Anda di halaman 1dari 14

Dosen: apt. Ingenida Hadning, M.

Sc
Editor: Rizky Anita Fajarani
Tanggal: 24 Mei 2021

PENDAHULUAN SEDIAAN CAIR DAN SEMI-PADAT

BENTUK SEDIAAN OBAT

1. Bentuk Sediaan Padat

2. Bentuk Sediaan Semi-padat

3. Bentuk Sediaan Cair

BENTUK SEDIAAN CAIR

1. Sirup

2. Eliksir

3. Suspensi

4. Emulsi

SIRUP

Sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa  Kecuali


dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak
lebih dari 66,0%.

Sirup dibagi menjadi 2 :

1. Non Medicated Syrup/Flavored vehicle Sirup


Contoh : Cherry Syrup, Cocoa Syrup, orange syrup.
2. Medicated syrup/ sirup obat
Contoh : Sirup Piperazina Sitrat, Sirup Isoniazid.

Keuntungan bentuk sediaan sirup :

 Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat


digunakan untuk bayi, anak-anak, dan usia lanjut.
 Segera diabsorpsi karena sudah berada dalam bentuk
larutan (tidak mengalami peroses disintegrasi dan
pelarutan).
 Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh sediaan.

Kerugian bentuk sediaan sirup :

 Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan


untuk diangkut dan disimpan. Apabila kemasan rusak,
keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan.
 Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik
dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul, terutama
jika bahan mudah terhidrolisis.
 Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan
mikroorganisme, oleh karena itu memerlukan penambahan
pengawet.
 Ketepatan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk
menakar.
 Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika
diberikan dalam larutan dibandingkan dalam bentuk padat.
Walaupun demikian, larutan dapat diberi pemanis dan perasa
agar penggunaannya lebih nyaman.

Komponen Sirup:

1. Gula atau pengganti gula


2. Pengawet antimikroba
3. Pembau
4. Pewarna
5. Juga banyak sirup-sirup, terutama yang dibuat dalam
perdagangan, mengandung pelarut-pelarut khusus,
pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.

ELIKSIR

Cairan jernih, rasanya manis, larutan hidroalkohol digunakan untuk


pemakaian oral, umumnya mengandung flavuoring agent untuk
meningkatkan rasa enak. Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat
menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alkohol.

Tujuan Pembuatan Sediaan Elixir :

 Mempertinggi kelarutan zat berkhasiat


 Agar homogenitas lebih terjamin
 Zat berkhasiat lebih mudah terabsorbsi dalam keadaan
terlarut
 Sediaan berasa manis dan aroma lebih sedap
 Dapat digunakan oleh orang yang sukar menelan obat seperti
anak-anak dan orang tua (geriatrik).

Pembagian Eliksir:

1. Medicated Elixirs

 Eliksir yang mengandung bahan berkhasiat obat

 Pemilihan cairan pembawa zat aktif obat harus


mempertimbangkan kelarutan & kestabilannya dalam air
dan alkohol.
2. Non Medicated Elixirs

 Eliksir yang digunakan sebagai bahan tambahan


 Ditambahkan pada sediaan dengan tujuan :
* Meningkatkan rasa/menghilangkan rasa.
* Sebagai bahan pengencer eliksir yang mengandung
bahan aktif obat

Kelebihan Eliksir:

 Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet atau kapsul.


 Rasanya enak
 Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi

Kekurangan Eliksir:

 Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak.


 Mengandung bahan mudah menguap, sehingga harus
disimpan dalam botol kedap dan jauh dari sumber api.

FORMULA UMUM ELIKSIR

R/ : zat berkhasiat
Pelarut utama (etanol dan air perbandingan tertentu
sesuai dengan daya melarut zat berkhasiat)
Pelarut tambahan (gliserol, sorbitol, propilen glikol)
bahan pembantu (pemanis, pewangi, pewarna, pengawet,
anti caplocking agent, penstabil kimia seperti pendapar,
pengkomples, antioksidan)
SUSPENSI

Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut


yang terdispersi dalem fase cair (Farmakope Indonesia Edisi 4,
1994). Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan
yang lain berupa campuran padat yang harus direkonstitusi
terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan.

