merefleksikan nilai-nilai individu, pandangan dunia baru, atau orientasi filosofi.
Penilaian portofolio dapat digunakan sebagai alat penilaian formatif maupun sumatif. Sebagai alat
formatif, portofolio digunakan untuk memantau kemajuan siswa dari waktu ke waktu, untuk mendorong
siswa merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Fokus portofolio adalah pada proses perkembangan siswa,
dan digunakan untuk mendiagnosis kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Penilaian portofolio sebagai
alat sumatif digunakan untuk mengisi angka rapor siswa. Penilaian portofolio sebagai alat sumatif
dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun. Hasil penilaian menunjukkan prestasi siswa dalam mata
pelajaran tertentu.

Penilaian portofolio merupakan alternatif untuk meningkatkan kemampuan peserta didik melalui evaluasi
umpan balik dan evaluasi diri. Portofolio ini sangat dianjurkan untuk digunakan dalam authentic
assessment. Alasan penggunaan portofolio dalam penilaian menurut Mars seperti dikutip dalam Pedoman
Penilaian dengan Portofolio adalah :

1) Memungkinkan siswa melakukan refleksi terhadap kemajuan belajarnya.


2) Memungkinkan siswa memilih sendiri hasil karya yang menjadi isi portofolionya dan memberi
alasan mengapa hasil karya tersebut penting.
3) Siswa harus mampu menunjukkan kemampuan berpikir dan keterampilannya.
4) Memberi gambaran atas apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan oleh siswa.
5) Memungkinkan guru mengetahui hasil belajar yang penting menurut siswa.
6) Menjadi bukti autentik hasil belajar bagi siswa, orang tua, dan masyarakat.

Portofolio yang baik menurut Pucket dan Black (Pedoman Penilaian dengan Portofolio) memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

1) Merefleksikan kejadian atau kegiatan belajar yang secara personal bermakna bagi siswa.

58
2) Menunjukkan bukti adanya perkembangan dan peningkatan siswa di semua ranah yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor.

3) Mengungkap proses dan produk secara seimbang, yaitu isi portofolio menggambarkan proses dan
produk belajar siswa.

4) Sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tujuan kurikuler, yaitu disesuaikan dengan
kompetensi dasar yang dikembangkan dalam kurikulum.

5) Membantu siswa memahami kemajuan belajarnya, yaitu siswa menilai diri sendiri atau penilaian diri
(self assessment).

6) Memungkinkan dialog antara siswa dan guru atau dengan orang lain.

Secara umum portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan dan kemampuan siswa
dalam suatu bidang studi serta pertumbuhan kemampuan siswa tersebut. Fungsi portofolio dapat dilihat
dari kepentingan siswa, guru maupun orang tua atau masyarakat. Fungsi portofolio yaitu:

1) Bagi siswa portofolio berfungsi sebagai bukti autentik atas hasil belajarnya. Di negara – negara maju,
portofolio amat penting untuk dibawa wawancara ketika melamar pekerjaan. Portofolio dipandang
sebagai cara yang tepat untuk menempatkan orang sesuai bakat, minat, dan kemampuannya. Menurut
Dasim Budimansyah (2002:110) portofolio bagi siswa dapat digunakan untuk merefleksi kegiatan
belajarnya.
2) Bagi guru portofolio berfungsi sebagai alat untuk mengetahui pencapaian kompetensi dan
melakukan penilaian. Dasim Budimansyah (2002:107) mengungkapkan bahwa guru akan
menggunakan portofolio untuk melakukan pengecekan indikator-indikator perkembangan siswa,
memantau perkembangan kemampuan belajar siswa baik proses maupun hasil, serta memberi
penghargaan terhadap siswa yang perkembangan belajarnya sangat istimewa (reinforcement).
2) Bagi orang tua masyarakat portofolio merupakan bukti hasil belajar siswa. Portofolio dapat berfungsi
sebagai media berkomunikasi antara orang tua dengan sekolah.

