THALASEMIA
Disusun oleh:
HASRIANI
14420202115
2020
BAB I
KONSEP MEDIS
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Thalasemia
Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah dengan kondisi
sel darah merah lebih mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel
darah merah yang normal (< 120 hari) (Susyanti dan Prayustira, 2016).
Thalasemia merupakan sindrom kelainan darah yang diwariskan dan
merupakan kelompok penyakit hemoglobinopati, yaitu kelainan yang
disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam
atau dekat gen globin (Nurafif dan Kusuma, 2015).
Penyakit thalasemia merupakan salah satu penyakit genetic
tersering di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh ketidakmampuan
sumsun tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk
memproduksi hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein kaya zat
besi yang berada dalam sel darah merah yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh (Sausan, 2020).
2. Klasifikasi Thalasemia
Klasifikasi thalassemia Menurut Priantono, Tanto, dan Sjakti (2016)
adalah sebagai berikut:
a. Thalasemia Alfa
Thalassemia alfa adalah hasil dari defisiensi atau tidak
adanya sintesis rantai globin alfa, sehingga rantai globin beta
berlebih. Produksi rantai globin alfa dikendalikan oleh dua gen
pada masing-masing kromosom 16. Penurunan produksi biasanya
disebabkan oleh delesi satu atau lebih dari gen ini. Deleksi gen
tunggal akan menyebabkan karier thalassemia alfa dengan
mikrositosis dan biasanya tidak terdapat anemia. Delesi tiga gen
menyebabkan produksi signifikan hemoglobin (HbH) yang
memiliki empat rantai beta.
b. Thalasemia Beta
Thalassemia Beta disebabkan oleh kurangnya atau tidak
adanya sintesis rantai globin beta, sehingga terjadi kelebihan rantai
alfa. Sintesis globin beta dikendalikan oleh satu gen pada
kromosom 11. Thalassemia beta terjadi akibat lebih dari 200
mutasi titik dan delesi dari dua gen (jarang). Produksi rantai globin
beta dapat berkisar antara mendekati normal sampai sama sekali
tidak ada sehingga terdapat lebih banyak variasi keparahan dari
kelebihan rantai globin beta. Apabila terjadi satu defek gen akan
menjadi trait (minor) yang asimtomatis, mikrositik dan anemia
ringan. Bila kedua gen tidak ada, akan menimbulkan thalassemia
beta mayor, gejala akan muncul saat usia 6 bulan.
Sedangkan berdasarkan jumlah gen yang mengalami
gangguan, thalassemia dibagi menjadi:
1) Thalassemia minor
Thalassemia minor merupakan keadaan yang terjadi pada
seseorang yang sehat namun orang tersebut dapat mewariskan
gen thalassemia pada anak-anaknya. Thalassemia trait sudah
ada sejak lahir dan tetap aka nada sepanjang hidup penderita.
Penderitanya hanya membutuhkan transfusi darah pada saat
terjadinya infeksi.
2) Thalassemia mayor
Perjalanan penyakit talasemia mayor biasanya singkat karena
bila penderita tidak didukung dengan transfusi, kematian terjadi
pada usia dini akibat anemia yang berat. Transfusi darah
memperbaiki anemia dan juga menekan gejala sekunder
(deformitas tulang) karena eritropoiesis berlebihan. Penderita
yang sering di transfusi akan mengalami gagal jantung akibat
kelebihan besi yang progresif, dan hemokromatosis sekunder
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting.
3) Thalassemia intermedia
Thalasemia intermedia merupakan kondisi antara thalassemia
mayor-minor. Penderita ini akan mungkin memerlukan
transfuse secara berkala dan penderita thalassemia ini dapat
bertahan
3. Etiologi
Thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter
yang diturunkan secara resesif ditandai oleh defisiensi produksi globin
pada hemoglobin. Dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam
pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari
100 hari). kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal
(hemoglobinopatia). Sebagian besar penderita thalassemia terjadi
karena factor turunan genetic pada sintesis hemoglobin yang
diturunkan oleh orang tua (Nurafif dan Kusuma, 2015).
Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak
normal (hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini karena
adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh gangguan
structural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) misalnya
pada HbS, HbF, HbD dan sebagainya, selain itu gangguan jumlah
(salah satu/beberapa) rantai globin seperti pada thalassemia.
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah
gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang
harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang
diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak
menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
4. Manifestasi Klinis
c. Thalasemia Intermedia
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Data Umum
1) Identitas Klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status pekawinan, tanggal masuk
RS, nomor rekam medic, dan diagnosa medis.
2) Identitas Orang Tua
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan saat ini
1) Keluhan utama : keluhan yang sering muncul yaitu mudah lelah,
mudah mengantuk, hingga sesak napas. Akibatnya penderita
thalassemia aktivitasnya terganggu
2) Riwayat kesehatan anak: anak cenderung mudah terkena infeksi
saluran pernapasan bagian atas dan infeksi lainnya. Hal ini karena
rendahnya hemoglobin yang berfungsi sebagai alat transport.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat Ibu saat hamil
Selama masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam
adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa
dirinya sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu
diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya
nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera
dirujuk ke dokter.
2) Riwayat kesehatan keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah
orang tua yang menderita thalassemia.Apabila kedua orang tua
menderita thalassemia, maka anaknya berisiko menderita
thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya
perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya
penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.
3) Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi meliputi, jenis imunisasi, jenis vaksin yang
telah diberikan pada klien dan waktu pemeriannya
4) Riwayat tumbuh kembang
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan
terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya
pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi
terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah
kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan
seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak.
Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada
jenis thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan
perkembangan anak normal.
d. Kebutuhan dasar
1) Pola nutrisi
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan,
sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan
usianya.
2) Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak
tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah
merasa lelah.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak
selincah anak seusianya yang normal.
2) Kepala
Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai
bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah
mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua
mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.
3) Mata : konjungtiva terlihat pucat kekuningan
4) Mulut : Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
5) Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat
adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik.
6) Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran
limpa dan hati (hepatosplemagali). Pertumbuhan fisiknya terlalu
kecil untuk umurnya dan BB nya kurang dari normal.Ukuran fisik
anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya.
7) Genetalia
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis.Bahkan
mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena
adanya anemia kronik.
8) Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering
mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti
besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit
(hemosiderosis).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Gangguan tumbuh kembang b.d defisiensi stimulus
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh
6. Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Luaran
Diagnosa Intervensi
Keperawatan Rasional tindakan
Keperawatan Keperawatan (SIKI)
(SLKI)
Pola napas Setelah Manajemen Jalan Observasi
Napas
tidak efektif dilakukan 1. Mengetahui
Observasi
adanya
b.d penurunan intervensi
1. Monitor pola perubahan fungsi
energi selama…. Jam napas, bunyi napas respirasi
tambahan, dan 2. Mengetahui
maka pola napas
sputum (jumlah, adnya distress
membaik dengan warna, aroma) pernapasan
2. Monitor adanya 3. Menurun atau
kriteria hasil:
sumbatan napas meningkatnya
1. Dyspnea 3. Monitor saturasi saturasi oksigen
menurun oksigen menunjukkan
2. Frekuensi Terapeutik perlunya
penanganan yang
napas 1. Posisikan semi
adekuat
fowler atau fowler
membaik Terapeutik
2. Berikan minum
- hangat 1. Posisi membantu
3. Berikan oksigen memaksimalkan
jika perlu ekspansi paru
Edukasi dan menurunkan
upaya
1. Anjurkan asupan
pernapasan
cairan 2000
2. Air hangat dapat
ml/hari
membantu
mengencerkan
secret
3. Mengurangi
upaya
pernapasan
Edukasi
1. Penambahan
cairan
Perfusi perifer Setelah Perawatan sirkulasi Observasi :
tidak efektif dilakukan Observasi 1. Pemeriksaan
b.d penurunan intervensi 1. Periksa sirkulasi sirkulasi perifer
konsentrasi selama…. Jam perifer (mis, nadi dimaksudkan
hemoglobin maka perfusi perifer, edema, untuk melihat
perifer pengisian kapiler, aliran darah ke
meningkat warna, suhu) tepi/bagian
dengan kriteria 2. Identifikasi faktor perifer tubuh.
