PASIEN
KETIDAK STABILAN KADAR GLUKOSA DARAH
(DIABETES MILLITUS)
Disusun oleh
JEMY KASANOFA
2005025
1 . Definisi
Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel manusia. Glukosa
dibentuk dari karbohidrat yang dikonsumsi melalui makanan dan disimpan
sebagai glikogen di hati dan otot (Lestari, 2013). Gula darah terdiri dari glukosa,
fruktosa, dan galaktosa. Glukosa merupakan monosakarida yang paling dominan,
sedangkan fruktosa akan meningkat pada diet buah yang banyal, dan galaktosa
darah akan meningkat pada saat hamil dan laktasi. Sebagian besar karbohidrat
yang dapat dicerna di dalam makanan akan membentuk glukosa, yang kemudian
akan dialirkan ke dalam darah, dan gula lain akan dirubah menjadi glukosa di
hati(Kasengke,2015).
Ketidakstabilan kada glukosa darah adalah variasi kadar glukosa darah naik/ turun
dari rentang normal (SDKI). Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah variasi
dimana kadar glukosa darah mengalami kenaikan atau penurunan dari rentang
normal yaitu mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi (PPNI, 2016).
Patofisiologi
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Kegagalan sel beta pankreas dan resistensi
insulin sebagai patofisiologi kerusakan sentral pada DM Tipe II sehingga memicu
ketidakstabilan kadar glukosa darah hiperglikemi. Defisiensi insulin menyebabkan
penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga kadar gula dalam plasma
menjadi tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi dari
ambang ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini menyebabkan diuresis osmotik
yang akan meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)
sehingga terjadi dehidrasi (Price, 2000). Pada gangguan sekresi insulin berlebihan,
kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Tapi,
jika sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar
glukosa darah meningkat. Tidak tepatnya pola makan juga dapat mempengaruhi
ketidakstabilan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe II. Ketidakstabilan kadar
glukosa darah hipoglikemia terjadi akibat dari ketidakmampuan hati dalam
memproduksi glukosa. Ketidakmampuan ini terjadi karena penurunan bahan
pembentuk glukosa, gangguan hati atau ketidakseimbangan hormonal hati. Penurunan
bahan pembentuk glukosa
terjadi pada waktu sesudah makan 5-6 jam. Keadaan ini menyebabkan penurunan
sekresi insulin dan peningkatan hormon kontra regulator yaitu glukagon, epinefrin.
Hormon glukagon dan efinefrin sangat berperan saat terjadi penurunan glukosa darah
yang mendadak. Hormon tersebut akan memacu glikonolisis dan glucaneogenesis dan
proteolysis di otot dan liolisi pada jaringan lemak sehingga tersedia bahan glukosa.
Penurunan sekresi insulin dan peningkatan hormon kontra regulator menyebabkan
penurunan penggunaan glukosa di jaringan insulin sensitive dan glukosa yang
jumlahnya terbatas disediakan hanya untuk jaringan otak (Soegondo, 2010).
Etologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan kadar glukosa darah adalah resistensi
insulin pada jaringan lemak, otot, dan hati, kenaikan produksi glukosa oleh hati, dan
kekurangan sekresi insulin oleh pankreas. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
(hipoglikemia) biasanya Selain kerusakan pancreas dan resistensi insulin beberapa
factor yang dapat memicu terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah adalah
pola makan, aktivitas, dan pengobatan klien DM tipe II (Soegondo, 2010).
KLASIFIKASI
Dokumen konsesus oleh American Diabetes Association’s Expert Committee on
the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama
diabetes, yaitu: (Corwin,2009)
1. Tipe I :Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetic adalah tipe I. Sel- sel
beta dari pancreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Millitus (NIDDM) / Diabetes Millitus tak
tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai Sembilan puluh lima persen penderita
diabetic adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitiitas terhadap
insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga, jika kenaikan kadar glukosa
darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin
dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling
sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang
obesitas.
3. DM tipe lain
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
Manifestasi Klinik
5. Kadar glukosa puasa tidak normal
6. Hiperglikemia berat berakibat glukosuri yang akan menjadi diaresisi osomotic
yang meningkat pengeliurarn usin (polyuria dan timbul rasa haus (polydipsia).
7. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
8. Lelah dan mengantuk
9. Gejalan yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruitas
vulva.
Pathway
- Faktor genetik
- Inveksi virus
- Pengerusaan imunologik
Kerusakan sel
Beta
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Pemeriksaan Penunjang
19. Kadar glukosa darah
A. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri atas identitas pasien dan identitas penganggung jawab pasien meliputi
nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, no. RM, diagnosa
medis dan hubungan dengan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Apakah pasien pernah mempunyai penyakit yang sama atau penyakit lain.
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit. Berapa kali
miksi dalam sehari, karakteristik urine, adakah masalah dalam proses miksi,
apakah menggunakan alat bantu, gambaran pola BAB, karakteristik feses, bau
badan, keringat berlebih, lesi dan prunitus.
4) Pola aktivitas-latihan
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi. Berapa lama
tidur di malam hari, jam berapa tidur-bangun, apakah terasa efektif, adakah
kebiasaan sebelum tidur, apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
6) Pola kognitif-persepsi
9) Pola seksualitas-reproduksi
d. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik meliputi:
1) Keadaan umum pasien
2) GCS
3) Tanda-tanda vital
4) Ketonuria
5) Proteinuria
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
No Noc Nic
dx
1. Setalah dilakukan tindakan 1. Monitor keadaan kulit
keperawatan selama 3x24 jam
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap
diharapkan integritas kulit pasien
bersih dan kering
mengalami proses pemyembuhan
3. Anjurkan pasien untuk
dengan kriteria hasil:
menggunakan pakaian yang
1. Integritas kulit yang baik bisa
longgar
dipertahankan
4. Kolaborasikan dengan dokter
2. Tidak ada luka
dalam pemberian obat
Perfusi jaringan baik
2. Setalah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama 3x24 jam sistemik dan lokal
diharapkan resiko infeksi pada 2. Tingkatkan intskr nutrisi
pasien menurun atau hilang dnegan
3. Berikan perawatan kulit pada area
kriteria hasil:
epidema
1. Klien bebas dari tanda dan gejala
4. Ajarkan pada penunggu pasien
infeksi
untuk mencuci tangan sebelum dan
2. Jumlah leukosit dalam batas
setelah kontak dengan pasien
normal Kolaborasikan dengan dokter dlaam
pemeberian antibiotic
3. Setelah dilakukan tindakkan 1. Monitor vital sign
keperawatan diharapkan masalah
2. Observasi pola tidur pasien
keletihan dapat teratasi, dengan
3. Tingkatkan tirah baring
kriteria hasil :
dan pembatasan aktivitas
a. Glukosa darah
4. Konsultasikan dengan
menurun
ahli gizi
b. Istirahat cukup
c. Memverbalisasikan peningkatan
energi dan merasa lebih baik
D. Implementasi
Tindakan keperawatan mandiri yang di lakukan oleh perawat tanpa pesanan dokter.
Misalnya, mengkaji nyeri dan tanda-tanda infeksi, mengajarkan teknik relaksasi,
mengajarkan ROM, dll.
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawat bekerja dengan tenaga kesehatan
lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah klien.
Misalnya kolaborasi dengan dengan dokter dalam pemberianan antibiotik dan analgetik.
E. Evaluasi
14
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
NANDA. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan NANDA
NIC-NOC.Yogyakarta : MediAction.
Smeltzer dan Bare. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
15