2. Observasi
Observasi menurut Suharsimi Arikunto (2006) adalah mengumpulkan data
atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha
pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki. Dalam
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, observasi atau pengamatan
merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indra
secara langsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang akan diamati
(Rosana, 2014).
Observasi menurut kerangka kerjanya dibedakan menjadi observasi yang
terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam observasi terstruktur, untuk dapat
melakukan observasi guru memerlukan pedoman observasi. Pedoman ini
berisi kisi-kisi atau kerangka kerja yang telah ditentukan terlebih dahulu
faktor-faktor penentunya. Isi dan luas objek yang diobservasi ditentukan
dan dibatasi dengan jelas. Sedangkan dalam observasi tidak terstruktur

59
guru tidak dibatasi oleh suatu pedoman (kerangka kerja) yang pasti.
Menurut proses pelaksanaannya, observasi dikategorikan ke dalam
kelompok observasi langsung, observasi tidak langsung, dan observasi
partisipatif. Observasi langsung merupakan observasi yang dilakukan
secara langsung terhadap objek yang diteliti. Sedangkan observasi tak
langsung merupakan observasi yang dilakukan melalui perantara baik
teknik maupun instrumen. Sementara itu observasi partisipatif merupakan
observasi di mana observer (guru) melibatkan diri dalam situasi objek yang
diselidiki.
Dalam pelaksanaannya teknik penilaian observasi dilaksanakan selama
proses pembelajaran. Penilaian observasi merupakan salah satu dari teknik
penilaian proses. Untuk dapat melaksanakan teknik penilaian observasi,
diperlukan langkah-langkah meliputi persiapan dan pelaksanaan. Kedua
langkah tersebut menurut Nurlaili (2011) adalah:
a. Tahap persiapan atau perencanaan, tahapan ini meliputi:
1) Menetapkan tujuan pembelajaran
2) Menentukan objek yang akan diobservasi, misalnya aktivitas
belajar, kreativitas siswa, dan lain sebagainya.
3) Menentukan alat/instrumen untuk memeroleh data dalam observasi
b. Tahap pelaksanaan
1) Melakukan pengamatan, di mana peserta didik secara langsung
menjadi subjek dan objek yang diamati
2) Peserta didik mengumpulkan data dari pengamatan terhadap objek
yang diamati
3) Menganalisis dan mengevaluasi data, yaitu catatan tentang
pristiwa, kejadian-kejadian atau gejala-gejala yang terjadi
4) Menarik kesimpulan

3. Wawancara
Wawancara menurut Sudijono (2009) adalah cara mengumpulkan
informasi yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara lisan.
Tanya jawab ini dilakukan secara sepihak oleh pewawancara dengan yang

60
diwawancara. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
wawancara merupakan teknik penilaian dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan secara lisan kepada peserta didik. Wawancara secara teknis
mempunyai kesamaan dengan tes lisan, bedanya jika tes lisan meminta
jawaban yang mengandung unsur benar atau salah, sedangkan wawancara
tidak mementingkan kebenaran suatu jawaban dari responden. Wawancara
bersifat mendukung teknik penilaian yang lain.
Dalam wawancara, guru menanyai peserta didik mengenai hal-hal yang
belum diketahui oleh peserta didik, mengungkapkan pendapat peserta didik
mengenai suatu hal tertentu, mengungkap kesulitan yang dialami peserta
didik, dan menanyakan lebih lanjut hal-hal yang kurang jelas informasinya.
Wawancara ini digunakan tanpa bermaksud menilai peserta didik.
Ada beberapa jenis wawancara yakni wawancara terstruktur, wawancara
tidak terstruktur, dan campuran. Wawancara terstruktur mempunyai daftar
pertanyaan yang menuntut jawaban sesuai dengan apa yang terkandung
dalam pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan tersebut didasarkan pada
kisi-kisi yang disebut sebagai pedoman wawancara. Pedoman wawancara
dibutuhkan jika masalah yang dilihat tidak terlalu kompleks. Sedangkan
wawancara tidak terstruktur adalah wawancara dengan pertanyaan terbuka.
Peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Daftar pertanyaan dalam wawancara tidak terstruktur tidak memberi
struktur jawaban kepada peserta didik karena jawaban dalam pertanyaan
itu bebas.
Dilihat dari tekniknya, wawancara dibedakan menjadi wawancara langsung
dan tak langsung. Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan
secara langsung antara guru dengan peserta didik tanpa melalui perantara.
Sedangkan wawancara tidak langsung adalah wawancara yang dilakukan
di mana guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui
perantaraan orang lain atau media. Sedangkan campuran dari keduanya,
ada pertanyaan yang menuntut jawaban terstruktur maupun jawaban bebas
dinamakan wawancara campuran.

