TEORI
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, yang mempunyai
kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung mempunyai 70 sampai
80 % oksigen yang dihantarkan melalui arteri koroner, sebagai pembandingan, bahwa organ
lain hanya menggunakan rata-rata seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koroner
muncul dari aorta dekat hulu ventrikel ( sering disebut muara sinus valsava). Dinding sisi kiri
jantung dengan yang lebih banyak melalui arteri koroner utama kiri (Left main Coronary
Artery), yang kemudian terbagi menjadi dua cabang besar ke depan ( Left Anterior
Descendens- LAD) dan kearah belakang (Left Circumflex- LCx) sisi kiri jantung.
Arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu : sulkus
atrioventrikuler yang melingkari jantung di antara atrium dan ventrikel, dan sulkus
interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini disebut kruks
jantung, dan merupakan salah satu bagian terpenting dari jantung. Nodus Atrio Ventrikuler
(AV Node) berlokasi pada titik pertemuan, dan pembuluh darah yang melewati pembuluh
darah yang melewati kruks ini merupakan pembuluh yang memasok nutrisi untuk AV Node.
Arteri koroner kanan memberi nutrisi untuk jantung bagian kanan ( atrium kanan,
ventrikel kanan dan dinding sebelah dalam ventrikel kiri), yang berjalan disisi kanan, pada
sulkus atrio ventrikuler kanan. (Juliawan. 2012)
2.2 Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan yang diakibatkan oleh
gangguan pada pembuluh darah Koroner yang bersifat progresif, terjadi perubahan secara
tiba-tiba dari stabil menjadi tidak stabil. (Susilo., 2013; Oktavianus & Sari., 2014)
Sindrom Koroner Akut adalah suatu kadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi
klinik brupa perasaan tidak enak didada atau gejala- gejala lain sehingga akibat dari iskemia
miokard. Sindrom Koroner Akut adalah istilah untuk tanda-tanda klinis dan gejala iskemia
miokard: angina tidak stabil, non ST segmen elevasi infark miokard, dan elevasi ST segmen
infark myocard. Sindrom Koroner Akut merupakan satu dari tiga penyakit pembuluh darah
arteri koroner, yaitu: STEMI, non STEMIdan unstable angina pectoris. (mulyadi., 2015)
Acute coronary syndrome (ACS) mengacu pada spektrum presentasi klinis mulai dari
ST-I sampai elevasi miokard ST-segmen sampai presentasi yang ditemukan pada infark
miokard elevasi non-ST-segmen (NSTEMI) atau angina yang tidak stabil. Gejala iskemik :
6
b. Etiologi
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid.
Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
Penyempitan aterorosklerotik
Trombus
Plak aterosklerotik
Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.
c. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara
lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark
terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika
kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus
mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture
jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core).
(Putra. 2012)
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat
mengenai endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural, namun
bisa juga hanya mengenai daerah subendokardial,disebut infark
subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,infark sudah dapat
terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam
telah terjadi infark transmural.
Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi
komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah
komplit,proses remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut
sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah
non infark mengalami dilatasi. (Putra. 2012).
d. Manifestasi Klinis
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa
terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir,
tertekan yang berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian
nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas,
cemas, dan lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal
jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
(Sumber: Putra.2012)
e. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
Disfungsi ventrikuler
Gangguan hemodinamik
Gagal jantung
Syok kardiogenik
Perluasan IM
Emboli sitemik/pilmonal
Perikardiatis
Ruptur
Ventrikrel
Otot papilar
Kelainan septal ventrikel
Disfungsi katup
Aneurisma ventrikel
Sindroma infark pascamiokardias
f. Faktor Resiko
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Suku bangsa dan warna kulit
4. Genitik
Faktor yang dapat dimodifikasi:
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Merokok
4. Diabetes mellitus
5. Kegemukan
6. Kurang gerak dan kurang olahraga
7. Konsumsi kontrasepsi oral.
g. Penatalakanaan
1. Syok kardiogenetik
a. Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat tanda
syok diberikan norepinefrin.
b. Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok
diberikan dopamin dosis 5-15 ug/kgBB/menit.
c. Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat tanda
syok diberikan dobutamin dosis 2-20 ug/kgBB/menit.
d. Revaskularisasi arteri koroner segera, baik PCI atau CABG,
direkomendasikan pada pasien <75 tahun dengan elevasi ST atau
LBBB yang mengalami syok dalam 36 jam IMA dan ideal untuk
revaskularisasi yang dapat dikerjakan dalam 18 jam syok, kecuali jika
terdapat kontraindikasi atau tidak ideal dengan tindakan invasif.
e. Terapi trimbolitik yang diberikan pada pasien STEMI dengan syok
kardiogenik yang tak ideal dengan trapi invasif dan tidak mempuyai
kontraindikasi trombolisis.
f. Intra aortic ballo pump (IABP) direkomendasikan pasien STEMI
dengan syok kardiogenik yang tidak membaik dengan segera dengan
terapi farmakologis, bila sarana tersedia.
2. Infark Ventrikel Kanan
Infark ventrikel kanan secari klinis menyebabkan tanda gejala ventrikel
kanan yang berat (distensi vena jugularis, tanda kussmaul s,
hepatomegali) atau tanda hipotensi. Penatalaksana infark ventrikel kanan:
a. Pertahankan preload ventrikel kanan.
b. Loading volume (infus NaCL 0,9 %) 1-2 liter cairan jam I selanjutnya
200ml/jam (terget atrium kanan >10 mmHg (13,6cmH20).
c. Hindari penggunaan nitrat atau diuretik.
d. Pertahankan sinkroni A-V dan bradikardial harus dikoreksi. Pacu
jantung sekuensial A-V pada blok jantung derajat tinggi simtomatik
yang tidak repon dengan atropi
e. Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat setelah
loading volume.
f. Kurangi afterload ventrikel kanan sesuai dengan disfungsi ventrikel
kiri.
g. Pompa balon intra-aortik.
h. Vasolidator arteri (nitropospid, hidralazin)
i. Penghambat ACE
j. Reporfusi
k. Obat trombolitik
l. Percutaneous coronari intervention (PCI) primer
m. Coronary arteru bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu dengan
penyakit multivesel).
