Disusun oleh :
Felicia Sabrina Mariani 201807000148 / 12018002247
Maria Ivana Agustine M. 201807000260 / 12018003247
Stephanus Nico Sutario 201807000088 / 12018001432
Dosen Pengampu:
Dr. Weny Savitry S. Pandia, M.Si, Psikolog
Maria Wirastari, M.Psi., Psikolog.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JUNI 2021
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
Sejarah Sekolah TK Don Bosco III 3
Metode Pengambilan Data 4
BAB II 9
LANDASAN TEORI 9
Anak Usia Dini 9
Pendidikan Anak Usia Dini 9
Montessori 10
BAB III 14
BAB IV 26
ANALISIS 26
BAB V 30
PENUTUP 30
Kesimpulan 30
Diskusi 31
Saran 31
Refleksi Pribadi 32
Felicia Sabrina Mariani 32
Maria Ivana Agustine 33
Stephanus Nico Sutario 34
Kontribusi Anggota Kelompok 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 39
Informed Consent 39
Bukti wawancara 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
membantu sesama dengan setulus hati (“Tangan siap sedia”). Kedua hal
tersebut kemudian harus dijadikan komitmen hidup untuk selalu dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari (“Hati setia”) (donbosco.sch.id., n.d.).
Usia 40 tahun
S2 PAUD
3
Platform Nama Channel
Instagram @tkdb3cikarang
https://www.instagram.com/tkdb3cikarang/?hl=en
Indikator Item
Data Sekolah TK Sekolah TK Don Bosco III berdiri sejak tahun berapa?
Don Bosco III
Apa Visi, Misi dan Tujuan dari Sekolah TK Don Bosco
III?
4
d. Apakah ada alat-alat/mainan yang disediakan
untuk bermain atau belajar? Apa saja? Digunakan
dengan tujuan apa?
e. Bagaimana kurikulum/program yang digunakan
sekolah secara offline/daring ini mempengaruhi
perkembangan anak?
f. Bagaimana keaktifan anak ketika offline/daring?
5
Persyaratan-persyaratan apa yang dibutuhkan untuk
mengajar atau menjadi guru di TK Don Bosco III?
Hubungan dengan Apa terdapat kerjasama antara TK Don Bosco III dengan
lembaga atau institusi atau lembaga lain (sekolah lain atau lembaga
institusi lain pemerintah tertentu)? Kerjasama dalam bentuk apa?
6
Tabel indikator observasi:
Ruang kelas
Fasilitas lain
7
BAB II
LANDASAN TEORI
8
memberikan stimulasi, asuhan, bimbingan, dan pembelajaran (Fadhillah,
2019).
Berdasarkan penjelasan Boca, Martino, dan Piazzalunga (2017)
pendidikan usia dini ini dapat melibatkan hubungan antara anak dengan orang
tuanya atau keluarga serta sekolah. Dalam hal ini peran guru juga menjadi
penting dalam membangun dan membantu anak dalam belajarnya. Stipek
(2002) menjelaskan bahwa peran guru adalah mengobservasi anak-anak
terutama pada cara belajar anak-anak usia dini. Terdapat anak yang lebih
mengeksplorasi dirinya secara bebas, namun terdapat juga anak yang
menyukai aturan atau instruksi. Pintrich (2008) menambahkan umumnya pada
masa-masa ini Sekolah sudah mulai mengembangkan dan menyediakan
pre-kindergarten yakni sekolah untuk anak di bawah umur 5 Tahun dengan
tujuan membantu anak menghadapi kesulitan akademis serta kesulitan dalam
belajar. Hal ini merupakan upaya dari komunitas pendidikan yang
menunjukkan bahwa pendidikan sejak dini merupakan hal penting. Santrock
(2013) menambahkan bahwa anak-anak usia dini merupakan masa golden age
yang mengindikasikan bahwa anak lebih peka terhadap perubahan dan
informasi yang diberikan.
C. Montessori
Montessori merupakan salah satu metode pembelajaran anak usia dini
yang dibentuk oleh Maria Montessori dan berkembang sejak Tahun 1913
(Magini, 2013). Berdasarkan Wulandari (2016) Montessori merupakan
pembelajaran yang mengedepankan aspek kebebasan belajar bagi anaknya.
Tujuan dari metode Montessori adalah melatih anak dalam meningkatkan
kepekaan dan eksplorasi anak dalam berpikir terhadap suatu objek. Umumnya
dalam melakukan pembelajaran Montessori, anak-anak diberikan suatu alat
Montessori dan diberikan kebebasan untuk bermain dengan alat tersebut.
Terdapat juga delapan prinsip-prinsip dalam pembelajaran Montessori, yakni:
1. Aspek berpikir kognitif dan aspek pergerakan motorik dapat saling
berhubungan satu dengan yang lain. Cara berpikir individu dapat
9
mempengaruhi pergerakan anak dan sebaliknya, gerakan motorik
anak dapat mendorong anak untuk berpikir dan mencari informasi.
