Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7

1. Herlina 18.156.01.11.082
2. Novia Nurafifah 18.156.01.11.092
3. Nunky Nurjanah 18.156.01.11.093
4. Siti Fatimah 18.156.01.11.099
5. Sri Handayani 18.156.01.11.104
6. Yuliyanti 18.156.01.11.109

STIKes Medistra Indonesia


Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A Sepanjang Jaya
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt. Atas berkat rahmatnya kami bisa
menyelesaikan makalah Keperawatan Bencana semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi kita semua.

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah swt. Memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, aamiin
ya rabalalamin

Karawang, 01 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN.................................................................................................................1

1.1 Latar belakang........................................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................2

1.3 Tujuan penulisan....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................................3

2.1 Analisa Resiko Bencana.........................................................................................................3

2.2 Manajemen Resiko Bencana..................................................................................................5

2.3 Manajemen Penanggulangan Bencana...................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................7

3.1 Pengertian Bencana................................................................................................................7

3.2 Jenis- jenis Bencana...............................................................................................................7

3.3 Siklus Terjadinya Bencana.....................................................................................................8

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................12

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12

4.2 Saran.....................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa (manusia), kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (BNPB,
2008).
Dalam situasi darurat bencana sering terjadi kegagapan penanganan dan kesimpangsiuran
informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga mempersulit dalam
pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana. Sistem koordinasi juga sering
kurang terbangun dengan baik, penyaluran bantuan, distribusi logistic sulit terpantau dengan
baik sehingga kemajuan kegiatan penangan tanggap darurat kurang terukur dan terarah
secara obyektif. Situasi dan kondisi di lapangan yang seperti itu disebabkan belum
terciptanya mekanisme kerja pos komando dan koordinasi tanggap darurat bencana yang
baik, terstruktur dan sistematis (Muhammadiyah Disaster Manajemen Center, 2011).
Secara umum manajemen siklus penaggulangan bencana meliputi: 1) kejadian bencana
(impact); 2) tanggap darurat (emergency response); 3) pemulihan (recovery); 4)
pembangunan (development); 5) pencegahan (preventation); 6) mitigasi (mitigation); 7)
kesiapsiagaan (preparedness), Kemenkes RI, (2006). Pengambilan keputusan yang efektif
dan efisien dalam merespon bencana mutlak ditopang oleh informasi yang didapat oleh pihak
pengambil keputusan. Jika informasi tidak benar, bisa dipastikan keputusan akan salah dan
intervensi yang dilakukan juga tidak tepat (tidak efektif), juga sangat dimungkinkan
menghambur-hamburkan sumberdaya dan sumber dana (tidak effisien).
Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat tidak
hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu
bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan siaga dan
keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan
teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.

1
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat dilakukan
oleh proesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seorang
perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk.

1.2 Rumusan masalah


2.1 Bagaimana pengertian dari bencana?
2.2 Bagiamana jenis-jenis dari bencana?
2.3 Bagaimana siklus terjadinya bencana?

1.3 Tujuan penulisan


3.1 Untuk mengetahui pengertian dari bencana.
3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis dari bencana.
3.3 Untuk mengetahui siklus terjadinya bencana.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Analisa Resiko Bencana

A. Hazar/Ancaman

Berbagai sumber mendefinisikan pengertian Hazard, antara lain :

1. Suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. ( BNPB,2008)
2. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi
bencana.
3. Sumber bahaya, suatu peristiwa yang hebat, atau kemungkinan menimbulkan kerugian
atau korban manusia (Dirjen Yanmedik, 2007)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hazard adalah sesuai yang dapat
menjadi ancaman bagi manusia saat terjadi bencana. Hazards dapat mengganggu kehidupan
manusia khususnya penduduk yang mudah terserang bencana dan bahaya tersebut dapat
menyebabkan bahaya bagi harta benda seseorang kehidupan dan juga kesehatan. Hazard
menjadi penyebab terjadinya bencana. Namun bukan berarti jika ada hazard maka akan
terjadi bencana. Contohnya, jika badai angin ataupun angin topan dengan kekuatan yang
sama melanda wilayah yang tidak ada penghuninya, hal itu tidak dapat dianggap sebagai
bencana karena tidak berdampak pada nyawa atau kehidupan penduduk. Oleh karena itu,
terjadinya bencana harus dipikirkan hubungan antara hazard dengan tempat terjadinya
hazard dan tempat hidup orang-orang. Lalu, yang menjadi permasalahannya di sini
adalah tempat hidup dan kerentanan (vulnerability) masyarakat