hasil: risiko gangguan 2. Penderita dengan
1. Warna kulit sirkulasi (mis. riwayat DM,
pucat Diabetes, orang lebih rentan
menurun tua, hipertensi, mengalami
2. Kelemahan dan kadar gangguan perfusi
otot menurun kolestrol tinggi) perifer. Ini
3. Turgor kulit Terapeutik disebabkan darah
membaik mereka lebih
1. Hindari kental dan susah
pemasangan infus melewati celah
pada area sempit perifer
keterbatasan Terapeutik
perfusi
2. Lakukan 1. Pemasangan
pencegahan infus pada daerah
infeksi keterbatasan
3. Lakukan perfusi dapat
perawatan kaki menyebabkan
dan kuku edema
4. Lakukan hidrasi diakibatkan
Edukasi cairan infus yang
1. Anjurkan tidak lacar
berolahraga rutin terserap oleh
2. Anjurkan program kedalam aliran
rehabilitasi vena
vascular 2. Ketika
3. Anjurkan program melakukan infus
diet untuk atau tindakan
memperbaiki invasive maka
sirkulasi (mis. perlu pencegahan
Rendah lemak karena pathogen
jenuh, minyak dengan mudah
ikan omega 3) masuk melalui
4. Informasikan tubuh yang
tanda dan gejala terpasang infus
darurat yang 3. Untuk
harus dilaporkan menghindari
(mis. rasa sakit terjadinya luka
yang tidak hilang) pada bagian kuku
akibat dari
keterbatasan
perfusi
4. Mecegah
terjadinya
kekeringan
diarea tubuh
sehingga perlu
dijaga
kelembaban
udara
Edukasi
1. Olahraga dapat
meningkatkan
metabolism
tubuh dan
melancarkan
aliran darah
penyebabnya
2. Rehabilitasi
vascular dapat
memulihkan
gangguan
jantung, terutama
pembuluh darah
jantung
3. Antisipasi untuk
mengurangi
kolesterol dalam
darah
4. Untuk
melanjutkan
intervensi
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
keperawatan oleh perawat dan pasien. Pdoman implementasi keperawatan
adalah:
1. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan
setelah memvalidasi data
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknis dilakukan dengan
kompeten dan efisien dilingkungan yang sesuai
3. Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi
4. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan
perawatan kesehatan dan rencana asuhan
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati pada tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapaiya tujuan dan kriteria hasil, klien dapat keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke
dalam siklus tersebut. Secara umum menurut Wiratama (2019) evaluasi di
tujukan untuk :
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan tercapai atau belum
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan belum tercapai
Terjadi hemapoesis
Risiko infeksi Hepatomegaly Liver
diextramedula
Pengkajian Diagnosa
Rencana
Keperawatan Rencana
Keperawatan
Keperawatan
- Data umum IMPLEMENTASI
- R. kesehatan saat
- Pola napas tidak
ini
- R. Masa lalu efektif
- Manajemen jalan - Pola napas membaik
- R. K ibu saat - Perfusi perifer tidak
napas - Perfusi perifer
hamil EVALUASI
efektif meningkat
- Perawatan sirkulasi
- R. keluarga
- Intoleransi aktivitas - Manajemen energy - Toleransi aktivitas
- R. imunisasi
- Perawatan meningkat
- R. tumbuh - Gangguan tumbuh
perkembangan - Status perkembangan
kembang kembang
- Promosi citra tubuh membaik
- Kebutuhan dasar - Gangguan citra tubuh - Risiko infeksi - Citra tubuh meningkat
- Pemeriksaan fisik
- Risiko infeksi - Tingkat infeksi menurun
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.