2. Anak mendapatkan kebebasan untuk menentukan pembelajarannya
sendiri. Hal ini menjadi salah satu cara untuk membantu anak
dalam mengontrol dirinya.
3. Pembelajaran ditentukan oleh anaknya sendiri, materi-materi serta
kegiatan perlu disesuaikan dengan ketertarikan anaknya. Oleh
karena itu, pengetahuan mengenai hobi atau minat narasumber
perlu digali terlebih dahulu.
4. Dalam pembelajaran Montessori, pengajar perlu mengontrol
reward sehingga tidak ada reward secara ekstrinsik. Umumnya
reward yang diberikan adalah suatu pujian atau dorongan
challange yang dapat memotivasi anak untuk aktif bereksplorasi.
5. Kegiatan Montessori juga dilaksanakan oleh anak bersama dengan
teman-teman atau significant othersnya sehingga pembelajaran
cukup kolaboratif.
6. Pembelajaran yang didasarkan pada minat anak dapat membantu
dalam memotivasi anak untuk memperhatikan secara detail dan
berfokus untuk menggali lebih dalam kemampuannya tersebut.
7. Peran guru dalam pembelajaran Montessori adalah memberikan
arahan dan menyediakan lingkungan yang nyaman bagi anak nya.
Oleh karena itu, guru perlu untuk membangun interaksi bersama
dengan anaknya.
8. Dalam Montessori dibutuhkan lingkungan yang mendukung dan
cukup teratur sehingga membantu anak dalam bereksplorasi.
Gutex (2013) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran Montessori di
Sekolah, peran pengajar adalah mengamati proses anak bereksplorasi tanpa
secara langsung mengintervensi, namun terdapat saat pengajar perlu untuk
memberikan bimbingan atau arahan bila anak memerlukannya. Hal ini
disebutkan dalam Wulandari (2016) bahwa peran guru selain sebagai pemberi
lingkungan pembelajaran yang mendukung, perlu juga untuk menjadi teladan
10
bagi anaknya. Selain itu, guru-guru dalam sekolah Montessori perlu memiliki
prinsip bahwa anak-anak merupakan individu yang istimewa sehingga bila
mereka melakukan kesalahan dalam, hal itu merupakan aspek pembelajaran
anak mengenai tanggung jawab pada kegagalan. Oleh karena itu, hukuman
dan kritik keras merupakan hal yang perlu dihindari pada pembelajaran
Montessori.
Alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran Montessori juga memiliki
ciri-ciri yang perlu diperhatikan. Berdasarkan Gutex (2013) terdapat lima
karakteristik alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran Montessori, yakni:
1. Alat yang menarik: Melalui alat yang menarik, umumnya anak-anak akan
lebih termotivasi untuk menggunakan alat tersebut. Selain itu, anak-anak
umumnya akan bereksplorasi secara lebih mendalam karena tidak terdapat
batasan bagi anak untuk mencari hal-hal baru dari kegiatan yang
diberikan. Alat yang menarik juga mendorong anak untuk secara aktif
bergerak dan berpikir.
2. Alat yang berwarna atau bergradasi: salah satu hal yang menjadi fokus
pembelajaran Montessori adalah kemampuan berpikir kognitif. Melalui
suatu alat yang berwarna, anak-anak cenderung merasa lebih tertarik
untuk berpikir dan merangsang cara anak menginterpretasikan suatu
objek. Adanya gradasi ini juga mendorong kemampuan anak dalam
menginterpretasikan suatu objek berdasarkan indra penglihatannya.
3. Alat yang auto-correction: auto correction adalah alat yang mampu untuk
membantu anak dalam memahami konsekuensi bila ia melakukan
kesalahan. Konsekuensi yang dimaksud bukanlah seperti hukuman atau
kritik, namun dorongan untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
4. Alat yang auto-education: auto-education adalah alat yang mampu untuk
memberikan pembelajaran bagi anak tanpa memerlukan keterlibatan guru
untuk membantu anak memainkannya. Hal ini menjadi salah satu aspek
penting karena dalam Montessori, peran guru adalah menemukan
lingkungan yang kondusif bagi anak dan hanya membantu bila anak
benar-benar membutuhkannya.
11
5. Alat yang kontekstual: alat dalam Montessori umumnya bukanlah alat
yang sangat sulit untuk dicari atau digunakan. Namun, alat-alat tersebut
harus sesuai dengan konteks pembelajaran dan dapat diakses oleh anak
secara mandiri. Berdasarkan Wulandari (2016) alat-alat yang kontekstual
perlu disesuaikan dengan lokasi tempat tinggal dan lingkungan sekitarnya.
12
BAB III
HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI
13
terhadap kritik yang diberikan sehingga pada buku anak terdapat kolom kritik
dan saran. Hal ini merupakan salah satu bentuk kesadaran dari Sekolah bahwa
pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini membutuhkan kerjasama
antara orang tua dan guru.
