RUWANTO,S.ST
Unit Kesehatan dan Keselamatan Kerja RSUP dr Sardjito – Yogyakarta
Latar Belakang
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat,
tuntutan pengelolaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
rumah sakit semakin tinggi. Tenaga kerja di rumah sakit, pasien, pengunjung, pengantar
pasien, peserta didik dan masyarakat disekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan
dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik karena dampak kegiatan pemberian
pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana di rumah sakit yang tidak standar.
Agar dapat tercipta sistem manajemen K3 yang baik, dibutuhkan sumber daya manusia
yang mempunyai kompetensi yang baik pula terutama untuk mendeteksi dan menangani
risiko bahaya yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk dapat mencapai hal tersebut
karyawan rumah sakit harus mengetahui jenis-jenis resiko bahaya di rumah sakit dan cara
pengendaliannya, sehingga rumah sakit yang aman bagi tenaga kerja, pasien, pengunjung,
pengantar pasien, peserta didik dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat terwujud.
Tujuan
1. Peserta pelatihan mampu mengenal resiko bahaya yang ada di rumah sakit.
2. Peserta pelatihan mampu mengidentifikasi resiko bahaya yang ada di satuan kerja masing-
masing.
3. Peserta pelatihan mampu mengenal sistem pengendalian resiko bahaya yang sudah
dilakukan di rumah sakit khususnya di satuan kerja masing-masing.
4. Peserta pelatihan mampu mengikuti prosedur pengendalian resiko bahaya dan menerapkan
kepada pengunjung, keluarga pasien dan peserta didik yang ada di lingkungan rumah sakit.
Metode
Pelatihan ini menggunakan metode: ceramah dan tanya jawab.
Materi Pelatihan
1. PENDAHULUAN
Resiko bahaya di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, fisik, kimia,
fisiologi/ergonomi dan psikologi dapat menyebabkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja
bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat disekitar lingkungan rumah sakit. Pekerja
rumah sakit memiliki resiko kerja yang lebih tinggi dibanding pekerja industri lain sehingga
resiko bahaya tersebut harus dikendalikan.
Salah satu upaya pengendalian adalah dengan melakukan sosialisasi kepada seluruh
pekerja rumah sakit tentang resiko bahaya tersebut sehingga seluruh pekerja mampu
mengenal resiko bahaya tersebut. Dengan mengenal resiko bahaya diharapkan pekerja
mampu mengidentifikasi resiko bahaya yang ada disatuan kerjanya dan mengetahui upaya
pengendalian resiko bahaya yang sudah dilakukan oleh rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap sistem pengendalian resiko bahaya yang sudah
dilakukan.
b. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun
peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini
menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang.
Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk
mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan
pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik,
mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.
Referensi
Departemen Kesehatan RI, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. – Jakarta : Departemen, Kesehatan RI. Cetakan kedua,
2008.
Keputuan Menteri Kesehatan RI no 1204 tahun 2004, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Ri no 1087 tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Rumah Sakit.
Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Prosedur :
1. Memberitahukan/menjelaskan tindakan pada pasien/keluarga pasien
2. Mencuci tangan.
4. Menyiapkan lingkungan
8. Memasukkan obat berlahan-lahan sampai terjadi gelembung putih dalam kulit kemudian
jarum dicabut