30 WIB
Jenis Acara Kajian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Penyelenggara Pengembangan Sumber Daya Insani, IKES Gunadarma
Lokasi Zoom Cloud Meeting
Moderator Putri Oktavia Rusadi (Staf Div. Pengembangan Intelektual)
Host Ahmad Maulana (Anggota IKES Gunadarma)
Notulensi Meyta Indrayani & Zahrani Fendiana
Jumlah Peserta 46
Ketika paradigma kapitalis bicara ekonomi itu motornya adalah soft inters atau
keinginan setiap orang, sedangkan kaum sosialis mengutarakan pendapat mereka bahwa
motor dari ekonomi adalah negara dengan segala kekuatannya, kebijakannya, militernya,
kekuatannya. Bagaimana posisi ekonomi Islam? Ekonomi Islam adalah akhlak dan
kebijaksanaan ekonomi, jadi tidak sekedar market, tapi market yang solid oleh moralitas atau
kita sebut sebagai akhlak. Dalam kebijakan ekonomi Islam pemerintah tidak selalu ikut
campur didalam proses ekonomi, didalamnya ada sedikit liberalisme, dan didalamnya ada
sedikit kebebasan di dalam pasar dalam batas-batas akhlak dan syariah, kemudian negara ikut
campur ketika equilibrium tidak tercapai. Jadi, ketika bicara akhlak dan kebijakan dalam
menguatkan ukhuwah dan perekonomian Indonesia, bahwa ekonomi tidak hanya disebut
maju ketika angka GDP dan pendapatan perkapita tinggi, namun ukhuwahnya tidak baik,
untuk itu, ukhuwah juga bagian dari pencapaian ekonomi.
Paradigma ekonomi Islam berbeda dari ekonomi kapitalis dan sosialis yang
menjadikan pasar, negara, bahkan politik sebagai penggerak perekonomian. Ekonomi Islam
mengedepankan konsep akhlaqiyah dalam menentukan kebijakan perekonomiannya, dengan
tujuan untuk mencapai kesejahteraan umat. Ekonomi Islam adalah salah satu gerbong untuk
mencapai kebangkitan Islam (islamic revival). Namun, Islamic revival tidak bisa tercapai
apabila 3 hal dibawah ini tidak tercapai, diantaranya:
1. Keridoan Allah, sebagai manusia kita harus tekun untuk menjalankan dan
mengamalkan perintah maupun sunnah serta menerapkan amar makruf nahi mungkar.
2. Kerja Keras, tidak hanya dalam bentuk beribadah yang wajib bagimu, tetapi kita juga
harus berkerja keraslah. Dalam rangka kebangkitan Islam, kita harus memanfaatkan
waktu sebaik mungkin untuk terciptanya role model yang kita harapkan.
3. Persatuan Ukhuwah, umat muslim harus menghindari pertikaian (fitnah adalah
ujian). Energi yang kita gunakan harus dipakai untuk hal yang bermanfaat.
3 hal diatas adalah bentuk kesholehan yang harus saling berkesinambungan. Hal tersebut
menjelaskan bahwa religiusitas seseorang tidak hanya dilihat dari bagaimana dia ahli dalam
ibadah, tapi juga harus bekerja keras, produktif dan aktif. Karna pintar bagian bagi sholeh,
seperti halnya sifat Rasulullah, yakni Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fatonah (Cerdas). Islam
mencakup segala aspek kehidupan.
Ada sebuah kaidah “Kita akan bersama dengan orang yang kita cintai (di akhirat)”.
Selain itu ada sebuah hadist yang menjelaskan bahwa “Tidak sempurna iman seseorang
sampai ia mencintai saudaranya (muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.
Banyak diantara kita orang Islam, namun masih perlu dipertanyakan ke-Islam-annya? Hal
tersebut terjadi karena banyaknya syubhat di zaman sekarang, contohnya seperti kita
mencintai orang yang tidak beriman kepada Allah dan menjadikannya sebagai idola (fangirl
k-pop, dsb.). Hal tersebut membuktikan adanya yang lebih kita cintai dari Allah dan Rasul-
Nya. Seorang pemuda kemuliaannya dapat dilihat dari bagaimana cara ia menaklukan
syahwat-nya, yakni menahan diri dengan cara puasa, dsb. Kita seharusnya meneladani sikap
para Sahabat (Abu Bakar, Umar dan lainnya) yang ketika mendengar kaidah di atas, mereka
dengan tegas berkata akan mencintai Rasulullah. Masyaa Allah.
Kata „idol‟ dalam Bahasa Inggris artinya ‘sesembahan/berhala’, atau dalam Bahasa
Arab yang berarti „illah‟. Jika kita mencintai orang yang tidak beriman kepada Allah, dapat
dikatakan bahwa laa ilaha illallah yang kita ucapkan selama ini adalah palsu (munafik).
Untuk itu kita perlu hati-hati dan perhatikan siapa yang kita cintai dan siapa yang menjadi
idola kita.
Mengacu pada kaidah yang telah disebutkan di atas, Hasan al-Basri berkata untuk
tidak terlena dengan kaidah tersebut. Mencintai saja tidak cukup, karna mencintai
membutuhkan sebuah upaya. Jika ingin membangun rasa cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya
secara kaffah adalah dengan membaca Sirah Nabawiyah. Ini adalah salah satu upaya kita
untuk menunjukkan bahwa kita mencintai-Nya. Dengan membaca Sirah Nabawiyah kita akan
kenal lebih jauh dengan Rasulullah, dan meningkatkan pemahanaman kita tentang Islam. Kita
harus bersikap tawazun adl, sebuah ilmu harus kita tempatkan pada tempatnya. Jika ada yang
salah dalam kehidupan kita, diistilahkan bahwa kita mempunyai penggaris (alat ukur) untuk
mencapai orientasi hidup yang benar yakni Rasulullah. Jadilah muslim yang profesional,
karna rasa cinta bagian dari profesionalisme. Asyhadu bi ana muslim.
1. Membentuk masyarakat yang bisa dipercaya (based on trusted society). Saat ini
masyarakat belum bisa dipercaya. Untuk itu, kita harus membangun trusted
individual. Seperti halnya Rasulullah yang dijuluki „al-amin‟ sebelum masa
kenabiannya.
2. Menciptakan keadilan dan keseimbangan antara sektor finansial dengan sektor
riil.
3. Umat Islam harus memahami bahwa ekonomi adalah unsur penting dalam
kehidupan dan agama. Ekonomi adalah bukan hanya aspek duniawi. Dalam
maqashid syariah menjelaskan bahwa kekuatan harta bagian dari kekuatan umat.
4. Adanya keberpihakan. Dalam hal ini pemerintah harus merangkul orang yang
lemah, butuh pertolongan, tidak membiarkan mereka dalam keterpurukan, dan
dijadikan konsentrasi utama. Dalam realisasinya anggaran Islam harus dialokasikan
untuk umat.
5. Moral driven. Negara bermoral, pasar bermoral, karena adanya dorongan akhlak
Islam.
TANYA JAWAB
Closing Statement
“Sediakan waktu, uang dan tenaga untuk membaca Sirah Nabawiyah, untuk kebaikanmu
sendiri. Rekomendasi penulis dari Martin Lings.”