Sekolah TK Don Bosco III tidak memberikan aturan-aturan tertulis
terhadap anaknya. Narasumber menjelaskan bahwa anak-anak pada usia dini
perlu diberikan kebebasan untuk bereksplorasi, sehingga tidak terdapat
batasan-batasan bagi mereka. Meskipun ketika mereka melakukan kesalahan,
umumnya Sekolah akan membimbingnya. Narasumber juga beranggapan
bahwa kesalahan anak dapat menjadi salah satu bentuk pembelajaran bagi
dirinya untuk lebih waspada terhadap perilakunya. Sekolah juga sangat
menghindari adanya pemberian hukuman karena dapat membatasi keinginan
anak untuk bereksplorasi. Beberapa aturan bagi para anak adalah perlunya
memakai seragam sekolah dan harus membawa makanan yang sehat seperti
sayur dan buah-buahan, namun Sekolah membawakan aturan ini secara
bermain sehingga tidak menimbulkan rasa takut untuk bereksplorasi pada
anak.
Dalam pengaplikasian Montessori, Sekolah menyusun jadwal yakni dua
kali dalam seminggu. anak-anak melaksanakan pembelajaran di Kelas yang
berbeda, yang biasanya disebut sebagai playroom. anak-anak juga diberikan
kebebasan untuk memilih mainannya sendiri, namun sebelum mulai bermain
anak-anak mendapatkan penjelasan terlebih dahulu cara bermainnya. Sekolah
juga menyediakan beberapa alat-alat bermain seperti bola-bola dan stiker.
Namun, narasumber menegaskan kembali bahwa Sekolah tidak melaksanakan
metode Montessori secara keseluruhan.
Sekolah TK Don Bosco III merupakan Sekolah yang menerima anak-anak
berkebutuhan khusus pada tingkat yang masih mampu untuk menerima
informasi. Responden menyebutkan bahwa umumnya anak-anak dengan
kebutuhan khusus ini ada yang lebih terlihat sangat aktif, namun terdapat juga
yang sangat pasif. Hal ini terlihat karena tidak terdapat kelas khusus bagi anak
berkebutuhan khusus. Untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus,
14
umumnya pembelajaran di Sekolah TK Don Bosco diintegrasikan sesuai
dengan kebutuhan khusus anak tersebut, hal ini juga menjadi alasan Sekolah
tidak melaksanakan metode Montessori secara keseluruhan. Oleh karena itu,
Sekolah peran guru dalam Sekolah TK Don Bosco III menjadi salah satu hal
yang penting.
Selama pandemi berlangsung, kegiatan Sekolah cukup banyak berubah.
Kelas-kelas dilaksanakan secara online melalui Microsoft Teams dan
tugas-tugas dikumpulkan melalui assignment seperti rekaman video. Selain
itu, sekolah memberhentikan sementara ekskul komputer, namun kegiatan
ekskul lain seperti menari dan menggambar tetap dapat dilaksanakan.
Kegiatan ibadah dan pembelajaran membaca, menulis, menghitung juga
direncanakan secara online. Responden juga menyebutkan bahwa akhir-akhir
ini Sekolah sudah mulai dibuka, namun tidak sepenuhnya pembelajaran
dilakukan secara offline. Umumnya kegiatan belajar offline saat ini hanya
berlangsung sebentar saja, terutama untuk memenuhi protokol.
Dalam pengaplikasian kelas Montessori secara online, alat-alat yang
digunakan umumnya alat-alat yang mudah dicari oleh anak. Pada beberapa
waktu Sekolah juga mengirimkan beberapa bahan yang akan digunakan oleh
anak pada saat kelas, misalkan ikan koi dalam plastik atau hasil print
lembar-lembar yang akan dikerjakan oleh anak. Menurut responden sendiri,
pandemi ini tidak menjadi suatu hambatan bagi Sekolah untuk memberikan
pendidikan serta melibatkan anak secara aktif dan pembelajaran secara efektif.
B. Asesmen
Guru melakukan asesmen pada anak melalui banyak sumber kriteria
dengan media yang bervariasi juga. Kriteria-kriterianya dinilai lewat observasi
dan proyek-proyek anak. Berikut kriteria asesmen pada anak dan darimana
guru mendapatkannya:
● Performa kerja anak, yang di evaluasi dengan observasi dan lewat
hasil karya yang ditunjukan pada akhir tahun.
15
● Penilaian sikap dan kemampuan anak bersosialisasi dinilai dengan
checklist berdasarkan observasi. Guru melihat apakah anak sudah bisa
bersosialisasi dengan temannya atau belum.
● Guru juga membuat anecdote, dimana guru menuliskan
kejadian-kejadian yang cukup ekstrem, seperti luar biasa baik ataupun
buruk. Hal ini digunakan untuk melihat dan mencari tahu bagaimana
perkembangan siswa dan apa yang terjadi di sekitar siswa agar guru
mengetahui intervensi yang tepat jika dibutuhkan.
C. Peran Guru
Pada sekolah TK Don Bosco III, persyaratan utama agar dapat mendaftar
menjadi seorang guru di sekolah ini adalah minimal berpendidikan sarjana.