61
Tujuan guru melakukan wawancara menurut Zainal (2009) adalah untuk
memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan situasi dan
kondisi tertentu, melengkapi suatu penyelidikan, dan memperolah data agar
dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu. Zainal lebih lanjut
menjelaskan wawancara memiliki keunggulan di antaranya luwes dalam
mengajukan pertanyaan sesuai situasi yang dihadapi, mengetahui perilaku
nonverbal seperti mimik muka dan nada suara, pertanyaan dapat diajukan
secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud penyelidikan
sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula, jawaban tidak
dibuat oleh orang lain melainkan oleh orang yang diwawancara sebagai
sumber yang telah ditetapkan, melalui wawancara kita dapat menanyakan
hal-hal yang rumit dan detail.
4. Penugasan
Penugasan merupakan teknik penilaian di mana guru meminta peserta didik
untuk melakukan kegiatan tertentu di luar pembelajaran di kelas.
Penugasan dapat diberikan pada peserta didik dalam bentuk tugas
individual maupun kelompok. Penugasan dapat berupa pekerjaan rumah
atau proyek. Pekerjaan rumah adalah tugas yang harus diselesaikan oleh
peserta didik di luar kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya
menyelesaikan soal-soal latihan.
5. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan oleh peserta didik untuk
menilai evidence (bukti belajar) yang dikumpulkan oleh peserta didik
sebagai isi portofolionya. Penilaian diri dilakukan untuk melihat
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.
Penilaian diri sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat melakukan
refleksi atas apa yang telah dipelajari dan diperolehnya. Peserta didik dapat
mengetahui kapan dan di mana mereka dapat meningkatkan
kemampuannya sebagai peserta didik. Hal yang penting dalam tahap
refleksi adalah bahwa peserta didik hendaknya aktif dalam kegiatan
penilaian.

62
Penilaian diri dapat dilakukan 3 sampai 4 kali dalam satu semester.
Penilaian ini dilakukan oleh peserta didik untuk tujuan agar peserta didik
mampu mengevaluasi kemajuan belajarnya. Dengan demikian peserta
didik dapat belajar lebih baik lagi untuk waktu selanjutnya. Peserta didik
dapat mengetahui kelemahan dan kekuatannya serta menggunakan
kekuatannya untuk mengatasi kelemahan tersebut.

6. Penilaian antar teman


Salah satu penilaian yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi penilaian
sikap yang dilakukan oleh guru melalui observasi adalah penilaian antar
teman. Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian yang dilakukan oleh
seorang peserta didik sebagai penilai terhadap peserta didik yang lain terkait
dengan sikap ataupun perilaku peserta didik yang dinilai tersebut. hasil
penilaian antar teman dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa nilai-
nilai seperti kejujuran, tenggang rasa, dan saling menghargai.

D. Simpulan
Penilaian merupakan salah satu kinerja yang dinilai dari seorang guru.
Penilaian digunakan untuk memberikan feedback atas usaha yang telah
dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran maupun untuk menentukan
apa yang akan dilakukan oleh guru di masa yang akan datang berdasarkan data
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik.
Penilaian oleh guru ini dapat dilakukan baik dengan teknik tes maupun non tes.
Teknik penilaian non tes adalah teknik penilaian yang digunakan untuk menilai
aspek sikap maupun keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Jenis teknik
penilaian non tes di antaranya adalah teknik penilaian portofolio, observasi,
wawancara, penugasan, penilaian diri, dan penilaian antar teman. Di antara
teknik non tes tersebut yang paling banyak digunakan adalah teknik penilaian
portofolio, observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman. Penilaian
portofolio digunakan untuk melihat rekam jejak peserta didik, sedangkan
teknik penilaian diri maupun teknik penilaian antar teman adalah penilaian
yang dilakukan oleh peserta didik untuk menilai diri sendiri maupun temannya

63
yang dapat digunakan oleh guru sebagai konfirmasi atas observasi penilaian
sikap baik spiritual maupun sosial yang telah dilakukan oleh guru.

