Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fahruroji

Nim : 191410129

Kelas : ES D/3

Mk : Sejarah Peradaban Islam

JAWABAN UTS SPI

1. Sebelum peradaban Islam dimulai di Arab Saudi, Bangsa Arab memiliki kepercayaan yang
sangat beragam. Sebagian besar adalah penyembah berhala, sebagian lagi Kristen (Hirah,
Ghassan, Najran), Yahudi (Taima, Wadil-Qura, Faidak, Khaibar, Yatsrib), Zoroaster atau
Majusi (Wilayah Timur Jazirah Arab). Terdapat pula kabilah yang menjalankan monoteisme
Ibrahim dan menyembah alam, jin, serta binatang.
2. -Sebelum Masa Kerasulan : Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu
kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Dalam usia muda Muhammad hidup
sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui kegiatan
penggembalaan ini Beliau menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana
demikian, dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini
membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai
macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda ia sudah mendapat gelar al-
amin artinya orang yang terpercaya

-Masa Kerasulan : Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad sudah terlalu biasa
memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua hira, beberapa kilometer
di uatara Makkah. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul
dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama. Dengan turunnya perintah
berdakwah, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara
diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang
pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Setelah beberapa
lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar Nabi
menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat
karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Langkah dakwah seterusnya yang dilakukan Muhammad
adalah menyeru masyarakat umum secara terang-terangan. Banyak cara yang ditempuh para
pemimpin Quraisy untuk menggagalkan dakwah Nabi.

-Pembentukan Negara Madinah :  Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah ),
nabi resmi menjadi pemimpin kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda
dengan periode Mekkah, periode Madinah merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat benyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara.
Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan
kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai rosul merupakan kepala negara. Ajaran Islam
yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun pada periode ini, seperti shalat,
puasa, zakat, dan haji. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru ini Nabi
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Pertama, pembangunan masjid, selain
untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan
mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga berrfungsi sebagai pusat
pemerintahan.

3.  Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah ), nabi resmi menjadi pemimpin kota
itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, periode
Madinah merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat benyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi
terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai
rosul merupakan kepala negara. ( Yatim, 2008:25-26 ). Ajaran Islam yang berkenaan dengan
kehidupan masyarakat banyak turun pada periode ini, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru ini Nabi meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat. Pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat shalat, juga
sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa
mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang
dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga berrfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua, adalah Ukhuwwah Islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim. Nabi
mempersaudarakan antara golongan Anshor dengan golongan Muhajirin , dengan demikian,
diharapkan , setiap Muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekluargaan. Apa
yang dilakukan Rasulullah berarti menciptakan suatu persaudaraan yang baru, yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak–pihak lain yang tidak beragama Islam. Di
Madinah, dismping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan
orang – orang Arab yang menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat
dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan katan perjanjian dengan mereka. Sebuah
piagam yang menjamin kebebasan beragam orang – orang Yahudi sebagai suatu komunitas
yang dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memilik hak tertentu dalam bidang politik dan
keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban
mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan musuh.

4. khilafah rasyidah adalah kekhalifahan yang berdiri setelah wafatnya Nabi Muhammad pada


tahun 632 M, atau tahun 11 H. Kekhalifahan ini terdiri atas empat khalifah pertama dalam
sejarah Islam, yang disebut sebagai Khulafaur Rasyidin. Pada puncak kejayaannya,
Kekhalifahan Rasyidin membentang dari Jazirah Arab, sampai
ke Levant, Kaukasus dan Afrika Utara di barat, serta sampai ke dataran tinggi Iran dan Asia
Tengah di timur. Kekhalifahan Rasyidin merupakan negara terbesar dalam sejarah sampai
masa tersebut. Nabi Muhammad tidak mengajarkan secara langsung bagaimana memilih
pemimpin setelah dia meninggal. Secara tidak langsung, Islam memberikan kebebasan untuk
membuat model pemilihan khalifah. Kepemimpinan keempat Khulafaur Rasyidin pun
berbeda-beda sesuai dengan karakter pribadi dan situasi masyarakatnya.

5. Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur


Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribu kota
di Damaskus); serta dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan
Cordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari
khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadang kala disebut
juga dengan Muawiyah I. Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu
dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin
Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin
Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka
mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang
dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal,
terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, serta penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah.

6. khilafah bani abbas adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu


kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat
pengetahuan dunia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan
menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada
keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-
Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa
mulai tahun 750 dan memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama
tiga abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya
merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan
nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa
untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering
disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang
melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabiyyah dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya
pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang
menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di
perpustakaan Baghdad.

7. 1.  Yang berbangsa Persia: Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M). Shafariyah di


Fars, (254-290 H/868-901 M). Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M). Sajiyyah di
Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M). Buwaihiyah, bahkan menguasai Baghdad, (320-447
H/932-1055 M).
2.  Yang berbangsa Turki : Thuluniyah d Mesir, (254-292 H/837-903 M). Ikhsyidiyah di
Turkistan, (320-560 H/932-1163 M). Ghaznawiyah di Afghanistan, (351-585 H/962-1189 M).
Dinasti
3. Yang berbangsa Kurdi : Al-Barzuqani, (384-406 H/959-1015 M). Abu Ali, (380-489 H/990-
1095 M). Ayubiyah (564-648 H/1167-1250 M).
4.  Yang berbangsa Arab : Idrisiyyah di Maroko,(172-375 H/788-985 M ). Aghlabiyyah di
Tunisia (184-289 H/800-900 M). Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M ). Alwiyah di
Tabaristan,(250-316 H/864-928 M). Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil,(317-394 H/929-1002
M). Mazyadiyyah di Hillah (403-545 H/1011-1150 M ). Ukailiyyah di Maushil,(250-489
H/996-1095 M). Mirdasiyyah di Aleppo,(414-472 H/1023-1079 M).

8. Dalam perkembangan selanjutnya, proses suksesi kepemimpinan politik dalam sejarah Islam
berbeda-beda dari satu masa ke masa yang lain. Ada yang berlangsung aman dan damai, tetapi
sering juga melalui konflik dan pertumpahan darah akibat ambisi tak terkendali dari pihak-pihak
tertentu. Setelah Nabi wafat, terjadi pertentangan pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshar di
balai kota Bani Sa’idah di Madinah. Masing-masing golongan berpendapat bahwa
kepemimpinan harus berada di pihak mereka, atau setidak-tidaknya masing-masing golongan
mempunyai pemimpin sendiri. Akan tetapi, karena pemahaman keagamaan mereka yang baik
dan semangat musyawarah dan ukhuwah yang tinggi perbedaan itu dapat diselesaikan, Abu
Bakar terpilih menjadi Khalifah. Pertumpahan darah pertama dalam Islam karena perebutan
kekuasaan terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Pertama-tama Ali menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan pemberontakan itu adalah Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Usman yang
ditumpahkan secara zalim. Namun di balik alasan itu, menurut Ahmad Syalabi, Abdullah ibn
Zubairlah yang menyebabkan terjadinya pemberontakan yang banyak membawa korban tersebut.
Dia berambisi besar untuk menduduki kursi khilafah. Untuk itu, ia menghasut bibi dan ibu
asuhnya, Aisyah, agar memberontak terhadap Ali, dengan harapan Ali gugur dan ia dapat
menggantikan posisi Ali. Dengan tujuan mendapatkan kedudukan khilafah itu pula Muawiyah,
gubemur Damaskus, memberontak. Selain banyak menimbulkan korban, Muawiyah berhasil
mencapai maksudnya, sementara Ali terbunuh oleh bekas pengikutnya sendiri.Pemberontakan-
pemberontakan yang muncul pada masa Ali ini bertujuan untuk menjatuhkannya dari kursi
khilafah dan diganti oleh pemimpin pemberontak itu. Hal yang sama juga terjadi pada masa
pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Pemberontakan-pemberontakan sering terjadi,
diantaranya pemberontakan Husein ibn Ali, Syi’ah yang dipimpin oleh al-Mukhtar, Abdullah ibn
Zubair, dan terakhir pemberontakan Bani Abbas yang untuk pertama kalinya menggunakan nama
gerakan Bani Hasyim. Pemberontakan terakhir ini berhasil dan kemudian mendirikan
pemerintahan baru yang diberi nama khilafah Abbasiyah atau bani Abbas.

9. Perang Salib adalah sebutan bagi perang-perang agama di Asia Barat dan Eropa antara abad ke-


11 sampai abad ke-17, yang disokong dan adakalanya diarahkan oleh Gereja Katolik. Perang
Salib berbeda dari konflik-konflik keagamaan lainnya karena orang-orang yang ikut serta dalam
perang ini meyakini perjuangan mereka sebagai laku silih demi beroleh ampunan atas dosa-dosa
yang sudah mereka akui. Ruang lingkup istilah Perang Salib pun masih menjadi pokok
perdebatan. Ada sejarawan yang berpendapat bahwa hanya ziarah-ziarah bersenjata
ke Yerusalem sajalah yang dapat disebut Perang Salib, tetapi ada pula sejarawan yang
berpandangan bahwa Perang Salib adalah semua kampanye militer Katolik dengan iming-iming
pahala rohani bagi orang-orang yang ikut berjuang, atau segala macam "perang suci" Katolik,
atau setiap perang yang dicetuskan pihak Katolik dengan iming-iming pahala rohani sebagai ciri
utama. Perang Salib yang paling terkenal adalah perang-perang perebutan Tanah
Suci melawan kaum Muslim di kawasan timur Mediterania antara tahun 1096 sampai tahun
1271. Sejak abad ke-12, ada pula Perang Salib melawan orang Moro Iberia, Perang Salib
melawan Kekaisaran Turki Utsmaniyah, dan Perang Salib untuk maksud-maksud lain, termasuk
untuk memerangi kaum pagan, memberantas kaum bidah, dan menuntaskan silang sengketa di
antara pihak-pihak yang sama-sama beragama Kristen Katolik.
10. masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab
kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode
pertama, hanya karena khilafah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat
berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa para khilafah kuat, para
menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khilafah lemah, mereka
akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.

1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan
pelaksana pemerintah sangat rendah.

2. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat


tinggi.

3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat
besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak
ke Bagdad.

Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A., di antara hal yang menyebabkan kemunduran
daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut:

1. Persaingan Antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah yang didirikan Bani Abbas bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan dilatarbelakangi persamaan nasib semasa kekuasaan Bani Umayyah. Keduanya
sama-sama tertindas. Setelah abbasiyah berdiri, persekutuan tetap dipertahankan. Pada masa ini
persaingan antar bangsa memicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa
untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri.

2. Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang


politik. Pada periode pertama, pemerintahan Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya.
Dan yang masuk lebih besar daripada pengeluaran, sehingga baitul mal penuh dengan harta.
Setelah khilafah mengalami periode kemunduran, negara mengalami defisit anggaran, dengan
demikian terjadi kemerosotan ekonomi.

3. Konflik Keagamaan

Konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra pada masa khilafah Abbasiyah, sehingga
mangakibatkan perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah,
Ahlussunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah
mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.

4. Ancaman dari luar

Selain yang disebutkan daiatas, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan
kemunduran dinasti Abasiyah lemah dan hancur. Pertama, Perang Salib yang berlangsung
beberapa gelombang menelan banyak korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintah Abbasiyah
terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam menyebabkan kekuatan Islam
menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab
menyebabkan kekuatan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan
Mongol

Anda mungkin juga menyukai