Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS

MAKALAH

Oleh:

Moh.Darajatus Syarif : 716.6.2.0725


Umalia Liuzanna : 716.6.2.0718
Ning Elok izzah Afkarina :716.6.2.0747

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Taaladengan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini. Solawat dan
salam semoga tetap tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi
Wassalam, para sahabat, keluarga, dan umatnya hingga akhir zaman. Beliau sebagai
suri teladan sepanjang masa yang telah membawa ajaran kebenaran yaitu Islam.
Berkat kuasa dan kehendak Allah Subhanahu Wa Taala, kami dapat menyelesaikan
penulisanMakalah ini dengan judul“Asuhan Keperawatan Osteomielitis”..Penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Keperawatn Medical Bedah 3
‘Elyk Dwi Mumpuningtias S.Kep.,Ns.M .Kep’’. yang turut membantu pembuatan
Makalah ini. Penyusunan Makalah ini juga dapat terselesaikan karena bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu tim penulis mengucapkan terimakasih.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan,
sehingga dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan kinerja kami yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat memberikan tambahan pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua
pihak.

Sumenep, 01Oktober2018.

Penyusun
Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Osteomielitis.......................................................................4
B. Etiologi ................................................................................................4
C. Patofisiologi .........................................................................................5
D. WOC Osteomeilitis...............................................................................7
E. Manifestasi Osteomielitis.....................................................................8
F. Pemriksaan Penunjang..........................................................................8
G. Komplikasi Osteomielitis.....................................................................9
H. Penatalaksanaan ...................................................................................10
I. Asuhan Keperawatan Teori..................................................................10
J. Asuhan Keperawatan kasus..................................................................21
BAB III PENUTUP
A. Simpulan...............................................................................................31
B. Saran.....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis.
Osteomielitis umumnya disebabkanoleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa
menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang,
vertebra ,tulang pelvic, tulang tengkorak dan mandibula.Banyak mitos yang
berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakini bahwa infeksi akanberlanjut
menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh, padahal hal yang sebenarnya
adalahosteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh karena jaringan lain tersebut
punya alirandarah yang baik dan terproteksi oleh sistem imun tubuh.Kecuali apabila
terdapat sendi buatan dibagian tubuh yang lain.

Dalam keadaan ini, benda asing tersebut menjadi pathogen.Osteomielitis


adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka
atau reduksi (osteomielitis eksogen).Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati
karena dapat terbentuk abses local.Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang
sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic
terbatas.Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat
dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).

Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialahtulang-tulangpanjang seperti
femur,tibia,radius,humerus,ulna,Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus perneonatal
adalah sekitar 1 dan fibula. 5.000 kasus per1.000. Kejadian (Yuliani, anak.2010).
Prevalensi tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%.
Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk.

1
Kejadian tertinggi pada Negara berkembang.Tingkat mortalitas osteomielitis adalah
rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari.
(Randall, 2011).Secara umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi.
Tubuh memiliki mekanipertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap
terlokalisasi di daerah yang terinfeksi.

Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-
anak danorang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang
serius. Diagnosa osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penyakit dan
juga gambaran radiologik.Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis
adalah mereka yang nutrisinyaburuk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes
mellitus.

Selain itu, pasien yang menderitaartitis rheumatoid, telah di rawat lama di


rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan
sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsisrentan, begitu pula
yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan
pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukanevakuasi
hematoma pasca operasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada KlienDengan
Osteomielitis?

2
C. Tujuan
1. Tujuan umum

Agar kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui serta mampu menerapkan Proses
keperawatan Pada klien dengan Osteomielitis.

