Jtptunimus GDL Rizkadiana 6292 2 Babii Dikonversi
Jtptunimus GDL Rizkadiana 6292 2 Babii Dikonversi
KONSEP DASAR
A. Pengertian
1. Sectio Caesaria
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau
suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim ( Mochtar, 1998 ).
Sectio caesaria adalah cara melahirkan janin dengan menggunakan
insisi pada perut dan uterus (Bobak, 2004).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Wiknjosastro, 2002: 863).
2. Pre Eklamsi
Pre eklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya
pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2002).
Preeklamsia berat adalah suatu keadaan pada kehamilan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari 110
mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu
posisi tirah baring (Bobak,2004).
Jadi Post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia berat adalah
masa setelah proses pengeluaran janin yang dapat hidup di luar kandungan
dari dalam uterus ke dunia luar dengan menggunakan insisi pada perut dan
uterus karena adanya hipertensi,edema dan proteinuria.
1
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ
eksterna berfungsi dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna
berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan
blastosis, dan sebagai tempat implantasi, dapat dikatakan berfungsi untuk
pertumbuhan dan kelahiran janin
a. Struktur Eksternal
Gambar 1: Organ Reproduksi Eksterna pada wanita.
1. Mons Pubis
Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang
diatas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea
(minyak) dan ditumbuhi Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa
pubertas, yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid.
Fungsinya sebagai bantal pada saat melakukan hubungan sex.
2. Labia Mayora
Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia
mayora, meatus urinarius, dan introitus vagina ( muara vagina ).
3. Labia Minor
Labia Minora, terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa vagina; merah muda dan basah.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemerahan dan memungkinkan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik.
4. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang
terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian
yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
dinamai glans dan lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita secara
seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Fungsi klitoris
adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksualitas.
5. Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah
menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas
klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait.
Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk
frenulum. Kadang-kadang prepusium menutupi klitoris.
6. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau
skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina,
atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman,
busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).
7. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
8. Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum. Penggunaan
istilah vulva dan perineum kadang-kadang tertukar,
a. Struktur Intenal
1. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di
belakang tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi Krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii
proprium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal
mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Ovarium
juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
(estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita
normal.
Hormone estrogen adalah hormone seks yang di produksi
oleh rahim untuk merangsang pertumbuhan organ seks seperti
payudara dan rambut pubik serta mengatur sirkulasi manstrubasi.
Hormone estrogen juga menjaga kondisi kesehatan dan elasitas
dinding vagina. Hormone ini juga menjaga teksture dan fungsi
payudara. pada wanita hamil hormone estrogen membuat puting
payudara membesar dan merangsang pertumbuhan kelenjar ASI
dan memperkuat dinding rahim saat terjadi kontraksi menjelang
persalinan. Hormone progesterone berfungsi untuk menghilangkan
pengaruh hormone oksitoksin yang dilepaskan oleh kelenjar
pituteri. Hormone ini juga melindungi janin dari serangan sel-sel
kekebalan tubuh dimana sel telur yang di buahi menjadi benda
asing dalam tubuh ibu. hormon androgen berfungsi untuk
menyeimbangkan antara hormon estrogen dan progesterone
( Harunyaha, 2003).
2. Tuba Falopii (Tuba Uterin)
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm.
Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan
otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam.
Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa di antaranya
bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan
mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan
mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina
3. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih,
cekung yang tampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita dewasa
yang belum pernah hamil, berat uterus ialah 60 g. Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung kepada beberapa
faktor. Misalnya, uterus mengandung lebih banyak rongga selama
fase sekresi.
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan. Fungsi-fungsi
ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak diperlukan untuk
kelangsungan fisiologis wanita.
4. Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium,
miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
5. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher.
Tempat perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks
menjadi bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang
lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm
menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks
terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil
serabut otot dan jaringan elastis.
6. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum
dan di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari
introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minora
vulva) sampai serviks.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke
bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar
7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. Ceruk
yang terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut
forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior.
Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesterone. Sel-sel mukosa tanggal terutama
selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang
diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur
kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas lima,
insiden infeksi vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk, Jensen,
2004).
2. Anatomi Fisiologi Abdomen
1. Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa
bertingkat. Sel-sel yang menyusunya secara berkesinambungan
dibentuk oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar
ketika didorong oleh sel-sel baru kearah permukaan, tempat kulit
terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri dari keratin, protein
bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya
sangat rapat.
2. Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan
fibrosa dan elastin. Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis
berupa sejumlah papilla kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada
jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfe dan saraf.
3. Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak
pembuluh darah dan ujung syaraf. Lapisan ini mengikat kulit secara
longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Dalam
hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organ-
organ yang ada di abdomen, khususnya uterus. Organ-organ di
abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium. Dalam
tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis)
sampai dinding uterus.
4. Fasia
Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak
yang dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,.
Fasia profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu dengan fasia
profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa's fasia
dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas
perut. Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot abdominis
transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis
dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak..
Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama
meliputi struktur tubuh.
5. Otot perut
Gambar 6. Lapisan Otot Perut
(dr Bambang Widjanarko, SpOG, 2010)
proteksi tubuh
nyeri
menurun imobilisasi
pintu masuknya kuman peristaltik
sumber: Bobak, 2004 usus menurun
Resti infeksi
Doengoes, 2001 konstipasi
Carpenito, 2000
1
G. Manifestasi klinis
Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria.
a. Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium.
b. Ganguan visus : penglihatan kabur, skoloma, diplopia, mual dan muntah.
c. Ganguan serebral lainnya: refleks meningkat dan tidak tenang.
d. Pemeriksaan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada pemeriksaan
laboratorium.
3) Tumpang tindih dari peritoneal flat baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus
ke rongga periutoneum
2
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang atau
lebih kecil.
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat menye-babkan uterine
putus dan terjadi perdarahan hebat.
2) Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.
2. Sectio Caesarea ekstraperitonealis
Sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka
kavum abdominal.
2. Gawat Janin
Segera lakukan operasi agar tidak terjadi keracunan atau kematian janin, sesuai dengan
indikasi sectio caesarea.
Kontra indikasi
a) Janin mati atau berada dalam keadaan kritis, kemungkinan janin hidup
kecil. Dalam hal ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi.
b) Janin lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sectio
caesarea ekstra peritoneal tidak ada.
c) Kurangnya pengalaman dokter bedah dan tenaga medis yang kurang
memadai.
K. Fase Penyembuhan Luka
M. Penatalaksanaan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat,
Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun pemberian
antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya
pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a.Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada
4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu
paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi
dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah
operasi
Menurut “ Bobak” ( 2004 ), “ Wiknjasastro” ( 2002 )
1. Tujuan pengobatan
a. Menurunkan Tekanan Darah dan menghasilkan vasospasme
b. Mencegah terjadinya eklamsi
c. Anak / bayi hidup, dengan kemungkinan hidup besar
d. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit jangan sampai menyebabkan penyakit
pada kehamilan dan persalinan berikutnya
e. Mencegah timbulnya kejang
f. Mencegah hipertensi yang menetap
2. Dasar Pengobatan
a. Istirahat
b. Diit rendah garam
c. Obat – obat anti hipertensi
d. Luminal 100 mg ( IM )
e. Sedatif ( untuk mencegah timbulnya kejang )
f.Induksi persalinan
3. Pengobatan jalan ( dirumah )
Indikasi untuk perawatan di Rumah Sakit adalah
a. TD < 140/90 mmHg
b. Proteinuria positif akut
c. Penambahan BB 1 kg / lebih dalam 1 minggu harus dilakukan observasi yang teliti
d. Sakit kepala, penglihatan dan edema jaringan dari kelopak mata
e. BB ditimbang 2x sehari
f. TD diukur 4 jam sekali
g. Cairan yang masuk dan keluar dicatat
h. Pemeriksaan urine tiap hari, proteinuria ditentukan kuantitatif
i. Pemeriksaan darah
j. Makanan yang sedikit mengandung garam
k. Sebagai pengobatan diberikan luminal ( 4 x 30 MgSO 4 ) kalau ada edema dapat
diberikan NH4cl + 4 gram sehari tapi jangan lebih dari 3 hari
N. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut Wiknjosastro (2002)
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam
masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine ikut
terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada dinding
uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
c) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga: apakah dalam keluarga mempunyai riwayat hipertensi,
resiko meningkat pada faktor herediter (Saifuddin JNP KKR-POGI, 2000).
