Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Mengetahui pengaruh waktu pemasakan pada pembuatan pulp proses soda
semi mekanis terhadap perolehan pulp.

1.2 Komposisi Biomassa


Ada berbagai jenis biomassa dan komposisinya juga beragam. Beberapa
komponen utama adalah selulosa, hemiselulosa, lignin, kanji, dan protein. Pohon
biasanya mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin seperti tanaman herba
meskipun persen komponennya berbeda satu sama lain. Jenis biomassa yang
berbeda memiliki komponen yang berbeda, misalnya gandum memiliki kadar pati
yang tinggi, sedangkan limbah peternakan memiliki kadar protein yang tinggi
(Yokoyama, 2008).

1.2.1 Selulosa
Polisakarida yang tersusun dari D-glukosa yang terhubung secara seragam
oleh ikatan β- glukosida. Rumus molekulnya adalah (C6H12O6)n. Derajat
polimerasinya, ditunjukkan oleh n, dengan nilai kisaran yang lebar mulai dari
beberapa ribu hingga puluhan ribu. Hidrolisis total selulosa menghasilkan D-
glukosa (sebuah monosakarida), akan tetapi hidrolisis parsial menghasilkan
disakarida (selobiosa) dan polisakarida yang memiliki n berurutan dari 3 ke 10.
Selulosa memiliki struktur kristal dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap
asam dan basa (Yokoyama, 2008). Gambar 1 menunjukkan rumus struktur
selulosa.

1.2.2 Hemiselulosa
Polisakarida dimana unit-unitnya adalah terdiri atas monosakarida dengan
5 karbon seperti D-xilosa, D-arabinosa dan monosakarida karbon-6 seperti D-
manosa, D-galaktosa dan D- glukosa. Jumlah monosakarida karbon-5 lebih
banyak dibandingkan monosakarida karbon-6 dan rumus molekul rata-ratanya
adalah (C5H8O4)n. Karena derajat polimerisasi (n) hemiselulosa adalah antara 50
sampai 200, yaitu lebih kecil dari selulosa, maka ia lebih mudah terurai
dibandingkan selulosa, dan kebanykan hemiselulosa dapat larut dalam larutan
alkali (Yokoyama, 2008).
Hemiselulosa yang umum adalah xilan, yang terdiri atas xilosa dengan
ikatan 1, 4. Gambar 1c menunjukkan rumus struktur xilan. Hemiselulosa yang lain
adalah glukomanan, tetapi semua hemiselulosa beragam jumlahnya bergantung
pada jenis pohon dan juga bagian tumbuhan itu sendiri. 

1.2.3 Lignin
Merupakan senyawa dimana unit komponennya, fenilpropana dan
turunannya, terikat secara 3 dimensi. Strukturnya kompleks dan sejauh ini belum
sepenuhnya dipahami. Gambar 1d menunjukkan unit komponennya. Struktur 3
dimensi yang kompleks ini menyebabkan ia sulit untuk diuraikan oleh
mikroorganisme dan bahan-bahan kimia. Berdasarkan pengamatan ini, maka
dapat disimpulkan bahwa lignin memberikan kekuatan mekanis dan juga
perlindungan untuk tumbuhan itu sendiri. Selulosa, hemiselulosa dan lignin dapat
ditemukan secara universal dalam berbagai jenis biomassa dan merupakan sumber
daya karbon alami yang paling berlimpah di bumi (Yokoyama, 2008).

1.2.4 Pati
Seperti selulosa, pati merupakan polisakarida dimana unit komponennya
adalah D- glukosa, tapi ia dihubungkan oleh ikatan α-glikosida. Karena perbedaan
dalam struktur ikatan, maka selulosa tidak larut dalam air sedangkan sebagian pati
(lihat Gambar. 1.3 .1-b) dapat larut dalam air panas (amilosa, dengan bobot
molekul antara 10.000 sampai 50.000, mencakup hampir 10% -20% dari pati) dan
sebagian lagi tidak dapat larut (amilopektin, dengan bobot molekul antara 50.000
sampai 100.000, mencakup hampir 80% - 90% dari pati). Pati ditemukan di dalam
biji, umbi (akar) dan batang, dan mempunyai nilai yang tinggi sebagai makanan
(Yokoyama, 2008).

1.2.5 Komponen-komponen Lain (Organik dan Anorganik)


Jumlah komponen organik yang lain berbeda bergantung pada jenis
biomassa, tetapi ada juga komponen organik dengan jumlah yang tinggi seperti
gliserida (contohnya minyak rapeseed, minyak sawit dan minyak sayur lainnya)
dan sukrosa di dalam tebu dan gula bit. Contoh yang lain adalah alkaloid, pigmen,
terpena dan bahan berlilin. Meskipun komponen ini ditemukan dalam jumlah
yang sedikit, namun memiliki nilai tambah yang tinggi sebagai ramuan obat.
Biomassa tidak hanya terdiri atas senyawa organik makromolekul tetapi juga
mengandung bahan anorganik (abu) dalam jumlah yang sangat kecil. Unsur logam
primer termasuk Ca, K, P, Mg, Si, Al, Fe dan Na. Bahan dan jumlahnya berbeda
bergantung pada jenis bahan baku (Yokoyama, 2008).
Gambar 1 Analisis Komponen Biomassa

1.3 Defenisi Pulp


Pulp merupakan bubur kertas yang digunakan untuk pembuatan kertas.
Pulp dapat dibuat dari bahan baku yang mengandung selulosa. Bahan baku dasar
pembuatan pulp adalah selulosa dalam bentuk serat dan hampir semua tumbuhan
yang mengandung selulosa dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan pulp.
Bahan baku yang digunakan dapat berupa kayu jarum maupun kayu daun. Kayu
jarum misalnya kayu pinus, kayu turi dan bambu, sedangkan yang termasuk kayu
daun misalnya jerami, merang, batang pisang dan rumput-rumputan (Bahri, 2015).

