Anda di halaman 1dari 3

Nama : R.

Suryadagawan Situmorang
No. BP :2040512003

Resume Topik II
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) mendefinisikan
entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP ) sebagai entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement)
bagi pengguna eksternal. Pengguna eksternal dalam hal ini antara lain adalah pemilik yang tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. SAK ETAP menyatakan
bahwa suatu entitas memiliki akuntabilitas publik yang signifikan jika: (1) entitas telah mengajukan
pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal
atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau (2) entitas menguasai aset dalam
kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan
atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas nirlaba secara harfiah adalah entitas yang tidak bertujuan mencari laba. Di Indonesia, tidak ada
peraturan yang mendefinisikan entitas nirlaba secara khusus. Beberapa undang-undang langsung
mengatur dan mendefinisikan jenis entitas nirlaba secara khusus, seperti UU No. 16 Tahun 2001 yang
diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, dan UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik. Karakteristik entitas nirlaba menurut PSAK 45:
- Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan;
- Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika entitas nirlaba
menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas nirlaba
tersebut;
- Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam
entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran
entitas nirlaba.
SAK ETAP dikeluarkan oleh IAI pertama kali pada bulan Mei 2009 untuk penerapan efektif pada
penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. SAK ETAP memuat 30
Bab pengaturan dalam kurang dari 200 halaman. Standar ini berlaku untuk entitas yang memenuhi
definisi ETAP sesuai Bab 1: Ruang Lingkup di SAK tersebut. Entitas yang tergolong entitas nirlaba,
sepanjang memenuhi ruang lingkup ETAP, dapat menerapkan SAK ETAP ini dengan tetap mengacu pada
PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba untuk aspek pelaporannya. Entitas yang berada di luar
ruang lingkup ETAP juga dapat menggunakan SAK ETAP apabila regulator terkait mengizinkan. SAK
ETAP mengadopsi International Financial Reporting Standard for Small and Medium Enterprises (IFRS
for SME) dengan beberapa penyederhanaan. SAK ETAP muncul karena adanya beberapa hal dalam
PSAK yang berbasis IFRS yang tidak dapat diterapkan bagi entias kecil dan menengah, diantaranya:
- Penentuan fair value memerlukan biaya yang tidak murah.
- PSAK berbasis IFRS rumit dalam implementasinya, contohnya kasus PSAK 50 dan PSAK 55 yang
sudah disahkan pada tahun 2006 namun implementasinya ditunda hingga tahun 2010 untuk
memberikan waktu bagi pengguna mempelajarinya lebih lanjut.
- PSAK berbasis IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak professional
judgement.
- PSAK berbasis IFRS perlu dokumentasi dan IT yang kuat, yang tidak selalu dimiliki oleh usaha kecil
dan menengah.
Nama : R. Suryadagawan Situmorang
No. BP :2040512003

