TUJUAN PEMELIHARAAN
Adapun tujuan utama dari pemeliharaan adalah untuk :
Mempertahankan atau meningkatkan keandalan unit (Unit Availability)
Mempertahankan atau meningkatkan efisiensi unit (Unit Efficiency)
Mempertahankan atau meningkatkan keselamatan (Safety)
Mengingat betapa pentingnya faktor pemeliharaan, maka sistem
pemeliharaan haruslah direncanakan, dikendalikan dan dilaksanakan dengan baik
dan sungguh-sungguh agar sasaran atau tujuan utama dapat tercapai. Antara
perencana dan pelaksana harus terjalin suatu sistem yang terpadu, saling
memberikan informasi dan saling mendukung.
c. Boiler
Yang harus diamati antara lain : pemakaian bahan bakar, aliran udara
pembakaran, tekanan ruang bakar, aliran air pengisi dan produksi uap,
kondisi ruang bakar dan pembakaran, suara-suara, vibrasi, kebocoran-
kebocoran uap dan lain-lainnya.
d. Turbin Uap
Yang harus diamati pada turbin uap adalah : temperature dan tekanan
pelumas bearing, vibrasi, pemuaian relatip dan rumah turbin, tekanan uap
pengambilan, vacuum kondensor, tekanan dan suhu uap masuk turbin,
tekanan minyak pengatur dan lain-lainnya.
e. Transformtor
Yang harus diamati adalah : level minyak trafo, temperature, Arus dan
Tegangan, warna silicagel, adanya kebocoran minyak trafo dan lain-
lainnya.
f. Generator
Yang harus diamati adalah : temperatur belitan, tegangan dan arus
generator, pendingin generator, purity hydrogen, conductivity air
pendingin belitan stator (bila belitan stator memakai pendingin air murni)
dan lain-lainnya.
g. Battery/Battery Charger
Yang harus diamati adalah : Arus pengisian, tegangan, level di battery dan
lain-lainnya.
h. Peralatan Listrik Lainnya
Yang termasuk peralatan listrik yang lain adalah motor, contactor, relay
dan yang perlu diamati adalah : temperature, vibrasi, warna, bau bearing
motor, belitan dan pencatatan meter-meter lainnya.
Efisiensi adalah merupakan object besar, maka dari itu object tersebut
harus dilaksanakan oleh suatu team yang terdiri dari pelaksana pemeliharaan,
perencana dan yang mengoperasikan.
Pelaksana pemeliharaan harus selalu berkomunikasi dengan perencana dan
yang mengoperasikan unit dalam mengamati performance suatu peralatan atau
unit. Kalau hal-hal tersebut di atas telah dilaksanakan dengan baik, maka biaya
operasi dan pemeliharaan dapat diperkecil.
Lifting tackle harus selalu diperiksa dan dipelihara. Rantai, sling, ring,
hook, shackle dan swivel bila sudahaus atau rusak harus dibuang dan diganti baru
dan selalu diperiksa setiap 6 bulan sekali atau diperiksa sebelum dipakai.
Safety valve yang leak out (bocor keluar) harus diperbaiki dengan cara
dilapping, atau kalau sudah tidak bisa dilapping harus diadakan penggantian-
penggantian part yang sudah rusak. Selain dilakukan perbaikan dan penggantian,
safety valve harus diset apakah dapat membuka pada tekanan yang telah diset.
Oleh karena untuk melakukan lapping atau penggantian part pada safety valve
memerlukan unit shut down, maka biasanya pelaksanaan perbaikan/lapping baru
dilaksanakan setelah ada beberapa safety valve yang bocor. Untuk sementara
safety valve tersebut digage dulu supaya tidak bocor. Bila jumlah safety valve
yang bocor dan digage sudah banyak dan kapasitas safety valve sudah berkurang
dari design, maka unit harus shut down dan harus segera dilakukan perbaikan atau
penggantian part.
Boiler setiap tahun harus selalu dilakukan Inspeksi yang meliputi
pengukuran ketebalan pipa, perbaikan-perbaikan, pemeriksaan keretakan,
pemeriksaan bagian dalam dari main drum, header, permukaan bagian dalam pipa
(dengan jalan dipotong sebagian), ruang bakar, penggantian-penggantian dan
penyetelan. Setelah diinspeksi, sebelum boiler dioperasikan harus dilakukan
Hydrostatic test. Setiap dua tahun sekali boiler harus diperiksa ulang untuk
dilakukan pemeriksaan dan pengetesan. Bila hasil pengamatan dan pengetesan
dinyatakan baik, maka boiler layak dioperasikan.
Begitu pula untuk bejana bertekanan setiap lima tahun sekali dilakukan
pemeriksaan dan pengetesan. Bila hasilnya baik, maka bejana bertekanan layak
dioperasikan.