2. Tujuan Khusus

  Mampu menerapkan pengkajian Dan Menerapkan Diagnosa keperawatan pada


klien dengan Osteomielitis

D. MANFAAT
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tantang penyakit Osteomielitis dan
Asuhan keperawatan pada klien Osteomielitis.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influenza.
(Risnanto, 2014) Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang.
(Suratun,2008).Osteomielitis adalah infeksi tulang yang dapat timbul dari inokulasi
langsung oleh organisme penyebab, misalnya pada fraktur terbuka, atau berasal dari
penyebaran hematogen. (Davey, Patrick.2005)

B. Etiologi
Bakteri osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus (70%-80%), selain itu juga bisa
disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
Virus,Jamur, dan Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

- Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 5 cara :


- Aliran darah Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi,
lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian
tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung
tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi
pada tulang belakang dan panggul.
- Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di
mana terdapattrauma.
- Penyebaran langsung Organisme bisa memasuki tulang secara langsung
melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

4
- Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya Osteomyelitis dapat berhubungan
dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di
sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu.
Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang
disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang
terinfeksi).

- Insiden Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun
demikian seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada
umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.

C. Patofisiologi

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.


Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.Awitan Osteomielitis
stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan –
stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan.Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.Respon inisial terhadap
infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema.Setelah
2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan
jaringan dan medula.Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke
bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.

5
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses
tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari
dan mengalir keluar.Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak.

Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi


meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis
yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
Dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

D. WOC

6
E. Manifestasi klinis

7
a. Infeksi dibawa oleh darah, biasanya Sering terjadi dengan manifestasi klinis
septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise
umum).
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang Bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
d. Osteomyelitis kronik Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi dan pembengkakan.

F. Pemeriksaan Penunjang

Test Diagnostik

a. Pemeriksaan Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai


peningkatan laju endapan darah.
b. Pemeriksaan titer antibodi–anti staphylococcus Pemeriksaan kultur darah
untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
c. Pemeriksaan feses Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat
kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
d. Pemeriksaan Biopsi tulang
e. Pemeriksaan ultra sound , pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya
efusi pada sendi.
f. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak
ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa
refraksi tulang yang bersifat difus.

Terapi

8
a. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita 1) penicillin cair 500.000
milion unit IV setiap 4 jam. 2) Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam. 3)
Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam 4) Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1
bulan.
b. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
c. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan
jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta
ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan
tulang, otot, atau kulit sehat.

d. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi


hambatan aliran pembuluh balik.
e. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B, dan C

G. Komplikasi
a. Dini
1. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang
yang mendasarinya sembuh
3. Atritis septic

b. Lanjut

1. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan


penurunan fungsi tubuh yang terkena
2. Fraktur patologis
3. Kontraktur sendi

9
c. Gangguan pertumbuhan.

Prognosis Prognosisnya bermacam-macam tetapi secara nyata diperbaiki


dengan diagnosisdini dan terapi yang agresif. (King R., 2004) Pada osteomyelitis
kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar.Ini biasanya disebabkan oleh
tidak komplitnya pengeluaran semua daerah parut jaringan lunak yang terinfeksi atau
tulang nekrotik yang tidak terpisah. (Samiaji E., 2003)

H. Penatalaksanaan

a. istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri


b. istirahat local dengan bidai
c. pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
d. drainise bedah

I. Asuhan Keperawatan Teori


1. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan

1) Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam atau
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.

2) Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera,
infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya. Hal-hal yang dikaji meliputi
umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi
tulang, dan terapi radiasi.Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial
terjadinya infeksi.

b.Pemeriksaan fisik

10
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
bila dipalpasi.Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable,
lemah, bengkak,nyeri,maupuneritema.

c.Riwayat psikososial

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat


sembuh, takut diamputasi.Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga
perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya
dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

a. Pemeriksaan diagnostic

Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah


meningkat.50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya
osteomielitis maka dilakukan scanning tulang.Selain itu dapat pula dengan
biopsytulang atauMRI.

2.Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fiologis (inflamasi).


b. gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengen nyeri , alat imobilisasi dan
keterbatasan menehan beban berat badan.
c.Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
d.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
e.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.
f.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
g.Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.