Namun, narasumber mengatakan bahwa tidak ada persyaratan penjurusan
khusus untuk menjadi guru di sekolah ini. Hal ini dikarenakan narasumber
sendiri diterima kerja menjadi di guru di sekolah ini 16 tahun yang lalu tanpa
memiliki basis pendidikan anak usia dini (PAUD) sama sekali. Hal yang
paling penting adalah calon guru harus memiliki minat, semangat, ataupun
komitmen dalam bekerja dan belajar bersama anak-anak kecil yang
dibimbingnya nanti.
Guru yang mendaftar dan diterima untuk kerja di sekolah TK Don Bosco
III biasanya merupakan lulusan dari bidang Bimbingan dan Konseling (BK),
Psikologi, ataupun Pendidikan. Bila guru yang bekerja tidak memiliki basis
pendidikan anak usia dini, maka sekolah akan membantu guru tersebut untuk
mengambil sarjana PAUD, diberikan buku-buku, seminar, workshop,
pelatihan, maupun webinar terkait dengan PAUD. Hal ini dikarenakan guru
dapat merasa paling benar dalam mengajar ketika tidak diberikan ilmu yang
tepat, sehingga sekolah selalu mendukung guru untuk terus belajar dan
mengembangkan ilmunya terkait dengan PAUD.
Pada situasi pembelajaran, cara guru membangun hubungan dengan
anaknya adalah dengan menjadikan dirinya sebagai teman bagi anak. Namun,
tetap perlu ditekankan bahwa dirinya juga merupakan guru. Hal ini
dimaksudkan untuk tetap mengajarkan anak rasa hormat dan saling
16
menghargai. Narasumber mencontohkannya kalimat yang beliau sampaikan
kepada anak, yaitu “Miss Wahyu (nama narasumber) ini guru kamu lho di
TKB [dengan nada yang menarik tetapi tetap tegas].”
Selain itu, dibutuhkan passion atau gairah dalam menjadi guru di TK Don
Bosco III. Hal ini dikarenakan tidak mudah untuk menjadi seorang guru dari
anak-anak yang masih sangat aktif dan memiliki konsentrasi yang tidak lama.
Guru harus dapat masuk ke dalam dunia anak dan memahami
kebutuhan-kebutuhan anaknya. Perasaan lelah pasti ada, dikarenakan tugas
yang banyak mulai dari menyiapkan material pembelajaran, harus selalu
ekspresif ketika mengajar, dan berhati-hati atau tidak sembarangan dalam
berinteraksi dengan anaknya.
Biasanya, satu kelas TK dipegang oleh satu orang guru dan berisi
sejumlah 8-10 anak. Selain itu, ada satu pesuruh yang bekerja untuk semua
kelas dan bertugas membantu guru ketika ada anak yang membutuhkan dan
guru tidak bisa meninggalkan kelas.
Peran guru dalam membantu anaknya belajar diharapkan untuk selalu aktif
dalam berinteraksi, mengobservasi, dan mencatat kegiatan yang dilakukan
anak. Hal ini diharapkan dapat membantu orang tua untuk lebih memahami
perkembangan anaknya di sekolah. Ketika ada guru yang pasif, maka akan
didorong oleh sekolah untuk dapat lebih aktif. Hak komunikasi antara guru
dengan orang tua juga diberikan untuk membangun hubungan yang saling
membangun. Dalam mengintervensi kegiatan anak, narasumber mengatakan
bahwa guru tidak diberikan batasan sejauh mana dapat mengintervensi
kegiatan anaknya.
17
tersebut guru dapat bertanya kepada orangtua terkait perkembangan anak di
rumah. Hal ini membuat TK Don Bosco selalu membuat acara untuk
melibatkan orangtua dalam pendidikan anak. Contohnya, menanam bersama
dan yoga bersama dengan orangtua. Dalam menyusun aktivitas bersama
dengan orangtua, TK Don Bosco selalu memperhatikan manfaat dari kegiatan
yang dilakukan.
Sebagian besar respon orangtua terhadap kegiatan-kegiatan yang
dirancang sekolah juga cukup baik. Orangtua banyak ikut dalam kegiatan
yang dirancang sekolah, namun memang ada yang merespon dengan lebih
pasif atau bahkan negatif. Narasumber menyatakan bahwa karakteristik
orangtua murid sangatlah bervariasi, ada yang over protective ada juga yang
lebih mengandalkan sekolah dalam pendidikan anak, ada juga yang mau
bekerja sama untuk mendidik anak bersama sekolah. Untuk terus
mengikutsertakan orangtua murid dalam pendidikan anaknya sekolah, pihak
sekolah selalu mengevaluasi program berdasarkan feedback dari orangtua dan
evaluasi internal dengan pihak sekolah.
18
F. HASIL OBSERVASI
Observasi diambil melalui media sosial TK Don Bosco III Cikarang.
● Bangunan gedung sekolah (TK berada di Lantai 1):
Melalui sosial media terlihat bahwa bangunan sekolah cukup
bersih dan rapi. Cat tembok masih tidak terlihat kusam dan gedung ini
masih sangat layak untuk dijadikan sebagai tempat belajar anak.
