Puji syukur penulis panjatkan khadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
metalurgi dalam hal ini percobaan METALOGRAFI.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengamati struktur mikro, butir kristal, batas butir, ukuran butir, dan
jumlah butir.
2. Mengamati fasa-fasa yang ada pada logam.
3. Mengamati cacat pada logam.
4. Mengetahui pengaruh etsa dan waktu etsa terhadap struktur mikro.
1.4 Kompetensi
Pada percobaan Metalografi, penggerindaan benda uji haruslah sangat
halus supaya tidak terlihatnya goresan, setelah benda uji di etsa baru akan dilihat
mikro struktur daripada logam tersebut dengan menggunakan mikroskop,
Sehingga kita dapat menentukan jenis logam tersebut dengan mengetahui
karakteristiknya.
3
BAB II
TEORI DASAR
4
gamma-austenite. Logam Fe3C bersifat polymorphism yaitu memiliki struktur
kristal berbeda pada temperatur berbeda. Pada Fe3C murni, misalnya, alpha =
ferrite akan berubah menjadi gamma = austenite saat dipanaskan melewati
temperature 910°C.
5
Gambar 2.2 Struktur BCC Gambar 2.3 Struktur FCC
Ferrite adalah fase larutan padat yang memiliki struktur BCC (body
centered cubic). Ferrite dalam keadaan setimbang dapat ditemukan pada
temperatur ruang, yaitu alpha-ferrite atau pada temperatur tinggi, yaitu delta-
ferrite. Secara umum fase ini bersifat lunak (soft), ulet (ductile), dan magnetik
(magnetic) hingga temperatur tertentu, yaitu Tcurie. Kelarutan karbon di dalam
fase ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelarutan karbon di dalam fase
larutan padat lain di dalam baja, yaitu fase Austenite. Pada temperatur ruang,
kelarutan karbon di dalam alpha-ferrite hanyalah sekitar 0,05%. Berbagai jenis
baja dan besi tuang dibuat dengan mengeksploitasi sifat-sifat ferrite. Baja
lembaran berkadar karbon rendah dengan fase tunggal ferrite misalnya, banyak
diproduksi untuk proses pembentukan logam lembaran. Dewasa ini bahkan telah
dikembangkan baja berkadar karbon ultra rendah untuk karakteristik mampu
bentuk yang lebih baik. Untuk paduan baja dengan fase tunggal ferrite, faktor lain
yang berpengaruh signifikan terhadap sifat-sifat mekanik adalah ukuran butir.
6
B. Pearlite
Pearlite adalah suatu campuran lamellar dari ferrite dan cementite. Konstituen
ini terbentuk dari dekomposisi Austenite melalui reaksi eutectoid pada keadaan
setimbang, di mana lapisan ferrite dan cementite terbentuk secara bergantian
untuk menjaga keadaan kesetimbangan komposisi eutectoid. Pearlite memiliki
struktur yang lebih keras daripada ferrite, yang terutama disebabkan oleh adanya
fase cementite atau carbide dalam bentuk lamel-lamel.
C. Austenite
D. Cementite
7
untuk keperluan praktis, fase ini dapat dianggap sebagai fase stabil. Cementite
sangat penting perannya di dalam membentuk sifat-sifat mekanik akhir baja.
Cementite dapat berada di dalam sistem besi baja dalam berbagai bentuk seperti:
bentuk bola (sphere), bentuk lembaran (berselang seling dengan alpha-ferrite),
atau partikel-partikel carbide kecil. Bentuk, ukuran, dan distribusi karbon dapat
direkayasa melalui siklus pemanasan dan pendinginan. Jarak rata-rata antar
karbida, dikenal sebagai lintasan Ferrite rata-rata (Ferrite Mean Path), adalah
parameter penting yang dapat menjelaskan variasi sifat-sifat besi baja. Variasi
sifat luluh baja diketahui berbanding lurus dengan logaritmik lintasan ferrite rata-
rata.
E. Martensite
8
F. Ladeburit
Merupakan campuran halus antara fase perlite dan fase simentit, karena
kandungan simentit lebih banyak maka fase ladeburit mempunyai sifat yang
sangat getas dan keras.
9
disebabkan setiap perubahan fasa yang timbul akibat faktor permukaan dan energi
regangan. Jika temperatur dibawa ke lutut kurva, laju transformasi meningkat.