3.Intervensi Keperawatan

11
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
a. Tujuan / Hasil Pasien : 1. Mendemonstrasikan bebas dari nyeri

2. Peningkatan rasa kenyamanan

b. Kriteria Evaluasi : 1.Tidak terjadi nyeri


2.Napsu makan menjadi normal

3.Ekspresi wajah rileks


4.dan suhu tubuh normal
c. Intervensi dan Rasionalisasi :

Intervensi Rasionalisasi Mandiri :

A) Mengkaji karakteris- tik nyeri :


a) Untuk mengetahui tingkat rasa lokasi durasi
b) intensitas nyeri nyeri sehingga dapat me- nentukan dengan meng- gunakan skala
nyeri jenis tindak annya (0-10) Mempertahankan im- mobilisasi
c) Mencegah pergeseran tulang dan (back slab) penekanan pada jaring- an yang luka.
d)Berikan sokongan (support) pada peningkatan vena return, ektremitas yang
lukamenurunkan edem, dan mengurangi nyeri Amati perubahan suhu setiap 4
jam untuk mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang terjadi
e) Kompres air hangat
f) Kolaborasi : Pemberian obat-obatan analgesic agar mengurangi rasa nyeri dan
memberikan rasa nyaman

2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan


keterbatasan menahan beban berat badan.
a.Tujuan / Hasil Pasien : Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan

12
tindakan keperawatan
b. Kriteria Hasil : 1. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi

2. Mempertahankan posisi fungsional

3. Meningkatkan / fungsi yang sakit

4. Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasionalisasi :

Intervensi Mandiri : Pertahankan tirah baring dalam 1. posisi yang di programkan


Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang
gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit Beri penyanggah pada ekstremitas
yang sakit pada saat bergerak Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan
beri bantuan sesuai kebutuhan Ubah posisi secara periodik Kolabortasi : Fisioterapi /
aoakulasi terapi
1.Rasionalisasi Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang
2.Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien
3.Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien Agar klien
tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan Mengurangi terjadinya
penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi
4.Mengurangi gangguan mobilitas fisik Mengurangi gangguan mobilitas fisik

3.Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


a. Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia
b. Kriteria Evaluasi : 1.Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut

13
2.suhu tubuh normal
3.tidak mual
c. Intervensi dan Rasionalisasi Intervensi
Rasionalisasi Mandiri : A) Pantau Suhu tubuh setiap 2 jam

1. Memberikan dasar untuk deteksi Warna kulit , TD, nadi dan hati
pernapasan, Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit. Lepaskan pakaian yang berlebihan

2. Pakaian yang tidak berlebihan dapat mengurahi peningkatan suhu tubuh dan dapat
memberikan rasa nyaman pada pasien. Lakukan kompres dingin atau Menurunkan
panas melalui proses kantong es untuk menurunkan konduksi serta evaporasi, dan
kenaikan suhu tubuh. meningkatkan kenyaman pasien.

4.Motivasi asupan cairan untuk memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta
febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.Kolaborasi : Berikan obat
antipiretik yang sesuai ,Antipiretik membantu mengontrol dengan anjuran
peningkatan suhu tubuh

4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan


pengobatan.
a. Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan
informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
b. Kriteria Evaluasi : 1. Ekspresi wajah relaks
2. Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang

c.Intervensi dan Rasionalisasi :

Intervensi Rasionalisasi Mandiri :

a. Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien


b. Kaji patologi masalah individu.

14
c. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh
nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
d. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.