Etika profesional atau kode etik profesi adalah acuan perilaku perseorangan atau korporasi yang dianggap
harus diikuti pelaku aktivitas professional. Etika Profesi adalah sarana untuk praktisi profesi
mengendalikan diri (internal control) agar tetap menjaga profesionalitasnya. Etika profesi ini paling tidak
menjaga praktisi profesi agar selalu ingat profesi adalah untuk kepentingan public dan selalu ingat dengan
sifat altruism yang melekat pada profesi. Altruisme berarti orang yang mengutamakan kepentingan orang
lain. Dengan etika profesi maka praktisi profesi diharapkan melaksanakan tugas profesi berdasarkan
kecintaan dan tanggung jawab profesi, bukan karena ketakutan tuntunan hukum ataupun apapun karena
kehilangan reputasi dan nama baik. Ada tujuh karakteristik sebagai prasyarat sebuah profesi:
- Memiliki pengetahuan yang khusus
- Melalui Proses pendidikan formal yang diakui untuk memperoleh pengakuan spesialis yang disaratkan
- Memiliki Standar kualifikasi professional sebagai syarat penerimaan anggota profesi
- Memiliki standar prilaku yang mengatur hubungan antara praktisi dengan klien, rekan sejawat, dan
masyarakat pada umumnya
- Pengakuan akan status
- Menerima tanggung jawab social yang melekat pada pekerjaan untuk kepentingan public
- Memiliki organisasi yang menjaga kewajiban social dari profesi
Teori dalam Etika diantaranya: egoism; utilitarianisme; deontology; keadilan; dan virtue ethics. Aturan
praktis untuk pengambilan keputusan etis diantaranya:
- Golden rule > Perlakukan orang lain seperti anda ingin diperlakukan;
- Disclosure rule > Jika anda merasa nyaman dengan tindakan atau keputusan setelah bertanya pada diri
sendiri apakah anda akan berkeberatan jika semua rekan, teman dan keluarga anda menyadari hal itu,
maka anda harus bertindak atau memutuskan;
- Intuition ethics > Lakukan apa yang “firasat anda” katakan untuk lakukan
- Categorical imperative > Menerapkan prinsip ini jika secara konsisten juga dapat diterapkan oleh
orang lain;
- Profesional ethics > Lakukan hanya apa yang bisa anda pertanggung jawabkan didepan komite dari
rekan-rekan professional anda;
- Utilitarian > Lakukan “yang terbaik untuk jumlah besar”;
- Virtue > Lakukan apa yang menunjukkan kebajikan yang diharapkan.
Tahapan dalam stakeholder impact analysis:
- Analisis kepentingan dari masing-masing pemangku kepentingan
- Hitung dampak yang dapat dikuantifikasi
- Lakukan penilaian terhadap dampak yang tidak dapat dikuantifikasi
Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa
professional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh kongres dan berlaku bagi seluruh anggota,
sedangkan aturan etika disahkan oleh rapat anggota himpunan dan hanya mengikat anggota himpunan
yang bersangkutan. Interpretasi aturan etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang
dibentuk oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan anggota dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya. Prinsip etika profesi akuntan:
- Tanggung jawab profesi
- Kepentingan public
- Integritas
- Objektivitas
- Kompetensi dan due professional care
- Kerahasiaan
- Perilaku professional
- Standar teknis
Nama : R. Suryadagawan Situmorang
No. BP :2040512003

Coorporate Governance adalah suatu system proses seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara berbagai pihak yang berkepentingan demi tercapainya tujuan organisasi. Prinsip dasar dari Good
Coorporate Governance: (1) transparansi; (2) akuntabilitas; (3) responsibilitas; (4) independensi; dan (5)
kewajaran dan kesetaraan. Cakupan dari GCG yaitu:
- Menjamin Kerangka Dasar Corporate governance yang Efektif
- Hak-hak Pemegang Saham dan Peran Kunci Kepemilikan Saham
- Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham
- Peranan Pemangku kepentingan dalam Corporate Governance
- Keterbukaan dan Transparansi
- Tanggung Jawab Dewan
Tata kelola yang baik akan menghasilkan:
- Penciptaan dan peningkatan keunggulan kompetitif perusahaan;
- Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara efisien, mencegah penipuan dan mal praktik;
- Memberikan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham;
- Peningkatan nilai suatu perusahaan;
- Memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan;
- Pengentasan kemiskinan dengan meningkatkan tanggung jawab sosial.
Komite audit memiliki tugas untuk melakukan penelaaham atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan publik antara lain laporan keuangan, proyeksi dan laporan
lainnya yang terkait dengan keuangan emiten atau perusahaan publik. Untuk menjadi komite audit,
persyaratan yang diperlukan:
- Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengalaman, pengetahuan sesuai dengan
bidangnya serta mampu berkomunikasi dengan baik;
- Wajib memahami laporan keuangan dan bisnis perusahaan;
- Wajib memahami kode etik komite audit yang ditetapkan oleh emiten;
- Wajib memiliki paling kurang 1 orang anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian
dibidang akuntansi;
- Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus;
- Bukan anggota dalam KAP. Kantor konsultan hukum, kantor jasa penilai publik, atau jasa lainnya
yang menerikan konsultasi kepada emiten atau perusahaan publik dalam 6 bulan terakhir;
- bukan merupakan orang yang bekerja atau memioiki wewenang dan tanggung jawab untuk
merencanalan memimpin dan mengawasi kegiatan emiten atau perusaan publik dalam waktu 6 bulan
terakhir kecuali komisaris independen;
- Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung dalam emiten atau perusahaan publik;
- Tidak mempunyai huhungan afiliasi dengan deaan komisatis, anggota direksi, atau pemegang saham
utama emiten atau perusajaan publik;
- Tidak mempunyai hubungan uaaha baik langsung ataupun tidak langsung yang berkaitan dengan
usaha emiten atau perusahaan publik.

Anda mungkin juga menyukai