Anda di halaman 1dari 5

Tanggal / Waktu Jum’at, 30 Oktober 2020 / 13.14 s.d 15.

30 WIB
Jenis Acara Kajian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Penyelenggara Pengembangan Sumber Daya Insani, IKES Gunadarma
Lokasi Zoom Cloud Meeting
Moderator Putri Oktavia Rusadi (Staf Div. Pengembangan Intelektual)
Host Ahmad Maulana (Anggota IKES Gunadarma)
Notulensi Meyta Indrayani & Zahrani Fendiana
Jumlah Peserta 46

“AKTUALISASI AKHLAK DAN KEBIJAKAN EKONOMI RASULULLAH SAW.


DI ZAMAN NOW UNTUK MENINGKATKAN UKHUWAH
DAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA”

Oleh Muhammad Rizky Rizaldy, SE, M.Sc, MM.


(Researcher in Islamic Economics, Busines, and Finance Gunadarma University)

Ketika paradigma kapitalis bicara ekonomi itu motornya adalah soft inters atau
keinginan setiap orang, sedangkan kaum sosialis mengutarakan pendapat mereka bahwa
motor dari ekonomi adalah negara dengan segala kekuatannya, kebijakannya, militernya,
kekuatannya. Bagaimana posisi ekonomi Islam? Ekonomi Islam adalah akhlak dan
kebijaksanaan ekonomi, jadi tidak sekedar market, tapi market yang solid oleh moralitas atau
kita sebut sebagai akhlak. Dalam kebijakan ekonomi Islam pemerintah tidak selalu ikut
campur didalam proses ekonomi, didalamnya ada sedikit liberalisme, dan didalamnya ada
sedikit kebebasan di dalam pasar dalam batas-batas akhlak dan syariah, kemudian negara ikut
campur ketika equilibrium tidak tercapai. Jadi, ketika bicara akhlak dan kebijakan dalam
menguatkan ukhuwah dan perekonomian Indonesia, bahwa ekonomi tidak hanya disebut
maju ketika angka GDP dan pendapatan perkapita tinggi, namun ukhuwahnya tidak baik,
untuk itu, ukhuwah juga bagian dari pencapaian ekonomi.

Paradigma ekonomi Islam berbeda dari ekonomi kapitalis dan sosialis yang
menjadikan pasar, negara, bahkan politik sebagai penggerak perekonomian. Ekonomi Islam
mengedepankan konsep akhlaqiyah dalam menentukan kebijakan perekonomiannya, dengan
tujuan untuk mencapai kesejahteraan umat. Ekonomi Islam adalah salah satu gerbong untuk
mencapai kebangkitan Islam (islamic revival). Namun, Islamic revival tidak bisa tercapai
apabila 3 hal dibawah ini tidak tercapai, diantaranya:

1. Keridoan Allah, sebagai manusia kita harus tekun untuk menjalankan dan
mengamalkan perintah maupun sunnah serta menerapkan amar makruf nahi mungkar.
2. Kerja Keras, tidak hanya dalam bentuk beribadah yang wajib bagimu, tetapi kita juga
harus berkerja keraslah. Dalam rangka kebangkitan Islam, kita harus memanfaatkan
waktu sebaik mungkin untuk terciptanya role model yang kita harapkan.
3. Persatuan Ukhuwah, umat muslim harus menghindari pertikaian (fitnah adalah
ujian). Energi yang kita gunakan harus dipakai untuk hal yang bermanfaat.

3 hal diatas adalah bentuk kesholehan yang harus saling berkesinambungan. Hal tersebut
menjelaskan bahwa religiusitas seseorang tidak hanya dilihat dari bagaimana dia ahli dalam
ibadah, tapi juga harus bekerja keras, produktif dan aktif. Karna pintar bagian bagi sholeh,
seperti halnya sifat Rasulullah, yakni Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fatonah (Cerdas). Islam
mencakup segala aspek kehidupan.