Foto 1:
● Ruang Kelas:
Bangunan kelas juga cukup bersih dan rapi, jendela kelas dan
lantai kuga bersih. Secara keseluruhan kelas masih layak digunakan
sebagai tempat belajar.
Foto 2:
19
● Fasilitas Lain:
Fasilitas lain dari sekolah yang terlihat pada sosial media adalah lapangan,
aula, dan ruang bermain. Semua yang tertera fasilitasnya masih baik,
bersih dan layak digunakan.
● Kegunaan lapangan adalah untuk melakukan aktivitas fisik seperti
olahraga, upacara dan acara yang membutuhkan aktivitas fisik.
Foto 3:
20
● Ruang bermain, digunakan sebagai sara anak bermain dan belajar.
Foto 5:
21
● Gambaran Kegiatan dan metode pengajaran sekolah setelah adanya
pandemi COVID-19:
Suasana kelas tidak diperlihatkan lewat sosial media, namun
anak-anak terlihat aktif di dalam belajar dan mengerjakan tugas. Dalam
setiap video-video yang ditampilkan juga terlihat bahwa ada yang
merekam anak, hal ini menunjukan keaktifan orangtua dalam kegiatan
pembelajaran anak.
22
Guru juga aktif membagikan video tutorial sebagai bahan
pembelajaran anak dan video dibuat seramah dan semenyenangkan
mungkin. Salah satu materi pembelajaran anak yang terlihat di sosial
media adalah membuat musik.
● Acara Khusus:
Sekolah cukup aktif dalam menyelenggarakan acara khusus selama
pandemik. Terlihat juga bahwa orangtua cukup aktif dalam aktivitas ini,
berikut salah satu contohnya adalah Lomba Kreasi Bento untuk
memeriahkan Hari Kartini dan melibatkan orangtua juga dalam
aktivitasnya.
23
BAB IV
ANALISIS
24
tuntutan-tuntutan pemberian materi yang diharapkan oleh orangtua seperti
menulis, membaca, dan menghitung. Sekolah masih berusaha memberikan anak
rasa kontrol dalam proses belajar dengan memberikan mereka kesempatan untuk
mempelajari materi dengan kecepatan mereka masing-masing. Semuanya tidak
dipaksakan untuk selesai pada saat itu juga. Jika anak belum selesai atau belum
menguasai materi, maka tugas dapat dipelajari lagi dirumah.
Untuk memastikan anak merasakan kontrol dalam apa yang dipelajari,
seminggu dua kali, anak dibawa ke kelas playroom dimana anak dapat memilih
mainannya sendiri, walaupun saat online ini diubah oleh guru menjadi peralatan
alternatif seperti mangkok dan butiran beras. Hal ini menunjukan walaupun tidak
sepenuhnya dapat memberikan materi berdasarkan ketertarikan anak dan
membebaskan anak untuk menentukan pembelajarannya sendiri, TK SD Don
Bosco masih berusaha memberikan anak rasa kontrol dengan memilih permainan
apa yang ingin dipelajari sekaligus dipelajarinya saat di playroom.
Agar materi dipastikan berpengaruh secara signifikan kepada anak,guru
melakukan evaluasi terkait materi yang diberikan kepada orangtua. Untuk
memastikan kegiatan pembelajaran anak juga dapat membuat anak terlibat dengan
aktif, guru berusaha untuk membuat jadwal belajar mingguan anak yang demikian
dengan memasukan variasi seperti show and tell, melukis, dan berhitung dengan
mengkorporasikan mainan.
Dalam TK Don Bosco, kegiatan yang diberikan sekolah kepada anak
sangat bervariasi dan menstimulasi anak untuk menggunakan aspek pergerakan
kognitif dan motorik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar anak yang sering
diintegrasikan dengan permainan atau media yang bervariasi, seperti belajar
menghitung menggunakan bola, mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam dengan
menggunakan air dan minyak. Anak kadang juga diberikan kegiatan outdoor
yang dapat menstimulasi siswa lewat berinteraksi langsung dengan sumber
pembelajaran, seperti kunjungan ke pabrik-pabrik untuk mempelajari hal baru.
Hal ini menunjukan bahwa sekolah menganut prinsip Montessori yang
menyatakan bahwa aspek berpikir kognitif dan aspek pergerakan motorik dapat
saling mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Selain itu hal ini menunjukan
25
bahwa program-program yang diberikan TK Don Bosco memberikan program
yang menjadikan lingkungan anak lebih mendukung untuk anak bereksplorasi
dalam belajar.
Saat pembelajaran dalam pembelajaran di kelas, guru memberikan pujian
dan kesempatan untuk anak dalam mengeksplor. Hal ini dapat terlihat saat anak
diperbolehkan untuk memilih permainannya sendiri, dan guru yang selalu
mengobservasi anak dan mendorong anak dengan apresiasi. Dalam beraktifitas
juga anak didorong untuk melakukannya dengan significant others, hal ini dilihat
dengan kegiatan-kegiatan yang anak lakukan bersama orangtua untuk menanam.