E. Daftar Pustaka
Anderson, Lorin W. (2003). Classroom assessment: Enhancing the quality of
teacher decision making. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates
Arifin, Zainal. (2009) Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Arikunto, S & Jabar. 2006. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Arnie Fajar. (2002). Portofolio dalam pembelajaran IPS. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Bahrul Hayat. (2004). Penilaian kelas (classroom assessment) dalam
penerapan standar kompetensi. Jakarta : Buletin PUSPENDIK
Camp, Roberta,. & Levine, Denise S. (1991). Portfolios evolving: Background
and variations in sixth-through twelfth-grade classrooms. Dalam Belanoff,
Pat., & Dickson, Macria (Eds.), Portfolios: Process and Product (pp.194-
205). Portsmouth, NH: Boynton
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
(2004). Pedoman penilaian portofolio
Djemari Mardapi. (2005). Pengembangan sistem penilaian berbasis
kompetensi (artikel dalam Rekayasa Sistem Penilaian dalam Rangka
Meningkatkan Kualitas Pendidikan). Yogyakarta: HEPI ( Himpunan
Evaluasi Pendidikan Indonesia)
Dasim Budimansyah. (2002). Model pembelajaran dan penilaian portofolio.
Bandung: Ganesindo
Johnson, Ruth S., Sabrina Mims-Cox J., & Adelaide Doyle-Nichols. (2006).
Developing Portfolios in Education: A Guide to Reflection, Inquiry, and
Assessment. Thousand Oaks, California: Sage Publications
Indonesia (2003) Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pnedidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Indonesia (2005) Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Depdiknas

64
Kaufman, Roger., & Thomas, Susan. (1980). Evaluation Without Fear. New
York: New Viewpoints A Division of Franklin Watts
Nurlaili, L. (2011) Metode-metode Pembelajaran. Artikel diakses dari:
http://www.scribd.com/doc/13065635/Metodemetode-pembelajaran.
Rosana, D. (2014). Evaluasi Pembelajaran Sains.
Sudijono, A. 2009. Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sumarna Surapranata & Muhammad Hatta. (2006). Penilaian portofolio:
implementasi kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosdakarya
Teuku Ramli Zakaria. (2004). Penggunaan portofolio dalam penilaian.
Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional dalam rangka Dies
Natalies UNY ke XVI
Wiggins, Grant. (1990). The case for authentic assessment. Practical
Assessment, Research and Evaluation.2(2), Artikel. Diambil dari
http://PAREonline.net/getvn.asp/v=2&n=2
Worthen, Blain R., & Sanders, James R. (1973). Educational evaluation:
theory and practice. Belmont, California: Wadsworth Publishing
Conpany, Inc.
Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

65
PENILAIAN HASIL BELAJAR DENGAN
MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES *

Oleh:
Siswanto **
siswanto@uny.ac.id

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

*) Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Soal Akuntansi


Berbasis High Order Thinking Skills (HOTS) Bagi Guru MGMP Akuntansi
Kabupaten Kulon Progo tanggal 3 Mei 2019 di SMK Negeri 1 Pengasih
**) Dosen Fakultas Ekonomi UNY

66
ANALISIS HASIL BELAJAR
Oleh : Siswanto

Pendahuluan
Analisis hasil belajar merupakan salah satu kegiatan dalam dunia
pendidikan yang penting. Pada satu sisi, dengan analisis hasil belajar yang
dilakukan dengan baik dapat diketahui tingkat kemajuan belajar siswa, kekurangan,
kelebihan, dan posisi siswa dalam kelompok. Pada sisi yang lain, analisis hasil
belajar yang baik akan merupakan feed back bagi guru/dosen untuk mengevaluasi
tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.
Idiealnya, analisis pada bidang apapun dilakukan dengan menggunakan
prosedur dan instrumen yang standar. Prosedur yang standar adalah suatu prosedur
analisis yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan
perlakukan yang adil pada siswa dengan mempertimbangankan situasi waktu,
tempat, dan berbagai keragaman pada siswa. Sedangkan instrumen yang standar
adalah instrumen yang disusun menggunakan prosedur pengembangan instrumen
yang baku dan dapat dipertanggungjawabkan tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Ada dua pendekatan analisis dalam seni yang sering dipergunakan dalam
dunia pendidikan, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan subjektif (intuitif).
Penerapan analisis dengan pendekatan objektif maupun intuitif secara ekstem
masing-masing mempunyai kelemahan. Pendekatan objektif mempersyaratkan
sifat satu dimensi dari objek pengukuran, padahal analisis dalam seni khususnya
pada bidang seni tari pada umumnya objeknya adalah perilaku yang sangat
kompleks (multidimensi), dan penampilan yang diamati relatif panjang durasi
waktunya, sehingga apabila dilakukan analisis terhadapnya akan membutuhkan
instrumen yang sangat panjang. Jenis-jenis seni pertunjukan kehadirannya untuk
dinilai hanya sesaat dan tidak dapat diulang kembali. Sekalipun bisa diulang
misalnya dengan rekaman audio visual, situasinya sudah berubah dari situasi yang
sesungguhnya. Di samping itu menikmati seni sesungguhnya adalah penikmatan
emosional. Oleh karena itu terlalu banyak atau secara ekstrim menikmati seni
dengan dengan kacamata nalar atau rasio menjadi kurang relevan. Sehingga kesan
subjektif penilai/penikmat seni juga turut menentukan.

