Anda di halaman 1dari 5

v-class mk ayat dan hadist ekonomi islam prodi Eksyar

bahan ajar 2 : KEPEMILIKAN

dosen : khadijah anwar Ibrahim

sumber : buku Hadis-hadis Ekonomi

Kepemilikan ( ‫ ) الملكية‬berasal dari kata ( ‫ ) الملك‬yang berasal dari kata ً‫ك و م ِْلك‬
ً ‫ك وم ُْل‬
ً ‫ملك – يملك – َم ْل‬ yang
berarti menguasai atau memiliki.

Hasbi al-Shiddieqy memberikan definisi terhadap kepemilikan bahwa milk adalah sesuatu yang
mencegah orang yang bukan pemiliknya untuk memanfaatkan dan bertindak tanpa izin si pemilik.

Wahbah al-Zuhaily juga menjelaskan milk dengan keistimewaan terhadap sesuatu yang menghalangi
orang lain darinya, dan pemiliknya bebas melakukan tasharruf secara langsung kecuali ada halangan
syar’i.

“Kepuyaan Allah lah kerajaan di langit dan di bumi dan apa yang ada di dalamnya, dan dia maha kuasa
atas segala sesuatu” (Al Maidah : 120)

Ayat di atas merupakan landasan dasar tentang kepemilikan dalam Islam. Ayat diatas menunjukan
bahwa Allah adalah pemilik tunggal apa-apa yang ada di langit dan dibumi dan tidak ada sekutu bagi
Nya. Lantas Allah memberikan atau menitipkan kekuasaan bumi pada manusia, agar manusia mengelola
dan memakmurkannya.

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah
kepadanya dengan rasa takut tidak akan di terima dan dengan penuh harapan akan dikabulkan.
Sesungguhnya rahmat Alloh amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Dialah yang
meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmatNya (hujan) hingga
apabila angin itu telah membawa awan mendung kami halau di suatu daerah yang tandus lalu kami
turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan hujan dengan sebab hujan itu berbagai macam
buah-buahan seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran dan tanah yang baik tanaman-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah. Dan
tanah yang tidak subur tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikian lah kami mengulangi
tanda-tanda kebesaran kami bagi orang-orang yang bersyukur" (Al A'rof 56-58).

Ayat diatas menjelaskan bahwasanya Alloh telah memperbaiki, menata, memperindah semua yang ada
di bumi, dan kita di larang untuk merusaknya. Merusak disini dalam makna memanfaatkan atau
mengambil hasil bumi akan tetapi tidak di imbangi dengan adanya pelestarian. Maka Alloh
memerintahkan kita untuk memanfaatkan hasil bumi dengan secukupnya dan seimbang.

“Dan berikanlah kepada mereka, harta (milik) Allah yang telah Dia berikan kepada kalian.”

(QS. An-Nuur : 33)

Dari sinilah kita temukan, bahwa ketika Allah SWT menjelaskan tentang status asal kepemilikan harta
kekayaan tersebut, Allah SWT menyandarkan kepada diri-Nya, dimana Allah SWT menyatakan
“Maalillah” (harta kekayaan milik Allah). Sementara ketika Allah SWT menjelaskan tentang perubahan
kepemilikan kepada manusia, maka Allah menyandarkan kepemilikan tersebut kepada manusia. Dimana
Allah SWT menyatakan dengan firman-Nya : 

“Maka berikanlah kepada mereka harta-hartanya. “(QS. An-Nisaa` : 6)

“Ambillah dari harta-harta mereka. “(QS. Al-Baqarah : 279)

Maka dari definisi diatas, kepemilikan secara sederhana berarti kepenguasaan terhadap sesuatu aset
baik aset bergerak maupun aset tidak bergerak dan aset tersebut dalam genggamannya baik secara riil
maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang memiliki
suatu aset berarti mempunyai kekuasaan terhadap aset tersebut sehingga ia dapat menggunakannya
menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain baik itu secara individu maupun kelompok yang dapat
menghalanginya dari memanfaatkan aset yang dimilikinya itu. Islam mengakui adanya kepemilikan
pribadi di samping kepemilikan umum, bahkan menjadikan hak milik pridadi sebagai dasar
pembangunan ekonomi. Selain mengakui kepemilikan pribadi, Islam juga mengakui kepemilikan yang
berhubungan dengan umum, terlebih jika keyaan umum tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh
individu masyarakat karena memerlukan keahlian yang hanya dapat dikelola oleh negara dan hasilnya
harus dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk subsidi untuk kebutuhan premier dan fasilitas umum
lainnya. Namun yang perlu digarisbawahi adalah kepemilkan manusia dalam Islam bersifat relatif,
sedangkan kepemilikan hakiki ialah Allah.