Dari hal ini terlihat bahwa TK Don Bosco menjalankan prinsip Montessori yang
menyatakan bahwa dalam pembelajaran akan lebih baik untuk memperkecil
reward ekstrinsik dan memberikan pembelajaran kolaboratif antara anak dengan
significant othersnya.
Dalam TK Don Bosco, guru-guru bertugas untuk tetap memantau
anak-anak dan mengetahui bagaimana proses bermain anak.Melalui ini guru dapat
membangun hubungan yang dekat dengan anak dan mengetahui intervensi apa
yang anak butuhkan saat anak terlihat memiliki hambatan. Terlihat dari
bagaimana guru menangani anak pendiam, dimana guru mencari tahu masalah
anak terlebih dahulu, lalu mencari tahu kesukaannya dengan show and tell, jika
gagal guru terus ajak bermain dan diusahakan anak merasa dilibatkan dan nyaman
dalam proses belajar. Hal ini menunjukan bahwa TK Don Bosco menyediakan
lingkungan yang nyaman bagi anak dan memberikan arahan yang membangun
kepada anak.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dalam proses belajar
khususnya dalam bermain, sekolah menyesuaikannya dengan kurikulum
Montessori yaitu dapat dimainkan sendiri karena anak memilih jenis mainan dan
memainkannya sendiri, saat ini guru hanya menyediakan lingkungan yang
memadai. Maka dari permainan anak di TK Don Bosco auto education dan
autocorrection. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, anak memainkan think
tower, hal ini menandakan bahwa permainan yang disediakan bagi anak warna
dan bentuknya.Dalam bermain anak juga diminta diberikan atau diminta untuk
26
menyediakan peralatan yang mudah ditemukan di sekitarnya. Contohnya, air dan
minyak. Dari sini terlihat bahwa peralatan yang digunakan untuk belajar mudah
ditemukan, namun juga sesuai dengan konteks pembelajaran yaitu Ilmu
Pengetahuan Alam saat anak diminta untuk menyiapkan air dan minyak.
ANALISIS OBSERVASI
Berdasarkan observasi yang kelompok dapatkan dari media sosial
(Youtube, Instagram, dan Facebook), terlihat bahwa sebelum dan setelah pandemi
COVID-19 terdapat banyak perubahan. Hal ini meliputi program, yang sebelum
COVID-19 acara diadakan di AULA, sekarang hanya bisa dirumah. Pada proses
belajar sebelum pandemik anak juga secara langsung bertatap muka dan sekarang
tidak bisa. Dalam pembelajarannya terlihat bahwa walaupun online sekolah masih
mengusahakan adanya pembelajaran yang terkait dengan montessori, seperti pada
lampiran gambar di hasil observasi, anak mengerjakan tugas dengan berbagai
media seperti kertas berwarna, Hal ini mengindikasikan alat yang digunakan
sebagai mediasi belajar memang dapat dioperasikan sendiri oleh anak, mudah
didapatkan, dan sesuai konteks pembelajaran.
Meskipun begitu, dari yang terpapar di sosial media, guru, anak, dan
orangtua masih bekerjasama untuk menciptakan lingkungan belajar yang
membuat anak bisa menjadi lebih berkembang dan eksploratif. Jadi Perubahan
yang terjadi tidak hanya memberikan batasan tapi juga menghasilkan inovasi baru
untuk pembelajaran anak.
27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah TK Don Bosco merupakan sekolah yang mencampurkan
pengaplikasian kurikulum pendidikan kurikulum 2013 dengan Montessori.
Dalam belajar anak mempunyai kebebasan untuk belajar seperti memilih
permainan sendiri, namun masih terikat juga materi pembelajaran dengan
persiapan kemampuan dasar seperti belajar menghitung, membaca dan
menulis.Sekolah menyediakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan
kemampuan kognitif dan motorik serta afektif anak seperti kegiatan
olahraga, praktek bersama, dan berdoa untuk menstimulasi kognitif dan
motorik anak sebagai bentuk persiapan ke jenjang Sekolah Dasar (SD).
Sekolah juga berusaha untuk menyediakan aktivitas yang menarik dan
bermanfaat bagi anak dengan menyediakan kegiatan yang dapat dilakukan
dengan significant other dan juga menyediakan kegiatan yang dapat
dilakukan sendiri oleh anak. Hal ini membuat orangtua juga terdorong
untuk lebih berpartisipasi dalam pendidikan anaknya. Intinya sekolah ini
berusaha untuk memberikan apa yang terbaik bagi siswa dalam konteks di
Indonesia, dimana sistem pendidikannya menuntut anak untuk menguasai
hal spesifik sebelum melanjutkan ke jenjang berikutnya, namun sekolah
juga tetap mencara cara untuk memaksimalkan potensial anak dengan
mencampurkan cara belajar yang lebih menstimulasi dan membantu cara
berpikir anak lewat kurikulum Montessori.
28
B. Diskusi
TK Don Bosco terlihat secara mampu memberikan suatu
pembelajaran yang menarik bagi anak didiknya. Fasilitas serta kriteria
pengajar juga sudah dibekali oleh Sekolah, terutama pada pembelajaran
mengenai anak usia dini.