Terjadinya kelambanan pada proses ini disebabkan pada waktu pembentukan
bainit temperatur agak rendah. Pada bagian temperatur 250°C - 300°C ternyata
transformasi berlangsung sangat cepat. Untuk diagram fasa TTT hanya dapat
diperlakukan pada baja karbon rendah. Jika baja dicelup pada daerah di bawah
200°C maka akan terbentuk martensit seiring baja tersebut dicelup dalam media
pendingin ini, dan pada suhu kritis terbentuk austenit stabil yaitu atom mulai
bergerak secara acak. Bentuk umum dari kurva transformasi-waktu-suhu berbeda
untuk jenis baja. Perlu diketahui bahwa bentuk dari kurva waktu-suhu-
transformasi berbeda untuk jenis baja yang berlainan. Tergantung pada kadar
karbon unsur paduan,dan faktor besar butir austenit. Untuk itu agak sulit untuk
membentuk martensit pada pencelupan baja lipoeutektoid. Baja karbon dengan
komposisi eutectoid lebih mudah dikeraskan.
10
2.1.3.1 Macam - macam perlakuan panas
11
b. Normalizing
c. Pengerasan ( Hardening )
12
BAB III
METODOLOGI PERGUJIAN
13
5) Digerinda pada tingkat yang halus dengan arah tegak lurus penggerindaan
kedua.
6) Digerinda pada tingkat yang lebih halus dengan arah tegak lurus
penggerindaan ketiga dan seterusnya.
7) Setelah selesai dan hasilnya halus maka dilanjutkan ke mesin poles.
Catatan :
14
3.3.3 Cara-cara Pengetsaan
1. Teteskan larutan etsa nital ke dalam cawan secukupnya.
2. Jepit benda kerja dengan penjepit.
3. Celupkan benda kerja selama 6 – 10 detik.
4. Bersihkan benda uji dengan air dan diteruskan dengan pembersihan
menggunakan alkohol.
5. Keringkan benda kerja dengan kertas pembersih.
6. Keringkan dengan alat pengering.
7. Kemudian dilanjutkan pada pemeriksaan struktur melalui mikroskop.
15
BAB IV
Gambar diatas menggunakan pasta diamond cenit 1 mikron pada saat polishing.
Pada tahap awal pemeriksaan ini tidak terlihat struktur daripada logam walaupun
kita memakai pembesaran yang terbesar sekalipun, seperti yang terlihat pada
gambar diatas hanyalah garis – garis halus dan bercak hitam. Bercak hitam
tersebut adalah indikasi cacat yang berupa porositi dan garis – garis ( goresan )
halus pada gambar disebabkan oleh pemotongan benda kerja pada saat permulaan
pengujian serta juga akibat dari tekanan tangan yang terlalu kuat pada saat
penggerindaan berlangsung. Hal ini tidak akan jadi masalah dalam pemeriksaan
struktur logam.
Bahan etsa : Selama 5 detik
Pembesaran : Pembesaran 100X
16
Pembesaran 200X
Pembesaran 400X
Pembesaran 1000X
Setelah dilihat permukaan pada tahap awal selanjutnya benda uji diberi
larutan etsa dan dicuci dengan alkohol selama beberapa detik bila melebihi waktu
maka permukaan akan terlihat semacam terbakar, oleh karena itu pengetsaan
dilakukan selama 5-10 detik. Permukaan tersebut tampak seperti pada gambar
dibawah ini pada pembesaran 100X, 200X, 400X, dan 1000X.
ferrite
Batas butir
pearlite
Gambar 5.2 Struktur mikro Pembesaran 100X setelah etsa
17
ferrite
Batas butir
pearlite
Gambar 5.3 Struktur mikro Pembesaran 200X setelah etsa
ferrite
Batas butir
pearlite
18
ferrite
Batas butir
pearlite
Gambar 5.5 Struktur mikro Pembesaran 1000X setelah etsa
4.2 Pembahasan
19
sebagian hitam dan putih serta putih yang dipisahkan oleh garis yang tidak
beraturan. Bercak-bercak putih ini dinamakan dengan ferrite yang memiliki sifat
lunak (soft), ulet (ductile), dan magnetik (magnetic) hingga temperatur tertentu,
sedangkan bercak-bercak yang tampak hitam dan putih pada gambar dinamakan
dengan pearlite memiliki sifat yang lebih keras dan kuat daripada ferrite, ini
disebabkan oleh adanya fase cementite atau carbide dalam bentuk lamel-lamel.
Garis yang tidak beraturan ini adalah pembatas butir antara satu butir
dengan butir lainnya oleh karena garis pembatas tersebut maka dapat dilihat
bahwa ukuran butir menjadi sangat beragam mulai dari yang paling kecil, sedang
hingga yang terbesar dengan bentuk yang tidak beraturan juga.
Banyak jumlah butir didalam logam ini pada pembesaran 1000X adalah
sebagai berikut :
Jumlah butir dapat dihitung denan rumus sebagai berikut:
NA =(F) (n1 + n2/2
Dimana :
NA = Jumlah butir
F = Bilangan Jefferies
n = jumlah butiran per inchi kuadrat.
Jadi jumlah butir secara keseluruhan pada pembesaran 1000X ini berjumlah 18
butir.
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23