3. Takikardia dan Vibrilasi Ventrikel
Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan vibrilasi ventrikular dapat
terjadi tampa tanda bahaya aridmia sebelumnya.
Penatalaksana Takikardia vebtrikel:
a. Takikardia vebtrikel (VT) polimorvik yang menetap (lebih dari 30
detik atau menyebabkan kolaps hemodinamik) harus diterapi dengan
DC shock unsynchoronizer menggunakan energi awal 200 j; jika gagal
harus diberikan shock kedua 200-300 J;, dan jika perlu shock ketiga
360J.
b. Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik, menetap yang diikuti dengan
angina , edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg ) harus
diretapi dengan shock synchoronized energi awal 100 J. Energi dapat
ditingkatkan jika dosis awal gagal.
c. Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik yang tidak disertani angina,
edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg) diterapi salah
satu regimen berikut:
- Lidokain: bolus 1-1-5mh/kg. Bolius tambahan 0,5-0,75mg/kg tiap 5-
10 menit sampai dosis loding total maksimal 3 mg/kg. Kemudian
loading selanjutnya dengan infus 2-4 mg/ menit(30-50 ug/lg/menit).
- Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit, dilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 mg/kg/jam.
- Amiodaron: 150mg infus selama 5-10 menit atau 5 ml/kgBB 20-60
menit, dilanjutkan infus tetap 1 mg/menit selama 6 jam dan kemudian
infus pemeliharaan 0,5 mg/menit.
- Kardioversi elektrik synchoronized dimulai dosis 50 J ( anestasi
sebelumnya).
4. Penatalaksana fibrilasi Ventrikel
a. Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless diberikan terapi
DC shock unsynchoronized dengan energi awal 200 J jika tak berhasil
harus diberikan shock kedua 200 sampai 300 J dan jika perlu shock
ketiga 360 J
b. Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless yang refraksi
terhadap shock elektrik diberika terapi amiodaron 300 mg atau 5/kg. IV
bolus dilanjutkan pengulangan shock unsynchoronized.
2.3.2 NON-ST Eevasi Miokard Infark (NONSTEMI)
a. Definisi
Non ST-Elevation Myocardial Infraction (NSTEMI) yang sering
disebut dengan istilah non Q-wave MI atau sub-endocardial MI. Pada
beberapa pasien dengan NSTEMI, mereka memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya kemacetan pembuluh darah koroner, yang dapat menyebabkan
kerusakan miokardium yang lebih luas dan aritmia yang dapat
menyebabkan kematian. Resiko untuk terjadinya sumbatan dapat terjadi
pada beberapa jam pertama dan menghilang dalam seiring dengan waktu.
(Juliawan, 2012)
ST-Elevation Myocardial Infraction (STEMI) didefinisikan sebagai
nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan
darah akibat sumbatan akut arteri koroner yang ditandai dengan adanya
segmen ST elevasi pada EKG. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan
oleh repture plak, atheroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti
oleh terjadinya thrombosis, vasokonstriksi, reaksi inflamasi, dan
mikroembolisasi distal.Kadang-kadang sumbatan akut ini dapat pula
disebebkan oleh spame arteri koroner, emboli atau vaskulitis.(Oktavianus
& Sari., 2014)
Pada prinsipnya, gejala dan manifestasi klinis dari non STEMI adalah
sama dengan gejala pada unstable angina pectoris (UAP). Diantara
tandanya yaitu:
• Biasanya pada gambaran EKG tampak normal, tetapi dijumpai adanya
T interved dan adanya gelombang ST depresi
• Enzim jantung umumnya normal
• Terjadi injuri pada bagian dari miokard
• Dapat sedikit lega atau untuk sementara waktu dengan istirahat dan
nitrogliserin (Oktavianus & Sari., 2014)
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang terjadi
dengan mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil atau oklusi
parsial arteri koroner utama yang sebelumnya terkena aterosklerosis. Hal
ini menyebabkan kerusakan ketebalan parsial otot jantung. Jumlah
NSTEMI sekitar 30% dari semua serangan jantung. (Anggraeni. 2014)
Nyeri dada lebih dari 20 menit dengan lokasi khas substernal atau
kadang kala di epigastrium dengan ciri seperti di peras, perasaan seperti
di ikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul,rasa penuh, berat atau tertekan,
menjadi persentasi gejala yang sering di temukan pada penderita
NSTEMI. Pada EKG ditemukan deviasi ST segmen depresi > 0,5mm ,
dapat disertai dengan gelombang T inverse. Biomarker miokard ditandai
dengan peningkatan CKMB > 25 µ/l dan Troponin T positif > 0,03.
Gejala tidak khas seperti dispnea, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di
lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga terjadi dalam kelompok
yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun. (Muliadi.
2015)
b. Etiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstriksi
koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dan dapat menyebabkan
nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas
pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi
segmen ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang
dihasilkan dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus
nonocclusive yang telah dikembangkan pada plak aterosklerotik
terganggu. Penyempitan abnormal dari arteri koroner mungkin juga
bertanggung jawab. (Apriliya. 2015)
c. Patofiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokontriksi
koroner. Thrombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya
rupture plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini mempunyai inti
lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis
dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung
rupture mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam
lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel
makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya proses inflamasi. Sel-
sel ini akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti TNFα, dan IL-
6 akan merangsang pengeluaran hsCRF di hati. (Anggraeni. 2014).
d. Manifestasi Klinis
Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina
kurang dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang
dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.
Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan
keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya nyeri dada
menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi
pada orang tertentu nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut
biasanya terjadi pada manula, atau penderita DM berkaitan dengan
neuropathy.
Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas
bisa menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark yang tanpa gejala
nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri
yang bermakna.
Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah,
dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma
pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan.
Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia
ventrikel, gelisah.
e. Komplikasi
Gagal Jantung Konginetal
Defek Septum Ventrikel
Ruptur Jantung
Ruptur septal
Ruptur Otot Papilaris (Sumber: Risky.2014).
f. Faktor Resiko
1. Dapat Diubah (dimodifikasi)
Diet (hiperlipidemia)
Rokok
Hipertensi
Stress
Obesitas
Kurang aktifitas
Diabetes Mellitus
Pemakaian kontrasepsi oral
2. Tidak dapat diubah
Usia
Jenis Kelamin
Ras
Herediter
Kepribadian tipe A
g. Penatalaksanaan
1. Biomarker Jantung:
Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan
yang sangat penting pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan
penderita Sindroma Koroner Akut (SKA). Troponin T mempunyai
sensitifitas 97% dan spesitifitas 99% dalam mendeteksi kerusakan
sel miokard bahkan yang minimal sekalipun (mikro infark).
Sedangkan troponin I memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan
troponin T dengan troponin I:
- Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu
komponen inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
- Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang
berfungsi mengikat tropomiosin.
2. EKG (T Inverted dan ST Depresi)
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T Inverted
dan ST Depresi yang menunjukkan adanya iskemia pada arteri
koroner. Jika terjadi iskemia, gelombang T menjadi terbalik (inversi),
simetris, dan biasanya bersifat sementara (saat pasien simptomatik).
Bila pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan miokardium, sesuai
dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-myoglobin) maupun
troponin yang tetap normal, diagnosisnya adalah angina tidak stabil.
Namun, jika inversi gelombang T menetap, biasanya didapatkan
kenaikan kadar troponin, dan diagnosisnya menjadi NSTEMI.
Angina tidak stabil dan NSTEMI disebabkan oleh thrombus
non-oklusif, oklusi ringan (dapat mengalami reperfusi spontan), atau
oklusi yang dapat dikompensasi oleh sirkulasi kolateral yang baik.
3. Echo Cardiografi pada Pasien Non Stemi
a. Area Gangguan
b. Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta.
Freksi pada prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir
diastolik dengan volume akhir sistolik dibagi dengan volume
akhir diastolik. Nilai normal > 50%. Dan apabila < dari 50%
fraksi ejeksi tidak normal.
c. Angiografi koroner (Coronari angiografi)
Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Apabila
pasien mengalami derajat stenosis 50% pad pasien dapat diberikan
obat-obatan. Dan apabila pasien mengalami stenosis lebih dari
60% maka pada pasien harus di intervensi dengan pemasangan
stent.
2.3.3 Unstable Angina Pectoris
a. Definisi
Nyeri dada adalah gejala nonspesifik yang dapat menyebabkan
penyakit jantung atau noncardiac. Tidak stabil Angina termasuk dalam
spektrum presentasi klinis yang disebut secara kolektif sebagai koroner
akut Sindrom (ACSs), yang berkisar dari ST-segment elevation
myocardial infarction (STEMI) sampai Non-STEMI (NSTEMI). Angina
tidak stabil dianggap sebagai ACS dimana tidak ada yang terdeteksi
Pelepasan enzim dan biomarker nekrosis miokard. Istilah angina biasanya
dicadangkan Untuk sindrom nyeri yang timbul dari dugaan iskemia
miokard. (Tan., 2015)
Unstable angina pectoris (UAP) adalah suatu sindromaklini yang
ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di
dada depan. Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah
coroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau
dengan kata lain suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
Angina pectoris didefinisikan sebagai perasaan tidak enak di dada
(chest discomfort) akibat iskemia miokard.Perasaan tidak enak di dada ini
berupa nyeri, rasa terbakar, atau rasa tertekan.Kadang-kadang tidak
dirasakan di dada melainkan di leher, rahang bawah, bahu, atau di ulu
hati. (Oktavianus & Sari., 2014)
Angina pektoris adalah hasil dari iskemia miokard yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara suplai darah miokard dan kebutuhan
oksigen. Ini adalah menyajikan gejala umum (biasanya, nyeri dada) di
antara pasien dengan penyakit arteri koroner (CAD). Sekitar 9,8 juta
orang Amerika diperkirakan mengalami angina per tahun, dengan
500.000 kasus baru angina terjadi setiap tahun. (Alaeddini., 2016)
Yang tegolong dalam unstable angina pectoris (UAP) adalah nyeri dada
yang munculnya tidak tentu, dapat terjadi pada saat penderita sedang
melakukan kegiatan fisik atau dalam keadaan istirahat dan gejalanya
bervariasi tergantung bentuk, besar kecil dan keadaan thrombus.
Beberapa kriteria yang dapatdipakai untuk mendiagnosis angina pectoris
yang tidak stabilyaitu:
Angina progresif kresendo yaitu terjadi peningkatan dalam intensitas,
frekuensi, dan lamanya episode angina pectoris yang dialami selama
ini.
Angina at restnocturnal yang baru.
Angina pasca infark miokard
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan nyeri angina meliputi hal-
hal sebagai berikut:
Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
oksigen jantung.