Sekolah juga terlihat memahami bagaimana cara menghadapi
anak-anak usia dini dan menyadari betapa pentingnya hubungan sekolah
bersama anak ataupun hubungan sekolah bersama orang tua murid.
Penerimaan kritik oleh Sekolah juga menunjukkan bahwa secara tidak
langsung Sekolah TK Don Bosco tidak sepenuhnya terpaku pada
kurikulum 2013 saja, namun juga mengelaborasikannya dengan harapan
orang tua dan anak-anak. Salah satu bentuk dari adanya keterbukaan
Sekolah adalah adanya pembelajaran Montessori. Montessori merupakan
pembelajaran yang cukup jarang dilakukan oleh Sekolah anak usia dini.
Oleh karena itu, terlihat pada TK Don Bosco sangat mengupayakan
kenyamanan dan kualitas belajar anak-anaknya.
Pada penelitian ke depan ada baiknya bila peneliti juga melakukan
observasi secara langsung kepada sekolahnya. Kelompok merasa
membutuhkan hasil observasi terhadap kegiatan-kegiatan anak-anak
sehingga mendapatkan gambaran umum bagaimana kegiatan dilakukan.
Namun, kelompok dibatasi oleh protokol COVID-19 sehingga tidak
memiliki izin untuk berada di lingkungan Sekolah terlalu lama. Observasi
secara langsung juga dapat membantu peneliti mengenai setting
lingkungan yang cocok untuk anak-anak usia dini.
29
C. Saran
Menurut kelompok, TK Don Bosco sudah mampu untuk
memberikan pendidikan yang cukup kondusif terhadap anak-anak. Hal ini
dibuktikan dengan adanya kriteria-kriteria yang dibutuhkan oleh guru atau
pengajar yakni lulus S1 pada Anak Usia Dini. Saran yang dapat diberikan
oleh kelompok adalah diharapkan Sekolah dapat mempertahankan kinerja
dan kualitas pengajarannya, akan sangat baik juga bila guru-guru juga
memahami psikologi anak usia dini karena dapat membantu guru dalam
mengelola aspek mental anak-anak. Di sisi lain, hal ini juga dapat
ditingkatkan melalui seminar motivasi yang dapat memotivasi guru untuk
terus berkembang teknik mengajarnya.
D. Refleksi Pribadi
1. Felicia Sabrina Mariani
Melalui tugas UAS ini, saya merasa mendapat banyak pengalaman
dan pembelajaran baru. Sungguh disayangkan narasumber memiliki
waktu yang terbatas, sehingga data yang didapat untuk pemenuhan
tugas ini tidak terlalu kaya dan kelompok kurang mendapatkan
gambaran yang jelas terkait kegiatan di sekolah TK Don Bosco III.
Pandemi COVID-19 juga berdampak pada kelompok, sehingga tidak
dapat mengobservasi langsung kegiatan siswa yang ada di sekolah.
Meskipun begitu, pengalaman tentunya tetap saya dapatkan,
terutama dikarenakan proses dari awal menghubungi narasumber. Saya
yang tidak mengenali sama sekali narasumber meskipun saya
merupakan alumni dari sekolah tersebut membuat saya sangat takut
dan cemas. Hal ini dikarenakan saya merasa saya sedang
menghubungi orang nomor satu di TK Don Bosco III dan saya takut
saya melakukan hal yang kurang sopan atau berkenan bagi beliau.
Tetapi ternyata kekhawatiran saya tidak terjadi. Saya sungguh senang
ternyata narasumber sangat ramah dan baik. Bahkan saya sangat
terkejut ketika narasumber pertama kali masuk ke dalam Zoom dan
30
dengan suaranya yang menggelegar dan bersemangat, beliau menyapa
kami. Selama wawancara, beliau juga terlihat sangat mendengarkan
pertanyaan kami dan berusaha mencoba menjawab dengan
memberikan gambaran agar kami dapat memahaminya.
Berangkat dari hal tersebut, saya belajar dan memaknai
pengalaman tersebut, tingkat hormat dan kagum saya terhadap guru
PAUD semakin meningkat. Sangat hebat menjadi seseorang yang
selalu semangat di dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga dapat
membuat semangat orang-orang di sekitarnya.
Berdasarkan hasil wawancara, narasumber juga mengatakan bahwa
untuk menjadi guru itu tidak mudah karena dibutuhkan kemauan,
tekad, dan passion yang kuat dalam bekerja di bidang ini. Hal ini
membuat saya untuk lebih mempersiapkan diri ketika nantinya di
masa depan saya memang akan bekerja di bidang ini. Hal ini membuat
saya berefleksi dengan memikirkan dan meyakini diri kembali apakah
minat saya benar-benar ada pada bidang pendidikan untuk PAUD atau
tidak dikarenakan saya sadari pekerjaannya yang tidak mudah dan
berat.
Secara keseluruhan, tugas ini sangatlah bermanfaat bagi saya.