Kolaborasi : Gunakan obat dengan anjuran sedative yang sesuai

a. Mengorientasi program pengobatan, Membantu menyadarkan klien untuk


memperoleh control
b. Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika
pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik
c. Berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik
untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.
d. Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan. rapeutik.
e. Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol
ansietasnya

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.

a. Tujuan / Hasil Pasien : Pola tidur kembali normal


b. Kriteria Evaluasi : a. Jumlah jam tidur tidak terganantung

b. insomnia berkurang

c . adanya kepuasan tidur

d pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi

c. Intervensi dan Rasionalisasi :

Intervensi Mandiri : Tentukan kebiasaan tidur yang baik

15
1.Mengkaji

Rasionalisasi perlunya dan Intervensi biasanya dan perubahan yang terjadi berikan
tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya :

a. bantal dan guling Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru

b. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan
kebutuhan malam hari

c. Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas
beberapa jam sebelum tidur

d. instruksikan tindakan relaksasi

e. kurangi kebisingan dan lampu

Rasionalisasi mengidentifikasi intervensi yang tepat:

a. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis


b. Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas
dapat berkurang

c. Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu” dapat


menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun

d. Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk
tidur malam hari
e. Membantu menginduksi tidur

6. Memberikan situasi kondusif untuk tidur Gunakan pagar tempat tidur

16
7. Pagar tempat tidur memberikan sesuai indikasi, rendhkan tempat keamanan dan
dapat digunakan tidur bila mungkin untuk membantu merubah posisi Kolaborasi :
Berikan sedatif, hipnotik sesuai

8. Mungkin diberikan untuk membantu indikasi pasien tidur atau istirahat selama
periode transisi dari rumah ke lingkungan baru

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri

a. Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Pasien menunjukkan peningkatan toleransi


terhadap aktifitas.
b. Kriteria Evaluasi : Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam
melakukan aktifitas, berkurangnya nyeri.
c. Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi Rasionalisasi Mandiri : Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat
meningkatkan kebutuhan oksigen.

1.Anjurkan program hemat energi


2. Buat jadwal aktifitas harian,tingkatkan secara bertahap
3.Kaji respon abdomen setelah 4.beraktivitas
4. Berikan kompres air hangat
5. Beri waktu istirahat yang cukup

7..perluasaninfeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang

a.Tujuan / Hasil Pasien : Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami

b.Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan

17
c. Intervensi dan rasionalisasi:

Intervensi Mandiri: 1. Pertahankan system kateter steril

2. berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan air

3. berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter

Rasionalisasi: Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.


Intervensi drainase dependen :

1.Awasi tanda vital

2. perhatikandemam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah,


peka, disorientasi.

3. Observasi drainase dari luka disekitar kateter suprapubik.


4. Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik dan perineal),
pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktu

5. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

Kolaborasi: 1. Berikan antibiotic sesuai indikas.

Rasionalisasi dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih. Pasien yang


mengalami sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan
dengan manipulasi/ instrumentasi Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan
resiko untuk infeksi, yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen. Balutan
basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan bakteri,
peningkatan resiko infeksi luka.Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar,
mencegah ekskoriasi dan menurunkan resiko infeksi.Mungkin diberikan secara

18
profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada prostatektomi.

Implementasi Keperawatan Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan


perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh
perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah
sakit.Sebelum pelaksanaan, terlebih dahulu harus mengecek kembali data yang ada,
karena kemungkinan ada perubahan data dan bila terjadi hal demikian kemungkinan
rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.

5. Evaluasi Hasil yang diharapkan :

a. Mengalami Peredaan Nyeri

1) Melaporkan berkurangnya nyeri


2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3) Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak

b. Peningkatan mobilitas fisik

1) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri


2) Mempertahankan fungsi penuh ektremitas yang sehat
3) Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu

c. Tidak adanya infeksi

1) Memakai antibiotik sesuai resep


2) Suhu badan normal
3) Tidak ada pembengkakan
4) Tidak ada pus
5) Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal

19
d. Mamatuhi rencana terapeutik

1) Memakai antibiotika sesuai resep


2) Melindungi tulang yang lemah
3) Memperlihatkan perawatan luka yang benar
4) Melaporkan bila ada masalah segera
5) Makan diet seimbang dengan tinggi protein, vitamin C dan D
6) Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
7) Melaporkan peningkatan kekuatan
8) Tidak melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan
nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut
(Smeltzer, Suzanne C, 2002).