(2) Riwayat kesehatan yang lalu
Tujuannya untuk mengetahui riwayat kesehatan yang lalu: apakah klien pernah
dirawat dengan penyakit yang sama pada persalinan sebelumnya. Pada hipertensi
menahun sebelum hamil, saat persalinan, bisa menunjang diagnosa pre eklamsi berat
(Mochtar, 1998).
(3) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang: data ini untuk mengetahui penyakit yang lain yang
dapat memperburuk keadaan.
d) Riwayat obstetri
(1) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang keadaan menstruasi yang dulu, kapan menarche terjadi
pada ibu, disminorhoe, lama menstruasi, siklusnya, dan ditanyakan pula frekuensi
yang terakhir (Cristina, 1996). Pada pre eklamsi berat untuk menghitung usia
kehamilan pada persalinan kali ini apa prematur atau matur.
(2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu normal atau tidak
(Cristina, 1996).
(3) Riwayat kehamilan, persalinan sekarang
Untuk mengetahui apakah kehamilan, persalinan yang sekarang normal atau tidak,
sehingga jika ada kelainan dapat segera ditangani dengan cepat (Cristina, 1996).
e) Riwayat perkawinan
Tujuannya untuk mengetahui umur berapa ibu menikah, lama pernikahan, berapa kali
klien menikah (Cristina, 1996).
f) Riwayat KB
Tujuannya untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang dipakai, alasan berhenti memakai
kontrasepsi, lamanya menggunakan kontrasepsi.
g) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Nutrisi
Untuk mengetahui pola makan, jenis makanan,makanan tinggi protein, tinggi
karbohidrat, dan rendah lemak, bila ada oedema kurangi garam adalah makanan
yang dianjurkan untuk pre eklamsiberat (Manuaba, 1998).
(2) Pola eliminasi
Untuk mengetahui apakah ada gangguan terhadap eliminasi, bila ada gangguan
menunjukan terjadinya retensi garam dan air.
(3) Pola istirahat
Untuk mengetahui keadaan atau kebiasaan istirahat klien cukup atau tidak (Cristina,
1996). Pada kasus pre eklamsi berat ini klien dianjurkan miring atau berbaring ke
arah punggung janin, sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami
gangguan (Manuaba, 2000).
(4) Pola aktifitas
Sejauh mana aktifitas yang dilakukan klien, apakah ada gangguan dalam beraktifitas.
(5) Personal hygiene
Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjaga kebersihan seluruh tubuh.
(6) Hubungan sexual
Untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan sexual dan apakah ada
keluhan.
h) Data psikososial
Untuk mengetahui kondisi psikologi terhadap penyakitnya, perlu dikaji apakah ada rasa
cemas, gelisah, takut akan keadaan yang dapat membahayakan janin yang dikandungnya.
Hal ini karena faktor ketenangan dapat mencegah terjadinya pre eklamsi berat dalam
persalinan (Mochtar, 1998).
i) Data obyektif
a) Pemeriksaan umum
HPL : tanggal berapa, bulan, dan tahun
Pemeriksaan umum untuk mengetahui keadaan ibu pre eklamsi berat meliputi: KU
lemah, kesadaran composmentis, tekanan darah 230/130 mmHg, nadi normal 88
x/menit, tinggi badan: 155 cm, BB sebelum hamil 46 kg, BB sekarang 62 kg.
b) Status present
Melakukan pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe)
meliputi :
(1) Kepala : kulit kepala bersih
Rambut : hitam tidak mudah rontok
Muka : oedem.
Mata :sklera putih,conjungtiva merah muda
Telinga : bersih tidak ada serumen, pendengaran normal
Hidung : bersih, tidak ada polip
Mulut : bersih, gigi tidak berlubang
(2) Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis
(3) Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
(4) Dada : simetris, pernafasan normal
(5) Abdomen :tidak ada bekas operasi, striae gravidarum (-), tidak ada
pembesaran hepar
(6) Punggung : lordosis
(7) Genetalia : bersih tidak ada kondiloma
(8) Anus : bersih tidak ada haemoroid
(9) Ekstremitas atas : oedem +
Ekstremitas bawah: oedem +, kaki tidak ada varices refleks
patela ka/ki +/+
c) Status obstetri
(1) Inspeksi
P. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post SC dengan indikasi pre eklamsia
adalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
sekunder akibat pembedahan
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan perentanan tubuh terhadap bakteri
sekunder pembedahan
4. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam pembedahan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan nyeri
6. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi
7. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak tahuan tentang KB