Ada sebuah kaidah “Kita akan bersama dengan orang yang kita cintai (di akhirat)”.
Selain itu ada sebuah hadist yang menjelaskan bahwa “Tidak sempurna iman seseorang
sampai ia mencintai saudaranya (muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.
Banyak diantara kita orang Islam, namun masih perlu dipertanyakan ke-Islam-annya? Hal
tersebut terjadi karena banyaknya syubhat di zaman sekarang, contohnya seperti kita
mencintai orang yang tidak beriman kepada Allah dan menjadikannya sebagai idola (fangirl
k-pop, dsb.). Hal tersebut membuktikan adanya yang lebih kita cintai dari Allah dan Rasul-
Nya. Seorang pemuda kemuliaannya dapat dilihat dari bagaimana cara ia menaklukan
syahwat-nya, yakni menahan diri dengan cara puasa, dsb. Kita seharusnya meneladani sikap
para Sahabat (Abu Bakar, Umar dan lainnya) yang ketika mendengar kaidah di atas, mereka
dengan tegas berkata akan mencintai Rasulullah. Masyaa Allah.

Kata „idol‟ dalam Bahasa Inggris artinya ‘sesembahan/berhala’, atau dalam Bahasa
Arab yang berarti „illah‟. Jika kita mencintai orang yang tidak beriman kepada Allah, dapat
dikatakan bahwa laa ilaha illallah yang kita ucapkan selama ini adalah palsu (munafik).
Untuk itu kita perlu hati-hati dan perhatikan siapa yang kita cintai dan siapa yang menjadi
idola kita.
Mengacu pada kaidah yang telah disebutkan di atas, Hasan al-Basri berkata untuk
tidak terlena dengan kaidah tersebut. Mencintai saja tidak cukup, karna mencintai
membutuhkan sebuah upaya. Jika ingin membangun rasa cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya
secara kaffah adalah dengan membaca Sirah Nabawiyah. Ini adalah salah satu upaya kita
untuk menunjukkan bahwa kita mencintai-Nya. Dengan membaca Sirah Nabawiyah kita akan
kenal lebih jauh dengan Rasulullah, dan meningkatkan pemahanaman kita tentang Islam. Kita
harus bersikap tawazun adl, sebuah ilmu harus kita tempatkan pada tempatnya. Jika ada yang
salah dalam kehidupan kita, diistilahkan bahwa kita mempunyai penggaris (alat ukur) untuk
mencapai orientasi hidup yang benar yakni Rasulullah. Jadilah muslim yang profesional,
karna rasa cinta bagian dari profesionalisme. Asyhadu bi ana muslim.

Ada beberapa upaya Kebijakan Ekonomi Rasulullah, diantaranya :

1. Membentuk masyarakat yang bisa dipercaya (based on trusted society). Saat ini
masyarakat belum bisa dipercaya. Untuk itu, kita harus membangun trusted
individual. Seperti halnya Rasulullah yang dijuluki „al-amin‟ sebelum masa
kenabiannya.
2. Menciptakan keadilan dan keseimbangan antara sektor finansial dengan sektor
riil.
3. Umat Islam harus memahami bahwa ekonomi adalah unsur penting dalam
kehidupan dan agama. Ekonomi adalah bukan hanya aspek duniawi. Dalam
maqashid syariah menjelaskan bahwa kekuatan harta bagian dari kekuatan umat.
4. Adanya keberpihakan. Dalam hal ini pemerintah harus merangkul orang yang
lemah, butuh pertolongan, tidak membiarkan mereka dalam keterpurukan, dan
dijadikan konsentrasi utama. Dalam realisasinya anggaran Islam harus dialokasikan
untuk umat.
5. Moral driven. Negara bermoral, pasar bermoral, karena adanya dorongan akhlak
Islam.
TANYA JAWAB

