Anda di halaman 1dari 6

Film dokumenter karya john pilger ini menceritakan tentang kapitalis kapitalis dari amerika dan barat

yang memiliki industri di indonesia. Diceritakan bahwa para kapitalis ini begitu kejamnya dalam

melakukan eksploitasi dan dehumanisani terhadap para pekerjanya. Upah yang rendah serta jam

kerja yang melebihi batas telah menjadi makanan sehari hari bagi kaum pekerja yang bekerja di

Industri asing tersebut. globalisasi yang digadang gadang akan memajukan ekonomi negara dan akan

memberikan manfaat yang baik masyarakat kecil serta akan memberikan pemerataandalam hal

ekonomi ternyata malah memberikan penderitaan bagi negara negara berkembang yang menjadi

sarang kapitalis tersebut. Yang terjadi adalah si kaya akan semakin kaya dan si miskin akan semakin

miskin. Di film ini diceritakan bahwa teryata kapitalis malah menjadikan cepatnya arus globalisasi ini

sebagai ajang untuk negara berkembang yang dikuasainya.

John mengungkapkan fakta tentang penderitaan masyarakat terutama kaum pekerja dan berusaha

mengkaikannya dengan adanya aliansi kapitalis internasional yaitu MNC (multi national corporate)

dan kekejaman pada rezim orde baru suharto. Ketimpangan benar benar terlihat jelas bila kita

saksikan seksama dari film ini. Pada bagin awal ditampilkan sebuah tayangan tentang sepasang

kekasih dari golongan bangsawan yang dipertemukan dan sedang menjalani resepsi pernikahan yang

megah. Dijelaskan dalam film, saking mahalnya biaya pernikahan sepasang bangsawan ini, seorang

pelayan yang melayani para tamu pada esepsi itu membutuhkan waktu 400 tahun untuk bisa

menyelenggarakan resepsi pernikahan yang sama. Jika diambil rata-rata umur penduduk indonesia

adalah 70 tahun , empat generasi dari pelayan itu pun tidak sanggup untuk mengumpulkan uang

untuk menyelenggarakan pesta yang serupa. Sementara tidak jauh dari tempat pernikahan tersebut

terdapat suatu perkampunganh kumuh yang sebaagian warganya ada yang bekerja di pabrik pabrik

kapitalis global yang membuat barang seperti Nike,adidas, reebok dan GAP. Warga disini banyak yang

tidak terpenuhi hak untuk kesehatan dan pendidikannya. Jelas sekali, bahwa kaum elit di Indonesia

kini dengan adanya globalisasi yang semakin kencang arusnya ini akan semakin akan menumpuk

kapital mereka dan yang miskin akan semakin miskin.

Pertanyaannya sekarang adalah kenapa bisa terjadi seperti itu ? globalisasi itu memicu terjadinya

pertumbuhan ekonomi yang bebas dan tanpa pandang bulu akan melibas siapa siapa yang tidak

memiliki modal baik berupa kapital maupun alat produksi. Elit dengan kemampuan kapital yang kuat

akan menanamkan modalnya pada corporate asing yang masuk ke indonesia. Imbasnya para rakyat
kecil yang tidak memiliki modal kapital mapun alat produksi akan menjadi semakin terasing dan mau

tidak mau harus bekerja pada industri yang membayar pekerjanya dengan harga murah. Alienasi

seperti ini membuat kualitas SDM semakin susah untuk ditingkatkan. Kenapa buruh tidak ada pilihan

lain untuk bekerja dilain sektor selain di sektor industri yang meng-eksploitasi mereka. ? seorang

pimpinan organisasi dan tahana politik bernama dita sari mengutarakan fakta pada film ini bahwa

pemerintah pun tidak bisa menanggulangi permasalah pengangguran yang ada di Indonesia,

pemerintah hanya mengeluh dan kode etik pekerja pun tidak akan pernah berlaku di Indonesia. Orang

miskin sudah semakin miskin , pengangguran semakin banyak meuncul dan ini membuat pekerja tidak

akan pernah bisa menolak untuk bekerja walaupun dengan upah yang rendah.

Begitu kejamnya kapitalis ! ada fakta lain dari film ini yang saya anggap cukup miris , dimana si peneliti

yaitu john pilger membeli celana tinju di sebuah outlet GAP di London dengan harga 112 ribu rupiah.

Dia mengungkapkan kalau celana itu diproduksi di Indonesia dan buruh yang di Indonesia hanya

mendapatkan 500 rupiah saja dari hasil satu celana begitu juga dengan sepatu yang dihargai 1,4 juta

tetapi para buruh yang membuat hanya mendapat 5000 rupiah saja. John berkata, “untuk membeli

tali sepatu pun tidak cukup!”