Pajanan terhadap dinding dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
Memakan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke
mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan
darah untuk suplai jantung. Pada jantung yang sudah parah pintasan
darah untuk pencernaan membuat nyeriangina semakin buruk.
Stress atau emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan
frekuensi jantung meningkat akibat pelepasan adrenalin dan
meningkatkan tekanan darah, dengan demikian beban bekerja jantung
meningkat.
Perubahan EKG seperti segmen ST depresi elevasi segmen ST, atau
inversi glombang T mungkin terjadi selama angina tidak stabil tetapi
sementara. Antung spidol, CPK tidak ditinggikan tapi troponin I atau T
mungkin akan sedikit meningkat. Angina tidak stabil secara klinis tidak
stabil dan sering merupakan awal MI atau aritmia atau, lebih jarang
terjadi, kepada kematian mendadak. Rasa sakit atau ketidaknyamanan
angina tidak stabil biasanya lebih kuat,berlangsung lama, yang dipicu
oleh kurang tenaga, terjadi spontan pada saat istirahat (sebagai angina
decubitus), adalah progresif (crescendo) di alam, atau melibatkan
kombinasi dari fitur ini. Angina pada umumnya dapat hilang dengan
istirahat dan nitrogliserin.(Oktavianus dan Febriana Sartika S., 2014)
b. Etiologi
Penurunan suplai darah miokard akibat meningkatnya resistensi koroner
dalam jumlah besar dan Arteri koroner kecil. Peningkatan kekuatan
ekstravaskuler, seperti hipertrofi LV berat yang disebabkan oleh
hipertensi, Stenosis aorta, atau kardiomiopati hipertrofik, atau
peningkatan tekanan diastolik LV
Pengurangan kapasitas pembawa oksigen darah, seperti peningkatan
karboksihemoglobin atau Anemia berat (hemoglobin, <8 g / dL) Anomali
kongenital dari asal dan / atau jalur arteri koroner epikardial mayor.
(Alaeddini., 2016)
c. Patofisiologi
Iskemia miokard berkembang ketika aliran darah koroner menjadi tidak
memadai untuk memenuhi miokard. Permintaan oksigen Hal ini
menyebabkan sel miokard beralih dari metabolisme aerobik ke anaerob
Dengan penurunan fungsi metabolisme, mekanik, dan listrik progresif.
Kejang jantung Adalah manifestasi klinis yang paling umum dari iskemia
miokard. Hal ini disebabkan oleh kimia dan Stimulasi mekanik ujung
saraf aferen sensorik pada pembuluh koroner dan Miokardium. Serabut
saraf ini meluas dari nervus tulang belakang toraks ke-4 ke atas, naik
Melalui sumsum tulang belakang ke thalamus, dan dari sana ke korteks
serebral. Studi telah menunjukkan bahwa adenosin mungkin merupakan
mediator kimia utama nyeri angina. Selama
Iskemia, ATP terdegradasi pada adenosin, yang setelah difusi ke ruang
ekstraselular, menyebabkan Pelebaran arteriol dan nyeri angina.
Adenosin menginduksi angina terutama dengan merangsang A1 Reseptor
pada ujung saraf aferen jantung. (ALaeddini.,2016)
d. Manifestasi Klinis
Gejala angina tidak stabil serupa dengan infark miokard (MI) dan
meliputi berikut:
Nyeri dada atau tekanan
Berkeringat
Dispnea
Mual, muntah
Pusing atau kelemahan mendadak
Kelelahan
Nyeri atau tekanan di punggung, leher, rahang, perut, atau bahu atau
lengan.
Gejala yang terjadi saat istirahat; Menjadi tiba-tiba lebih sering,
parah, atau berkepanjangan berubah dari pola angina biasa; dan
tidak menanggapi beristirahat.
e. Komplikasi
Stres psikologis
Infark Miokard
Aritmia
Gagal jantung
f. Faktor resiko
Dapat Diubah (dimodifikasi)
- Diet (hiperlipidemia)
- Rokok
- Hipertensi
- Stress
- Obesitas
- Kurang aktifitas
- Diabetes Mellitus
- Pemakaian kontrasepsi oral
Tidak dapat diubah
- Usia
- Jenis Kelamin
- Ras
- Herediter
g. Penatalaksanaan
Tindakan Umum
Dilakukan perawatan di RS, bed rest, diberi penenang dan oksigen.
Pemberian morfin atau petidin perlu pada pasien yang sudah diberi
Nitrogliserin tapi masih merasakan sakit dada.
Terapi Medikamentosa:
- Obat anti Iskemia : nitrat (untuk vasodilator), beta bloker (dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokardium melalui efek
penurunan denyut jantung dan daya kontraksi miokardium. KI :
asma bronkial, pasien dengan bradiaritmia). Antagonis kalsium
- Obat antiagregasi trombosit : aspirin (dianjurkan diberika seumur
hidup. Dosis awal 160 mg/hari dan dosis selanjutnya 80-325
mg/hari), Tiklopidin (obat lini kedua jika pasien tidak tahan aspirin.
Tapi pemakaiannya mulai ditinggalkan setelah ada klopidogrel),
Klopidogrel (ESO < tiklopidon. Dosis dimulai 300mg/hari dan
selanjutnya 75mg/hari), Glikoprotein IIb/IIIa inhibitor (yaitu ;
absiksimab, eptifibatid, tirofiban)
- Obat anti trombin : unfractionated heparin, Low Molecular Weight
Heparin (LMWH)
- Direct Trombin Inhibitor; secara teoritis mempunyai kelebihan
karena bekerja langsung mencegah pembentukan pembekuan darah,
tanpa dihambat oleh plasma protein maupun platelet factor 4.
Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner. Perlu dipertimbangkan pada
pasien denga iskemi berat dan refrakter dengan terapi medikamentosa.
Tindakan Khusus
- EKG; adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan
kemungkinan adanya iskemi akut. Gelombang T negatif juga
salah satu tanda iskemi atau NSTEMI. Perubahan gelombang
ST dan T yang nonspesifik seperti depresi sgemen ST
kurang dari 0,5mm dan gelombang T negatif kurang dari 2
mm tidak spesifik untuk iskemi, dan dapat disebabkan
karena hal lain. Pada unstable angina 4% EKGnya normal.
- Exercise Test. Pasien yang telah stabil dengan terapi
medikamentosa dan menunjukkan tanda resiko tinggi perlu
pemeriksaan exercise test dengan alat treadmill. Bila
hasilnya negatif, maka prognosis baik. Bila hasilnya positif,
lebih-lebih bila didapatkan depresi segmen ST yang dalam,
dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan angiografi koroner
untuk menilai keadaan pembuluh koronernya apakah perlu
tindakan revaskularisasi, karena resiko terjadinya komplikasi
kardiovaskular dalam waktu mendatang cukup besar.
- Ekokardiografi. Tidak memberikan data untuk diagnosis
unstable angina secara langsung. Tapi bila tampak adanya
gangguan faal ventrikel kiri, mitral insufisiensi dan
abnormalitas gerakan dinding regional jantung menandakan
prognosis kurang baik.
- Pemeriksaan Laboratorium. Dianggap ada mionekrosis bila
troponin T atau I positif sampai dalam 24 jam. Troponin
tetap positif sampai 2 minggu. Resiko kematian bertambah
dengan tingkat kenaikan troponin. Kenaikan CRP dalam
SKA berhubungan dengan mortalitajangka panjang.
(Sumber: Mifthahul., 2013)
2.4 Etiologi
ACS tanpa elevasi permintaan memerlukan penurunan baru dalam pasokan, biasanya
karena trombosis dan / atau plak perdarahan.Pemicu utama untuk trombosis koroner dianggap
ruptur plak yang disebabkan oleh pembubaran tutup berserat, pembubaran itu sendiri menjadi
hasil dari pelepasan metalloproteinase (kolagenase) dari sel-sel inflamasi diaktifkan.Acara ini
diikuti oleh aktivasi platelet dan agregasi, aktivasi jalur koagulasi, dan vasokonstriksi. Proses
ini memuncak dalam trombosis intraluminal koroner dan derajat variabel oklusi vaskular.
embolisasi distal dapat terjadi. Keparahan dan durasi dari obstruksi arteri koroner, volume
miokardium terpengaruh, tingkat permintaan pada jantung, dan kemampuan dari sisa jantung
untuk mengkompensasi merupakan penentu utama dari presentasi klinis pasien dan hasil.
(Anemia dan hipoksemia dapat memicu iskemia miokard tanpa adanya pengurangan berat
pada aliran darah arteri koroner.)
Sebuah sindrom yang terdiri dari nyeri dada, iskemik ST-segmen dan T-gelombang
perubahan, peningkatan kadar biomarker cedera miosit, dan sementara ventrikel kiri apikal
balon (sindrom Takotsubo) telah terbukti terjadi dalam ketiadaan CAD klinis, setelah
emosional atau stres fisik. Etiologi sindrom ini tidak dipahami dengan baik tetapi diduga
berhubungan dengan lonjakan hormon stres katekol dan / atau sensitivitas tinggi terhadap
hormon tersebut.Kadar glukosa darah awal tampaknya menjadi faktor risiko independen
untuk acara jantung samping utama (MACE) di gawat darurat (ED) pasien yang diduga ACS.
Dalam sebuah analisis data dari 1708 pasien Australia dan Selandia Baru dalam sebuah
studi observasional prospektif, peneliti mencatat MACE sebuah terjadi dalam waktu 30 hari
dari presentasi di 15,3% dari pasien yang ED kadar glukosa darah masuk berada di bawah 7
mmol / L (sekitar 126 mg / dL); Namun, dalam periode waktu yang sama, MACE itu terjadi
di dua kali lebih banyak pasien (30,9%) yang darahnya glukosa tingkat berada di atas 7 mmol
/ L. Setelah mengendalikan berbagai faktor, pasien yang memiliki kadar glukosa darah masuk
dari 7 mmol / L atau lebih tinggi berisiko 51% lebih tinggi mengalami MACE dibandingkan
dengan pasien yang memiliki kadar glukosa darah awal yang lebih rendah. prediktor
signifikan lainnya dari MACE termasuk seks pria, usia yang lebih tua, riwayat keluarga,
hipertensi, dislipidemia, temuan iskemik pada ECG, dan troponintests positif. (Coven., 2016)
Dari klasifikasinya, maka ACS dapat dilihat dari dua aspek, yaitu Iskemik dan
Infark.Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan
reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik.
Iskemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis.Keadaan nekrosis yang
berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark miokard).Ventrikel kiri
merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark, hal ini
disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi.Metabolisme
anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidak cukup besar juga
meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia
secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi, dan depresi segmen ST. Gabungan efek
hipoksia, menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi
ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut
ototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun.Perubahan kontraksi ini dapat
menyebakan penurunan curah jantung.Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat
penimbunan asam laktat yang berlebihan.Angina pektoris merupakan nyeri dada yang
menyertai iskemia miokardium.
Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina pektoris
tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal). Angina Pektoris Stabil:
Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas.
Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat. Angina Pektoris Tidak Stabil
(UAP): Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15
menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri. Angina Varian: Merupakan angina tidak stabil yang
disebabkan oleh spasme arteri koroner.