Konektor-konektor kabel harus selalu diperiksa, kalau kendor harus
dkencangkan atau kalau mur/bautnya sudah longgar/dol harus segera diganti,
karena kalau tidak segera dikencangkan atau diganti baru akan terjadi fong yang
akan menimbulkan panas, lama kelamaan akan membakar kabel dan
mengakibatkan hubung singkat yang akhirnya dapat menimbulkan kebakaran.
Breaker-breaker harus selalu diperiksa moving dan fixed arching
contactnya, bila kontak antara moving dan fixed arching contact kurang
sempurna, harus segera diperbaiki atau diganti baru. Karena bila tidak segera
diperbaiki atau diganti, selain penyaluran tenaga listriknya kurang sempurna juga
akan terjadi loncatan bunga api atau fong yang lama kelamaan akan
mengakibatkan kebakaran.
Sensor-sensor level yang menggunakan bahan radioaktif (nuclear
detector), setiap periode tertentu harus dilakukan pemeriksaan berapa nilai
kebocoran radiasi, apakah masih dalam batas yang diijinkan, apabila melebihi
harus dilakukan proteksi/penggantian pada part tersebut.
Peralatan flame scanner (intensitas) harus selalu dikalibrasi/tunning agar
terhindar dari kesalahan deteksi nyala api burner sehingga tidak terjadi bahaya
ledakan boiler (penyalaan mendadak).
Peralatan wire trip conveyor harus diyakinkan dapat bekerja bilamana
diperlukan, mengingat sebagai pengaman belt conveyor juga untuk pengaman
terhadap personil operator atau pemeliharaan yang sedang bekerja didekat belt
conveyor tersebut.
Alat-alat ukur conductivity, pH, kadar silica yang dipakai untuk
pengolahan air penambah ketel atau untuk pengolahan air minum, selalu dicek
karakteristiknya karena mempercayai penunjukkan yang salah, kerusakan pipa
ketel dan lingkungan yang menjadi akibatnya.
Bila semua tindakan tersebut di atas dilaksanakan dengan benar, maka
keselamatan akan terjamin.
2. KLASIFIKASI PEMELIHARAAN
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa pemeliharaan adalah suatu
tindakan dengan maksud untuk mengembalikan kondisi alat/peralatan/sistem
seperti semula. Didalam pelaksanaan pemeliharaan dibagi dalam tiga kelompok
besar yaitu :
1. Pemeliharaan Korektif
2. Pemeliharaan Preventif yang pelaksanaannya direncanakan pada saat unit
beroperasi
3. Pemeliharaan Preventif yang pelaksanaannya direncanakan pasa saat unit
shut down
d. Kerusakan yang hanya dapat diperbaiki pada saat unit shut down, dimana
perbaikannya hanya bisa diprogramkan pada saat unit shut down karena
perbaikannya memerlukan waktu yang lama, dimana dengan kerusakan
tersebut unit tidak trip dan tidakderated atau unit tidak terancam trip atau
derated, misalnya :
Kerusakan pada kebocoran duct gas bekas
Kerusakan sensor turbine supervisory, T/C bearing metal turbin
atau boiler metal
Kerusakan pada infra red detector pada air heater
Laporan
Kerusakan
Kirim ke
Pemeliharaan
Identifikasi
Kerusakan
Klasifikasi
Kerusakan
A B C D
A B C D
Ada
Tidak Ada
ada
Persedia
Pengajuan
an
Permintaan Perbaikan Gudang
Barang/Jasa
Ada
Barang Datang/
Jasa Siap Uji Ya
coba,
Modifika
Test si
berhasil Tidak Dilaksan
a-kan
Perlu
Unit
Ya
Stop
Perbaika Tidak
n
Perlu Plant
Unit Tidak
History
Shut
down Ya
Perbaikan
Perlu Unit
Shut down
ad 1. Planned Outage
Planned Outage yaitu shut down unit yang sudah direncanakan sebelumnya,
misalnya :
a. Shut down untuk melaksanakan inspeksi/overhaul.
b. Shut down karena kebutuhan tenaga listrik untuk konsumen berkurang
dengan adanya hari libur atau hari raya.
ad 2. Forced Outage
Forced Outage yaitu shut down unit karena terpaksa, karena adanya kerusakan
suatu sistem/peralatan yang harus diperbaiki segera, misalnya :
a. Boiler tube bocor.
b. Pipa sistem air pengisi bocor.
c. Bearing turbin temperaturnya cenderung naik.
d. Bearing main air heater rusak.
e. Catu daya untuk sistem kontrol terganggu (hilang).
f. Kerusakan pada sensor untuk tripping (furnace, vacuum condensor, drum
level, udara kontrol).
g. Gangguan sistem exitasi generator.