1.4 Delignifikasi
Ada beberapa metode untuk pembuatan pulp yang merupakan proses
pemisahan selulosa dari senyawa pengikatnya, terutama lignin yaitu secara
mekanis, semi kimia, dan kimia (Purnawan, 2012).

1.4.1 Proses Mekanis


Pembuatan pulp secara mekanis dilakukan tanpa menggunakan bahan
kimia yaitu dengan cara menguraikan serat yang ada di dalam kayu secara paksa
dengan menggunakan aksi mekanis. Bahan baku digiling dalam keadaan basah,
serat-serat kayu akan terlepas, kemudian disaring sampai kehalusan tertentu untuk
memperoleh bubur kertas (pulp). Dalam proses mekanis ini tidak dilakukan
pemisahan komponen-komponen yang terdapat di dalam kayu sehingga pulp yang
dihasilkan mempunyai kandungan bahan seperti semula. Keuntungan proses ini
adalah biaya produksi yang rendah dan hasil yang tinggi karena pulp yang
diperoleh sekitar 90 % dari bahan semula. Kelemahannya adalah rendahnya mutu
kertas yang dihasilkan, dimana kertas mudah sekali menjadi kuning dan
kecoklatan karena kandungan ligninnya masih banyak (Bahri, 2015).
1.4.2 Proses Semi Kimia
Proses semi kimia adalah karena pada tahap awal pembuatan pulp
digunakan bahan-bahan kimia sebagai pelunak bahan baku. Pelunakan
dimaksudkan untuk memutuskan ikatan lignoselulosa dengan menghilangkan
sebagian dari hemiselulosa dan lignin. Kemudian diperlakukan secara mekanis
untuk memisahkan serat-seratnya. Disini pulp semi kimia masih mengandung
lebih dari 25 % lignin yang terdapat dalam kayu. Pulp yang diperoleh biasanya
digunakan untuk membuat kertas pembungkus, kertas cetak dan papan kertas
kayu. Jika konsentrasi bahan kimia semakin tinggi, maka penyerapan terhadap
selulosa semakin naik dibandingkan dengan penyerapan terhadap lignin, yang
dapat menghasilkan rendemen dan kekuatan rendah (Bahri, 2015).

1.4.3 Proses Kimia


Proses pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp yang
menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian-bagian
kayu yang tidak diinginkan. Rendemen pulp yang diperoleh dalam proses ini
relatif rendah dibandingkan dengan proses mekanis dan semi kimia, yaitu antara
40 – 60 %, sehingga diperoleh produk selulosa yang lebih murni. Ada tiga macam
proses pembuatan proses pembuatan pulp secara kimia yaitu proses soda, proses
sulfat atau kraft, dan proses sulfit, masing-masing menggunakan larutan pemasak
yang berbeda (Bahri, 2015).
Keuntungan-keuntungan memakai proses kimia pada pembuatan pulp
antara lain (Bahri, 2015):
a. Dapat dilakukan pada semua jenis bahan baku.
b. Kekuatan pulp tinggi.
c. Pulp yang dihasilkan dapat digunakan untuk pembuatan rayon.
d. Kualitas kertas yang dihasilkan lebih tinggi.

1.5 Ampas Tebu


Ampas tebu atau disebut juga dengan bagas, adalah hasil samping dari
proses ekstraksi cairan tebu. Ampas tebu sebagian besar mengandung lignin
selulosa. Panjang seratnya antara 1,7-2 mm dengan diameter sekitar 20 µm,
sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadin
papan-papan. Serat bagas tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar teridiri
dari selulosa, pentosan, dan lignin. Hasil analisis serat bagas tercantum dalam
tabel berikut (Vitaloka, 2017):
Tabel 1. Komposisi kimia ampas tebu
Kandungan Kadar (%)
Abu 3
Lignin 22
Selulosa 37
Sari 1
Pentosan 27
SiO 3

1.6 Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Pulp


Adapun faktor yang berpengaruh dalam pembuatan pulp sebagai berikut
(Surest, 2010):
1) Konsentrasi Pelarut
Semakin tinggi konsentrasi larutan alkali, akan semakin banyak selulosa
yang larut. Larutan NaOH berfungsi dalam pemisahan dan penguraian serat
selulosa dan nonselulosa.
2) Perbandingan Cairan Pemasak terhadap Bahan Baku
Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku haruslah memadai agar
pecahan- pecahan lignin sempurna dalam proses degradasi dan dapat larut
sempurna dalam cairan pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil dapat
menyebabkan terjadinya redeposisi lignin sehingga dapat meningkatkan bilangan
kappa (kualitas pulp menurun). Perbandingan yang dianjurkan lebih dari 8 : 1.
3) Temperatur Pemasakan
Temperatur pemasakan berhubungan dengan laju reaksi. Temperatur yang
tinggi dapat menyebabkan terjadinya pemecahan makromolekul yang semakin
banyak, sehingga produk yang larut dalam alkali pun akan semakin banyak.
4) Lama Pemasakan
Lama pemasakan yang optimum pada proses delignifikasi adalah sekitar
60-120 menit dengan kandungan lignin konstan setelah rentang waktu tersebut.
Semakin lama waktu pemasakan, maka kandungan lignin di dalam pulp tinggi,
karena lignin yang tadi telah terpisah dari raw pulp dengan berkurangnya
konsentrasi NaOH akan kembali menyatu dengan raw pulp dan sulit untuk
memisahkannya lagi.

Anda mungkin juga menyukai