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang
ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami nekrosis atau
infark akan berhenti berkontraksi secara permanen (yang sering disebut infark). (Juliawan.,
2012)
Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah
yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokardium local. Iskemia yang bersifat
sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan
menekan fungsi miokardium. (Oktavianus & Sari., 2014)
WOC
Aterosklerosis Trombosis
Kontriksi arteri koronaria
Aliran Darah Ke
Jantung
Oksigen &
Nutrisi
Jaringan miokard
iskemik
26
Intoleransi aktivitas
Gagal Jantung
Resiko kelebihan
cairan ektravaskuler
Keparahan dan durasi dari obstruksi arteri koroner, volume miokardium terpengaruh,
tingkat permintaan, dan kemampuan dari sisa jantung untuk mengkompensasi merupakan
penentu utama dari presentasi klinis pasien dan hasil.Seorang pasien mungkin hadir untuk ED
karena perubahan dalam pola atau keparahan gejala.Biasanya, angina merupakan gejala
iskemia miokard yang muncul dalam keadaan kebutuhan oksigen meningkat.Hal ini biasanya
digambarkan sebagai sensasi tekanan dada atau berat yang direproduksi oleh kegiatan atau
kondisi yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.Sebuah kasus baru dari angina lebih
sulit untuk mendiagnosis karena gejala sering tidak jelas dan mirip dengan yang disebabkan
oleh kondisi lain (misalnya, gangguan pencernaan, kecemasan).
Namun, tidak semua pasien mengalami nyeri dada.Mereka mungkin hadir dengan
hanya leher, rahang, telinga, lengan, atau ketidaknyamanan epigastrium. Beberapa pasien,
termasuk beberapa yang sudah lanjut usia atau yang memiliki diabetes, hadir dengan tidak
ada rasa sakit, mengeluh hanya sesak episodik napas, kelemahan yang parah, pusing,
diaphoresis, atau mual dan muntah. Orang-orang tua juga dapat hadir hanya dengan
perubahan status mental.Mereka dengan status mental yang sudah ada sebelumnya diubah
atau demensia mungkin tidak ingat gejala baru-baru ini dan mungkin tidak memiliki
keluhan.Selain itu, ada bukti bahwa perempuan lebih sering memiliki acara koroner tanpa
gejala yang khas, yang dapat menjelaskan kegagalan sering dokter untuk awalnya
mendiagnosa ACS pada wanita.
Aterosklerosis adalah penyebab utama dari ACS, dengan sebagian besar kasus terjadi
dari gangguan lesi sebelumnya nonsevere. Keluhan yang dilaporkan oleh pasien dengan ACS
meliputi berikut ini:
Palpitasi
Nyeri, yang biasanya digambarkan sebagai tekanan, meremas, atau sensasi terbakar di
prekordium dan dapat menyebar ke leher, bahu, rahang, punggung, perut bagian atas,
atau lengan baik
Dyspnea saat aktivitas yang memecahkan dengan rasa sakit atau istirahat
Diaforesis dari debit simpatik
Mual dari stimulasi vagal
Toleransi latihan menurun
Angina stabil melibatkan rasa sakit episodik yang berlangsung 5-15 menit, diprovokasi
oleh tenaga, dan dibebaskan dengan istirahat atau nitrogliserin.Dalam angina tidak stabil,
pasien mengalami peningkatan risiko kejadian kardiak yang merugikan, seperti infark
miokard atau kematian.Baru-onset angina exertional dapat terjadi saat istirahat dan
meningkatkan frekuensi atau durasi atau refrakter terhadap nitrogliserin.angina varian
(Prinzmetal angina) terjadi terutama saat istirahat, dipicu oleh merokok, dan diduga
disebabkan oleh vasospasme koroner. (Coven., 2016)
2.7 Komplikasi
Aritmia
Emboli Paru
Gagal Jantung
Syok Kardiogenik
Kematian mendadak
Abeurisma Ventrikel
Ruptur septum Ventrikuler
Ruptur muskulus papilaris
(Sumber: Oktavianus & Sari., 2014)
2.8 Diagnosa
Perikarditis akut
Gangguan kecemasan
Stenosis aorta
Asma
Dilatasi kardiomiopati
Pengobatan Gangguan Gastroenteritis
Esophagitis
Keadaan Darurat Hipertensi dalam Pengobatan Darurat
Infark miokard
Miokarditis
2.9 Pengobatan
Terapi awal untuk ACS harus fokus pada menstabilkan kondisi pasien, mengurangi
nyeri iskemik, Dan pemberian terapi antitrombotik untuk mengurangi kerusakan miokard dan
mencegah iskemia lebih lanjut. Morfin (atau fentanil) untuk pengendalian nyeri, oksigen,
sublingual atau intravena (IV) nitrogliserin, larut Aspirin 162-325 mg, dan clopidogrel
dengan dosis pemuatan 300 sampai 600 mg diberikan sebagai permulaan pengobatan. Dalam
oklusi kapal lengkap tanpa jaminan dari kapal yang berhubungan dengan infark, hanya ada
sedikit Utilitas dalam "mendorong nitrat".
Pasien berisiko tinggi dengan infark miokard non-ST elevasi segmen (NSTEMI ACS)
seharusnya Menerima perawatan agresif, termasuk aspirin, clopidogrel, heparin tak
terfragmentasi atau molekul rendah-Berat heparin (LMWH), blocker glikoprotein IIb / IIIa
platelet IV (misal tirofiban, Eptifibatide), dan beta blocker. Tujuannya adalah revaskularisasi
awal.