Pada bagian pertengahan dari film ini diungkapkan bagaimana organisasi seperti World Trade

Organization (WTO), International Monetary Fund (IMF), dan World Bank dengan licik memanfaatkan

globalisasi untuk memasuki negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia agar bisa mengintervensi

kebijakan negara tersebut dan memuluskan kepentingan untuk menguasai dunia ketiga. WTO , IMF

dan World Bank berhasil masuk ke Indonesia tidak lain dan tidak bukan adalah andil besar dari

soeharto yang memiliki kekuasaan pada masa masa itu. Tragedi kemanusiaan yang sangat biadab

terjadi pada masa sebelum suharto mulai menjabat sebagai presiden pada saat itu. Pembantaian lebih

dari satu juta orang yang di klaim sebagai seorang komunis terjadi. Tidak pandang bulu, semua orang

dari kalangan komunis pada saat itu dibantai tanpa pandang bulu.

Hal ini ternyata mendapatkan apresiasi yang besar dari bangsa Indonesia dan membuat suharto naik

ke kursi president menggantikan seorang nasionalis bernama sukarno yang menginginkan

kemandirian ekonomi bagi negaranya. Ini lah permulaan dimana organisasi organisasi seperti WTO,

IMF dan World Bank mulai masuk dan mengacak acak Indonesia. Mereka berhasil menjebak Indonesia

dengan memberikan pinjaman dengan tujuan untuk pembangunan. Tapi dijelaskan pada oleh John
melallui film ini bahwa sebagian besar pinjaman tersebut tidak digunakan untuk melakukan

pembangunan pada level nasional tapi malah masuk ke kantong busuk Soeharto dan antek-anteknya.

Kalau begitu logika sederhananya kalau pinjam haruslah dikembalikan lagi. Lalu siapa yang

mengembalikan ? ya rakyat sekarang yang menanggung akibatnya untuk semua uang yang sudah di

bawa “mati” oleh si biadab suharto. Mau menuntut siapa ? rakyat tidak berdaya , pemerintah santai-

santai saja dan suharto pun sudah busuk dimakan ulat didalam kuburnya.

Globalisasi memang menimbulkan banyak implikasi baik positif maupun negatif. Tapi jelas pada film

ini John Pilger memunculkan lagi wacana wacana tentang buruknya globalisasi yang terjadi di

Indonesia. Mulai dari pekerja yang sangat dieksploitasi sangat tidak dimanusiakan , sampai dengan

organisasi organisasi global seperti IMF, WTO, World Bank yang sebenarnya malah mencekik negeri

ini untuk terus menggelontorkan uangnya. Kesenjangan juga terlihat jelas disini dimana yang kaya

akan menjadi semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini merupakan suatu jalan untuk

membuat kesenjangan yang semakin jauh dan akan semakin akan mempersulit terjadinya integrasi

sosial karena adanya perbedaan strata dan juga kepentingan yang terlau jauh antara rakyat kecil yang

miskin dengan elit yang semakin kenyang akan kapital.

JIKA DIKAITKAN DENGAN TEORI

Review film dokumenter John Pilger diatas membuat mata kita terbuka tentang apa itu makna

globalisasi yang sebenarnya dan apakah implementasinya di Indonesia benar benar maksimal ? Disini

saya mencoba mengkaitkan antara isi dari review diatas dengan menggunakan teory ketergantungan

(dependency theory) Theotonio Dos Santos. Dos Santos mengurai teori ketergantungan ini sebagai

keadaan dimana kehidupan ekonomi negara – negara tertentu yaitu negara dunia ketiga dipengaruhi

oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara – negara lain yaitu negara maju.

Negara negara dunia ketiga hanya akan berperan sebagai penerima dari akibat dan negara maju akan

menikmati limpahan kapital yang terus menerus mengalir. Negara dunia ketiga ini, setelah disentuh

oleh kapitalis maju, bukan malah maju mengikuti alur dan perkembangan pembangunan dunia maju

namun malah akan menjadi terbelakang dan tereksploitasi. Mengapa ? karena negara negara dunia

ketiga yang prakapitalis memiliki karakter dan dinamika tersendiri sehingga bila disentuh oleh negara

maju belu tentu akan akan maju justru perkembangannya akan terhambat.

Dos Santos menguraikan 3 bentuk ketergantungan:


1. Ketergantungan Kolonial

Terjadi penjajahan dari negara pusat ke negara pinggiran. Kegiatan ekonominya adalah ekspor

barang-barang yang dibutuhkan negara pusat. Hubungan penjajah – penduduk sekitar bersifat

eksploitatif.

2. Ketergantungan Finansial-Industrial:

Negara pinggiran merdeka tetapi kekuatan finansialnya masih dikuasai oleh negara-negara pusat.

Ekspor masih berupa barang – barang yang dibutuhkan negara pusat. Negara pusat menanamkan

modalnya baik langsung maupun melalui kerjasama dengan pengusaha lokal.

3. Ketergantungan Teknologis-Industrial:

Bentuk ketergantungan baru. Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan

mentah untuk negara pusat. Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara

pinggiran dengan tujuan untuk kepentingan negara pinggiran.