JENIS-JENIS SUSPENSI

 Suspensi oral → ditujukan untuk penggunaan oral


 Suspensi topikal (lotio) → ditujukan untuk penggunaan pada
kulit
 Suspensi tetes telinga → ditujukan untuk diteteskan pada
telinga bagian luar
 Suspensi optalmik (steril) → ditujukan untuk penggunaan
pada mata
 Suspensi untuk injeksi (steril) → sediaan berupa suspensi
serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan
secara intravena atau ke dalam saluran spinal

Keuntungan :

 Dapat meningkatkan stabilitas kimia obat tertentu.


Ex : Procain penisilin G
 Lebih cepat berefek dari pada sediaan padat seperti
tablet, kapsul
 Jangka waktu dan onset kerja dapat dikendalikan.
Ex : Protamine Zinc-Insulin suspensi
 Suspensi dapat menyembunyikan rasa tidak enak obat
Ex : Kloramfenikol
Kerugian :

 Stabilitas sedimentasi, fisik dan pemadatan dapat


menyebabkan masalah
 Perawatan yang harus dilakukan cukup besar selama
penanganan dan transportasi
 Keseragaman dosis sukar dicapai kecuali suspensi yang
dikemas dalam unit sediaan.

Bahan Pensuspensi :

 Acasia : 5 – 15 %
 Tragacanth : 0.5 – 1 %
 Na Alginat : 1 – 2 %
 Methylcellulose 1500 – 4000 cps (2% dalam air, 20°C)
 Carboxy methyl cellulose : 1 – 2 %
 Bentonit : 2 %
 Veegum : 1,5 – 2 %

Pengawet :

 Kombinasi : metil paraben 0,12 % : propil paraben 0,05%


 Asam benzoat 0.1 %
 Natrium benzoat 0.1 %

Sifat Lebih Spesifik untuk Suspensi Farmasi

 mengendap secara lambat, terdispersi kembali bila di


kocok
 suspensoid tetap konstan pada penyimpanan
 harus dapat dituang dengan cepat dan homogen
EMULSI

Adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi


dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (Farmakope
Indonesia edisi IV, 1994)

Sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat


terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Komponen dalam Emulsi

 Fase internal / fase disperse / fase discontinue / fase


terdispersi / fase dalam → zat cair yang terbagi-bagi
menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
 Fase eksternal / fase continue / fase pendispersi / fase
luar → zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
 Emulgator → zat yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.

Komponen Tambahan

Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk


memperoleh hasil yang lebih baik, misalnya colouris, preservatif
(pengawet), antioksidant.
 Preservatif → metil dan propil paraben, asam benzoat,
asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium
klorida, fenil merkuri asetat, dll.
 Antioksidan → asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat,
propil gallat dan asam gallat.

TIPE EMULSI
 OW / Oil in Water (minyak dalam air) → emulsi yang
terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air.
Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.
 WO / Water in Oil (air dalam minyak) → emulsi yang
terdiri dari butiran air yang tersebar ke dalam minyak.
Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai
fase eksternal.

Pemakaian Emulsi

1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroral → umumnya


emulsi tipe O/W.
2. Dipergunakan sebagai obat luar → bisa tipe O/W
maupun W/O → tergantung banyak faktor misalnya
sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

3.

SEDIAAN SEMI-PADAT
( Ointment, Crem, Pastae, Gel )

OINTMENT/SALEP/UNGUENTA/UNGUENTUM

Adalah sediaan setengah padat/semi solid yang mudah dioleskan


dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus
larut/terdispersi homogen ke dalam dasar salep yang cocok.

Penggolongan salep menurut konsistensinya

 Unguentum -> seperti mentega, tidak mencair pada suhu


biasa tetapi mudah dioleskan tanpa tenaga  unguentum 2-
4
 Cream –> banyak mengandung air, mudah diserap kulit 
emulsi kental  Vaselin
 Pasta  > 50% zat padat
 Gelones Spumae  suspensi partikel anorganik kecil atau
molekul organik besar, suatu salep yang lebih halus 
Voltaren Gel, Bioplacenton

Penggolongan salep menurut dasar salepnya :

 Salep hidrofobik
o Salep yg tdk suka air atau salep dgn dasar salep
berlemak (campuran lemak-lemak, m.lemak,
malam)
o Tidak dpt dicuci dgn air
 Salep hidrofilik
o Salep yg suka air / kuat menarik air (tipe M/A)