No. Nama-Pertanyaan Jawaban


1. Asih (2EC) – Dalam Jika kita mencintai seseorang, kita akan terus
membangun kecintaan mengingatnya. Maka, untuk meningkatkan kecintaan kita
kepada Rasul bisa dimulai ke Allah dan Rasulnya kita perlu meningkatkan frekuensi
membaca Sirah mengingatnya. Jika hal tersebut telah terlaksana, kita
Nabawiyah, bagaimana cenderung akan berusaha setiap waktunya untuk melakukan
proses implikasinya kebaikan dan melaksanakan hal yang mereka sukai
dikehidupan sehari-hari (Sunnah). Kehidupan seperti halnya bermain games, kita
dimulainya dari hal yang harus menggunakan waktu sebaik mungkin untuk mencapai
sangat mendasar untuk tujuan. Bisa dimulai dari hal sederhana seperti: pakai baju
terbentuknya hubungan mulai dari kanan, terapkan angka ganjil disetiap hal, dsb.
antara keimanan dan Cukup ingat hal syari-nya (bentuk taqwa), apalagi ada
ketauladanan dizaman hikmahnya (manfaat melaksanakan hal tersebut).
sekarang ini?
2. Iqbal (3EC) – Ada sebuah Hadist tersebut tidak qath’i, makna hadisnya tidak semerta-
hadist menjelaskan bahwa, merta seperti bunyi haditsnya. Namun, ada beberapa hal
umat Islam akan terbagi yang perlu kita perhatikan untuk menhindari perpecahan
menjadi 73 golongan. umat, diantaranya:
Menyikapi hadist tersebut, 1. Allah tidak menyukai perpecahan, jadikan 73 golongan
bagimana cara agar umat ini barisan persatuan umat Islam. Untuk menghindari
Islam tidak terpecah? hasutan yang menimbulkan perpecahan.
2. Allah menghendaki kita bersatu.
3. Ketahui bahwa penyebab utama perpecahan adalah
kesombongan. Dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa
„Tidak akan masuk surga, orang yang hatinya ada
kesombongan walau sebesar biji zaroh‟.
4. Perpecahan dapat menghalangi pintu ridho Allah.
3. Riski (4EC) – Di Indonesia Kelompok-kelompok ini adalah harapan dari bendera yang
banyak terbentuk persatuan lebih besar yakni Kekhilafahan Islam. Terbentuknya
dengan bendera yang organisasi kecil adalah harapan ketika para pendirinya ini
berbeda, sehingga terorganisir dengan baik. Adanya kelompok ini dapat
seringkali menimbulkan menimbulkan tindakan ashobiah atau nepotisme yang
konflik. Bagaimana cara merupakan suatu hal yang haram dan tidak disukai dalam
menanggulangi hal tersebut Islam. Dalam Islam ada kaidah „dalam kondisi sempit
baik internal dan eksternal? hukum melapang, dalam kondisi lapang hukum
menyempit‟. Saat ini kita dalam kondisi sempit dalam arti
kita tidak punya khilafah puncak (pusat), maka organisasi
kecil ini dalam nasional dibutukan dari pada tidak
terpimpin sama sekali, agar terhindar dari kejatuhan seperti
yang terjadi 100 tahun yang lalu. Ini merupakan salah satu
upaya kita untuk bangkit, maka kelompok ini bertanggung
jawab atas umat dibawahnya. Hal tersebut terjadi atas
sebuah kaidah „Sesuatu yang tidak bisa dilakukan
semuanya, jangan ditinggalkan semua‟.
4. Riski (4EC) - Bagaimana Sama halnya ketika Rasulullah sulit merangkul Abu Jahal
sikap kita dalam dan kaum jahiliyah lainnya. Upaya tersebut harus
menghadapi seseorang dilaksanakan dengan cerdas dan metodologis. Sering kali
yang ketika kita ingin kita menyerah dalam konteks tawakal, hal tersebut tidak
merangkulnya, namun dibenarkan. Kesabaran Rasulullah harus kita teladani.
orang tersebut menghindar? Untuk mengubah kehidupan orang lain, kita harus
dipercaya oleh orang tersebut (al-amin - trusted individual).
Setelah melaksanakan upaya, kita harus perbaiki dan
evaluasi metode kita.

Closing Statement

“Sediakan waktu, uang dan tenaga untuk membaca Sirah Nabawiyah, untuk kebaikanmu
sendiri. Rekomendasi penulis dari Martin Lings.”

Anda mungkin juga menyukai