Konsep Islam tentang kepemilikan sangat berbeda dengan sistem kapitalis yang sangat mengedepankan
penguasaan hak milik pribadi dan mengesampingkan kepentingan masyarakat umum. Pelaku ekonomi
bersifat individu dan bebas untuk mengusahakan keberhasilan ekonomi dengan cara yang
dikehendakinya. Manakala sistem sosialis yang tidak mengakui adanya hak milik individu, sumber daya
ekonominya adalah kepemilikan kolektif masyarakatatau negara, sehingga individu tidak berhak untuk
memilikinya. Kedua sistem ini memiliki implikasi yang hebat terhadap ekonomi, kapitalis telah
menimbulkan permasalahan yang rumit bagi masyarakat. Pengutamaan hak-hak individu sering kali
menimbulkan konflik kepentingan antar anggota masyaraka, yang mana biasanya golongan masyarakat
miskin akan dikalahkan oleh kalangan kelompok kaya yang menguasai sumber daya ekonomi lebih
banyak. Di sisi lain, penghapusan hak-hak individu secara ekstrim dalam sosialisme jelas bertentangan
dengan fitrah dasar manusia. Masyarakat jadi kurang termotifasi untuk beraktifitas dalam perekonomian
sebab seluruh tujuan dan kinerja ekonomi biasanya akan dikalahkan oleh tujuan yang lebih bersifat
sosial. Tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sering kali dilakukan dengan mengabaikan
pertimbangan individu-individu yang sesungguhnya merupaka elemen dari masyarakat itu sendiri.
Pengutamaan hak-hak sosial dengan mengabaikan hak-hak individu memang berpotensi untuk
memperbaiki distribusi pendapatan dan kekayaan, tetapi juga menimbulkan rasa ketidakadilan dan
cenderung mengabaikan efisiensi ekonomi.

Islam tidak pernah melupakan unsur materi dan eksistensinya , karena manusia berhak menyimpan,
menyumbang dan mewariskan hartanya untuk keturunannya. Namun dalam pemahaman Islam selalu
menekankan bahwa kehidupan berekonomi yang baik daan walaupun itu target yang perlu dicapai
dalam kehidupan tapi itu bukanlah tujuan akhir. Setiap manusia dala Islam berhak untuk memiliki suatu
harta atau berhak mendapatkan pengalihan hak pemilikan atas suatu harta dari harta milik Allah.
Namun sefat kepimilkan dalam islam adalah kepemilikan yang menguasai bukan kepemilikan mutlak.
Manusia hanya sebagai pemegang amanah dan seluruh harta benda hanyalah milik Allah di mana
manusia hanya berhak mengelolanya. Serta di dalam harta benda ada milik orang lain yang wajib
ditunaikan. Kepemilikan riil harus dengan izin dari Allah sebagai pemilik hakiki. Atas dasar itu, terdapat
beberapa konsekwensi :

 Manusia harus menegekkan kekhalifahan menurut Syariat bukan menahbiskan diri sebagai
penguasa mutlak
 Manusia harus saling tolong menolong dan saling menanggung antara sesama
 Menjauhi sifat boros dan mubazzir dalam menggunakan harta

 Para ulama fiqh membagi kepemilikan kepada dua bentuk, iaitu:

1. Al milk At Tamm (milik sempurna)

Yaitu apabila materi dan manfaat harta itu dimiliki sepenuhnya oleh seseorang, sehingga seluruh hak
yang terkait dengan harta itu dibawah penguasaannya. Milik seperti ini bersifat mutlak, tidak dibatasi
waktu dan tidak boleh digugurkanorang lain. Ciri-cirinya diantaranya, (a). sejak awal kepemilikan
terhadap materi dan manfaat bersifat sempurna. (b) Materi dan manfaatnya sudah ada sejak sejak
pemilikan itu. (c) Pemilikannya tidak dibatasi waktu. (d) kepemilikannya tidak dapat digugurkan.