67
Pada sisi yang lain, Pendekatan subjektif cenderung bersifat intuitif,
subjektifitas penilai sangat tinggi. Selera seni , aliran seni yang diikuti oleh analisis,
dan latar belakang kesenian penilai sangat mempengaruhi hasil analisis. Akibatnya
objektifitas analisis sulit dipertanggung-jawabkan, lebih-lebih bila beberapa jenis
karya tari yang dinilai tersebut sangat beraneka ragam bentuk, aliran, dan latar
belakang budayanya.
Analisis hasil belajar seni tari di perguruan tinggi atau di sekolah selama ini
lebih banyak menggunakan pendekatan intuitif. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan efesiensi. Sesungguhnya pendekatan ini dalam praktiknya kadang-
kadang sudah disertai dengan kompromi-kompromi tertentu oleh para penilai
sebelum melakukan analisis bersama. Hal-hal yang disepakati biasanya adalah
aspek yang dinilai, prioritas (bobot) yang diutamakan, dan rentang nilai. Hal ini
sesungguhnya sudah memasuki wilayah pendekatan objektif. Akan tetapi hal-hal
yang disepakati tersebut biasanya tidak didokumentasikan, tidak diwujudkan dalam
suatu instrument yang formal.

Pengertian Analisis
Analisis (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat analisis untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta
didik. Analisis menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang peserta didik.Hasil analisis dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif
dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan
dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Tes adalah cara analisis yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik
pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat
tertentu yang jelas. Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, analisis
dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa
kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan
penentuan kenaikan kelas. Melalui analisis dapat diperoleh informasi yang akurat
tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru,
serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat

68
keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang
diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.

Ruang lingkup Hasil belajar


Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:
1. Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan
kecerdasan logika – matematika),
2. Domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan
kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional),
3. Domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,
kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap
sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi
kecerdasan menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-
matematika yang termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya
sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk
domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan
kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang
termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %.
Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses
belajar-mengajar dan analisis, yang amat dominan ditekankan justru domain
kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran,
yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang
terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani,
keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi
pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran agama
dan kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan
proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan
kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta
bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan analisis.

69
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak
hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga
termasuk perubahan dalam melaksanakan analisis pembelajaran siswa. Dalam
paradigma lama, analisis pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan
cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang
direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, analisis dalam
aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, analisis pembelajaran tidak
hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi
mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral,
perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian
individu lainnya. Demikian pula, analisis tidak hanya bertumpu pada analisis
produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.
Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik
analisis pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-
rambu analisis pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Analisis Kelas.

Tujuan Analisis Hasil Belajar


Analisis memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya
untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan,
diagnosis, dan prediksi.
1. Sebagai grading, analisis ditujukan untuk menentukan atau membedakan
kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain.
Analisis ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan
dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi analisis untuk grading ini cenderung
membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada
analisis acuan norma (norm-referenced assessment).
2. Sebagai alat seleksi, analisis ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang
masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk
sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi analisis untuk
menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.

70
3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai
kompetensi.
4. Sebagai bimbingan, analisis bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat
keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
5. Sebagai alat diagnosis, analisis bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang
dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan
membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
6. Sebagai alat prediksi, analisis bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat
memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya
atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari analisis ini adalah tes bakat skolastik
atau tes potensi akademik.
Dari keenam tujuan analisis tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam analisis.
Sesuai dengan tujuan tersebut, analisis menuntut guru agar secara langsung atau
tak langsung mampu melaksanakan analisis dalam keseluruhan proses
pembelajaran. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam
kompetensi, tentu saja berbagai jenis analisis perlu diberikan sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan
(proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan analisis
tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan analisis adalah memberikan masukan
informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat
ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya,
dengan menggunakan berbagai cara analisis sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan dapat dicapai peserta didik.