B. Vulnerability/kerentanan

Kerentanan didefinisikan sebagai sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (factor
fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upayaupaya
pencegahan dan penanggulangan bencana. Kerentanan (vulnerability) adalah keadaan atau

3
sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi
bahaya atau ancaman (BNPB, 2008). Kerentanan ini dapat berupa:

1. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan
menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan struktur bangunan rumah, jalan,
jembatan bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya tanggul
pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya.
2. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat
kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau daerah yang
miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai
3. Kerentanan Sosial
Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman
bahaya, kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat,
pendidikan) kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akan
mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang
rendah juga mengakibatkan rentan terhadap ancaman bencana
4. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan. Masyarakat
yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya
kekeringan, Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap
ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya. Kerentanan masyarakat berkaitan
dengan seberapa besar kemampuan (capacity) kekuatan tingkat persiapan masyarakat
terhadap kejadian yang menjadi penyebab bencana

C. Capability/ kemampuan
Kemampuan adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan
masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi
dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.
Kemampuan adalah kondisi masyarakat yang memiliki kekuatan dan kemampuan dalam
mengkaji dan menilai ancaman serta bagaimana masyarakat dapat mengelola lingkungan

4
dan sumberdaya yang ada, dimana dalam kondisi ini masyarakat sebagai penerima manfaat
dan penerima risiko bencana menjadi bagian penting dan sebagai aktor kunci dalam
pengelolaan lingkungan untuk mengurangi risiko bencana dan ini menjadi suatu kajian
dalam melakukan manajemen bencana berbasis masyarakat (Comunity Base Disaster Risk
Management).
D. Risiko (risk)
Risiko (risk) adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau kerugian yang
sudah diperkirakan (hilangnya nyawa, cederanya orang-orang, terganggunya harta benda,
penghidupan dan aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan) yang diakibatkan oleh
adanya interaksi antara bahaya yang ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia serta
kondisi yang rentan (ISDR, 2004).
Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan
kerugian ekonomi yg disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu
tertentu. Resiko biasanya dihitung secara matematis, merupakan probabilitas dari dampak
atau konsekwensi suatu bahaya (Affeltrnger, 2006). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa risiko adalah kemungkinan kerugian yang dapat diperkirakan akibat kerusakan
alam, kesalahan manusia serta kondisi rentan.
E. Analisis risiko bencana
Dampak bencana dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga setiap daerah memiliki risiko
bencana yang berbeda. Dalam kajian risiko bencana ada faktor kerentanan (vulnerability)
rendahnya daya tangkal masyarakat dalam menerima ancaman, yang mempengaruhi
tingkat risiko bencana. Besarnya risiko dapat dikurangi oleh adanya kemampuan
masyarakat.
2.2 Manajemen Resiko Bencana
Menurut Syarief dan Kondoatle (2006) mengutip Carter (2001), manajemen resiko Bencana
adalah pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan yang mencari dengan
melakukan observasi secara sistematis dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-
tindakan (measure), terkait dengan pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi),
persiapan, prespon darurat dan pemulihan. Manajemen puncak meliputi perencanaan
(planing), pengorganisasian (coordinating), kepemimpinan (directing), dan pengendalian
(controlling). Tujuan Manajemen Resiko Bencana yaitu:

5
1. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang dialami
oleh perorangan atau masyarakat dan Negara
2. Mengurangi penderitaan korban bencana;
3. Mempercepat pemulihan; dan
4. Memberikan perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat
ketika kehidupannya terancam.