Persyaratan Salep

1. Pemerian : Tidak boleh berbau tengik


2. Kadar : Kecuali dinyatakan lain utk salep yg mengandung
obat keras/narkotik, kadar obat adl 10%
3. Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, basis salep
adalah vaselin putih (vaselin album)
4. Homogenitas, jika dioleskan pd sekeping kaca atau bahan
transparan lain yg cocok harus menunjukkan susunan yg
homogen
5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”

FORMULA SALEP

Formula umum salep :


R/ Zat aktif
Basis
Zat tambahan (pengawet)

PASTA

DefInisi Pasta

 Sediaan semi padat (masa lembek) yang mengandung


satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal
 Konsistensinya : 50% bahan padat
 Bahan Dasar Pasta :
 Vaselin
 Lanolin
 Adeps lanae
 Unguentum simplex

FORMULA PASTA

Formula umum pasta :


R/ Zat aktif
Basis
Zat tambahan (pengawet, antioksidan, emolien,
emulsifier, surfaktan, zat penstabil, peningkat penetrasi
dll)

PROSEDUR PEMBUATAN
Metode pembuatan pasta sama dengan salep. Untuk basis
semisolid metode fusion (pelelehan) dan/ atau triturasi dapat
digunakan. Triturasi sendiri cocok digunakan untuk pembawa
liquid.

Metode Fusion

 Disini zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama


dan diaduk sampai membentuk fase yang homogen. dalam
hal ini perlu diperhatikan stabilitas zat berkhaziat
terhadap suhu yang tinggi pada saat

Metode Triturasi

 Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang


akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu,
kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis.
Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan
terlebih dahulu zat aktifnya, kemudian baru dicampur
dengan basis yang akan digunakan.

KRIM

Definisi Krim

 Bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang


mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dsar yang sesuai
 Mengandung air tidak kurang dari 60%

Penggolongan Krim
 Krim tipe minyak dalam air M/A ditujukan untuk
penggunaan kosmetika & estetika
 Krim tipe air dalam minyak A/M Krim yang dapat dicuci
dengan air

Keuntungan Sediaan Krim

 Mudah dicuci dan dihilangkan dari kulit dan pakaian


 Tidak lengket (emulsi m/a)
 Basis krim mengandung air dalam jumlah banyak sedangkan
sel hidup biasanya lembab. Hal ini akan mempercepat
pelepasan obat.
 Tegangan permukaan kulit akan diturunkan oleh emulgator
dan bahan pembantu lain yang terdapat dalam basis krim
sehingga absorbsi lebih cepat (penetrating enhancer).
 Basis krim yang berair juga dapat memelihara kelembaban
sel kulit yang rusak.

FORMULA KRIM

Formula umum :
R/ Zat aktif
Basis
Zat tambahan (pengawet, antioksidan, emolien,
emulsifier, surfaktan, zat penstabil, peningkat penetrasi
dll)

Basis Krim

Basis krim terdiri atas basis emulsi tipe A/M dan tipe M/A :

 Basis emulsi tipe A/M. Contoh : lanolin, cold cream


Sifat : emolien, oklusif, mengandung air, beberapa
mengabsorpsi air yang ditambahkan, berminyak
 Basis emulsi tipe M/A. Contoh : hydrophilic ointment

Sifat : mudah dicuci dengan air, tidak berminyak, dapat


diencerkan dengan air, tidak oklusif

Definisi Gel

 Semi padat yg terdiri dari suspensi yg dibuat dari partikel


anorganik yg kecil atau molekul organik yg besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan
 Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada
granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi,
bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis
suppositoria.
 Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai
produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta
gigi, dan kulit – dan sediaan perawatan rambut.

Keuntungan sediaan gel

Untuk hidrogel :

 efek pendinginan pada kulit saat digunakan;


 penampilan sediaan yang jernih dan elegan;
 pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak
terganggu;
 mudah dicuci dengan air;
 pelepasan obatnya baik;
 kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

Kekurangan sediaan gel


 Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut
di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat
kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada
berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut
sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat,
kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi dan harga lebih mahal.
 Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan
atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
 Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang
tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata,
penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan
cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah
sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan
zat aktif.

FORMULA UMUM GEL

R/ Zat aktif
Basis gel
Zat tambahan (pengawet, chelatting agent, penambahan
bahan higroskopis)

Anda mungkin juga menyukai