Pendekatan Analisis Hasil Belajar


Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis hasil
belajar, yaitu analisis yang mengacu kepada norma (Analisis Acuan Norma atau
norm-referenced assessment) dan analisis yang mengacu kepada kriteria (Analisis
Acuan Kriteria atau criterion referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan

71
tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada analisis yang mengacu kepada
norma, interpretasi hasil analisis peserta didik dikaitkan dengan hasil analisis
seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat analisis yang sama. Jadi hasil seluruh
peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, analisis yang mengacu kepada
kriteria atau patokan, interpretasi hasil analisis bergantung pada apakah atau sejauh
mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang
telah ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil
belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan analisis yang
digunakan adalah analisis yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal
ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk
penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat
digunakan analisis acuan norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan
kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang
mana, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk
menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.

Teknik Analisis Hasil Belajar


Berbagai macam teknik analisis dapat dilakukan secara komplementer (saling
melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik analisis yang
dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, analisis
diri, dan analisis antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan
tingkat perkembangan peserta didik.
1. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau
salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Tes
tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis
berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan
ganda, benarsalah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian
dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang
dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta
didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan. Tes
praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan

72
perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan. Dalam rancangan
analisis, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan
dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian
nasional dan ujian sekolah.
2. Observasi adalah analisis yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta
didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai
dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun
informal. Analisis observasi dilakukan antara lain sebagai analisis
akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
3. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan
maupun kelompok. Analisis penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas
rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.
4. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karyakarya peserta didik dalam bidang
tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi,
dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui
perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama karyakarya atau
tugastugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan
diskusi untuk menentukan skor. Pada analisis portofolio, peserta didik dapat
menentukan karyakarya yang akan dinilai, melakukan analisis sendiri kemudian
hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil
analisis portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta
didik yang dinilai sedikit.
5. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Analisis
projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.

73
6. Produk (hasil karya) adalah analisis yang meminta peserta didik menghasilkan
suatu hasil karya. Analisis produk dilakukan terhadap persiapan,
pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
7. Inventori merupakan teknik analisis melalui skala psikologis yang dipakai
untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap
objek psikologis.
8. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi
informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan
secara deskriptif.
9. Analisis diri merupakan teknik analisis dengan cara meminta peserta
didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam analisis diri,
setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
secara jujur.
10. Analisis antarteman merupakan teknik analisis dengan cara meminta peserta
didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal
secara jujur.
11. Kombinasi penggunaan berbagai teknik analisis di atas akan memberikan
informasi yang lebih akurat tentang kemajuan belajar peserta didik.

Prinsip Analisis Hasil Belajar


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis hasil belajar peserta
didik antara lain:
1. Analisis ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
2. Analisis menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian
kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran;
3. analisis dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;
4. hasil analisis ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan;
5. analisis harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

74
Analisis hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsipprinsip sebagai
berikut:
1. Sahih (valid), yakni analisis didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur;
2. Objektif, yakni analisis didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
3. Adil, yakni analisis tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan
tidak membedakan latar belakang sosialekonomi, budaya, agama, bahasa, suku
bangsa, dan jender;
4. Terpadu, yakni analisis merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran;
5. Terbuka, yakni prosedur analisis, kriteria analisis, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni analisis mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai,
untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
7. Sistematis, yakni analisis dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkahlangkah yang baku;
8. Menggunakan acuan kriteria, yakni analisis didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan;
9. Akuntabel, yakni analisis dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.

Kesimpulan
Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, analisis dilakukan untuk
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan
belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan
penentuan kenaikan kelas. Melalui analisis dapat diperoleh informasi yang akurat
tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru,
serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat
keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang
diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.

75
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan analisis yang
digunakan adalah analisis yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal
ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk
penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat
digunakan analisis acuan norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan
kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang
mana, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk
menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.

76
DAFTAR PUSTAKA

Mardapi, D & Ghofur, A. (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian


Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.

Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Sudjana, N & Ibrahim, R. (2000). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:


Sinar Baru.

Zainul, A. & Nasoetion, N. (1993). Penilai Hasil Belajar, Depdikbud:Pusat Antar


Universitas.

Http://Google.com/Analisis-hasil-belajar.hlm

77
3. Lampiran Kontrak PPM

78
79
80
81
4. Lampiran Daftar Hadir PPM

82
83
5. Lampiran Angket Kepuasan Peserta PPM

84
85
86
87
6. Lampiran Bukti Seminar Hasil PPM

88
89
90

Anda mungkin juga menyukai