Keberhasilan terapi SKA bergantung pada pengenalan dini gejala dan transfer pasien
segera ke unit/instalasi gawat darurat. Terdapat 3 hal yang harus dilakukan pada penderita
dengan infark miokard, yaitu :
Onset lebih dari 12 jam. Jika kondisi stabil rawat CVC kurang dari 48 jam, rawat ruang
intermediate atau ruang rawat biasa jika onset lebih dari 48 jam, echokardiografi dan
angiografi koroner dalam 24 jam. Pada pasien tidak stabil dilakukan PCI dini. Indikasi PCI
dini adalah:
a. Persentasi lebih dari 3 jam
b. Tersedia fasilitas PCI
c. Waktu kontak antara pasien tiba sampai dengan inflasi balon kurang dari 90 menit
d. Waktu antara pasien tiba sampai dengan inflasi balon dikurangi waktu antara pasien
tiba sampai dengan fibrinolitik kurang dari 1 jam
e. Terdapat kontraindikasi fibrinolitik
f. Resiko tinggi (gagal jantung kongestif killip III)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Narasi Kasus
Pada suatu hari datang seorang pasien didampingi keluarganya dan langsung dibawa
ke ruang Lily II Rumah Sakit Medistra Indonesia, didapatkan hasil pengkajian pada
tanggal 07 Mei 2021 (10.00 WIB) bahwa pasien bernama Tn. A berusia 50 Tahun dan
ditemani Ny. A (istri klien).
Klien mengatakan dirinya merasa nyeri dada seperti ditusuk-tusk dan klien
mengatakan nyerinya itu hilang timbul namun bisa bertambah jika melakukan aktivitas
serta keluarganya mengatakan bahwa Tn.A memiliki riwayat hipertensi sejak 4 tahun
yang lalu. Klien juga mengatakan semenjak sakit, dirinya sering merasa sesak serta
nengeluh badannya sangat lemas dan lelah sehingga aktivitasnya selalu dibantu istrinya.
Didapatkan hasil pemeriksaan fisik, pasien nampak meringis kesakitan nampak
gelisah, nampak anoreksia, tampak adanya penggunaan otot bantu pernafasan, tampak
adanya pernafasan cuping hidung, dan nampak sianosis. Didapatkan pula hasil
pemeriksaan TTV, yaitu TTV : TD : 120/90 mmHg, Suhu : 36,9◦C, Nadi : 80x/menit ,
RR: 30x/menit.
4. Aspek Psikososial
a. Pola Pikir & Persepsi
Alat Bantu yang digunakan : Tidak ada.
Kesulitan yang dialami : Tidak ada.
b. Persepsi Sendiri
Hal yang amat dipikirkan saat ini : Kesembuhan penyakitnya
Harapan setelah perawatan : Bisa beraktivitas kembali
Suasana hati : Cemas dan sedih
Rentang perhatian : Diperhatikan oleh keluarganya
c. Hubungan / Komunikasi
Tempat Tinggal : Klien tinggal bersama suami dan 3 orang anaknya
Bicara : Jelas, Bahasa Utama : bahasa Indonesia
d. Kehidupan Keluarga
Adat istiadat yang dianut : Makassar
Pembuat Keputusan Keluarga : Klien
Pola komunikasi : Baik
Pola keuangan : Memadai
e. Pertahanan Koping
Pengambilan keputusan : Dibantu orang lain suaminya
Yang ingin dirubah dari kehidupan : Pola hidup
Yang dilakukan jika stres : Tidur
f. Sistem Nilai Dan Kepercayaan
Klien dan keluarga menganut agama islam dan percaya dengan Tuhan,
klien shalat 5 waktu, hal yang ingin dilakukan di RS adalah berdoa.
5. Aktivitas Sehari-Hari
a. Nutrisi
b. Pola Eliminasi
a. Waktu Tidur (jam) : Mulai tidur jam 22. 00 malam 1) Waktu Tidur (jam) :
2) Lama tidur / hari : 8 jam Mulai tidur jam 23. 15 malam
3) Kebiaasaan pengantar tidur : Tidak ada 2) Lama tidur / hari : 6 jam
4) Kesulitan dalam tidur : Tidak ada 3) Kebiaasaan pengantar tidur : Tidak ada
4) Kesulitan dalam tidur :
Klien mengatakan susah tidur karna sesak.
6. Pengkajian Fisik
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Keadaan Umum : Sedang
c. Tanda-tanda Vital :
TD : 120/90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 36,9 oC
d. Kepala
1. Inspeksi
Bentuk Kepala : Normochepal
Distribusi rambut/kulit kepala: Hitam/distribusi rambut subur
Kesimetrisan muka, dan tengkorak simetris
2. Palpasi
Massa : Tidak ada
Nyeri Tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
Keluhan lain : Pusing / sakit kepala : tidak ada keluhan
e. Mata
1. Inspeksi
Kelopak mata : Tidak ada pembengkakan
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Tidak icterus
Ukuran pupil : Isokor
Gerakan bola mata : Normal
Visus : 6/6
Reaksi terhadap cahaya : Jika diberi cahaya mengecil dan jika
cahaya menjauh pupil membesar
2. Palpasi
TIO : Normal
Massa tumor : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Fungsi penglihatan: Baik
Rasa sakit : Tidak ada
Operasi : Tidak pernah
f. Hidung
1. Inspeksi
Bentuk : Simetris kanan dan kiri
Edema : Tidak ada
Septum : Tidak ada
Warna : Normal
Secret : Tidak ada
2. Palpasi
Sinus : Normal
Nyeri tekan/bengkak : Tidak ada
Reaksi alergi : Tidak ada
g. Mulut dan Tenggorokan
1. Gigi geligi : Baik
2. Caries : Tidak ada
3. Kulit / gangguan bicara : Tidak ada
4. Kesulitan menelan : Tidak ada
h. Leher
1. Inspeksi
Bentuk/kesimetrisan : Simetris
Mobilisasi leher : Normal
2. Palpasi
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
Vena jugelaris : Tidak ada pembesaran
i. Dada, Paru-paru,dan Jantung
1. Inspeksi
Bentuk dada simetris kiri dan kanan
Bunyi napas : Vesikuler
Irama pernapasan : Regular
Frekuensi pernapasan : 30 x / menit
Retraksi : Tidak ada
2. Palpasi
Nyeri tekan : Ada
Massa Tumor : Tidak ada
Taktil Fremitus : Normal
Denyut apex : Teraba
3. Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara tambahan : Tidak ada
Ronchi : Tidak ada
Wheezing : Tidak ada
Bunyi jantung I dan II : Normal
Gallop : Tidak ada
4. Perkusi :
Batas paru dan hepar : Resonan ke pekak pada ICS 6 dextra
Batas paru dan lambung :
Resonan ke tympani di bawah prosesus xyphoideus
Batas paru dan jantung : Redup pada ICS 3,4,5,6 kiri
j. Abdomen
1. Inspeksi
Kesimetrisan dan warna sekitar : Simetris dan berwarna coklat.