20
J. Asuhan Keperawatan Kasus
A. Pengkajian
1. BIODATA
Nama : Tn.D
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : jawa / Indonesia
Pendidikan :-
Ruangan Dirawat : IGD
No Reg : 122 xx xx
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk RS : 1 Maret 2016
Tanggal Pengkajian : 1 Maret 2016
Diagnosa Medis : Osteomelitis
Alamat :

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Pekerjaan : IRT
Suku / Bangsa : jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Alamat :
Hubungan dengan Klien : Ibu

21
2. ASSESMENT
A. Keluhan Utama
 Keluhan Saat Masuk RS :
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien didapatkan data, pasien
mengeluh sakit pada lengan atas sebelah kiri, dengan nyeri terasa apabila dipegang
atau diraba, nyeri terasa panas, senut-senut. Dan nyeri terasa pada bagian tungkai
bawah yang mengalami fraktur dengan skala nyeri 7, dan sifatnya sering dan terus
menerus
 Keluhan saat Pengkajian :
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien didapatkan data,
sakit pada tungkai bawah dan tidak bisa digerakkan.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh nyeri pada bagian tungkai
bawah dan tidak bisa digerakkan. Tungkai bawah pasien nampak
membengkak.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada riwayat sakit tekanan darah tinggi dan
penyakit gula.Keluarga pasien pun tidak ada yang menderita penyakit
tersebut.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit DM dan
Hipertensi.

22
3. PRIMARY SURVEY
A. Airway
Jalan nafas pasien paten, tidak ada sumbatan pada jalan nafas.Tidak ada
bunyi nafas tambahan saat pasien bernafas.
B. Breathing
Gerakan dada simetris, irama nafas teratur dengan frekuensi nafas 19x/
menit. Tidak terdapat pergerakan retraksi dada saat pasien bernafas.

C. Circulation
Nadi : 100x/menit
TD : 130/90 mmHg
T : 39o c
CRT : ≤ 2 detik
D. Disability
GCS : E4 V5 M5
E4 : membuka mata spontan
V5: terorientasi
M5 : pasien tidak dapat menggerakkan tungkai bawah pasien
Kesadaran Umum
 Kesadaran : Compos Mentis
 Vital Sign :
TD : 130/90 mmHg
N : 100 x/ menit
T : 39o c
RR : 22 x/ menit
 GCS : 13
E. Exprosure
Terdapat edema pada lengan kiri atas akibat pasca jatuh dari tangga.

23
4. SECONDARY SURVEY
A. Kepala
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien didapatkan data,
bahwa bentuk kepala pasien mesosefal, kebersihan tidak terkaji karena
pasien mengenakan kerudung.Tidak ada tanda perdarahan pada kepala
pasien.Pasien mengatakan tidak pusing maupun nyeri yang dirasakan pada
kepala pasien.
B. Mata
Kebersihan mata pasien baik, tidak ada kotoran pada mata.Mata nampak
putih jernih, tidak ada tanda ikterik pada mata.Pupil mata pasien bereaksi
terhadap rangsangan cahaya.Lapang pandang dan ketajaman penglihatan
tidak terkaji.
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
C. Hidung
Kebersihan hidung pasien baik, tidak ada tanda peradangan dan tidak ada
polip pada rongga hidung.Tidak ada perdarahan antara hidung.Fungsi
penciuman baik pasien dapat membedakan bau alkohol dan minyak kayu
putih.
D. Telinga
Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, tidak ada cairan yang keluar
dari telinga pasien. Fungsi pendengaran pasien sudah mulai menurun akibat
faktor usia. Pasien tidak teralu mendengar apabila tidak keras saat
berbicara.
E. Mulut
Kebersihan baik, pasien menggosok gigi 2x sehari.Tidak ada problem
menelan.Fungsi bicara masih baik.Fungsi mengunyah dan mengecap sudah mulai
menurun.Pasien mengatakan bahwa pasien menggunakan gigi palsu.
F. Leher