Tidak hanya data saja yang didapat, tetapi juga pembelajaran
gambaran pekerjaan yang saya minati di masa depan. Kegiatan ini juga
membangun hubungan yang baik antara saya dengan pihak guru
maupun kepala sekolah TK Don Bosco III, sehingga kegiatan ini juga
memperluas koneksi saya terhadap bidang pekerjaan yang saya minati
ini.
31
2. Maria Ivana Agustine
Awalnya saya merasa cukup terbebani karena kelompok kesulitan
untuk mencari sekolah. Tidak ada yang mengenal guru PAUD dalam
kelompok kami. Namun, akhirnya kelompok dapat menemukan
sekolah yang dapat diwawancarai kepala sekolahnya. Kepala sekolah
juga sangat informatif saat diberikan pertanyaan terkait. Dari
pengalaman ini tentunya saya belajar untuk tetap berusaha meskipun
pengerjaan suatu tugas terkesan sulit.
Melalui wawancara bersama dengan kepala sekolah TK Don
Bosco, saya menjadi tau lebih banyak terkait proses sekolah anak TK
di masa pandemik. Hal ini menarik karena terlihat usaha guru untuk
membuat anak tetap aktif terlibat dalam pembelajaran seperti dengan
memberikan print-an think-tower, mengajak makan bersama walaupun
makanannya dari rumah masing-masing, dan berusaha memberikan
aktivitas-aktivitas yang masih mengkorporasikan kurikulum
Montessori meskipun sebenarnya sulit karena online.
Dari wawancara ini saya juga sadar bahwa walaupun terlihat
sederhana materi pembelajaran anak TK, namun untuk mencapai kelas
yang bisa berjalan dengan lancar dalam setting online itu sangat tidak
mudah. Di belakang itu semua kegiatan yang dijalani anak terdapat
usaha persiapan yang besar dari pihak sekolah dan menurut saya
guru-guru harus diapresiasi oleh usaha itu.
32
dengan anggota kelompok cukup mudah untuk membangun hubungan
komunikasi.
Saya melihat narasumber merupakan seorang yang ceria dan
semangat, sehingga saya berpikir bahwa salah satu trait yang
dibutuhkan oleh seorang pendidik anak usia dini adalah semangat dan
keceriaan tersebut. Di sisi lain, narasumber juga menjelaskan bahwa
hal yang dibutuhkan dalam menjadi pengajar di sekolah anak usia dini
adalah rasa sayang pada anak-anak. Hal merupakan salah satu aspek
yang dapat membangun hubungan guru bersama anak-anak sehingga
pengajaran tidak disesuaikan dengan keinginan atau harapan guru,
melainkan dengan kebutuhan anak-anak.
Pada awalnya kelompok tidak mengetahui gambaran atau metode
pendidikan yang digunakan oleh sekolah TK Don Bosco, namun
secara langsung narasumber menyebutkan Montessori. Hal ini
mengejutkan karena istilah tersebut umumnya hanya diketahui oleh
pendidik anak usia dini. Narasumber lalu menjelaskan bahwa salah
satu kriteria guru di TK Don Bosco adalah sudah belajar mengenai
pendidikan anak usia dini, hal ini menjadi bekal bagi setiap guru. Bagi
guru yang belum mendapatkan pendidikan ini, Sekolah juga
menyediakan pembelajaran bagi mereka. Menurut Saya, hal ini
mengindikasikan bahwa pihak Sekolah sangat memperhatikan peran
guru dalam mengajar.
Sekolah juga menerima anak-anak berkebutuhan khusus. ketika
ditanyakan mengenai hal tersebut, narasumber menjelaskan bahwa
anak-anak yang berkebutuhan khusus sebenarnya masih mampu untuk
diajak belajar bersama. Hal ini membutuhkan kecakapan guru dalam
memperhatikan anak-anak. Pemberian materi juga memiliki cara yang
khusus disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Awalnya Saya mengira
pemberian pengajaran yang khusus dapat menimbulkan pembatasan
relasi antar anak dengan teman lainnya. Namun, narasumber
menjelaskan dalam memberikan pengajaran, anak-anak yang
33
berkebutuhan khusus kerab diberikan kesempatan untuk berinteraksi
seperti biasa dengan teman-temannya. Perbedaan pengajaran yang
dimaksud adalah cara guru menghadapinya misalkan dengan mengajak
mereka untuk berkumpul bersama teman atau memotivasi mereka
dengan memberikan hal-hal yang mereka sukai.
Hasil wawancara ini banyak memberikan insight bagi saya,
mengenai cara mengajar hingga cara guru memberikan bantuan pada
anak berkebutuhan khusus. Saya juga mengapresiasi sekolah TK Don
Bosco karena banyak hal yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam
mempertahankan kualitas pengajaran. Sekolah juga sangat kompeten
dalam menentukan pengajaran yang kreatif dan bervariasi sesuai
dengan kebutuhan anak.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Wulandari, T. T. (2016). Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis
Permulaan Berbasis Metode Montessori. Universitas Sanata Dharma.
36
LAMPIRAN
Informed Consent
37
Bukti wawancara
38