2.3 Manajemen Penanggulangan Bencana

Menurut Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (2011),


manajemen penanggulangan bencana memiliki kemiripan dengan sifat-‐sifat manajemen
lainnya secara umum. Meski demikian terdapat beberapa perbedaan, yaitu:
1. Nyawa dan kesehatan masyarakat merupakan masalah utama;
2. Waktu untuk bereaksi yang sangat singkat;
3. Risiko dan konsekuensi kesalahan atau penundaan keputusan dapat berakibat fatal;
4. Situasi dan kondisi yang tidak pasti;
5. Petugas mengalami stres yang tinggi;
6. Informasi yang selalu berubah.
Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan penggunaan sumber daya yang
ada untuk menghadapi ancaman bencana dengan melakukan perencanaan, penyiapan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra,
saat dan pasca bencana. Pada dasarnya, upaya penanggulangan bencana meliputi:
1. Tahap prabencana, terdiri atas:
a) Situasi tidak terjadi bencana, kegiatannya adalah pencegahan dan mitigasi;
2. Situasi potensi terjadi bencana, kegiatannya berupa kesiapsiagaan:
a) Tahap saat bencana, kegiatan adalah tanggap darurat dan pemulihan darurat;
b) Tahap pasca bencana, kegiatannya adalah rehabilitasi dan rekonstruksi.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Bencana


Menurut Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dalam WHO – ICN
(2009) bencana adalah sebuah peristiwa, bencana yang tiba-tiba serius mengganggu fungsi
dari suatu komunitas atau masyarakat dan menyebabkan manusia, material, dan kerugian
ekonomi atau lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasinya dengan
menggunakan sumber dayanya sendiri. Meskipun sering disebabkan oleh alam, bencana
dapat pula berasal dari manusia.
Adapun definisi bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun
2007 tentang penanggulangan bencana yang mengatakan bahwa bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Dari ketiga definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa bencana adalah suatu keadaan
yang tiba-tiba mengancam kehidupan masyarakat karena faktor alam dan/atau non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan yang
melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasinya sendiri.

3.2 Jenis- jenis Bencana


Bencana terdiri dari berbagai bentuk. UU No. 24 tahun 2007 mengelompokan bencana ke
dalam tiga kategori yaitu:
1) Bencana alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2) Bencana non-alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

7
Bencana non-alam termasuk terorisme biologi dan biokimia, tumpahan bahan kimia,
radiasi nuklir, kebakaran, ledakan, kecelakaan transportasi, konflik bersenjata, dan
tindakan perang.
3) Bencana sosial
Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
Ethiopian Disaster Preparedness and Prevention Commission (DPPC)
mengelompokkan bencana berdasarkan jenis hazard, yang terdiri dari:
a) Natural hazard.
Ini adalah hazard karena proses alam yang manusia tidak atau sedikit memiliki
kendali. Manusia dapat meminimalisir dampak hazard dengan mengembangkan
kebijakan yang sesuai, seperti tata ruang dan wilayah, prasyarat bangunan, dan
sebagainya.
b) Human made hazard.
Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan
dan kerugian fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hazard ini mencakup:
Technological hazard sebagai akibat kecelakaan industrial, prosedur yang berbahaya,
dan kegagalan infrastruktur. Bentuk dari hazard ini adalah polusi air dan udara,
paparan radioaktif, ledakan, dan sebagainya. Environmental degradation yang terjadi
karena tindakan dan aktivitas manusia sehingga merusak sumber daya lingkungan dan
keragaman hayati dan berakibat lebih jauh terganggunya ekosistem.

3.3 Siklus Terjadinya Bencana


A. Pra Bencana
1) Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan
meniadakan bahaya). Misalnya : Melarang pembakaran hutan dalam perladangan,
Melarang penambangan batu di daerah yang curam, dan Melarang membuang
sampah sembarangan.
2) Mitigasi Bencana (Mitigation)

8
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui a) pelaksanaan penataan
ruang; b) pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan
c) penyelenggaraan pendidikan, 26 penyuluhan, dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern (UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat 2 tentang
Penanggulangan Bencana).
3) Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Beberapa
bentuk aktivitas kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain:
a) penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana;
b) pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini;
c) penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar;
d) pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat;
e) penyiapan lokasi evakuasi;
f) penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tentang
tanggap darurat bencana; dan
g) penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.
4) Peringatan Dini (Early Warning)
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa
bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus :
Menjangkau masyarakat (accesible), Segera (immediate), Tegas tidak
membingungkan (coherent), Bersifat resmi (official).
B. Saat Bencana
1) Tanggap Darurat (response)