2. Al Milk An Naqish (kepemilikan tidak sempurna)

Yaitu apabila seseorang hanya menguasai materi harta itu, tetapi manfaatnya dikuasai orang lain.
Adapun cirri-ciri nya adalah, (a) Boleh dibatasi waktu,tempat, dan sifatnya. (b) Tidak boleh diwariskan.
(c) orang yang menggunakan manfaatnya wajib mengeluarkan biaya pemeliharaan.

 Menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani ada tiga macam kepemilikan iaitu : 

1. Kepemilikan Individu (Milkiyah Fardhiah) 

Kepemilikan individu adalah kepemilikan yang bersifat perseorangan dan berhak mendapatkan kuasa
atas sesuatu yang dia miliki. Pernyataan ini di gambarkan oleh Rasulullah SAW didalam haditsnya ( Dari
Rafi' bin Khadij RA berkata; Rasulullah bersabda; “barang siapa menanam tanaman di lahan seorang
kaum tanpa seizinnya, maka ia tidak berhak mendapatkan hasil tanamannya sedikitpun dan walaupun
ia telah mengeluarkan modal untuk mengelolanya" (HR Abu Daud) ). Nabi menegaskan didalam hadits
diatas bahwasanya orang yang bercocok tanam atau yang lainnya yang bersifat menghasilkan yang
dilakukan di lahan orang lain tanpa seizin pemilik lahan, maka hasil dari usaha tersebut sepenuhnya
menjadi hak pemilik lahan meskipun telah mengeluarkan modal atau biaya untuk merawatnya. Sebesar
apapun modal yang dikeluarkan akan tetap menjadi hak pemilik lahan karena tidak ada izin atau sebuah
kesepakatan diantara pengelola dan pemilik lahan. Maka alangkah baiknya jika sebelum melakukan
suatu pengelolaan atau suatu usaha yang di lakukan di lahan orang lain dengan meminta izin atau
membuat kerjasama dengan pemilik lahan dengan ketentuan yang disepakati bersama sehingga hasil
dari pengelolaan tersebut dapat kita ambil dan pemilik lahan juga tidak di rugikan. Seperti dilakukan
pembagian hasil dengan persentase 50% untuk kita dan 50% untuk pemilik lahan dari hasil atau
keuntungan bersih yang didapatkan.

Menurut Taqyudin an-Nabani dikatakan bahwa sebab-sebab kepemilikan ( asbab al-tamalluk )


seseorang ( indivisu ) atas suatu barang dapat diperoleh melalui sebab-sebab :

1) Bekerja (al-’amal),

2) Warisan (al-irts),

3) Keperluan harta untuk mempertahankan hidup,

4) Pemberian negara (i’thau al-daulah) dari hartanya untuk kesejahteraan rakyat berupa tanah
pertanian, barang dan uang modal,

5) Harta yang diperoleh individu tanpa berusaha seperti hibah, hadiah, wasiat, diat, mahar, barang
temuan, santunan untuk khalifah atau pemegang kekuasaan pemerintah.

2. Kepemilikan Umum (Milkiyah ‘Ammah) 

Kepemilikan umum adalah suatu hak kepemilikan yang bersifat umum untuk dimanfaatkan dan telah di
izinkan oleh hukum syara’ kepada masyarakat secara bersama-sama memanfaatkan suatu kekayaan
yang berupa benda-benda yang mutlak dikategorokan sebagai keperlukan manusia dalam kehidupan
sehari-hari seperti air, sumber energi ( listrik, gas, batu bara, nuklir dsb ), hasil hutan, barang tidak
mungkin dimiliki individu seperti sungai, pelabuhan, danau, lautan, jalan raya, jembatan, bandara,
masjid dsb, dan barang-barang yang menguasai hajat hidup orang banyak yang merupakan fasilitas
umum yang mana jika tidak ada didalam suatu negeri atau suatu komunitas maka akan menyebabkan
sengketa dalam mencarinya. Barang tambang yang tidak terbatas jumlahnya seperti emas, perak,
minyak dsb. Serta sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki oleh
individu atau perorangan.

Dalam sebuah hadits yang berkaitan dengan kepemilikan yang berkaitan dengan kepemilikan umum
dijelaskan bahwasanya orang muslim berserikat dengan 3 benda. Nabi bersabda:

‫ َق ا َل أَ ُب و‬.» ‫ار َو َث َم ُن ُه َح َرا ٌم‬ ِ ‫ث فِى ْال َم ا ِء َو ْال َك‬


ِ ‫إل َوال َّن‬ ٍ َ‫ش َر َكا ُء فِى َثال‬ َ ‫ « ْالم ُْس لِم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َّاس َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬
ُ ‫ُون‬ ٍ ‫ْن َعب‬
ِ ‫َع ِن اب‬
)‫اجه‬ َ ‫(ر َواهُ ابْنُ َم‬
َ ‫ى‬ َ ‫ار‬
ِ ‫ج‬َ ْ
‫ال‬ ‫ء‬
َ ‫ا‬‫م‬َ ْ
‫ال‬ ‫ِى‬‫ن‬ ْ‫ع‬‫ي‬َ ‫د‬ٍ ‫ِي‬
‫ع‬ ‫س‬ 
َ
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA berkata sesungguhnya Nabi saw bersabda; orang muslim berserikat dalam
tiga hal yaitu; air, rumput (pohon), api (bahan bakar), dan harganya haram. Abu Said berkata:
maksudnya: air yang mengalir (HR Ibnu Majah).

Hadist diatas bahkan menegaskan jika ketiga benda tesebut harganya haram atau tidak boleh di jual
karena ketiga benda  tersebut sifatnya tidak akan pernah habis  dan menjadi sebuah kebutuhan bagi
masyarakat untuk memeperlancar kebutuhan masayarakat di dalam memenuhi kelangsungan hidupnya,
karena masyarakat tidak pernah lepas kebutuhannya atas tiga benda tersebut atau disebut dengan
sumber daya alam, kalaupun ketiganya menjadi sumber penghasilan masyarakat itupun harus memili
izin dari pemerintah atau surat perizinan dan sudah tercantum dalam perundang undangan Negara.

3. Kepemilikan Negara (Milkiyah Daulah) 


Kepemilikan Negara adalah kepemilikan yang haknya dimiliki oleh seluruh warga Negara, sedangkan
pengelolaannya menjadi wewenang negara, hukum syariat telah menentuan harta-harta milik Negara,
dan yang berhak untuk mengelolanya adalah Negara. Perbedaaan harat kepemilikan  umum dengan
kepemilikan Nagara iaitu, harta kepemilikan umum pada daarnya tidak bisa diberikan oleh negara
kepada individu, sedangkan harta kepemilkan Negara dapat di berikan kepada individu sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati. Hal ini sebagaimana  yang di jelaskan pada pembahasan tentang
kepemilikan umum, bahwasanya  benda yang menjadi kepemilikan Negara dapat menjadi sumber
penghasilan bagi individu yang telah melakukan kesepakatan dengan pemerintah. Termasuk dalam
kategori ini adalah harta ghanimah (pampasan perang), fa’i, kharaj, jizyah, 1/5 harta rikaz (harta
temuan), ‘ushr, harta orang murtad, harta yang tidak memiliki ahli waris dan tanah-tanah hak milik
negara.

TUGAS !!! : wajib membaca buku hadis-hadis ekonomi karangan Isnaini Harahap dkk dengan topik :

I. Kesucian hak milik


II. kepemilikan umum dan contoh-contoh kepemilikan umum
III. kepemilikan pribadi
IV. kepemilikan umum
V. kepemilikan negara

1. Apakah islam mengakui kepemilikan pribadi ?


2. Terdapat perbedaan tentang “kepemilikan” antara konsep Islam dangan sistem kapitalis dan
sistem sosialis. Jelaskan !
3. Apa yang dimaksud dengan kepemilikan negara dan berikan contoh !
4. Bagaimanakah implementasi dari ayat dan hadits yang berkaitan dengan kegiatan produksi ?
Berikan contoh dalam bentuk sebuah kasus dan penyelesainnya !

TUGAS SETORAN HAFALAN YANG BERKAITAN DENGAN KEPEMILIKAN :

1. (Al Maidah : 120)


2. (QS. An-Nuur : 33)
3. (HR Ibnu Majah) tentang kepemilikan umum

Anda mungkin juga menyukai