24
Pada pengkajian yang dilakukan terhadap pasien, pada leher pasien tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid maupun pembesaran kelenjar limfe.
G. Dada
Bentuk dada pasien simetris antara kiri dan kanan.Tidak ada suara bunyi
tambahan.Tidak ada nyeri pada dada. Bunyi napas vesikuler dengan irama
regular 22 x/ menit
H. Abdomen
Keadaan permukaan abdomen normal, tidak terdapat lesi maupun
pembengakakan pada daerah abdomen.Fungsi pencernaan dan eliminasi
bagus.Bunyi peristaltik normal.Saat dilakukan perkusi abdomen terdengar
bunyi tympani, dan tidak ada nyeri tekan.
I. Genetalia
Pada pengkajian genetalia tidak terkaji
J. Ektremitas atas dan bawah
Pasien tidak dapat menggerakkan tungkai bawah pasien, dan pasien
mengatakan nyeri pada tunkai
5 1
5
5
Ket :
5 : Mampu melawan tahanan penuh
4 : Mampu melawan dengan sedikit tahan
3 : mampu melawan gravitasi
2 : mampu melawan gravitasi dengan sokongan
1 : teraba adanya kontraksi
5. DATA PENUNJANG
Rontgen

B. Analisa Data

25
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Inflamasi, dan Nyeri kronis
P:nyeri terasa apabiladipegang bengkak,
atau diraba.
Q: nyeri terasa panas, senut-senut
R : nyeri terasa pada bagian
tungkai bawah yang mengalami
fraktur
S : skala nyeri pasien 7
T : nyeri sifatnya sering dan terus
menerus
DO : wajah pasien tampak
meringis,menahan sakit, dan
sering mengeluh tentang
sakitnya.
TD : 130/90 mmHg
N: 100x/ menit
T : 39o c
RR: 22 x/ menit
DS : Pasien mengatakan nyeri, Nyeri, alat Kerusakan mobilitas
tidak nyaman pada tungkai imobilisasi dan fisik
bagian bawah. keterbatasan
P : nyeri terasa apabila dipegang menahan berat badan
Q : nyeri terasa panas, senut-
senut
R : nyeri terasa pada bagian
tungkai bawah yang mengalami
fraktur
S :skala nyeri 7

26
T : nyeri sifatnya sering dan terus
menerus
DO : terdapat penebalan
periosteum,bone
resorption,sclerosis sekitar
tulang.
TD : 130/90 mmHg
N: 100 x/ menit
T : 39o c
RR: 22 x/ menit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis b.d infalamasi dan pembengkakan
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d Nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan berat badan.
B. Intervensi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N DATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O
1 Nyeri b.d Setelah dilakukakn 1. Kaji skala nyeri dengan 1. Nyeri merupakan respon
rosesinflamasi tindakan Keperawatan skala 0-4 subyektif yg dapat dikaji
dan selama 24 jam, dengan 2. Ajarkan relaksasi : teknik dengan skala nyeri
pembengkaka kriteria hasil : ini mengurangi 2. Teknik ini melancarkan
n Nyeri keteganganotot rangka yg peredaran darah sehingga
berkuranghilangatau dapat menguranginyeri kebutuhan O2 pd jaringan
teratasi dan suhu tubuh 3. Ajarkanmetode distraksi terpenuhi dan nyeri
kembali normal. selama nyeri kronis. berkurang
4. Kolaborasi pemberian 3. Mengalihkan perhatian
analgesik. klien terhadap nyeri ke hal