2. Auskultasi
Peristaltik : 8 kali permenit
3. Perkusi
Identifikasi batas organ :
Pekak sebelah kanan atas, yang lainnya timpani
4. Palpasi
Hepar/lien/ginjal/kandungkemih : Normal
k. Genitalia dan system reproduksi
Penggunaan kateter : Tidak
l. Status neurologis : GCS E: 4 M: 6 V: 5
1. Refleks patologis; kerning sign; (-), Laseq sign (-), Brusinsky (-),
Babinsky(-)
2. Reflex fisiologis; Bisep (+), trisep (+), patella (+)
m. Ekstremitas
1. Keadaan ekstremitas : Lemah
2. Kesimetrisan : Simetris
3. Atropi : Tidak ada
4. ROM : Aktif
5. Edema : Tidak ada
6. Cyanosis : Tidak
7. Akral : Hangat
8. Kekuatan otot : 4 4
4 4
9. Nadi perifer : Teraba
10. Capilarry refilling : < 2 detik
11. Nyeri : Tidak
12. Palpitasi : Tidak
13. Perubahan warna : Tidak ada
14. Clubbing (-)
15. Baal (-)
16. Cyanosis tidak ada Akral : hangat
7. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin
KIMIA DARAH
Glukosa
Fungsi Ginjal
Fungsi Hati
Penanda Jantung
Kimia lain
KIMIA DARAH
Elektrolit
136-145
Natrium 135 Mmol/l
3,5-5,1
Kalium 3,4 Mmol/l
97-111
Klorida 101 Mm0l/l
Hasil Radiologi :
8. Terapi Yang Diberikan (Medis)
Obat – obatan :
I. Data Fokus
Nama Pasien : Tn.A Diagonosa Medis : ACS
No.RM : 123 Dokter : Dr. I
Usia Pasien : 50 Tahun Perawat : Ruang Lily II
c. Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara tambahan : Tidak ada
Wheezing + Ronchi : Tidak ada
Bunyi jantung I dan II : Normal
Gallop : Tidak ada
d. Perkusi
Batas paru dan hepar :
Resonan ke pekak pada ICS 6 dextra
Batas paru dan lambung :
Resonan ke tympani di bawah prosesus
xyphoideus
Batas paru dan jantung :
Redup pada ICS 3,4,5,6 kiri
9. Hasil pemeriksaan penunjang :Rradiologi
Hasil ECG (Tgl 02 Maret 2016).
ST Elevasi pada lead II, III dan aVF, (Stemi
Inferior : infark miokardium).
ST Depresi pada lead I, aVL, V5 dan V6.
b. Palpasi
Nyeri tekan : Ada
Massa Tumor : Tidak ada
Taktil Fremitus : Normal
Denyut apex : Teraba
c. Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara tambahan : Tidak ada
Wheezing + Ronchi : Tidak ada
Bunyi jantung I dan II : Normal
Gallop : Tidak ada
d. Perkusi
Batas paru dan hepar :
Resonan ke pekak pada ICS 6 dextra
Batas paru dan lambung :
Resonan ke tympani di bawah prosesus xyphoideus
Batas paru dan jantung :
Redup pada ICS 3,4,5,6 kiri
4. Hasil pemeriksaan penunjang :Rradiologi
Hasil ECG (Tgl 02 Maret 2016).
ST Elevasi pada lead II, III dan aVF, (Stemi Inferior :
infark miokardium).
ST Depresi pada lead I, aVL, V5 dan V6.
DS : Intoleransi Kelemahan
1. Klien mengeluh badannya sangat lemas dan lelah. Aktivitas
2. Klien mengatakan semenjak sakit, aktivitasnya selalu dibantu
istrinya.
DO :
1. Nampak malaise.
2. Tampak ADL dibantu keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan
3) Bersihkan kulit
dan hilangkan
obat
sebelumnya.
4) Oleskan agen
topical pada
kulit yang tidak
mengenai luka,
iritasi, atau
sensitive.
5) Hindari terpapar
sinar ultra violet
pada kulit yang
mendapat obat
topical.
c. Edukasi
1) Jelaskan jenis
obat, alas an
pemberian,
tindakan yang
diharapkan, dan
efek samping
sebelum
pemberian.
2) Jelaskan factor
yang dapat
meningkatkan
dan menurunkan
efektivitas obat.
7) Berikan
suplemen
vitamin dan
mineral.
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi.
2) Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan
protein.
3) Anjurkan
prosedur
perawatan luka
secara mandiri.
D. Implementasi Keperawatan