9
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan
tanggap darurat antara lain:
a. Pengkajianyang dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasaran dan sarana vital ( UU Nomor 24 Tahun
2007 Pasal 48 tentang Penaanggulangan Bencana).
2) Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar berupa : Pangan, Sandang, Tempat tinggal sementara, kesehatan,
sanitasi dan air bersih.
C. Setelah Bencana
1) Fase Pemulihan
Fase Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi fase
ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri
dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana). Orang-
orang melakukan perbaikan darurat tempat tinggalnya, pindah ke rumah sementara,
mulai masuk sekolah ataupun bekerja kembali sambil memulihkan lingkungan tempat
tinggalnya. Kemudian mulai dilakukan rehabilitasi lifeline dan aktivitas untuk
membuka kembali usahanya. Institusi pemerintah juga mulai memberikan kembali
pelayanan secara normal serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi
sambil terus memberikan bantuan kepada para korban. Fase ini bagaimanapun juga
hanya merupakan fase pemulihan dan tidak sampai mengembalikan fungsi-fungsi
normal seperti sebelum bencana terjadi. Dengan kata lain, fase ini merupakan masa
peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang.

10
2) Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Rehabilitasi
dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan
prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat,
pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik,
pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan
fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
3) Rekonstruksi (reconstruction)
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkahlangkah nyata
yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara
permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat
pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran dan partisipasi 29 masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri
atas program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik.
Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat kita
berharap berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda. Dan yang terpenting
dari manajemen bencana ini adalah adanya suatu langkah konkrit dalam
mengendalikan bencana sehingga korban yang tidak kita harapan dapat terselamatkan
dengan cepat dan tepat dan upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan
dengan secepatnya. Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis
masyarakat dan pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan proses
perbaikan total atas pengelolaan bencana, penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal
yang bertumpu pada kearifan lokal yang berbentuk peraturan nagari dan peraturan
daerah atas menejemen bencana. Yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen
bencana ini adalah sosialisasi kehatian-hatian terutama pada daerah rawan bencana.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meningkatnya kejadian bencana di seluruh dunia membuat setiap negara untuk siap
menghadapi hal yang tidak terduga, termasuk bencana alam. Karena itu, manajemen bencana
yang tepat dalam kesiapsiagaan, respon dan fase pemulihan sangat penting untuk dibentuk.
Meskipun banyak disiplin ilmu yang diperlukan untuk mendukung manajemen bencana,
perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus disiapkan untuk
menghadapi dan menangani bencana alam. Dengan demikian, kesadaran sangat dibutuhkan
dari perawat yang bekerja di daerah berisiko tinggi dengan bencana.
Disamping itu, perawat perlu mempersiapkan diri dengan memiliki pengetahuan dasar
serta keterampilan untuk menghadapi bencana. Dengan demikian, perawat bertanggung
jawab untuk mencapai peran dan kompetensi mereka dalam semua tahap bencana, terutama
pada fase respon atau tanggap darurat yang meliputi peringatan, mobilisasi, dan evakuasi
adalah tanggung jawab pertama yang dicapai. Kemudian, menilai masalah kesehatan korban
dan pelaporan data ke instansi pemerintah terkait harus dilakukan dalam rangka untuk
memberikan dan menstabilkan kondisi kesehatan korban bencana.

4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi
dan sumber-sumber yang penulis ambil dan juga dari segi penulisan. Penulis juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca untuk penulis agar bisa lebih baik lagi untuk
kedepannya dalam pembuatan makalah.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uki.ac.id/2714/1/BUKUMATERIPEMBELAJARANMANAJEMENGAWATD
ARURAT.pdf

http://eprints.umm.ac.id/35917/3/jiptummpp-gdl-dwianitasa-49038-3-babii.pdf

http://jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6635/5429

13

Anda mungkin juga menyukai