Walaupun demikian Dos Santos sendiri mengutarkan bahwa teknologi dan paten sebenarnya itu

masih dikuasai oleh negara maju. Jika demikian maka struktur produksi pada proses indistrialisasi di

dunia ketiga adalah :

1. Upah yang dibayarkan kepada buruh rendah sehingga daya beli buruh rendah.

2. Teknologi padat modal memunculkan industri modern, sehingga: Menghilangkan lapangan kerja

yang sudah ada. Menciptakan lapangan kerja baru yang jumlahnya lebih sedikit. Larinya keuntungan

ke luar negeri membuat ketiadaan modal untuk membentuk industri nasional sendiri.

Jika fakta yang ada dilapangan adalah seperti itu maka sebenarnya sistem ekonomi kapitalisme bukan

merupakan solusi yang tepat jika diterapkan di negara dunia ketiga seperti indonesia.

Latar belakang teori ketergantungan pertama yang paling pokok adalah hubungan antara negara maju

dengan negara dunia ketiga yang bersifat eksploitatif. Ini terbukti dengan paparan dari film john pilder

mengenai konteks di Indonesia. Bagaimana para kapitalis itu menguras habis tenaga para buruh atau

pun pekerjanya untuk melakukan apa yang diperintahkan si “bos” tanpa memberikan insentif ataupun

upah yang layak. Dimana para buruh di indonesia dibayar rata rata 9000 rupiah perharinya dengan

waktu bekerja yang bisa mencapai 12 jam atau bahkan yang sangat tidak dimanusiakan adalah ada

juga sebagian buruh dengan alasan untuk mengejar kuantitas dan kualitas ekspor harus bekerja

selama 24 jam dalam seharinya. Betapa biadabnya seorang bos kapitalis yang sampai tega melakukan
tindakan yang sangat tidak manusiawi demi mengejar limpahan kapital yang dia cari. Dengan sistem

yang seperti itu , maka nalar tentang teori ketergantungan yang menguntungkan kaum elit yang

semakin menjadi kaya dan kaum miskin akan semakin termarjinalisasi dan tereksploitasi terjawab

sudah. Dimana kaum kapitalis akan semakin mengejar kapital mereka dan akan menguntungkan kaum

elit di negara dunia ketiga dengan pmberlakukan tentang regulasi yang melemahkan kaum pekerja

dan semakin menguatkan kaum kapitalis. Disisis lain kaum pekerja tidak memiliki pilihan lain untuk

bekerja, karena saking banyaknya pekerja dan lapangan pekerjaan yang semakin sempit membuat

harga buruh menjadi murah.

Latar belakang yang kedua adalah kemampuan negara dunia ketiga untuk melakukan pengembangan

ekonomi dalam sistem kapitalistik terbukti tidak sama. Karena sebenarnya indonesia sebagai negara

dunia ketiga memiliki cara tersendiri untuk maju. Soekarno pada rezim orde baru Orde lama memiliki

kontruksi pemikiran tentang bagaimana indonesia bisa maju dengan menggunakan caranya sendiri

dan menolak bantuan asing. Orde baru sebagai tonggak masuknya kapitalis kapitalis pada sistem

ekonomi indonesia membuat sekarang indonesia menjadi negara yang mendapat efek dari neo

imperialisme baru yang berwujud sisitem kapitalis. Soeharto sebagai president pada masa orde baru

berhasil menumpas rezim ore lama ala soekarno yang nasionalis dengan pembantaian besar besaran

pada kelompok yang dianggap komunis. Pada masa orde baru , teori pembangunan yang di cetuskan

oleh barat diterapkan oleh pemerintahan yang berkuasa pada waktu itu. Memang benar pada

permukaan terlihat jelas keberhasilan dari penerapan teori pembangunan ini, tatapi jika ditelisik lebih

dalam, pengangguran meningkat pesat, angka ketergantungan semakin tinggi , dan tingkat eksploitasi

semakin besar akibat dari para bos industri yang tidak memberikan upah semestinya untuk kerja yang

mereka lakukan.

Latar belakang yang ketiga adalah modernisasi sebagai bentuk ekspansi sistem ekonomi kapitalis.

Modernisasi erat kaitannya dengan globalisasi sekarang ini. Arus globalisasi yang semakin kencang

membuat informasi semakin cepae untuk didapat. Globalisasi juga membuat kapitalis kapitalis yang

ada diseluruh dunia untuk mencari tempat yamg memiliki tingkat upah terhadap buruh yang rendah

seperti indonesia , china , dan juaga di wilayah wilayah dunia ketiga lain. Hal ini menurut saya adalah

merupakan cita cita sekelompok orang yang berkuasa di dunia untuk menciptakan suatu tatanan

sistem ekonomi yang global yaitu sistem kapitalis. “ New Rules Of The World ” begitu ungkapan John
Pilger terhadap sistem kapitalis sekarang ini yang menguasai dunia. Penyebab dari eksploitasi

terhadap buruh dan akar dari pergerakan buruh yang menuntut keadilan. Bagaimana semua itu bisa

dicapai apabila organisasi buruh masih saja lemah ? bagaimana mungkin buruh bisa mendapat

keadilan apabila aparat yang berwenang pun masih mempersulit proses yang meruguikan buruh ?

negara dengan pemerintahan yang bersih dan beradab sangat dibutuhkan Indonesia dan negara

negara dunia ketiga lain sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai