Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur TR 9a637c6d
Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur TR 9a637c6d
ABSTRAK
ABSTRACT
Tradition in traditional architecture need to be developed and continued. Continuing this tradition is
not only by repeating it in the same way as our ancestors so that we lost our creativity, but it can be
continued by developing it into something new and continuing the local wisdom as a concept in
building . The local wisdom remain continued but the way we built change in shape as we can use
the new methods and material which suitable with our culture and technology.
The important of continuing the local wisdom brought many advantages to our lives. It’s not only
the matters of continuing the tradition but it also emphasizes our identity and characters,-
especially in culture and architecture,- and to keep balancing the life between human and their
environment . Our ancestors had learnt from their experiences to live with the nature, they had
learnt to take and give with the nature so that they did not damaged their environment. This acts
called local wisdom and it is need to be continued to keep our environtment save.
Keyword : Local wisdom, traditional architecture, Nature
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 1
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.1 Oktober 2017 : 1-16
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 3
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.1 Oktober 2017 : 1-16
yang melalui proses trial dan error. Kearifan (bagian memanjang dari rumah), atap pelana
lokal merupakan pengulangan tetapi melalui menghadap kearah timu dan barat.Rumah
pengulangan tetap terjadi perubahan Aceh termasuk Rumang panggung yang
berdasarkan- pengalaman-pengalaman yang dibangun dengan ketinggian sekitar 2,5 -
terjadi, biasanya yang baik diteruskan, yang 3meter dari Tanah, hal ini juga dimaksudkan
tidak baik ditinggalkan.Kearifan lokal juga untuk menghindari binatang buas dan banjir.
merupakan tradisi yang tanpa akhir karena Kolong rumah dibuat agak tinggi karena
selalu ada penyesuaian diri dengan kedaan dibawah rumah inilah kegiatan bersosialisasi
zaman dan merupakan ilmu yang berasal diadakan. Kolong rumah ini dipergunakan
dari rakyat untuk rakyat. untuk berkumpul, para wanita mengerjakan
kerajinan tangan seperti membuat jeue
Arsitektur Vernakular dan Kebijakan Lokal (tampi beras) mneupas melinjo atau buah
Salah satu bentuk dati kearifan local pinang untuk dijual, menenun, dll. Dimasa
adalah lingkungan buatan yang salah setelah panen para wanita juga menumbuk
satunya adalah arsitektur vernacular.Sartini padi bersama-sama dibawah rumah dengan
(2004) mengatakan bahwa keraifan local alat yang dinamakan dengan jeungki.Tangga
adalah bentuk ekspresi yang mempengaruhi rumah diletakkan dibagian utara (sebagai
perilaku manusia dan aktivitasnya pintu masuk utama) dan selatan
yangdiadaptasikan kedalam ide-ide/pola pikir rumah.Jumlah anak tangga selalu ganjil.
dan karenanya segaal aktivitas dan perilaku Untuk menjaga agar rumah tetap
manusia menghasilkan produk-produk yang bersih.Karena di masa dahulu masyarakat
sesuai dengan pola piker mereka. Hal ini belum menggunakan alas kaki, sebelum
bias terlihat dengan perbedaan porduk- masuk ke rumah biasanya di samping tangga
produk dari budaya yang diahasilkan oleh pintu masuk disediakan guci untuk
setiap daerah yang merupakan hasil dari ide membersihkan diri sebelum masuk kerumah.
atau polapikir manusia dimana daerah tsb Disebelah guci terdapat tongkat kayu untuk
dihuni. menaruh gayung untuk mengambil air dari
Pedoman-pedoman dalam guci dan didekat guci disusun batu-batu
membangun arsitektur vernacular berasal kerikil sebagai alas kaki ketika mencuci kaki.
dari keraifan local yang tentu saja Rumah Aceh dibangun dengan
dipengaruhi oleh budaya dan factor menggunakan metode pasak dan metode
pendukung lainnya. Hal ini dosebabkan oleh ikat tanpa paku.Terdiri dari tiang dan balok
lingkungan buatan dalam pembentukannya yang diletakkan diatas pondasi batu yang
dipengaruhi oleh dua faktir yaitu budaya dan datar.Hal ini disesuaikan dengan Aceh yang
factor pendukung laiinya seperti iklim, merupakan wilayah yang lumayan sering
kebutuhan, material, teknologi konstruksi, mengalami bencana gempa. Balok dan tiang
karakter site, ekonomi, pertahanan dan biasanya mempergunakan kayu
agama (Rapoport, 1969). Pintu rumah memiliki ketinggian
sekitar 120-150, sehingga ketika masuk
Arsitektur Rumoh Aceh orang dewasa harus menunduk, ini
Arsitektur rumoh Aceh memiliki ciri berhubungan dengan adat untuk memberi
khas arsitektur kuno Austronesia dimana hormat pada pemilik rumah.Walaupun begitu
denah dari rumoh Aceh berbentuk persegi ruangan yang dimiliki oleh masyarakat Aceh
panjang, berbentuk rumah panggung dan sangat luas dan tanpa perabot.
atap yang tinggi.Rumoh Aceh terdiri dari 3 Disekitar rumoh aceh terdapat kebun
hingga 5 ruang (reueung dengan 16 hingga yang merupakan tanaman-tanaman yang
24 buah pilar/kolom ddengan jumlah tiang menghasilkan buah dan dapat dijual.
yang selalu genap. Terdiri dari tiga ruang Biasanya adalah manga, rambutan, pisang,
utama yaitu seuramo keu (serambi depan) melinjo, pinang hingga kopi. Pagar rumah
sebagai ruang tamu dan tempat tidur anak merupakan tanaman-tanaman yang juga
laki-laki, seuramo teunggoh yang terdiri dari dapat dimamfaatkan baik untuk dimakan
anjong, rambat dan juree (kamar bagi orang buahnya ataupun untuk obat-obatan seperti
tua/pengantin baru) dan yang terakhir adalah pohon glundong atau keudundong. Kamar
seuramo likot yang berfungsi sebagai ruang mandi biasanya terpisah dari rumah dengan
utk tamu perempuan, ruang tidur dan makan bentuk yang sederhana, hanya dikelilingi
keluarga serta dapur. Pada rumah yang lebih dinding dengan atap yang terbuka. Didalam
besar dapur dibuat dismaping sueramo kamar mandi terdapat sumur yamerupakan
likot.Rumoh Aceh biasanya dibangun sumber air bagi segala kegiatan yang
menghadap kearah utara dan selatan terdapat pada rumah tersebut.
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 4
ISSN : 2088-8201
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 5
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.1 Oktober 2017 : 1-16
secara turun temurun oleh nenek moyang. karena sifatnya yang cepat tumbuh
Penggunaan material dari alam sekitar tidak kembali.
hanya karena bahan tersebut mudah 4. Tali Ijuk
didapatkan tetapi juga disesuaikan dengan Tali ijuk dipergunakan untuk
kedaan iklim dan geografis dari wilayah menggabungkan belahan bamboo untuk
Aceh. Bahan material tersebut adalah : material dinding ataupun lantai.Selain itu
juga untuk mengikat konstruksi atap dan
1. Kayu daun rumbia sebagai penutup atap.
Kayu yang biasanya digunakan adalah 5. Daun Rumbia/daun kelapa
kayu Sentang/ barang/pohon Daun rumbia biasanya dipergunakan
nangka/kayu bak mane dll. Kayu-kayu ini sebagai penutup atap.Penggunaan daun
digunakan untuk konstruksi utama yaitu rumbia dan atau daun kelapa ini karena
kolom (tameh) dan balok (rhoek) dan memang di daerah Aceh dahulunya
konstruksi atap; kuda-kuda dan Gording. banyak terdapat daun rumbia dan atau
Selain itu kayu juga digunakan untuk daun kelapa.Sehingga material sangat
membuat tangga dan pasak. mudah untuk didapatkan.Mempergunakan
Setiap masyarakat Aceh biasanya atap daun rumbia dan atau kelapa sangat
memiliki Lampoeh atau kebun yang bermamfaat didaerah yang beriklim tropis,
ditanami kayu untuk keperluan dimana material penutup atap ini
membangun Rumah. Sehingga mereka merupakan material yang tidak mudah
bisa membangun rumah dengan kayu menghantarkan panas sehingga ruangan
yang didapat dari kebun sendiri. Selain dibawahnya tetap terasa sejuk.
menghemat biaya hal ini juga menjaga 6. Batu
kelestarian hutan dimana setiap pohon Batu kali yang berbentuk pipih biasanya
yang ditebang akan kembali ditanam dipergunakan sebagai alas pondasi.
untuk dipergunakan dalam membangun Pondasi seperti ini dinamakanjuga gaki
rumah di generasi yang berikutnya. tameh/keuneuleung atau pondasi umpak
Kayu yang dipilih adalah kayu dengan dimana kolom kayu hanya diletakkan
kualitas yang sangat bagus sehingga diatas batu sebagai pembatas kayu
dapat bertahan lama. Struktur Utama dari dengan tanah agar tidak mudah lapuk.
Rumoh Aceh biasanya bisa bertahan Penggunaan material yang berasal dari
lebih dari seratus tahun jika dijaga dengan lingkungan sekitar ini menegaskan
baik.Kayu untuk struktur Rumoh Aceh jika kearifan lokal dalam menjaga
tidak dipergunakan lagi sering dijual keseimbangan mikro kosmos dan makro
kembali untuk dibangun kembali menjadi kosmos. Proses penggunaan material
rumah yang baru. setempat dan kebiasaan menanam
2. Papan kembali pohon yang dipergunakan dapat
Material papan biasanya dipergunakan melestarikan dan menjaga lingkungan.
untuk konstruksi dinding dan lantai.Kayu Proses ini juga secara tidak langsung
yang digunakan untuk papan adalah kayu akan memaksa manusia utk tetap
sentangaau kayu barang serta ada juga menjaga dan mengembalikan apa yang
yang menggunakan kayu pohon kelapa. sudah diambil dari alam, karena untuk
3. Bambu kebutuhan pembangunan selanjutnya. Hal
Selain kayu, material yang dpergunakan ini tidak hanya bermamfaat bagi
untuk lantai dan dinding adalah kelestarian lingkungan saja tetapi juga
bamboo.Bamboo ini nantinya dibelah dan berpengaruh kepada banyak factor,
diikat/digabungkan dengan tali yang misalnya berpengaruh pada tetap
dibuat dari kulit bambu sendiri ataupun tali terjaganya (memperlambat perubahan)
ijuk. iklim dan makhluk hidup lainnya yang juga
Penggunaan tanaman bambu sebagai hidup bersama-sama kita.
material rumah juga merupakan upaya
untuk melestarikan lingkungan agar tetap Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan
hijau.Bambu merupakan tanaman yang tidak dijaganya lingkungan, penebangan
sangat mudah hidup dimana saja dan hutan menyebabkan ketidakseimbangan
dapat tumbuh lagi dalam waktu yang pada alam, efeknya yang paling besar
singkat.Sehingga bamboo bisa adalah pada perubahan iklim dan hilangnya
dikategorikan kepada material yang habitat binatang-binatang karena rusaknya
ramah lingkungan dan dapat diperbaharui hutan.Padahal manusia tidak bisa hidup
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 6
ISSN : 2088-8201
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 7
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.1 Oktober 2017 : 1-16
perempuan yang disebut Jurei dan rumah menjadi lebih indah karena
dibagian barat kamar utk orang tua yang perbedaan lantai tersebut. Anjong dan
disebut dengan anjong. Diantara anjong jurei adalah ruang yang bersifat privat,
dan Jurei terdapat rabat yang merupakan perbedaan lantai antara seuramo keu
lorong yang menghubungkan antara dengan seuramo inong menegaskan sifat
seuramo keu dan seuramo likot. privasi ini.
Tipe rumah yang lain adalah rumah yang
memiliki seuramo Inong yang hanya Seuramo Likot (Serambi Belakang)
memiliki Anjong atau ruang tidur untuk Seuramo likot (bagian barat) berfungsi
orang tua. Anak-anak perempuan tidur di sebagai ruag tidur anak perempuan atau
seuramo likot.Tipe rumah yang seperti ini dan orang tua jika ada anak perempuan
biasanya terdapat dirumah yang hanya yang baru saja menikah. Seuramo likot
memiliki 16 tiang.Ruang didepan Anjong juga berfungsi untuk menerima tamu
biasanya dipergunakan sebagai tempat perempuan jika ada acara-acara adat
pelaminan ketika acara pernikahan. atau tamutamu yang memiliki
Anjong akan beralih fungsi menjadi ruang kekerabatan yang dekat karena seuramo
tidur pengantin baru (anak perempuan likot bersifat privat. Seuramo likot juga
yang baru menikah) dan orang tua dan berfungsi sebagai dapur (dibagian timur)
anak perempuan yang belum menikah jika rumah tidak memiliki rumoh dapu dan
akan tidur di seuramo likot. Dalam sekaligus sebagai ruang makan dan
beberapa adat Aceh anak perempuan ruang kumpul keluarga.
yang baru menikah akan tetap tinggal
dirumah orang tua selama kurang lebih 2 Rumoh Dapu (Dapur)
tahun sehingga mereka (pengantin baru) Rumoh Dapu adalah ruangan tambahan
dianggap sudah mampu hidup mandiri. yang berfungsi sebagai dapur.Biasanya
Dibeberapa wilayah Aceh orang tua pihak rumoh dapu terletak disamping seuramo
perempuan juga memberikan rumah likot di bagian Timur.Ketinggiannya bisa
untuk pengantin baru sesudah mereka sejajar ataupun lebih rendah dari seuramo
menikah. likot.Ukurannya lebih kecil dari bagian lain
Didalam anjong terdapat lantai yang di Rumoh Aceh karena ruangan ini hanya
dapat dilepas.Hal ini disebabkan karena berfungsi sebagai dapur.
anjong juga dipergunakan untuk Masyarakat Aceh dulunya memasak
memandikan mayat, sehingga ketika mempergunakan kayu bakar, sehingga di
memandikan mayat bagian lantai ini Rumoh Dapu ada bagian dapu yang
dilepas dan dibawahnya dipasang seng dibuat berbentuk persegi dan diisi dengan
atau terpal untuk mengalirkan air ke tanah.Untuk kompornya dipergunakan
halaman rumah. batuan untuk meletakkan panci. Tanah ini
dipergunakan karean lantai dari rumoh
dapu biasanya adalah bamboo dan kayu,
jadi rawan terbakar oleh api.
Seiring perkembangan zaman dan
kebutuhan yang menyebabkan perubahan
pada budaya hidup, Rumoh Aceh
seringkali didampingi oleh Rumah yang
dibangun tetapi tetap berdampingan
dengan Rumoh Aceh sendiri. Hal ini
Gambar 2. Lubang dilantai rumah yang terjadi karena budaya anak-anak yang
dipergunakan ketika acara sudah dewasa (terutama perempuan)
memandikan jenazah tetapi blm tidak lagi tidur bersama
orangtuanya.
Seuramo Inong ini memiliki perbedaan Rumah bawah inilah yang akhirnya
lantai dengan dua seuramo yang lain mempengaruhi keberadaan Rumoh Aceh
dengan perbedaan lantai setinggi 0.5 yang semakin berkurang. Rumah bawah
meter. Perbedaan lantai ini dilakukan ini yang biasanya disebut sebagai rumah
untuk memberi batasan perbedaan antara tumbuh karena fungsinya yang
seuramo keu/seuramo likot dengan mengakomodasi pertambahan kebutuhan,
seuramo Inong. Selain itu perbedaa lantai terutama pertambahan anggota
ini juga akan mempengaruhi bentuk fasad keluarga.Di rumah bawah ini terdapat
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 8
ISSN : 2088-8201
dapur, ruang makan, kamar mandi ruang kegiatan lainnya seperti menganyam dan
keluarga dan kamar tidur. mengumpulkan pinang dan melinjo masih
dipergunakan hingga sekarang.
Munculnya rumoh yup/rumah bawah ini
juga diakibatkan oleh perkembangan
zaman. Bahkan pada perkembangannya
rumoh yup lebih banyak dipergunakan
daripada rumoh Aceh sendiri. Hal ini juga
mengakibatkan penggunaan rumoh Aceh
menjadi semakin berkurang.
Gambar 5. Bagian kolong rumoh Aceh
Secara vertical Rumoh Aceh dibagi yang dijadikan sebagai garasi mobil
menjadi 3 bagian yaitu :
Bagian Bawah Rumoh/Kolong Rumah Bagian Tengah Rumah
Kolong rumoh Aceh biasanya Bagian tengah rumah adalah bagian yang
dipergunakan sebagai ruang publik; dipergunakan untuk kegiatan seharihari.
sebagai tempat berkumpul dan Ruangan ini bersifat semi privat dan
melakukan kegiatan sehari-hari misalnya privat.
menganyam (tikar, tampi beras, keranjang
dll), mengumpulkan buah melinjo/pinang Bagian Atas rumah/Atap.
untuk dijual, menumbuk padi setelah Bagian atas rumah adalah ruangan
panen atau hanya duduk berkumpul dibawah atap yang disebut dengan para.
dengan para tetangga. Para ini dipergunakan untuk menyimpan
barang-barang. Para ini terdapat dibagian
Timur dan bagian barat rumah. Bentuknya
menonjol ke depan melewati badan
rumah.
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 9
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.1 Oktober 2017 : 1-16
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 10
ISSN : 2088-8201
kayu untuk kolom dan balok. Kayu yang keu/seuramo likot dengan tungai terdapat
dijadikan kolom dan balok di takik untuk balok lebar yang disebut dengan peulangan.
membuat sambungan antara kolom dan Peulangan ini dipasang untuk memperkuat
balok. kemudian kolom-kolom ini dibuatkan bagian tengah rumah yang berbeda
landasan berupa batu kali. Batu kali yg ketinggian
dipergunakan adalah batu kali yang pipih.
Batu kali ini sering juga disebut sebagai
pondasi umpak. Untuk material yang lebih
modern dengan konsep yang sama, batu kali
biasanya digantikan oleh beton yang
dibentuk mirip dengan batu pipih. Fungsi dari
batu atau beton cor ini adalah untuk
memisahkan kolom kayu dengan tanah dan
menghindari kelembaban sehingga kolom
kayu tidak cepat busuk.
Konstruksi pondasi system ini hanya
meletakkan kayu diatas batu tanpa
menempelkannya dengan material lainnya. Gambar 10. Pasak untuk meperkuat ikatan
Hal ini dilakukan agar jika terjadi gempa balok dan kolom
rumah tidak kaku dan bisa mengikuti arah
goyangan gempa sehingga rumah tidak
roboh dan strukturnya tidak rusak.
Gambar 13. Kolom yang bergeser akibat Gambar 15 Papan dinding yang dipasang
gempa yang terjadi di Aceh. secara horizontal
Prinsip cross ventilation yang
Kemudian selanjutanya adalah merupakan salah satu syarat rumah di iklim
membuat ateuh Rumoh yang terdiri dari tropis dilaksanakan pada rumoh Aceh. Setiap
lantai dan dinding. Lantai materialnya dinding pada rumoh Aceh memiliki bukaan
biasanya dari papan kayu dan dipakukan ke baik jendela maupun ventilasi. Seperti yang
balok lantai. Dahulu sebelum ada paku, telah disebutkan diatas, orientasi dari rumoh
lantai dibuat dari bamboo yang dibelah tau Aceh adalah utara-selatan. Hal ini dilakukan
papan dari pohon kelapa dan diikat dengan untuk menghindari arah angin yang kencang
tali ijuk atau rotan dan diikatkan kembali dari sisi utara- selatan (bagian utara-selatan
pada balok lantai. adalah bagian yang lebih panjang).
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 12
ISSN : 2088-8201
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 13
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.1 Oktober 2017 : 1-16
4. KESIMPULAN
Pentingnya menjaga beberapa
Gambar 24. Pintu pada rumoh Aceh kearifan lokal ini tetap berlanjut terkait
terhubung dengan tangga. Letak dengan keberlangsungan hidup manusia dan
tangga ada yang disamping rumah ada alam. Tidak dapat dipungkiri jika teknologi
yang dibawah rumah. dan perkembangan zaman selain memberi
banyak nilai positif juga memberi nilai negatif
Jika rumoh aceh sudah terdapat rumah terhadap manusia terutama terhadap alam.
bawah maka pintu dan tangga yang Masalah sampah, berkurangnya lahan
menuju seuramo likot biasanya terdapat hijau dan hutan serta polusi dipengaruhi oleh
didalam rumah bawah. hilangnya nilai-nilai kearifan lokal yang sudah
diwariskan oleh nenek moyang kita.
Rahil Muhammad Hasbi, Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh 15
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.1 Oktober 2017 : 1-16