27
hal yg menyenangkani.
4. Analgesik memblok
lintasan nyeri sehingga nyeri
berkurang
2 Kerusakan Setelah dilakukakn 1. Kaji derajat imobilitas 1. Pasien mungkin dibatasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan yg dihasilkan oleh cedera oleh pandangan
b.d Nyeri, alat selama 24 jam, dengan 2. Dorong partisipasi pada diri/presepsi diri tentang
imobilisasi kriteria hasil : aktifitas keterbatasan fisik
dan Pasien mampu terapeutik/rekreasi aktual,memerlukan
keterbatasan mempertahankan posisi 3. Bantu/dorong perawatan informasi.
menahan berat fungsioal dan diri/kebersihan (misal 2. Memberikan kesempatan
badan. menunjukkan teknik mandi, mencukur, sikat untuk mengeluarkan
aktivitas gigi energi, memfokuskan
4. Kolaborasi dengan dokter kembali
dalam pemberian analgesic perhatian,,meningkatkan
rasa kontrol diri/harga diri
dan membantu
menurunkan isolasi
sosial.Analgesik
mengurangi nyeri.
3. Meningkatkan kesehatan
diri
4. Mengurangi gangguan
mobilitas fisik

D. Implemtasi dan Evaluasi


NO Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan

28
1 Nyeri b.d inflamasi 1. Mengkaji skala nyeri S: Pasien mengatakan nyeri
dan pembengkakan ( skala nyeri 4 dari 5) nya berkurang saat
2. Memberikan posisi relaks pada beberapa saat setelah
pasien. (posisi fowler ) diberikan obat anti nyeri
3. Mengajarkan teknik distraksi O : Posisi pasien fowler
dan relaksasi ( dengan cara nafas Pasien diberikan obat anti
dalam dan distraksi imaginary) nyeri
4. Mengolaborasikan pemberian TD : 130 / 90
analgesic dengan dokter. N : 100x/ menit
( pemberian obat anti nyeri RR : 22x/menit
suppositoria profenid T : 39O
ketoprofen) A : Masalah T
Sebagian
P : Lanjutkan Inte
1, 4, 5
2. Kerusakan mobilitas 1. Mengkaji skala nyeri ( skala S : Pasien mengatakan
fisik b.d Nyeri,alat nyeri 4 dari 5) nyeri berkurang dan
imobilisasi dan 2. Memberikan kompres hangat bengkak terlihat mula
keterbatasan pada lokasi edema (tunkai berkurang.
menahan berat badan bawah) O : Edema berkurang
3. Mengajarkan teknik distraksi TD : 130 / 90
dan relaksasi ( dengan cara nafas N : 100x/ menit
dalam dan distraksi imaginary) RR : 22x/menit
4. Mengolaborasikan pemberian T : 36O
analgesic dengan dokter. A : Masalah Teratasi Sebag
( pemberian obat anti nyeri P : Lanjutkan Intervensi
suppositoria profenid
ketoprofen)

29
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya
disebabkanoleh bakteri piogenik atau mikrobakteri. Osteomielitis bisa mengenai

30
semua usia tetapi umumnyamengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis
umumnya disebabkan oleh bakteri, diantaranyadari species staphylococcus dan
stertococcus.Selain bakteri, jamur dan virus juga dapatmenginfeksi langsung melalui
fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus ,radius dan ulna
bagian proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulangyang
paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena merupakan tulang yang banyak
vaskularisasinya

B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok

mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama

mahasiswa. Selain itu penyakit osteomilitis ini sangat berbahaya dan kita sebagai host

harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

31
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Davey,
Patrick.2005.At A Glance Medicine.Jakarta : Erlangga. Harrison. 1999. Prinsip-
Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Helmi, Zairin Noor. 2012. Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika King R., 2004, Osteomyelitis,
Emedicine.Com, Inc. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius. Reeves, Charlene J. 2001.Keperawatan Medical Bedah. Jakarta:
Salemba Medika. UMY. Pamela L. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta:
EGC. Risnanto, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Deepublish : Yogyakarta

Samiaji E., 2003, Osteomyelitis, Bagian Ilmu Bedah BRSD Wonosobo,


Fakultas Kedokteran Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical-
Bedah. Jakarta: EGC. Suratun, 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

32

Anda mungkin juga menyukai